Socioliungistic dalam Hukum Islam

104 dengan tidak terjebak menganggap sebagai suatu hal dosa dalam mengkritik, bahkan bila perlu menge- luarkan hadits-hadits yang diklaim sahîh bila bertentangan dengan pengetahuan umum yang telah dibuktikan oleh sains.

B. Socioliungistic dalam Hukum Islam

Socioliungistic sangat berperan penting dalam mengarahkan opini masyarakat, terutama bagi umat Islam yang selama ini sangat terpengaruh dengan justifikasi kebenaran teks al- Qur’an yang berasal dari Allah. 49 Tidak hanya manusia yang menggunakan pendekatan sociolungistic, bahkan teks nas yang di dalamnya memuat serangkaian nilai-nilai normatif juga menggunakan sociolungistic agar mendapat perhatian dari masyarakat. 50 Hal tersebut juga digunakan oleh generasi setelah Nabi Muhammad Saw. mulai dari sahabat yang menggunakan nama khalifah, amirul mukminîn dalam politik, juga penggunaan istilah di dalam fiqh, seperti wajib, sunnat, makruh, maupun haram. 51 Peran socioliungistic sangat ampuh dalam mendapatkan respon umat Islam terhadap penggunaan istilah-istilah tersebut sebagai konsekuensi dari masyarakat yang sedang membangun identitas. Di awal perkembangan Islam, politik identitas yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw. dipandang mampu memberikan spirit yang luar biasa bagi masyarakat Muslim untuk lebih mengembangkan diri sebagai pemilik peradaban. 52 Politik identitas sangat penting di tengah-tengah kekuatan yang dominan untuk mewujudkannya, hanya bisa dilakukan bila unsur- unsur masyarakat yang ada di dalamnya dapat digerakkan secara massive. Politik identitas yang dilakukan oleh ulama hadits dalam membuat terminologi al-Kutub as-Sittah sebagai rujukan baru dalam berijtihad memberikan nuansa yang berbeda. 53 Tampilnya Islam dengan membawa hukum baru dapat dipahami sebagai langkah tepat demi terwujudnya peradaban yang besar, karena suatu peradaban tidak akan mungkin bisa diwujudkan bila tidak ada hukum yang menjadi penyokongnya. Hukum sangat terkait dengan struktur peradaban yang akan terbentuk sesuai dengan semangat masyarakat untuk melakukan perubahan dinamis ke arah yang lebih baik. Banyak sekali teks nas dapat digunakan sebagai instrumen untuk melakukan pembaharuan hukum yang sesuai dengan perkembangan zaman bila cermat melihat sisi-sisi tertentu di dalamnya. 54 Teks jangan dipahami sebagai benda mati yang dapat menghambat perkembangan zaman bila tidak dilihat dari semangat dinamis yang terdapat di dalam teks tersebut. Sejarah telah membuktikan bahwa pemahaman terhadap teks nas telah dapat memberikan energi yang sangat besar sehingga melahirkan peradaban besar. Peradaban besar yang lahir di dalam Islam selalu identik dengan pemahaman mereka terhadap nas yang meliputi berbagai bidang keilmuan. Kesan teks nas yang cenderung berpihak kepada laki-laki memang sepintas dapat dibenarkan dengan adanya perbedaan perlakuan di dalam hukum tertentu, seperti saksi, waris, hak talak. Akan tetapi, jangan dipahami secara sempit karena hal di atas pada masa awal lahirnya Islam malah dipandang sebagai sesuatu yang terlalu maju dan berpihak kepada perempuan. 55 Artinya, harus dilihat dalam skala yang lebih luas, yaitu untuk menggerakkan energi besar demi mewujudkan peradaban Islam. Karena itu, peradaban tidak akan mungkin terwujud bila sumber kekuatan sosial yang ada di masyarakat tidak diberi stimulus. Kekuatan sosial pada masa itu lebih banyak dipegang oleh dominasi laki-laki sehingga wajar sekali bila nas lebih memberikan support yang condong terhadap laki-laki demi lebih mewujudkan peradaban. Nabi Muhammad Saw. adalah seorang visioner sejati karena sangat memperhatikan hal-hal yang detail demi terwujudnya peradaban Islam yang lebih baik dibandingkan dengan peradaban Romawi maupun Persia. Banyaknya ayat al- Qur’an yang turun berkenaan dengan peristiwa yang dialami oleh Nabi Muhammad Saw. serta sahabat lainnya menjadi indikasi bahwa teks nas sangat bersifat dinamis terkait dengan peristiwa yang dialami umat Islam. Karena nas menjadi pegangan umat Islam bukan hanya yang semasa dengan Nabi Muhammad Saw. juga mereka yang hidup setelahnya sampai hari kiamat. Dengan demikian, dapat dipahami semua ayat yang terkait dengan asbâbun nuzûl bersifat dinamis disesuaikan 105 dengan perkembangan masyarakat. 