commit to user 25
2. Pendekatan Semiotik
Cobley dan Janz dalam Ratna 2004:97 mengemukakan bahwa semiotik secara definitif berasal dari bahasa Yunani seme yang berarti penafsir tanda.
Dapat pula berasal dari kata semeion yang berarti tanda. Secara luas semiotika diartikan sebagai studi mengenai produksi dan interpretasi tanda, bagaimana
cara kerjanya, dan manfaatnya terhadap kehidupan manusia. Halliday dalam Ratna 2004:98 mengemukakan bahwa semiotik
merupakan kajian umum, dimana bahasa dan sastra hanya satu bidang di dalamnya. Namun, melalui bahasa dan sastra kajian semiotika dapat dilakukan
secara mendalam. Konsep utama dalam semiotik adalah hubungan antara petanda dan penanda. Kedua hal tersebut bersifat arbitrer. Berdasarkan
pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa semiotik merupakan suatu kajian ilmu yang objeknya berupa tanda atau simbol.
Analisis karya sastra secara semiotis dapat dilakukan dengan dua tahapan menurut Wellek dan Warren 2014, yaitu analisis intrinsik analisis
mikrostruktur dan analisis ekstrinsik analisis makrostruktur. Tanda dalam penelitian sastra salah satunya adalah bahasa. Bahasa tersebut merupakan salah
satu sistem tanda yang sangat kompleks. Puisi maupun narasi dapat dianalisis secara semiotis dengan menentukan
fungsi, pesan, dan efeknya terhadap masyarakat luas. Dalam sastra, tanda tidak hanya terbatas pada teks tertulis saja. Menurut Ratna 2004:112, hubungan
antara penulis, karya sastra, dan pembaca juga merupakan suatu pemahaman mengenai tanda. Sistem tanda yang merupakan kajian nonverbal dalam naskah
commit to user 26
diantaranya adalah kulit buku, susunan warna, tebal buku, dan tipografi tulisan. Dalam penafsiran secara semiotis, maka tanda-tanda tersebut dihubungkan
dengan ground, denotatum, dan interpretant. Simbolisme dalam peninggalan sejarah jawa banyak terdapat dalam
naskah maupun kitab-kitab hasil karya para pujangga baik dalam bentuk prosa maupun berbentuk syair atau tembang Herusatoto, 2008:189. Simbol menurut
prespektif Saussurean dalam Berger 2010:27 adalah jenis tanda dimana hubungan antara penanda dan petanda seolah-olah bersifat arbitrer. Maksudnya
adalah sebuah simbol tidak dapat digantikan dengan simbol yang lain. Salah satu jenis tanda yang dikemukakan oleh Berger 2010:79 adalah
tanda-tanda imajiner, yaitu tanda yang tidak berada di dunia nyata namun dapat kita bayangkan. Dalam hal ini tanda dibagi menjadi beberapa bagian
diantaranya 1 penggambaran secara verbal yang menggunakan kata-kata sebagai penjelas gambaran dalam angan-angan seseorang, 2 impian yang
merupakan bentuk-bentuk khayal yang muncul pada saat tidur, 3 halusinasi yang merupakan kemampuan sistem saraf seseorang untuk memahami objek-
objek tidak nyata, dan 4 bayangan yang merupakan cara memahami sesuatu dan bersifat supranatural 2010:79-82.
Kemampuan manusia dalam menciptakan simbol merupakan bukti bahwa manusia telah memiliki peradaban dan kebudayaan yang tinggi bahkan
maju. Hal ini dikarenakan manusia mampu menciptakan simbol sederhana seperti isyarat bahkan sampai simbol yang telah dimodifikasi seperti sinyal
gelombang televisi maupun radio Sobur, 2004:43.
commit to user 27
Langer dalam Herusatoto menjelaskan mengenai simbol yang dibedakan mejadi dua menurut pembedaan formal dan menurut cara pemakaiannya.
Secara formal simbol dibedakan menjadi dua macam yaitu simbolisme presentasional yang merupakan simbol dan cara penangkapannya tidak
memerlukan pemikiran matang, melainkan spontan menyampaikan apa yang dikandungnya. Biasanya dapat ditemukan dalam alam, lukisan, tarian, dan
sebagainya. Sedangkan simbol yang kedua adalah simbolisme diskursif yang berupa simbol dengan cara penangkapannya menggunakan pemikiran yang
matang, tidak serta merta mengungkapkan apa yang dikandungnya, melainkan secara beraturan dan bertahap. Media yang merupakan simbolisme diskursif
adalah bahasa 2008:63. Menurut cara pemakaiannya, simbol dibedakan menjadi bahasa, ritus, mitos dan musik. Keempat hal tersebut digunakan untuk
mengungkap arti dalam bidang lain, seperti mimpi, tingkah laku, dan angan- angan 2008:64.
Simbol menurut Herusatoto 2008:52 dapat berupa benda atau bentuk- bentuk, misalnya rumus-rumus maupun lambang. Namun simbol juga dapat
berupa keadaan misalnya pepatah, candra sengkala, ataupun kisah dan dongeng.
Puisi merupakan salah satu perwujudan dari tanda. Berger menyatakan bahwa tanda yang terpenting dalam karya sastra adalah visualisasi 2010:121.
Hal ini juga dapat diaplikasikan dalam puisi Jawa klasik yang terdapat dalam sebuah naskah Jawa. Simbolisme dibagi menjadi beberapa jenis menurut
Herusatoto 2008:139 yaitu 1 simbolisme dalam alat-alat yang dipakai dalam
commit to user 28
kehidupan sehari-hari orang Jawa; 2 simbolisme yang dipakai dalam penggunaan warna; 3 simbolisme dalam bahasa sastra yang dipakai orang
Jawa misalnya penggunaan sengkalan, pepatah, perumpamaan, dan sebagainya. Klap dalam Berger 2010:125 menyatakan bahwa identitas sebuah tanda
bukan merupakan suatu fungsi pemilikan materi setiap orang, tetapi identitas dihubungkan dengan wujud simbolis dan cara seseorang dirasakan oleh
lainnya. Oleh karena itu, perlu ketelitian dan kebenaran seseorang dalam menafsirkan tanda-tanda yang berupa identitas. Oleh sebab itu, simbolisme
digunakan sebagai alat untuk menguraikan dan menggambarkan sesuatu sebagai media budaya oleh orang Jawa Herusatoto, 2008:153.
Berdasarkan beberapa teori di atas, peneliti mengacu pada teori semiotik Berger dan teori simbol menurut Herusatoto. Hal tersebut dikarenakan pada
teori Berger, semiotik merupakan ilmu yang mempelajari tentang tanda dimana simbol termasuk dalam bahan kajiannya. Sedangkan dalam teori Herusatoto
simbol diterangkan lebih detail khususnya simbol-simbol dalam budaya Jawa. Kedua teori tersebut mengungkap mengenai simbol yang akan dikaji lebih
lanjut dalam penelitian ini.
3. Sêrat Safingi