pekerjaan dan tanggung jawab. Pada dasarnya setiap pegawai negeri beserta keluarganya harus hidup layak dari gajinya, sehingga dengan demikian ia dapat
memusatkan perhatian dan kegiatannya melaksanakan tugas yang dipercayakan kepadanya. Gaji adalah sebagai balas jasa atau penghargaan atau hasil karya
seseorang dalam menunaikan tugas sesuai dengan bidang pekerjaannya masing- masing. Dewasa ini sistem penggajian terhadap pegawai negeri sipil diatur dalam
Peraturan Pemerintah No.15 Tahun 1985 Tentang Pengaturan Gaji Pegawai Negeri Sipil.
Hak seorang pegawai negeri sipil yang lain adalah hak atas pensiun sesuai dengan Pasal 10 Undang-Undang No.8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian
“Setiap Pegawai Negeri Sipil yang telah memenuhi syarat-syarat yang diberikan berhak atas pensiun.”
Pensiun adalah jaminan hari tua dan sebagai balas jasa terhadap pegawai negeri yang telah bertahun-tahun mengabdikan dirinya kepada negara. Pada pokoknya
adalah menjadi kewajiban dari setiap orang untuk berusaha menjamin hari tuanya, dan untuk itu setiap pegawai negeri wajib menjadi peserta dari suatu badan
asuransi sosial yang dibentuk oleh pemerintah karena pensiun bukan saja sebagai jaminan hari tua, tapi juga adalah sebagai balas jasa, maka pemerintah
memberikan sumbangannya kepada pegawai negeri.
2.1.5 Hak-Hak Pegawai Negeri Sipil
Untuk memperjelas seberapa jauh jaminan kesejahtaraan PNS yang seharusnya ditunaikan oleh pemerintah, dapat dilihat pada Undang-Undang Pokok
Kepegawaian No. 8 tahun 1974, pasal 7 sampai dengan 10 yang mengatur tentang
hak-hak PNS sebagai berikut:
1 Hak memperoleh gaji pasal 7 2 Hak atas cuti pasal 8
3 Hak yang berhubungan dengan musibah dalam melaksanakan tugas pasal 9 4 Hak atas pensiun pasal 10
Mengenai hak-hak tersebut di atas selanjutnya dapat dijelaskan secara rinci dalam uraian berikut:
a. Hak Memperoleh Gaji
Pasal 7 Undang-Undang Pokok Kepegawaian No. 8 tahun 1974 berbunyi: “Setiap
pegawai negeri berhak memperoleh gaji yang layak sesuai dengan pekerjan dan tanggung jawab”. Perlu disadari bahwa seharusnya pegawai negeri beserta
keluarganya memang harus dapat hidup yang layak dari gajinya, sehingga PNS dapat memusatkan perhatian dan kegiatannya untuk melaksanakan tugas yang
dipercayakan kepadanya. b.
Hak atas Cuti Hak atas cuti ini diatur dalam pasal 8 Undang-Undang Pokok Kepegawaian No. 8
Tahun 1974 yang berbunyi: “Setiap Pegawai Negeri berhak atas cuti”. Sedangkan yang dimaksud cuti adalah tidak masuk kerja dalam jangka waktu tertentu, dan
dalam rangka usaha untuk menjamin kesegaran jasmani dan rohani. Untuk pelakasanan ketentuan di atas telah dikeluarkan Peraturan Pemerintah No. 24
Tahun 1976 dan Pedoman Pelaksanaannya yaitu Surat Edaran Kepala BAKN No. 1SE1977. Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1976 pasal 3, menyebutkan ada
enam macam cuti yaitu: 1 Cuti Tahunan; 2 Cuti Besar; 3 Cuti Sakit; 4 Cuti Bersalin; 5 Cuti Alasan Penting; 6 Cuti Diluar Tanggungan Negara.
