commit to user 34
5. Nillai-nilai Pendidikan Karakter Jawa
a. Pendidikan Karakter
Pendidikan menurut Perda no. 4 tahun 2012 adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, Bangsa dan Negara bab 1, pasal 1, ayat 9. Menurut Dewantara 1977:20
pendidikan adalah tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak. Pendidikan menjadi tuntunan bagi segala kekuatan kodrat yang ada pada
anak-anak, agar sebagai manusia dan anggota masyarakat dapat memperoleh keselamatan dan mencapai kebahagiaan. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa pendidikan merupakan upaya untuk mengajarkan tuntunan hidup melalui proses pembelajaran terhadap peserta didik, agar
dapat mengembangkan
potensi dirinya
sebagai langkah
untuk mempersiapkan diri terjun didalam masyarakat.
Karakter berasal dari bahasa Yunani yaitu kharakter yang berarti memahat atau mengukir. Sedangkan dalam bahasa Latin, karakter berarti
membedakan tanda Narwanti, 2011:1. Karakter pada dasarnya merupakan ciri khas yang melekat pada diri seseorang yang membedakan antara orang
satu dengan lainnya. Karakter pada pribadi manusia dapat dibentuk sedini mungkin. Dengan menanamkan nilai-nilai tertentu, dapat pula digunakan
commit to user 35
sebagai penentu karakter seseorang selain dari karakter bawaan yang berasal dari faktor keturunan.
Scerenko dalam Samani 2012:42 mendefinisikan karakter sebagai ciri-ciri yang membentuk dan membedakan ciri pribadi, ciri etis, dan
kompleksitas mental dari seseorang, suatu kelompok, atau bangsa. Listyarti 2012:3-4 membagi karakter seseorang secara teoritis menjadi tiga aspek
yaitu mengetahui kebaikan knowing the good, mencintai kebaikan loving the good, dan melakukan kebaikan doing the good.
Spranger dalam Dewantara 1977:26 membagi karakter menjadi 6 enam jenis berdasar hasrat seseorang, yaitu kekuasaan machtsmensch,
agama religieus mench, keindahan kunstmensch, kegunaan nutsmensch, pengetahuan wetenschaps, dan mengabdi sociale mensch. Berdasarkan
penjabaran di atas, secara garis besar dapat disimpulkan bahwa karakter adalah sifat bawaan seorang manusia yang sudah dibawa sejak lahir dan
merupakan sesuatu yang melekat dalam diri seseorang. Pendidikan karakter merupakan suatu sistem penanaman nilai-nilai
karakter kepada seseorang yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan. Pada dasarnya pendidikan karakter juga mencakup pembiasaan
mengenai perilaku dan kebiasaan yang baik. Dengan menanamkan hal tersebut di sekolah, siswa dapat memahami serta merasakan dan mau
membiasakan diri untuk bersikap dan berperilaku baik.
commit to user 36
Tujuan pendidikan karakter disebutkan dalam Pasal 40 ayat 1, Perda no. 4 Pemerintah Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 yaitu membentuk
bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu
pengetahuan dan teknologi yang dijiwai oleh Pancasila, iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Adapun tujuan pendidikan karakter menurut
Suparlan 2012:103 adalah meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan
karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang sesuai standar kompetensi lulusan.
Pencetus pendidikan karakter yaitu Jerman FW Foerster pada tahun 1869-1966. Beliau lebih menekankan pada proses pembentukan pribadi dari
dimensi etis-spiritual. Di beberapa negara seperti Amerika Serikat, Jepang, Korea, dan Cina pendidikan karakter dimulai sejak pendidikan dasar.
Negara-negara tersebut beranggapan bahwa penanaman pendidikan karakter sejak sekolah dasar menimbulkan efek positif bagi perkembangan anak ke
depan. Indonesia saat ini juga telah melakukan suatu gerakan yang disebut
Gerakan Nasional Pendidikan Karakter GNPK. Presiden Susilo Bambang Yudoyono dalam Narwanti 2011:16 mengemukakan bahwa terdapat lima
hal dasar yang menjadi tujuan dari GNPK tersebut, yaitu 1 manusia Indonesia harus bermoral, berakhlak, dan berperilaku baik; 2 bangsa
Indonesia menjadi bangsa yang cerdas dan rasional; 3 bangsa Indonesia
commit to user 37
menjadi bangsa yang inovatif dan mengejar kemajuan serta bekerja keras mengubah keadaan; 4 harus bisa memperkuat semangat; dan 5 manusia
Indonesia harus menjadi patriot sejati yang mencintai bangsa dan negara serta tanah airnya.
