Nilai Karakter yang Ditanamkan di Gugus IV Ambarketawang

93 dan lingkungan peserta didik juga merupakan salah satu faktor penghambat dimana faktor lingkungan dan keluarga peserta didik yang berbeda-beda juga menanamkan nilai yang berbeda-beda. “Dukungannya adalah bahwa anak-anak di kelas ini cenderung mudah diatur dan di keluarga mereka juga ditanamkan nilai karakter yang mendukung sekolah. Untuk hambatannya, karena latar belakang keluarga yang berbeda-beda itu. Ada salah satu anak yang berasal dari latar belakang keluarga yang dikategorikan dalam menengah ke atas dan dari suku yang terkenal keras, sehingga anak itu cenderung mau menangnya sendiri dan tidak mau dikritk, bahkan itu dengan guru kelas. ” CW-10. 4 Cara Mengatasi Faktor Penghambat TK ABA Gamping mengadakan kegiatan parenting setiap 6 bulan sekali. Kegiatan parenting ini dijadikan satu dengan pembagian hasil perkembangan peserta didik setiap semesternya. Pada kegiatan ini guru meberikan laporan mengenai perkembangan peserta didik, permasalahan yang ditemui dalam proses perkembangan dan pembelajaran anak, dan menemukan jalan keluarnya bersama-sama. Saat ada anak yang dirasa memiliki permasalahan, guru memberikan pendampingan dan memberikan tanggung jawab kepada anak agar anak merasa dihargai. Setiap harinya guru juga melaporkan perkembangan peserta didik saat anak dijemput oleh orangtua.