c. Hak yang berhubungan dengan Musibah dalam Tugas
Mengenai hak ini dasar hukumnya adalah pasal 9 Undang-Undang Pokok Kepegawaian No. 8 Tahun 1974 yang berbunyi sebagai berikut:
1 Setiap Pegawai yang tertimpa suatu kecelakaan dalam dan karena
melaksanakan tugas kewajiban berhak memperoleh perawatan 2
Setiap Pegawai Negeri yang menderita cacat jasmani maupun cacat rohani dalam dan karena menjalankan tugas kewajibannya tidak dapat bekerja lagi dalam
jabatan apapun juga, berhak memperoleh tunjangan 3
Setiap pegawai negeri yang tewas, keluarganya berhak memperoleh uang duka.
d. Hak atas Pensiun
Mengenai hak pensiun, diatur dalam Undang-Undang Pokok Kepegawaian No. 8 tahun 1974 pasal 10 yang berbunyi: “Setiap PNS yang telah memenuhi syarat-
syarat yang ditentukan, berhak atas pensiun ”. Pensiun adalah jaminan hari tua dan
penghargaan pegawai negeri yang telah bertahun-tahun mengabdikan diri kepada negara. Pada dasarnya pensiun bukan saja merupakan jaminan hari tua, tetapi juga
merupakan penghargaan atau balas jasa atas pengabdian seorang PNS. Untuk mendapatkan hak pensiun seorang PNS harus memenuhi tiga syarat pokok, yaitu:
1 Mencapai usia sekurang-kurangnya 50 tahun
2 Diberhentikan dengan hormat sebagai PNS
3 Mempunyai masa kerja paling tidak 20 tahun
Jika PNS yang bersangkutan pada saat diberhentikan memiliki masa kerja 20 tahun tetapi belum berusia 50 tahun, maka pemberian pensiun ditetapkan setelah
berusia 50 tahun. Sebelum mencapai 50 tahun kepadanya diberikan uang tunggu. Pemberian uang tunggu maksimal 5 tahun. Apabila masa tunggu lebih dari 5
tahun maka sisanya tidak mendapat penghasilan. Selain hak-hak tersebut di atas sebenarnya ada hak yang dapat diterima pegawai negeri dalam bentuk lain yaitu
tunjangan yang bersifat pensiun. Tunjangan yang dimaksud adalah tunjangan yang diberikan kepada bekas pejabat yang menduduki jabatan negara tertentu dan
janda atau dudanya termasuk anak-anaknya. Tunjangan ini diberikan dalam rangka pemberian penghargaan atas pengabdian kepada negara dan membela
kemerdekaan Rebublik Indonesia. Menurut Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1980 tunjangan ini meliputi:
1 Tunjangan yang diberikan kepada penulis pergerakan kebangsaan atau
kemerdekaan 2
Tunjangan yang diberikan kepada Veteran 3
Tunjangan yang diberikan kepada beklas anggota KNIP 1980:12 Dalam rangka mengupayakan kesejahteraan pegawai negeri di samping pemenuhan atas
hak-haknya seperti diuraikan di atas, masih ada usaha lain yang ditempuh pemerintah seperti: Pertanggungan sosial dari pemerintah, Koperasi, KPG,
Perumahan Dinas dan sebagainya. Khusus mengenai pertanggungan sosial ini dapat dijelaskan bahwa sifatnya wajib sehingga disebut juga pertanggungan wajib.
Tujuan dari pertanggungan sosial ini pada prinsipnya adalah memberikan kesejahteraan atau jaminan sosial kepada anggotanya yaitu pegawai negeri. Ada
dua model pada pertanggungan sosial yaitu yang mengandung unsur menabung dan tidak mengandung unsur menabung. Pertanggungan sosial pemerintah yang
tidak mengandung unsur menabung misalnya pemeliharaan kesehatan PNS. Sedangkan yang mengandung unsur menabung misalnya; iuran taspen, yang
kemudian diganti Asuransi Sosial PNS.
2.2 Pensiun