56 Selama ini, kajian tentang qath‘î dan zanni masih belum memenuhi kesepakatan di kalangan ulama karena tidak adanya ukuran yang jelas dalam menentukan kriteria tersebut. Bila merujuk pada banyaknya teks nas yang berkaitan dengan peristiwa yang terjadi pada masa Nabi Muhammad Saw. sehingga dapat dibuat pemetaan bahwa teks nas yang berkaitan dengan peristiwa yang terjadi pada masa Nabi Muhammad Saw. atau dengan istilah asbâbun nuzûl, 57 sehingga berdasarkan barometer tersebut akan memudahkan dalam melakukan ekstraksi terhadap teks nas yang berkaitan dengan suatu nas. Hampir semua teks nas yang turun berkaitan dengan peristiwa yang berkaitan dengan Nabi Muhammad Saw. dapat dikategorikan sebagai zanni. Dengan demikian, akan memudahkan dalam menentukan arah ijtihad yang sesuai dengan dinamika masyarakat. Dengan demikian, asbâbun nuzûl maupun asbâbul wurûd dapat dijadikan semacam barometer dalam melakukan ijtihad hukum. Artinya, asbâbun nuzûl tersebut dianggap dapat membuat pemetaan yang jelas dalam melakukan ijtihad. 58 Teks nas yang tidak terdapat asbâbun nuzûl maupun asbâbul wurûd dapat dikategorikan sebagai teks nas yang bersifat qath‘î. Rasa khawatir terhadap autentisitas nas masih bisa terjaga. Dengan pendekatan ini akan memudahkan kajian fiqh yang lebih komprehensif melegakan kalangan tradisional yang tidak mau beranjak dari kajian teks. 59 Bila demikian, akan memberi kekuatan legitimasi kepada kalangan akademisi untuk terus melakukan ekstraksi terhadap teks nas yang turun berdasarkan suatu peristiwa. Teks yang turun berdasarkan suatu peristiwa memberikan makna lain yang bersifat relative, akan tetapi memiliki legitimasi yang kuat. Dilema yang dirasakan di dalam hukum Islam yang berkaitan dengan hukum international, terutama yang berkaitan dengan gender, hukum pidana, equality akan bisa teratasi bila melakukan ekstraksi terhadap teks nas yang bersifat zanni tersebut. 60 Ekstraksi terhadap teks nas dapat memberikan stimulus yang sangat kuat bagi partisipasi berbagai kalangan untuk melakukan penafsiran ulang tentang beberapa tema hukum. Belum ada kesepakatan dari ulama fiqh kontemporer untuk menerapkan equality dalam hal saksi maupun waris disebabkan terkendala pemahaman teks nas. Teks nas yang dianggap qath‘î selama ini bila menyangkut tentang suatu hukum yang dijelaskan secara zahir terutama yang menyangkut angka. Metode maslahat maupun maqasid terbukti tidak bisa secara optimal untuk menyelesaikan persoalan hukum yang muncul akibat perubahan sosial yang terjadi. 61 Konfigurasi metode maqâsid ala asy-Syatibi masih sangat normatif dan kurang memiliki legitimasi yang kuat dari syariat, terutama yang menyangkut dengan persoalan kebutuhan hajjiyat tahsîniyât. Konsep masalah yang sering digunakan ulama fiqh dewasa ini masih terjebak dengan masalah- masalah dalam menerpakan otentisitas masalah yang sudah digunakan oleh Imam Malik dalam merumuskan metodologi hukumnya. Konsep masalahat tersebut kemudian dikembangkan oleh ulama generasi berikutnya termasuk oleh asy-Syatibi yang menggunakan istilah maqâsid asy- Syar‘iyyah dalam menafsirkan maslahat yang terdapat di dalam teks nas. Banyak dari kalangan akademisi Muslim yang terjebak dengan romantisme masa lalu dalam menggunakan istilah maslahat ataupun maqâsid asy- syar‘iyyah. Kasus dibolehkan seorang perempuan yang mengadu kepada Nabi Muhammad tentang perihal keinginannya untuk bercerai dari suaminya, sementara suaminya tidak ingin bercerai. Lalu, Nabi Muhammad Saw. memberikan hak bercerai kepada perempuan tersebut khuluk merupakan solusi hukum yang bagi perempuan tersebut. Secara implisit perempuan di dalam Islam juga memiliki hak yang sama dengan laki-laki dalam masalah ini. 62 Penafsiran hukum yang menyangkut dengan kasus yang senada dapat dilakukan. Artinya hak talak yang selama ini identik dengan suami merupakan hanya dalam tataran normatif selama suami dapat menempatkan posisinya sebagai pihak yang sesuai dengan konsep ideal dalam perkawinan. 63 Masalah hubungan dengan ahli kitab di dalam teks al- Qur’an jelas terdapat variasi pendekatan yang dilakukan sehingga hal tersebut dapat memberikan ruang bagi umat Islam menerapkannya. 