B. Pembahasan

1. Nilai Karakter yang Ditanamkan di Gugus IV Ambarketawang

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di 10 TK di Gugus IV Ambarketawang pada 13 Februari 2017 hingga 1 Maret 2017, peneliti menggabungkan jumlah nilai karakter selama pembelajaran yang berasal dari 94 masing-masing TK di Gugus IV Ambarketawang menjadi satu kesatuan data yang dapat dipresentasikan pada Gambar 2 berikut: Gambar 2. Jumlah Nilai Karakter yang Nampak Selama Observasi Berdasarkan observasi yang telah dilaksanakan pada 13 Februari sampai dengan 1 Maret 2017 di 10 TK di Gugus IV Ambarketawang, diperoleh data bahwa di TKIT Nurul Ittihad menanmkan 12 nilai karakter, di TK Santi Siwi menanamkan 10 nilai karakter, di TK ABA Kalimanjung menanamkan 8 nilai karakter, di TK ABA Bodeh menanamkan 10 nilai karakter, di TK ABA Mancasan menanamkan 9 nilai karakter, di TK ABA Delingsari menanamkan 12 nilai karakter, di TK ABA Mejing menanamkan 9 nilai karakter, di TK Ambar Asri menanamkan 11 nilai karakter, di TK ABA Patukan menanamkan 11 nilai karakter, dan di TK ABA Gamping menanamkan 10 nilai karakter. Nilai karakter yang ditanamkan tersebut 95 ditanamkan selama proses pembelajaran dari bel masuk hingga pulang sekolah. Berdasarkan wawancara yang telah dilaksanakan, peneliti menggabungkan sumber yang berasal dari masing-masing TK di Gugus IV menjadi satu kesatuan data yang dapat dipresentasikan dalam Gambar 3 berikut : Gambar 3. Jumlah Nilai Karakter yang Nampak Berdasarkan Wawancara Berdasarkan wawancara yang telah dilaksanakan pada 13 Februari sampai dengan 1 Maret 2017 di 10 TK di Gugus IV Ambarketawang mengenai nilai karakter lain yang ditanamkan di TK di Gugus IV selain waktu observasi, diperoleh data bahwa di TKIT Nurul Ittihad menanmkan 18 nilai karakter, di TK Santi Siwi menanamkan 6 nilai karakter, di TK ABA Kalimanjung menanamkan 8 nilai karakter, di TK ABA Bodeh menanamkan 96 18 nilai karakter, di TK ABA Mancasan menanamkan 8 nilai karakter, di TK ABA Delingsari menanamkan 18 nilai karakter, di TK ABA Mejing menanamkan 6 nilai karakter, di TK Ambar Asri menanamkan 6 nilai karakter, di TK ABA Patukan menanamkan 18 nilai karakter, dan di TK ABA Gamping menanamkan 7 nilai karakter. “Selain waktu dilaksanakan observasi, nilai yang kita terapkan lainnya ada kreatif itu waktu pembelajaran menggambar anak-anak dibebaskan menggambar yang dia mau, menghargai prestasi ketika ada anak yang bercerita di depan kelas mengenai hasil karyanya dan teman-teman menghargai karyanya, ada juga kejujuran, bersahabat, peduli sosial, dan peduli lingkungan. ” CW-03. Setelah data antara observasi dan wawancara tersebut digabungkan, dapat diperoleh data sebagai berikut: Gambar 4. Jumlah Nilai Karakter Berdasarkan Observasi dan Wawancara Berdasarkan data gabungan yang didasarkan pada hasil bservasi dan disesuaikan dengan hasil wawancara yang telah dilakukan, diperoleh data 97 bahwa di TKIT Nurul Ittihad, TK ABA Bodeh, TK ABA Delingsari, dan TK ABA Patukan menanamkan 18 nilai karakter dalam proses pembelajarannya; TK ABA Mancasan, TK Ambar Asri, dan TK ABA Gamping menanamkan 17 nilai karakter dalam proses pembelajarannya; TK Santi Siwi dan TK ABA Kalimanjung menanamkan 16 nilai karakter dalam proses pembelajarannya; dan TK ABA Mejing menanamkan 15 nilai karakter dalam proses pembelajarannya. Berdasarkan teori yang telah dikemukakan oleh Piaget dalam Maria J. Wantah, 2005: 64 mengenai perkembangan moral anak di mana anak dengan usia 4-7 tahun berada dalam tahap moralitas heteronomous yang menyatakan bahwa keadilan dan aturan sebagai sifat dunia yang mutlak dan bukan kendali manusia; dan anak hanya melihat akibat dari perbuatan yang dilakukannya. Teori ini didukung oleh Kohlberg yang menyatakan bahwa pada usia taman Kanak-kanak anak berada pada level 1, yaitu orientasi hukuman dan kepatuhan; dan individualisme orientasi tujuan instrumental. Dalam level ini penalaran moral anak dipengaruhi faktor eksternal, yaitu ganjaran dan hukuman berupa fisik. Anak menganggap sesuatu itu benar dan baik jika hal itu menyenangkan secara fisik bagi anak, begitu pula sebaliknya. Berdasarkan observasi yang telah dilaksanakan dan berdasarkan teori yang ada, dapat dikemukakan bahwa di Taman Kanak-kanak di Gugus IV Ambarketawang peserta didik patuh terhadap aturan-aturan yang dibuat oleh guru sebagai figur yang dianggap berkuasa bagi anak. Perilaku yang dianggap cukup menyimpang juga tidak banyak muncul selama observasi dan 98 wawancara dilakukan. Hal ini dikarenakan anak masih menganggap bahwa guru adalah figur yang berkuasa yang dapat memberikan hukuman yang tidak disukai anak. Hal inilah yang dirasa membuat anak patuh dengan guru dikarenakan nilai-nilai yang ditanamkan guru itu merupakan sesuatu yang benar dan baik bagi anak dan anak akan mendapatkan feedback positif ketika nilai-nilai itu mereka laksanakan. Dalam menanamkan nilai karakter di sekolah, guru juga mempertimbangkan beberapa komponen karakter yang baik sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Lickona 2012: 85-99. Hal ini terlihat selama proses pembelajaran di sekolah, guru memberikan pemahaman mengenai hal- hal yang baik dan yang tidak baik untuk dilakukan, mengajarkan dan menanamkan mengenai nilai-nilai karakter tersebut dalam aspek afektif, dan pada akhirnya guru melakukan suatu metode penanaman kepada anak, dengan metode yang paling sering digunakan adalah pembiasaan.

2. Metode Penanaman Nilai Karakter