Kurikulum Penanaman Nilai Karakter

63 mandiri serta berdaya guna untuk agama, masyarakat, dan negara”. Misi TK ABA Mejing adalah berdaya guna untuk masyarakat; berdaya guna untuk agama; dan berdaya guna untuk bangsa dan negara. TK ABA Mejing memiliki 3 guru. i. TK Ambar Asri TK Ambar Asri beralamat di Mejing Lor, Ambarketawang, Gamping Sleman, . TK Ambar Asri merupakan sekolah satu atap dengan SD Negeri Mejing 1. TK Ambar Asri mempunyai 2 rombongan belajar dengan siswa yang berjumlah 45 siswa dengan 1 siswa yang beragama Katholik. Ijin operasional TK Ambar Asri dengan nomor 408KPTS2013. TK Ambar Asri memiliki 4 guru kelas. j. TK ABA Gamping TK ABA Gamping beralamat di dusun Gamping Kidul, Ambarketawang, Gamping, Sleman, . TK ABA Gamping berdiri pada tahun 1968 dengan nomor ijin 01549H1986 dan nomor SK kemhum AHU- 88.AH.01.07 tahun 2010. TK ABA Gamping memiliki 3 guru kelas.

2. Kurikulum

Menurut UU No. 20 Tahun 2003 kurikulum merupakan seperangkat rencana dan sebuah pengaturan berkaitan dengan tujuan, isi, bahan ajar dan cara yang digunakan sebagai pedoman dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai sebuah tujuan pendidikan nasional. Kurikulum yang digunakan di seluruh TK di Gugus IV Ambaretawang Kecamatan Gamping merupakan kurikulum 2013 yang ditetapkan oleh Pemerintah. 64

3. Penanaman Nilai Karakter

a. TKIT Nurul Ittihad

1 Nilai Karakter yang Ditanamkan Selama observasi yang dilaksanakan dalam satu hari pembelajaran, di TKIT Nurul Ittihad ditemukan 11 nilai karakter dari 18 nilai karakter yang ada. Nilai karakter tersebut adalah religius, disiplin, tanggung jawab, kemandirian, kejujuran, rasa ingin tahu, toleransi, cinta tanah air, bersahabat, gemar membaca, dan kerja keras. Nilai religius ditanamkan dengan metode pembiasaan dan keteladanan melalui kegiatan doa sebelum belajar, hafalan doa sehari-hari, surat-surat pendek, serta hafalan nama surat dan artinya. Kegiatan ini dilaksanakan setiap pagi di awal pembelajaran. Pembiasaan kegiatan ibadah ini dibarengi dengan keteledanan yang dilaksanakan guru, yaitu guru juga ikut dalam kegiatan anak seperti guru juga ikut berdoa sehingga diharapkan anak akan terbiasa utuk selalu berdoa di kehidupan sehari-hari dan dengan keteladanan anak merasa bahwa kegiatan yang ia lakukan didukung oleh guru dengan guru juga terlibat di dalamnya. Penanaman nilai disiplin ditanamkan dengan metode pembiasaan dan bercerita. Hal ini terlihat ketika anak langsung berkumpu ketika bel dibunyikan dan ketika di dalam kelas anak menaruh barang-barangnya di tempat yang telah disediakan, salah satunya ketika anak menaruh tas di tempat yang sesuai dengan nama anak yang telah disiapkan guru. Penanaman nilai disiplin juga dilaksanakan dengan metode bercerita dimana guru memberikan cerita mengenai kegiatan yang dilakukan anak sebelum tidur, 65 yaitu gosok gigi, membersihkan anggota badan, dan berdoa. Kemandirian ditanamkan dengan metode pembiasaan. Hal ini dapat terlihat ketika anak mengerjakan tugas yang diberikan guru. Sebelum mengerjakan tugas guru selalu mengingatkan anak untuk mengerjakan sendiri tanpa dibantu oleh guru, ketika mengerjakan pun ketika ada anak yang merasa kesusahan mengerjakan, guru hanya membantu dengan memberikan instruksi tanpa ikut turun tangan dan selalu menyemangati anak bahwa mereka bisa mengerjakannya. Kejujuran ditanamkan dengan keteladanan dan hal ini terlihat ketika guru dan anak bermain bersama, guru meminta anak untuk dengan jujur mengakui jika mereka melakukan kesalahan. Ketika guru melakukan kesalahan, guru dengan jujur mengakui dan melaksanakan hukumannya yaitu berdoa dengan doa yang ditentukan bersama. Nilai rasa ingin tahu anak ditanamkan dengan metode bercerita dimana guru bercerita mengenai macam-macam profesi dan guru memberikan teka-teki kepada anak mengenai suatu pekerjaan dan anak diminta untuk menebaknya. Selanjutnya adalah nilai toleransi yang ditanamkan dengan metode bercerita. Guru bercerita mengenai pentingnya toleransi antar umat beragama dalam kehidupan sehari-hari. Upacara bendera setiap hari Senin adalah upaya guru untuk menanamkan nilai cinta tanah air kepada anak dengan metode pembiasaan. Upacara bendera akan menanamkan jiwa cinta tanah air anak karena dengan upacara bendera anak akan selalu teringat akan jasa para pahlawan dalam memperjuangkan Indonesia. Pada akhir kegiatan upacara bendera, anak dan guru membentuk barisan untuk 66 saling berjabat tangan. Kegiatan ini merupakan kegiatan penanaman nilai karakter bersahabat yang dilaksanakan dengan metode pembiasaan dan keteladanan. Ketika pembelajaran dilaksanakan, guru memanggil anak untuk mengaji. Kegiatan ini dilaksanakan agar anak dapat dengan lancar membaca arab dan agar anak dapat gemar membaca. Metode yang dilaksanakan adalah dengan pembiasaan dimaa kegiatan membaca huruf hijaiyah ini dilaksanakan setiap hari ketika kegiatan inti berlangsung. Nilai karakter peduli sosial dilaksanakan dengan metode bercerita dengan kegiatan guru menceritakan mengenai pentingnya membantu sesama dengan menyingkirkan batu yang ada di jalan yang dapat mengganggu perjalanan. Terakhir adalah nilai karakter kerja keras yang ditanamkan dengan metode pembiasaan dengan kegiatan pengerjaan tugas. Dalam mengerjakan tugas anak dibiasakan untuk mengerjakan tugas dengan sungguh-sungguh. Berdasarkan wawancara yang telah dilaksanakan, semua dari 18 nilai karakter ditanamkan di TKIT Nurul Ittihad hanya saja tidak semua nilai ditanamkan dalam satu hari pembelajaran seperti yang dilaksanakan selama wawancara. “Nilai karakter yang ditanamkan di TK ini semua dari 18 nilai tersebut, hanya penanaman nilai tersebut tidak setiap hari ditanamkan semua 18. Setiap hari ada beberapa nilai saja yang diterapkan. ” CW-01.