64 Nuansa konfrontatif dalam menafsirkan teks yang sering dilakukan di kalangan ulama ketika berhubungan dengan ahli kitab sering sekali terpengaruh oleh bias sejarah. 65 Walaupun penafsiran teks tersebut mendapat dukungan dari teks nas, akan tetapi harus dilihat dari aspek yang lain tentang 106 hubungan dengan antara Muslim dengan ahli kitab. Penafsiran hukum yang konfrontatif seharusnya bisa dihindari dengan menampilkan teks nas yang cenderung bersahabat dengan ahli kitab. 66 Sering sekali pemahaman teks nas yang disebarkan ke kalangan umat Islam dengan gesture permusuhan dengan pihak lain, terutama ahli kitab merujuk pada teks nas. Padahal, teks nas yang berhubungan ahli kitab sering sekali berkaitan dengan kondisi sosial yang relative fluktuasi ketika itu. 67 Artinya, harus ada pemahaman yang dibangun bahwa pesan moral yang dikonstruksi dalam beberapa teks nas yang menyangkut dengan dinamika sosial bukan label namanya, 68 karena sangat banyak kalangan Kristen maupun Yahudi yang sangat peduli dengan kemanusiaan dan alam. Bahkan, dalam beberapa kasus mereka lebih humanis dibandingkan dengan kebanyakan umat Islam dewasa ini. Lihat saja perbandingan lembaga philantropist yang ada di dunia ini kebanyakan berasal dari negara-negara non-Muslim. Sudah saatnya meninggalkan metode penafsiran konfrontatif dalam menafsirkan teks nas yang berkaitan dengan hubungan dengan ahli kitab, karena di Barat sendiri kegiatan yang berkaitan dengan keislaman sangat marak dan bergairah. Teks nas yang berkaitan dengan larangan seorang Muslim untuk memilih pemimpin yang berasal dari non-Muslim selalu dijadikan sebagai teks nas yang bersifat qath‘î, padahal teks tersebut mengisyaratkan peristiwa yang terjadi pada masa itu. Akan tetapi, masalahnya menjadi lain bila mengartikan terminologi Yahudi dan Nasrani menjadi simbol dari kejahatan bagi kemanusiaan. 69 Tanpa disadari sikap konfrontatif yang termaktub dalam compendium penafsiran ulama dalam beberapa generasi melanggengkan permusuhan dengan pihak Yahudi dan Nasrani. 70 Tidak bisa disalahkan bila reaksi konfrontatif yang dilakukan mereka juga muncul karena banyaknya pencitraan negatif tentang ahli kitab. 71 Sering sekali umat Islam merasa gerah dengan kegiatan orientalis yang sering mendiskreditkan Islam. Akan tetapi, sedikit sekali di antara umat Islam menyadari pencitraan negatif yang dilakukan kepada Yahudi dan Nasrani jauh lebih parah. Sudah tidak masanya lagi penafsiran teks nas yang bernuansa konfrontatif tetap dipertahankan karena hal tersebut akan menjadi kontra produktif dalam perkembangan kajian keislaman. Karena dunia saat ini saling membutuhkan antara satu dengan yang lain bila sikap ini tetap dipertahankan akan menyulitkan kajian Islam itu sendiri. Usaha strategis untuk mengembangkan kajian fiqh dewasa ini bisa dilakukan dengan mengaktualisasi nilai universal dari hukum Islam itu sendiri. Banyak pihak akademisi luar menilai nilai universal hukum Islam hanya dalam tataran normatif saja. 72 Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya produk-produk fiqh yang sangat bias tidak mencerminkan nilai universalitas dari ajaran Islam yang sering diklaim umat Islam. Fiqh klasik sangat kurang mempertimbangkan hubungan dengan pihak non-Muslim karena posisi umat Islam ketika itu dalam keadaan leading. Hal itu tentunya berbeda dengan kondisi saat ini yang dalam banyak hal sangat tergantung dengan dunia Barat. Konsep universalitas kajian fiqh hendaknya membawa Spirit kebersamaan bukan hanya antara umat Islam, tapi juga dengan pihak di luar Islam. 73 Pemahaman beberapa ulama klasik yang cenderung merendahkan pihak non-Muslim sudah saatnya dihilangkan demi terbangunnya hubungan yang harmonis antara manusia secara umum. Misi Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin harus benar-benar ditegakkan bukan hanya dalam tataran normatif apalagi slogan. 