5 Hilangnya kelompok referensi yang bisa mempengaruhi self image.
Biasanya seseorang menjadi anggota dari suatu kelompok bisnis tertentu ketika dia masih aktif bekerja. Tetapi ketika dia menjadi pensiun, secara langsung
keanggotaan pada suatu kelompok akan hilang. Hal ini akan mempengaruhi seseorang untuk kembali menilai dirinya lagi.
6 Hilangnya Rutinitas
Pada waktu bekerja, seseorang bekerja hampir 8 jam kerja. Tidak semua orang menikmati jam kerja yang panjang seperti ini, tapi tanpa disadari kegiatan panjang
selama ini memberikan sense of purpose, memberikan rasa aman, dan pengertian bahwa kita ternyata berguna. Ketika menghadapi masa pensiun, waktu ini hilang,
orang mulai merasakan diri tidak produktif lagi.
2.2.4 Post Power Syndrome
Menurut Elia 2005 yang dimaksud dengan post power syndrome adalah kumpulan gejala. “Power” adalah kekuasaan. Jadi, terjemahan dari post power
syndrome adalah gejala pasca kekuasaan. Gejala ini umumnya terjadi pada orang- orang yang tadinya mempunyai kekuasaan atau menjabat satu jabatan, namun
ketika sudah tidak menjabat lagi, seketika itu terlihat gejala-gejala kejiwaan atau emosi yang kurang stabil. Gejala-gejala itu biasanya bersifat negatif, itulah yang
diartikan post power syndrome. Ciri-ciri orang yang rentan menderita post power syndrome:
1 Orang-orang yang senangnya dihargai dan dihormati orang lain, yang
permintaannya selalu dituruti, yang suka dilayani orang lain.
2 Orang-orang yang membutuhkan pengakuan dari orang lain karena
kurangnya harga diri, jadi kalau ada jabatan dia merasa lebih diakui oleh orang lain
3 Orang-orang yang menaruh arti hidupnya pada prestise jabatan dan pada
kemampuan untuk mengatur hidup orang lain, untuk berkuasa terhadap orang lain. Istilahnya orang yang menganggap kekuasaan itu segala-galanya atau merupakan
hal yang sangat berarti dalam hidupnya. Beberapa Gejala Post Power Syndrome menurutLestari K., 2008 :
1 Gejala fisik
Misalnya menjadi jauh lebih cepat terlihat tua tampaknya dibandingkan waktu ia bekerja. Rambutnya didominasi warna putih uban, berkeriput, dan menjadi
pemurung, sakit-sakitan, tubuhnya menjadi lemah. 2
Gejala emosi Misalnya cepat tersinggung kemudian merasa tidak berharga, ingin menarik diri
dari lingkungan pergaulan, ingin bersembunyi, dan sebagainya. 3
Gejala perilaku Misalnya malu bertemu orang lain, lebih mudah melakukan pola-pola kekerasan
atau menunjukkan kemarahan baik di rumah atau di tempat yang lain.
2.2.5 Model Penyesuaian Terhadap Pensiun
Hornstein dan Wapner Hoyer, 1999 dalam Saragih, 2006 mengemukakan empat model penyesuaian terhadap pensiun, yaitu:
1 Transition to Old Age Rest
Individu dengan tipe ini menganggap pensiun sebagai masa santai, dan merupakan akhir pra kerja yang penuh tekanan dan dimulainya gaya hidup yang
menyenangkan dan santai ketika mereka memasuki usia tua 2
The New Beginning Individu memandang pensiun sebagai kesempatan yang menyenangkan, peluang
untuk hidup sesuai dengan keinginan dan mempunyai kebebasan menghabiskan waktu dan energi untuk diri sendiri. Pensiun ditandai dengan perasaan baru,
kembali bervitalitas, antusias dan energi yang bertambah. Individu memandang masa depan dengan positif sebagai saat untuk meraih kendali atas tujuan dan
kesenangan hobi dan minat jangka panjang. Bagi individu tipe ini, pensiun merupakan awal yang baru dan tidak terkait sama sekali dengan proses menuju
tua. 3
Continuation Pensiun tidak membawa dampak personal yang penting bagi individu. Walaupun
telah pensiun, individu ini mampu untuk kembali bekerja. Mereka berganti karir dan mencurahkan lebih banyak waktu untuk keterampilan, hobi dan minat khusus.
Pekerjaan tetap merupakan sentral pengaturan kehidupan mereka. Pra pensiun dan pensiun dibedakan bukan dari aktivitas melainkan pengurangan langkah dan
intensitas peran kerja. 4
Imposed Diruption Individu memandang pensiun sebagai hal yang negatif hilangnya pekerjaan, tidak
bisa lagi mencapai prestasi. Pekerjaan merupakan identitas yang sangat penting.
Tanpa pekerjaan, bagian penting dari identitas diri itu juga ikut hilang. Walaupun dalam masa pensiun tersebut individu melakukan aktivitas-aktivitas lain, tetap
saja timbul perasaan frustrasi dan kehilangan. Bagi individu, tidak ada yang bisa menggantikan pekerjaan dan akhirnya tidak bisa menerima pensiun dengan baik.
2.3 Stres