2 Metode Penanaman Nilai Karakter

Penanaman nilai karakter di TKIT Nurul Ittihad menggunakan macam-macam metode, dengan metode yang paling sering digunakan adalah metode pembiasaan. Metode pembiasaan ini dapat terlihat pada kegiatan 67 sehari-hari di TKIT Nurul Ittihad yang mengutamakan kemandirian anak dengan membiasakan anak untuk melayani dirinya sendiri, seperti saat makan bersama anak diminta untuk mengambil makanannya sendiri dan menaruhnya di tempat yang telah disediakan setelah selesai makan.

3 Faktor Pendukung dan Penghambat Penanaman Nilai Karakter

Faktor pendukung dalam penanaman nilai karakter di TKIT Nurul Ittihad adalah orangtua yang mendukung program-program sekolah sehingga program-program sekolah dapat terlaksana dengan baik, salah satunya adalah penanaman nilai karakter. Namun, ada pula faktor penghambat dalam penanaman nilai karakter ini. Guru yang tidak terlalu mengikat anak dalam berkegiatan sehari-hari menjadi salah satu faktornya. Anak dibebaskan untuk berkegiatan sehari-harinya asalkan anak masih dalam pantauan dan masih berperilaku wajar. Kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan dari pagi hari hingga sore hari akan membuat anak merasa bosan jika guru tidak dapat mensiasatinya. “Dukungan dan hambatan yang datang biasanya dari faktor lingkungan rumah anak. Ada anak yang memang mendapatkan banyak perhatian dari orangtua sehingga memang mudah untuk ditanamkan nilai- nilai itu, tetapi ada juga anak yang kurang mendapat dukungan dari orangtua sehingga guru harus lebih ekstra dalam memperhatikan anak tersebut. Akan tetapi, sejauh ini tidak ada hambatan yang berarti bagi pendidik untuk menanamkan nilai karakter ini. ” C-01. 4 Cara Mengatasi Faktor Penghambat Untuk mengatasi faktor penghambat, sekolah mengadakan program parenting setiap 3 bulan sekali untuk mendiskusikan program sekolah dan mendiskusikan masalah seputar perkembangan peserta didik. Guru juga 68 mengadakan buku penghubung dan latihan di rumah untuk peserta didik. Buku penghubung ini berisi deskripsi kegiatan harian anak dan latihan di rumah untuk anak.