74 Nilai universal kemanusiaan adalah suatu yang diterima oleh setiap manusia walaupun dalam beberapa hal terdapat perbedaan dalam memahami konsep yang tepat tentang nilai-nilai universal itu. 75 Akan tetapi, equality and justice merupakan suatu keniscayaan yang harus diadopsi dalam tatanan hukum di setiap lini. Masalahnya perbedaan yang muncul disebabkan cara pandang dalam menerapkan justice and equality itu karena terkait dengan nilai kehidupan yang dipegang berbeda. Hal itu bukan menjadi halangan bagi hukum Islam untuk bisa cocok dengan nilai-nilai hukum universal yang mengemban misi equality and justice. Masalah gender yang sering disorot sebagai salah satu batu sandungan di dalam hukum Islam agar bisa diterima di panggung hukum internasional terkendala karena masih banyak di antara pihak Muslim yang tetap mempertahankan pemahaman teks yang sempit dengan alasan teologis. Apabila merujuk pada latar belakang sosial gender dalam masyarakat Arab ketika itu, maka dapat dipahami bahwa ukuran 107 tentang nilai-nilai gender yang ditawarkan di dalam teks nas adalah bersifat alternative. Kalau meminjam pendapat Imam Sya‘rani yang menggunakan konsep ‘azimat dan rukhsah tidak hanya dalam masalah menyangkut dengan safar perjalanan. 76 Baginya, rukhsah dan ‘azimat diterapkan dalam memberikan solusi dari perkembangan sosial. Akan tetapi, masalah yang timbul seberapa valid ukuran rukhsah yang masih bisa ditolerir di dalam syariat. Karena bila tidak dibuat ukuran yang jelas maka akan menimbulkan masalah tersendiri dalam fiqh yang cenderung untuk bersikap hedonis dalam hukum. Gender adalah salah satu masalah sensitif yang belum bisa diselesaikan dalam kajian fiqh, terutama bila dikaitkan dengan konteks kekinian. Bila merujuk pada latar belakang sosial terbentuknya pemahaman tentang gender yang terlalu rigid di dalam dunia Islam disebabkan oleh pengaruh kultur Arab yang sangat kaku tentang ini. 77 Hal itu dapat dibuktikan sampai saat ini di beberapa negara Arab masih melarang perempuan untuk memegang posisi tertentu, padahal di negara lain tidak ada masalah. Bahkan, ada negara Arab yang melarang perempuannya menyetir mobil. Hal tersebut menimbulkan kecaman pemerhati hak azasi manusia. 78 Akibatnya, aturan yang sangat rigid tersebut merusak reputasi hukum Islam itu sendiri, padahal aturan itu hanya bersifat kasuistik. Tetapi, karena klaim sebagai negara Islam memberikan penafsiran lain bagi orang di luar Islam. Nilai persaksian perempuan yang hanya separo dari laki-laki dalam masalah hukum merupakan masalah yang harus segera diselesaikan jika hukum Islam masih akan disebut sebagi hukum yang cocok dengan nilai-nilai equality. 79 Terkadang semangat keislaman yang dimiliki umat Islam tidak diimbangi dengan kemampuan untuk mengemban misi Islam sebagai rahmatan lil ‘âlamîn. Opressi terhadap perempuan atas nama teks nas sudah saatnya mulai ditinggalkan karena itu bukan pesan utama yang ingin disampaikan dalam teks nas. Sikap ambivalence yang ditunjukkan banyak pihak dalam masalah equality yang menyangkut kesaksian perempuan, hal ini ditunjukkan dalam periwayatan Aisyah binti Abi Bakar. Sebagai istri Nabi Muhammad Saw. tentunya dia banyak mendapat akses dalam periwayatan hadits, kenyataannya dalam proses periwayatan hadits, ulama hadits sepakat menempatkan Aisyah salah satu sanad yang menempat posisi tertinggi. Hal tersebut bertentangan dengn prinsip yang diterapkan kalangan mayoritas ulama fiqh yang menganggap persaksian perempuan adalah setengah dari persaksian laki-laki. 80 Kenyataannya ulama hadits tidak memberlakukan hal tersebut kepada Aisyah yang diasumsikan sebagai sumber terpercaya. Bila konsep kesaksian perempuan dalam fiqh klasik diterapkan secara general, termasuk diterapkan kepada Aisyah, maka ribuan hadits yang diriwayatkan olehnya akan mendapat masalah. Ketidakadilan muncul tatkala hadits yang diriwayatkan selain Aisyah cenderung ditolak karena alasan kesaksian perempuan tidak bisa dijadikan hujjah begitu saja tanpa ada saksi yang lain yang menyertainya. 81 Hampir setiap peristiwa hukum teks hukum di dalam nas selalu berkaitan dengan peristiwa yang menyertainya. Pertanyaan sekelompok masyarakat kafir Quraisy yang mempertanyakan kenapa al- Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur tidak sekaligus. Seakan menegaskan bahwa esensi teks nas itu bukan terletak pada sakralitas huruf yang mewujudkan rangkaian wahyu ilahi. Akan tetapi, terletak bagaimana nas dipahami dalam konteks dinamika yang terjadi di dalam masyarakat. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa sakralitas teks nas bukan terletak pada hurufnya, tapi lebih pada bagaimana nas dapat dipahami serta dipraktikkan dalam kehidupan bermasyarakat. 82 Hubungan teks nas dengan peristiwa yang terkait dengan suatu peristiwa yang terjadi pada masa Nabi Muhammad sehingga makna yang terkait di dalam nas sangat relatif pada konteks peristiwa yang dihadapi suatu masyarakat. Dengan kata lain, teks yang berkaitan dengan suatu peristiwa tidak ada yang bermakna absolut hanya makna relatif. Relativitas makna yang terkandung di dalam teks nas yang berkaitan dengan suatu peristiwa akan memudahkan dalam menafsirkan teks tersebut dalam konteks kekinian. Dengan metode ini maka dua pertiga teks nas yang memiliki latar belakang peristiwa yang menyertainya akan lebih membuat kajian fiqh yang lebih atraktif. 83 Alangkah indahnya kajian fiqh bila penjara pemikiran yang selama ini dapat dirobohkan karena selama ini wilayah qath‘î dan zanni tidak jelas batasannya. Relativitas makna yang terdapat di dalam teks 108 yang berhubungan dengan suatu peristiwa dapat mengungkap hal-hal yang selama ini tersamarkan oleh dogma absolutism makna yang terkandung di dalam beberapa teks nas. Sebaiknya dipahami bahwa teks nas yang terkait dalam suatu peristiwa merupakan respons nas terhadap peristiwa tersebut dalam konteks nas sebagai aturan. Tidak semua teks nas yang berhubungan dengan suatu peristiwa selalu terkait dengan hukum, banyak juga yang terkait dengan bidang keilmuan lainnya. Dengan demikian, teks nas tidak hanya harus dilihat dari segi semantik saja, akan tetapi harus dilihat dari segi latar belakang sosial yang menyertainya. Cara menangkap pesan moral yang terdapat di dalam latar belakang sosial yang terjadi pada kurun waktu yang cukup lama tentunya harus mampu menangkap pesan moral yang utama dalam suatu peristiwa. 84 Bila mencari latar belakang sosial yang dimaksud dengan mencari kesamaan peristiwa secara identik tentunya tidak mungkin didapatkan. Akan tetapi, stressing point dalam masalah ini ialah kemampuannya dalam menangkap sinyal hukum yang cocok diterapkan dalam kondisi masyarakat setempat. 85 Menariknya teks nas yang turun ke Madinah biasanya berhubungan dengan kondisi masyarakat Islam yang sudah memiliki struktur yang jelas sehingga teks nas yang turun lebih banyak berhubungan dengan masalah yang berhubungan dengan hukum. 86 Hukum yang terkait dengan kondisi masyarakat Madinah harus dipahami bahwa kondisi umat Islam ketika itu masih dalam taraf sedang berkembang menuju masyarakat yang dikenal seperti sekarang ini. Karena itu, teks hukum yang turun di Madinah memiliki makna lain untuk disempurnakan oleh generasi selanjutnya. Artinya, teks nas yang berkaitan dengan hukum yang turun di Madinah harus dipahami sebagai hukum yang diterapkan dalam kondisi masyarakat yang sudah dibentuk secara established. Dengan demikian, teks nas yang berhubungan dengan hukum harus dipahami sebagai bukan bahan jadi tetapi setengah jadi sehingga harus diolah lagi menurut kondisi masyarakat setempat. 87 Alangkah naifnya bila kondisi masyarakat Madinah ketika Nabi turun dengan segala kekurangan yang ada dianggap sebagai masa yang paling ideal dalam pembentukan hukum. Hadits yang mengatakan bahwa masa yang terbaik ialah masa pada Nabi kemudian sahabat, lalu tabi‘în tidak berhubungan dengan infrastruktur sosial yang terdapat di dalam masyarakat. Karena infrastruktur pada masa Nabi sangat sederhana sehingga hukum yang diturunkan, terutama yang menyangkut masalah sosial, harus dilihat dari aspek ini. Maksudnya, hukum Islam yang yang terbentuk pada masa Nabi yang terkait dalam masalah sosial belum bahan jadi sehingga perlu adanya penyempurnaan dalam tingkat aplikasi di dalam masyarakat. 88 Itu sebabnya kenapa Umar banyak melakukan ijtihad baru tidak mengikuti apa yang tertera di dalam teks nas disebabkan turunnya teks nas yang berkaitan hukum dalam masyarakat ketika infrastruktur sosialnya masih kurang. Teks nas yang berkaitan dengan hukum di masyarakat yang sedang berproses dari masyarakat tribal menuju masyarakat heterogen tentunya mengalami transformasi identitas yang cukup berat. 