Pendidikan karakter memiliki berbagai fungsi diantaranya adalah a mengembangkan potensi dasar supaya memiliki hati, pikiran, dan perilaku
yang baik; b memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultur; c meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam
pergaulan dunia. Konsep nilai-nilai pembentukan karakter sangat beragam. Nilai
pembentuk karakter yang cukup lengkap dikemukakan oleh Pusat Kurikulum mengenai Pengembangan dan Pendidikan Budaya dan Karakter
Bangsa. Pilar nilai karakter menurut Pusat Kurikulum, Balitbang Diknas dalam Suparlan 2012:66-67, dirumuskan sebanyak delapan belas item nilai
yang harus dikembangkan untuk membentuk karakter anak didik di Indonesia. Nilai-nilai tersebut adalah 1 religius, 2 jujur, 3 toleransi, 4
disiplin, 5 kerja keras, 6 kreatif, 7 mandiri, 8 demokratis, 9 rasa ingin tahu, 10 semangat kebangsaan, 11 cinta tanah air, 12 menghargai
prestasi, 13 bersahabat atau kominikatif, 14 cinta damai, 15 gemar membaca, 16 peduli lingkungan, 17 peduli sosial, dan 18 tanggung
jawab. Ki Hajar Dewantara mengungkapkan pemikirannya mengenai konsep
pendidikan karakter. Ajaran Ki Hajar Dewantara yang merupakan
commit to user 38
positioning karakter dalam pendidikan nasional Samani dan Hariyanto, 2012:34 adalah a Lawan Sastra Ngesti Mulya, yang artinya dengan ilmu
manusia akan mencapai keberhasilan hidup, b Suci Tata Ngesti Tunggal, artinya adalah untuk mencapai cita-cita yang mulia diperlukan kesucian
batin, kejernihan pikiran, dan kedisiplinan nasional. Ki Hajar Dewantara menyampaikan pula tiga macam fatwa yang satu
yaitu a Tetep-Mantep-Antep yang maknanya adalah dalam melakukan suatu pekerjaan hendaknya harus diiringi dengan ketetapan hati, tekun
bekerja, kemantapan hati, dan kebulatan tekat. Karena dengan ketetapan pikiran dan kekuatan batin akan menentukan kualitas seseorang; b
Ngandel, Kendel, Bandel, Kandel, maksudnya adalah untuk menggapai cita- cita harus percaya pada diri sendiri, berani menghadapi segala hal yang
merintang, teguh pendirian, kuat secara lahir-batin, serta tawakal; dan c Neng-Ning-Nung-Nang, maknanya adalah kita harus memiliki sikap
meneng, wening, hanung, dan menang. Kesucian pikiran dan hati yang diperoleh dengan ketenangan hati, akan mendatangkan kebahagiaan.
Apabila telah dicapai ketiga hal tersebut, maka kesuksesan atau kemenangan akan kita peroleh Dewantara, 1977:14.
Lickona 2012:82 menjabarkan mengenai karakter yang tepat bagi pendidikan nilai yaitu karakter yang baik terdiri dari mengetahui hal yang
baik, menginginkan hal yang baik, dan melakukan hal yang baik. Pada dasarnya karakter yang tepat diterapkan adalah yang dapat membuat
seseorang memiliki sikap dan menjadi pribadi yang lebih baik. Adapun ciri-
commit to user 39
Komponen Karakter yang Baik
ciri karakter digambarkan oleh Lickona dalam komponen karakter yang baik sebagai berikut 2012:84.
Bagan 1. Komponen Karakter yang Baik Berdasarkan beberapa teori mengenai karkter dan pendidikan karakter
di atas, peneliti lebih memilih konsep pendidikan karakter menurut Ki Hajar Dewantara sebagai acuan dalam penelitian ini. Hal ini dikarenakan konsep
pendidikan karakter Ki Hajar Dewantara mengacu pada konsep kebudayaan Jawa, dimana akan lebih relevan dengan penelitian ini.
b. Karakter Jawa