Pengaruh Penerimaan Orang Tua Tentang Kondisi Anak

38 mengalami cacat bawaan cenderung cepat diterima dalam keluarganya. Sedangkan anak yang cacat perolehan cenderung lama diterima dalam keluarga karena awalnya, baik orang tua maupun anak pernah merasakan hidup normal.

2.4 Pengaruh Penerimaan Orang Tua Tentang Kondisi Anak

Terhadap Aktualisasi Diri Anak Penyandang Cacat Fisik Kehadiran anak dalam keluarga merupakan harapan dan dambaan terbesar bagi orang tua. Setiap orang tua tentunya menginginkan buah hatinya lahir dalam keadaan normal dan sehat. Sayangnya harapan dan keinginan tersebut tidak selalu sejalan dengan kenyataan. Beberapa orang tua memiliki anak yang kurang sempurna pertumbuhannya cacat. Keadaan ini merupakan kenyataan pahit yang harus dihadapi oleh orang tua. Menurut Sulastrini dalam http:digilib.unicom.ac.id, ”reaksi awal orang tua atas hadirnya anak cacat dalam keluarga adalah shock kaget dengan kondisi anak yang tidak normal”. Bila anak yang dinanti-nantikan gagal memenuhi harapan kedua orang tua baik dalam hal jenis kelamin, keadaan fisik, ataupun anak tidak sepandai yang diharapkan, maka orang tua akan merasa kecewa dan bersikap menolak. Dalam proses selanjutnya ada orang tua yang bersikap masa bodoh dan cenderung lari dari kenyataan. Namun ada juga orang tua yang sikapnya berkembang ke arah yang lebih positif, mulai tumbuh keinginan untuk memelihara, merawat, dan mengasuh anak. Orang tua dari anak cacat memiliki tingkat penerimaan yang berbeda-beda. Tingkat penerimaan ini akan berpengaruh dalam bagaimana mereka dengan rela membimbing anak-anaknya secara khusus. Orang tua yang kurang bisa menerima 39 kondisi anaknya cenderung kurang memperlakukan anak dengan baik dan hal tersebut dapat menghambat kemajuan anak. Sebaliknya orang tua yang menerima anak cacat apa adanya maka mereka akan memperlakukan anaknya sesuai dengan kondisi anak dan hal yang demikian ini tentunya dapat mendukung dan menunjang perkembangan anak secara optimal. Symonds dalam Johnson dan Medinnus, 1967 : 286 menjelaskan pengaruh penerimaan orang tua terhadap perkembangan tingkah laku anak sebagai berikut, Symonds 1939 sought to find differences in behavior between accepted and rejected children in order to discover their causes in the marital relations of the parent and in the parent’s own childhood. In general, he noted accepted children angaged predominantly in socially acceptable behavior, whereas rejected children manifested a number of unacceptable behaviors. Specifically, the behaviors characteristic of accepted children included good- naturedness, considerateness of others, cheerfulness, interest in work, friendliness, cooperativeness, and emotional stability. Among rejected children, on the other hand, attention-geeting behavior, tendency toward delinquency, and problems in school were evident. More important, however, than description of differences between accepted and rejected children is the need to understand how parental acceptance and rejection produce them. Symonds menunjukkan perbedaan tingkah laku antara anak yang diterima dan ditolak. Secara umum anak yang diterima menunjukkan perilaku sosial baik, sementara anak yang ditolak menyimpan sejumlah tingkah laku yang tidak bisa diterima. Secara spesifik, tingkah laku anak yang diterima menyangkut kealamiahan yang baik, mempertimbangkan orang lain, ceria, semangat kerja, bersahabat, kerja sama, dan emosinya stabil. Sedangkan pada anak yang ditolak berusaha mencari perhatian, menghindari kewajiban, dan sejumlah masalah pada sekolahnya. Namun yang lebih penting daripada sekedar membandingkan perbedaan antara anak yang diterima dan anak yang ditolak adalah penting untuk memahami bagaimana penerimaan atau penolakan orang tua membentuk mereka. 40 Aktualisasi diri merupakan kebutuhan naluriah pada manusia untuk melakukan yang terbaik dari yang dia bisa. Rogers dalam Nevid, 2003: 56, meyakini bahwa orang tua dapat membantu anak-anak mereka mengembangkan self esteem dan menempatkan mereka pada jalur self actualization dengan menunjukkan kepada mereka unconditional positive regard- memuji mereka berdasarkan nilai dari dalam diri mereka, tanpa memandang perilaku mereka saat itu. Berdasarkan uraian di atas, maka paradigma penelitian dapat digambarkan bahwa penerimaan orang tua pada kondisi anak sebagai variabel X mempengaruhi munculnya variabel Y yaitu aktualisasi diri.

2.5 Hipotesis