89 Ketika selama ini pola struktur masyarakat tribal yang hanya memikirkan kelompoknya cenderung menganggap musuh bagi kelompok lain, terutama yang tidak mengadakan perjanjian aliansi dengan mereka sehingga kondisi masyarakat seperti ini masih kurang terbuka. 90 Tidak mungkin teks yang diturunkan bersifat bahan jadi karena akan cepat usang dan tidak bisa dipergunakan lagi oleh generasi selanjutnya. Itu sebabnya dalam masalah yang berkaitan dengan sosiologi hukum banyak sekali teks nas yang memilki lafaz mushtarak. Berbeda dengan teks nas yang berkaitan dengan nilai-nilai ketauhidan secara tegas dan jelas termaktub di dalamnya hal tersebut untuk menghindari terjadi multi pemahamaan di dalam Islam. 91 Bila melihat argumen di atas, berarti hampir semua teks nas yang berkaitan dengan dinamika sosial harus diolah terlebih dahulu dalam konteks kondisi terkini di dalam masyarakat. Tentunya permasalahan yang berkaitan dengan gender, suksesi, mawaris, saksi, saksi pernikahan, talak, hukum pidana, pemilihan pemimpin ataupun yang lainnya dapat dilakukan interpretasi lebih lanjut. Dengan melihat kondisi masyarakat Madinah ketika turunnya teks nas tersebut memberikan otoritas kepada umat Islam untuk melanjutkan usaha dan mengelola hukum tersebut sesuai dengan kondisi masyarakat sekarang. 109 Masa iddah yang terdapat di dalam fiqh klasik selalu terkait dengan kaum perempuan harus dievaluasi karena bisa juga diterapkan kepada laki-laki, alasan untuk menjaga keturunan bila si istri tersebut hamil bisa dilihat dari sudut pandang lain. Argumen tersebut dapat dibantah dengan perkembangan teknologi saat ini dengan waktu singkat dapat memprediksi kehamilan seseorang. Tekanan sosial yang lebih kepada kaum perempuan selama ini bukan berasal dari nas, akan tetapi lebih banyak terjadi akibat pemahaman teks nas yang dipengaruhi oleh kultur patriarki masyarakat Arab. Pemahaman patriarki yang terjadi dalam rentang waktu yang cukup lama dalam masyarakat Islam terkadang kontra produktif bila dilihat dalam konteks saat ini. 92 Banyak hal yang diperhatikan dalam menentukan hukum tentang sesuaatu bukan hanya terkait dengan nilai-nilai universal yang telah disepakati masyarakat internasional, juga pengaruh kekuatan modal yang menjadi ciri khas masyarakat modern. Sebut saja larangan merokok yang tertera di bungkus rokok semacam kemunafikan yang dilakukan oleh pemerintah yang di satu sisi melarang orang untuk merokok, akan tetapi pemerintah makin meningkatkan pendapatannya dari cukai rokok. 93 Kekuatan modal sangat berpengaruh besar dalam keputusan hukum yang ditetapkan oleh pemerintah sehingga hal ini juga berimbas pada keputusan hukum yang diambil oleh akademisi dalam memutuskan tentang sesuatu. Kekuatan modal juga harus diperhatikan dalam membuat suatu keputusan hukum. Kasus fatwa haram yang ditetapkan oleh salah satu ormas besar di Indonesia ternyata tidak efektif menghentikan orang untuk berhenti dari merokok. Industri rokok saat ini memiliki pengaruh besar dalam kehidupan masyarakat karena banyak pihak yang tergantung kehidupan mereka dengan industri ini. Hal tersebut dapat dimengerti bila fatwa haram yang ditetapkan hanya sedikit dari masyarakat Islam yang mematuhinya. Konsep maslahat dewasa ini tidak hanya bersifat pribadi, akan tetapi dilihat dari aspek sosial yang dapat ditimbulkannya, seperti kasus isu lemak babi yang melanda beberapa produk yang sering dikonsumsi oleh umat Islam sehari-hari. 94 Tentu saja harus disikapi dengan bijak tidak langsung memfatwakan haram menggunakan produk itu lagi. Hal itu disebabkan oleh kegiatan idustri di belakangnya tergantung nasib ribuan atau mungkin jutaan pihak yang terkait langsung maupun tidak langsung terhadap industri ini. Gelombang tuntutan untuk embargo beberapa produk yang identik dengan Amerika yang dilontarkan sejumlah ormas dengan alasan untuk memberi tekanan kepada Amerika, yang dituding sering tidak adil terhadap umat Islam. Andai seruan embargo terhadap semua barang yang diproduksi Amerika tentunya akan menimbulkan dampak yang buruk terhadap pihak yang terkait dengan Amerika. Sejumlah bisnis waralaba yang telah mendunia beberapa produknya sangat - familiar dengan