2.3.4 Mekanisme Koping terhadap Stres
Mekanisme koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dari perubahan, serta respon terhadap situasi yang
mengancam Kelliat, 1999. Jika individu berada pada kondisi stres ia akan menggunakan berbagai cara untuk mengatasinya, individu dapat menggunkan satu
atau lebih sumber koping yang tersedia Rasmun, 2001. Penggolongan Mekanisme Koping Mekanisme koping juga dibedakan menjadi
dua tipe menurut Kozier, 2004 yaitu : 1
Mekanisme koping berfokus pada masalah problem focused coping, meliputi usaha untuk memperbaiki suatu situasi dengan membuat perubahan atau
mengambil beberapa tindakan dan usaha segera untuk mengatasi ancaman pada dirinya. Contohnya adalah negosiasi, konfrontasi dan meminta nasehat. Contoh :
saat seseorang memasuki masa pensiun akan mengalami penyesuaian diri, maka ia akan memerlukan perhatian dari keluarga sangat berarti dan penting untuk
meminta nasehat. 2
Mekanisme koping berfokus pada emosi emotional focused coping, meliputi usaha-usaha dan gagasan yang mengurangi distress emosional.
Mekanisme koping berfokus pada emosi tidak memperbaiki situasi tetapi seseorang sering merasa lebih baik. Contoh : saat seseorang memasuki masa
pensiun. Maka ia akan berusaha untuk mengurangi beban pikirannya, misalnya dengan melakukan hobinya contohnya berkebun.
Selain pendapat di atas, menurut Folkman Lazarus dalam Afidarti 2006, mekanisme koping dapat dibedakan menjadi:
1 Planful problem solving problem-focused
Individu berusaha menganalisa situasi untuk memperoleh solusi dan kemudian mengambil tindakan langsung untuk menyelesaikan masalah.
2 Confrontative coping problem-focused
Individu mengambil tindakan asertif yang sering melibatkan kemarahan atau mengambil resiko untuk merubah situasi.
3 Seeking social support problem or emotion-focused
Usaha individu untuk memperoleh dukungan emosional atau dukungan informasional.
4 Distancing emotion-focused
Usaha kognitif untuk menjauhkan diri sendiri dari situasi atau menciptakan pandangan yang positif terhadap masalah yang dihadapi.
5 Escape-Avoidanceting emotion-focused
Menghindari masalah dengan cara berkhayal atau berpikir dengan penuh harapan tentang situasi yang dihadapi atau mengambil tindakan untuk menjauhi masalah
yang dihadapi. 6
Self control emotion-focuused Usaha individu untuk menyesuaikan diri dengan perasaan ataupun tindakan dalam
hubungannya dengan masalah. 7
Accepting responcibility emotion-focused Mengakui peran diri sendiri dalam masalah dan berusaha untuk memperbaikinya.
8 Positive reappraisal emotion-focused
Usaha individu untuk menciptakan arti yang positif dari situasi yang dihadapi.
Mekanisme koping yang digunakan pada masa pensiun tergantung pada
perlakuan yang di terima dari lingkungan, perlakuan yang buruk terhadap masa pensiun membuat orang cenderung mengembangkan konsep diri yang buruk,
lebih memperlihatkan bentuk perilaku dan mekanisme koping yang negatif, hal ini terjadi karena perubahan tersebut dilakukan tidak atas dasar keinginan dan
tekanan dari lingkungan. Koping adalah proses yang dilalui oleh individu dalam menyelesaikan situasi
stressfull. Rasmun 2004 juga telah menjelaskan bahwa setiap individu mungkin akan melakukan upaya pengalihan yang adaptif yang dianggap efektif dan sangat
baik serta realistis dalam menangani masalah, contohnya berbicara dengan orang lain atau curhat tentang masalah yang dihadapi, berdoa serta menghubungkan
situasi atau masalah yang sedang dihadapi dengan kekuatan supranatural, melakukan latihan fisik untuk mengurangi ketegangan atau masalah, membuat
alternatif berbagai tindakan untuk mengurangi situasi sebagai upaya untuk mengontrol emosi pada dirinya. Sedangkan upaya pengalihan yang maladaptif
berupa melamun dan fantasi atau hanya terpaku, banyak tidur dan menangis, tidak mampu menyelesaikan masalah atau pasrah, perilakunya cenderung
merusak. Koping diatas merupakan respon individu terhadap situasi yang mengancam dirinya baik fisik maupun psikologi yang dibagi menjadi dua yaitu
koping psikologis dan psikososial. Septanti 2009 mengungkapkan, bahwa penyesuaian diri pada masa pensiun ini
tergantung pula pada waktu sejak dimulainya masa pensiun. Menurutnya, saat
seorang lansia baru saja menginjak 1-3 tahun usia pensiun, perhatian dari keluarga sangat berarti dan penting, namun saat menginjak tahun ke-4, umumnya lansia
sudah mampu menganggap pensiun sebagai suatu hal yang biasa, bukan suatu hal yang istimewa. Dengan kata lain, yang sudah menjalani pensiun lebih dari empat
tahun dapat dianggap sudah terbiasa dengan situasi pensiun. Sementara menurut Khristiany 2007, masa penyesuaian terhadap pensiun umumnya terjadi di masa
2- 15 tahun. Dytchwald 2006 menyatakan bahwa tahapan 2-15 tahun sesudah pensiun disebut sebagai tahap reorientasi. Pada tahap ini seseorang akan mulai
mengubah prioritasnya, aktivitas, hubungan, dan hidupnya. Para pensiunan umumnya menyatakan bahwa tahap reorientasi ini merupakan tahap yang penuh
dengan tantangan. Pada tahapan ini seseorang akan mulai merasakan depresi, kecemasan, dan kebosanan akibat pensiun.
2.3.5 Penanganan Stres