masyarakat Indonesia tentunya mayoritas karyawan Muslim yang bekerja di perusahaan tersebut akan mengalami PHK pemutusan hubungan kerja. Fatwa hukum tidak bisa dilakukan hanya dengan pertimbangan hukum dari sisi maslahat atau mafsadât dalam skala individu, tetapi harus melihat dari aspek yang lebih besar. Hampir tidak pernah dialami oleh sejarah fiqh sebelumnya tatkala harus selalu melihat aspek lain di luar fiqh itu sendiri ketika memutuskan tentang suatu. Kekuatan modal merupakan elemen penting dalam masyarakat modern yang harus dipertimbangkan oleh kajian fiqh kontemporer, karena di belakangnya banyak pihak yang tergantung hidupnya dengan industri ini. 95 Seperti fatwa haram dalam kegiatan jual- beli valuta asing yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional DSN sangat bias dengan kondisi saat ini. Sementara itu, industri keuangan yang menangani kegiatan jual-beli valuta asing dengan alasan investasi banyak melibatkan berbagai pihak, selain institusi pada lembaga pemerintah maupun swasta juga kalangan masyarakat umumnya. 96 Jika fatwa tersebut diterapkan akan menimbulkan masalah besar dalam kegiatan ekonomi karena kegiatan ini juga banyak melibatkan umat Islam sebagai regulator dan investor. Terkadang fatwa yang diberikan tanpa melihat aspek yang lebih besar akan membuat lembaga fatwa tersebut kredibelitasnya menjadi berkurang akibat terlalu premature dalam memutuskan tentang sesuatu. 97 Putusan fiqh sekarang ini cenderung bersifat institusional dibanding dengan pada masa lalu yang bersifat individual, hal tersebut disebabkan perkembangan zaman yang sangat cepat membutuhkan beberapa disiplin ilmu di dalamnya. Belum berpengalamannya kajian fiqh ketika berhadapan dengan dunia 110 industri harus disikapi dengan perubahan paradigma yang berlaku di dalam fiqh, terutama yang berkaitan dengan sosiologi hukum. Tidak pernah terjadi sebelumnya kajian fiqh harus berhubungan dengan industri pemilik modal besar yang dapat mempengaruhi policy pemerintah terhadap masyarakat. Fatwa haram bunga bank yang dikeluarkan MUI sampai saat ini tidak efektif berlaku di masyarakat karena masyarakat tidak peduli. Ketidakpatuhan publik terhadap fatwa terkadang disebabkan tidak ada alasan logis, selain alternatif yang ditawarkan tidak sebanding dengan kebutuhan masyarakat. Bayangkan bila seluruh masyarakat Muslim mematuhi fatwa tersebut, tentu industri keuangan konvensional yang menguasai lebih dari 95 persen industri perbankan akan mengalami rush. 98 Hal tersebut akan menimbulkan kegoncangan ekonomi yang merugikan semua pihak, sementara industri perbankan syariah masih tidak seimbang jumlahnya dengan kebutuhan masyarakat umum. Hal ini membuat putusan fatwa haram bunga bank menjadi tidak rasional sehingga tidak diikuti oleh sebagian besar masyarakat. Banyaknya fatwa yang diabaikan oleh mayoritas masyarakat jangan diartikan sebagai bentuk dekadensi moral yang terjadi di dalam masyarakat, akan tetapi institusi ulama harus juga melakukan instrospeksi. Sebaiknya fatwa yang dikeluarkan harus benar-benar kredibel dengan melakukan survey pasar layaknya suatu industri sehingga trust dari masyarakat akan didapatkan. Bayangkan saja seorang Benjamin Bernanke seorang Amerika keturunan Yahudi segala ucapannya akan direspon oleh pasar keuangan di Amerika maupun dunia. 99 Karena kuatnya trust kepada dirinya, terutama yang berkaitan dengan kebijakan pasar keuangan di sana. Segala ucapannya yang dilontarkan ke publik tidak sembarang ucapan, akan tetapi dicetuskan setelah melakukan observasi pasar yang dilakukan oleh tim yang kuat. 100 Alangkah naifnya bila ucapan yang dikeluarkan melalui fatwa terhadap suatu keputusan diabaikan oleh umat Islam tentunya ada masalah dalam fatwa tersebut. Di dalam masyarakat modern saat ini, tampilan luar bukan suatu hal yang dianggap paling penting, akan tetapi harus juga memiliki integritas keilmuan yang kuat. Sebenarnya, fatwa dapat saja mendapatkan respons masyarakat bila dilakukan dengan meng- adopsi layaknya kerja perusahaan yang berkinerja baik. Otoritas akan dengan sendirinya lahir bila bisa menjaga trust dari masyarakat, tetapi untuk mendapatkan kepercayaan dari masyarakat, tentunya harus dilakukan dengan menjaga integritas kepribadian maupun keilmuan. 101 Kesempatan institusi ulama saat ini masih memiliki masa depan yang cukup cerah asalkan dilakukan dengan benar layaknya institusi modern. Lembaga fatwa saat ini tidak bisa hanya menjual ikatan emosional, akan tetapi harus bisa menempatkan diri seperti profesional yang mendapat kepercayaan dari masyarakat. Ketimpangan juga bisa terjadi bila lembaga institusi ulama dituntut agar menjadi lembaga yang professional, tetapi tidak diimbangi dengan imbalan keprofesionalan mereka. Sering sekali nilai kesalehan dinilai karena tidak menerima imbalan dalam kegiatan yang berkaitan praktik keagamaan sehingga ketidak adilan terjadi kepada mereka. Tidak jarang terjadi ketika berbicara tentang kesalehan yang menjadi rujukan sahabat-sahabat Nabi yang zuhud, di sisi lain tuntutan dunia saat ini mengharuskan urusan materi menjadi sesuatu yang tidak bisa dihindarkan. Otoritas yang terbangun karena integritas kepribadian dan keilmuan jauh lebih kuat dibandingkan dengan otoritas yang didukung oleh legitimasi formal. 102 Otoritas legitimasi formal diperoleh dengan forced obedience bukan karena panggilan hati, akan tetapi lebih kepada hukum. Otoritas yang dimiliki oleh seorang ulama secara individu ataupun secara institusi akan memperoleh volounteer obedience dari umat Islam bila mereka menjaga integritas pribadi dan keilmuan. Kekacauan politik di Mesir pasca penggulingan Presiden Morsi oleh kudeta militer pimpinan Jenderal Abdullah al-Sisi sangat disayangkan didukung oleh Syeikh al-Azhar. 103 Kecaman dilontarkan oleh Perdana Menteri Tayyib Erdogan kepada Syeikh al-Azhar yang seharusnya bersikap netral. Bukan malah memberikan justifikasi kepada pihak militer yang telah melakukan kudeta kepada pemimpin demokratis pertama yang dipilih secara langsung di Mesir. 104 Integritas institusi ulama yang dipegang oleh Syeikh al-Azhar sangat tercoreng karena ketidakmampuannya menempatkan posisinya sebagai pihak yang berdiri di semua pihak. 111 Majelis Ulama Indonesia juga dinilai kurang bijak dalam peristiwa pembantaian warga Syiah di Madura, mereka terkesan kurang respek terhadap hilangnya nyawa manusia hanya dengan bentuk ucapan keprihatinan saja. 105 Fatwa sesat yang dibuat oleh Majelis Ulama Jawa Timur terhadap golongan Syiah menimbulkan kebingungan tersendiri karena tidak jelasnya ukuran yang digunakan untuk menyesatkan pihak lain. 106 Di tingkat internasional, dapat dilihat negara Iran yang mayoritas Syiah masih tetap diakui sebagai bagian dari komunitas masyarakat muslim dunia. 107 Ukuran kesesatan dibuat MUI tersebut sangat kabur hanya karena mainstream masyarakat Indonesia berpaham muslim sunni. Kisah tentang sekelompok masyarakat Yahudi yang menghadap kepada Nabi perihal agar diputuskan suatu perkara yang sedang diperselisihkan, kemudian atas petunjuk dari Allah maka Nabi memutuskan sesuai dengan hukum Taurat. Secara implisit hal di atas menunjukkan bahwa Islam sangat menghargai sumber hukum pihak luar. Dengan situasi masyarakat yang cenderung Kosmopolitan, sepertinya sangat sulit hanya berdasarkan satu sumber hukum saja. 108 Dengan kata lain, Islam juga menghargai pihak lain di luarnya untuk tetap menggunakan pola hukum yang cocok dengan situasi kondisi mereka. Munculnya Muslim radikal disebabkan masih rigid cara pandang mereka dalam menerapkan pesan- pesan yang termuat di dalam teks nas. 109 Wilayah qath‘î biasanya teks nas yang turun tidak terkait dengan peristiwa yang dialami oleh Nabi Muhammad Saw. atau sahabat semasanya, hal tersebut dapat terjadi karena teks nas tersebut didesain ever lasting sampai hari kiamat. Dengan demikian, akan memudahkan generasi setelah Nabi Muhammad Saw. untuk tetap menjaga nilai-nilai normatif yang tidak boleh diganggu gugat dengan alasan apa pun. 110 Nilai tauhid yang terkandung di dalam teks nas merupakan hal yang bersifat eternal sehingga akan tetap tidak berubah. Sangat disayangkan cita-cita identitas Muslim satu dalam pluralitas yang dibangun oleh Nabi Muhammad Saw. seakan buyar ketika unsur eksklusivitas digunakan dengan nama lain yang dapat mengaburkan pandangan masyarakat Muslim secara umum. 111

C. Otoritas Teks dalam Konsep Fiqh