b. TK Santi Siwi

1 Nilai Karakter yang Ditanamkan Selama observasi yang dilaksanakan dalam satu hari pembelajaran, di TK Santi Siwi ditemukan 10 nilai karakter dari 18 nilai karakter yang ada. Nilai karakter tersebut adalah religius, disiplin, kemandirian, tanggung jawab, rasa ingin tahu, toleransi, demokratis, semangat kebangsaan, cinta tanah air, kerja keras, dan cinta damai. Penanaman nilai religius dilakukan dengan pembiasaan dalam kegiatan doa masuk dan doa akhir. Sebelum masuk kelas anak-anak berbaris dengan rapi. Setelah berbaris anak-anak masuk kelas dengan tertib dan urut sesuai barisan yang ditunjuk. Hal ini menanamkan nilai disiplin dengan metode pembiasaan. Kegiatan rutin tiap pagi hari di sekolah tersebut adalah mengucapkan Pancasila lengkap dengan lambangnya. Pembiasaan ini akan menanamkan nilai cinta tanah air kepada anak. TK Santi Siwi merupakan sekolah umum yang menerima murid dari berbagai agama, ada anak yang beragama Katholik, Kristen, dan Islam di sekolah tersebut sehingga doa selama pembelajaran menggunakan bahasa Indonesia. Walaupun 3 dari 4 guru di TK tersebut beragama Katholik, mereka tetap menghargai peserta didik yang beragama selain Katholik dengan cara memperlakukan mereka sama seperti murid lain, mengajarkan kepada peserta didik mengenai macam-macam agama di Indonesia dan mengajak 69 untuk tetap berteman dengan siapa saja dan tidak membeda-bedakan satu dengan yang lainnya. Nilai karakter toleransi ditanamkan dengan keteladanan dan bercerita dengan kegiatan ini. Pada hari itu guru menunjukkan anak-anak kartun mengenai macam-macam musim dan guru meminta anak untuk menyebutkan dan menuliskan macam-macam musim di papan tulis. Kegiatan ini untuk menanamkan nilai kemandirian dimana anak diminta untuk menuliskan nama musim dengan mandiri di depan kelas. Guru juga bercerita mengenai macam-macam musim dan memancing anak untuk menyebutkan nama musim dengan cara memberikan pertanyaan seputar musim. Dalam bercerita guru juga memberikan kesempatan kepada anak untuk mengemukakan pendapatnya dimana dengan keteladanan ini anak diharapkan dapat bersikap demokratis dengan memberikan kesempatan kepada orang lain. Saat anak mengerjakan tugasnya, guru menanamkan nilai karakter kerja keras dengan membiasakan anak untuk mengerjakan tugasnya dengan sungguh-sungguh sampai selesai. Setelah anak selesai mengerjakan anak diperbolehkan untuk bermain bebas dengan syarat setelah selesai bermain, mainan dibereskan dan dikembalikan ke tempat yang telah disediakan. Membiasakan anak untuk membereskan mainannya adalah penanaman dari nilai karakter tanggung jawab. Pada akhir pembelajaran guru memberikan cerita mengenai dua teman yang suka membantu orang lain dan guru memberikan nasihat agar anak selalu membantu orang yang membutuhkan 70 bantuan. Penanaman nilai karakter cinta damai ini dilakukan dengan metode bercerita. Berdasarkan wawancara yang telah dilaksanakan, nilai karakter yang diterapkan lainnya adalah kreatif, menghargai prestasi, kejujuran, bersahabat, peduli sosial, dan peduli lingkungan.

2 Metode Penanaman Nilai Karakter

Metode pembiasaan, keteladanan, dan bercerita adalah cara TK Santi Siwi menanamkan nilai karakter untuk peserta didik. Salah satu contoh pembiasaan dilaksanakan dengan menaruh tas pada tempatnya. Salah satu contoh dari metode keteladanan dan bercerita adalah untuk menanamkan nilai-nilai toleransi kepada sesama manusia. “Metode yang digunakan untuk menanamkan nilai karakter paling sering adalah pembiasaan. Untuk selain pembiasaan kita biasanya dengan bercerita, misalnya cerita kancil, yang mengandung nilai moral. Bisa juga dengan keteladanan. Keteladanan juga metode penting dalam penanaman nilai karakter. ” CW-02

3 Faktor Pendukung dan Penghambat Penanaman Nilai Karakter

Faktor pendukung penanaman nilai karakter adalah guru yang terus melaksanakan komitmennya untuk menanamkan nilai karakter kepada anak baik selama pembelajaran maupun ketika istirahat. Faktor penghambat yang ditemui adalah adanya beberapa orangtua yang tidak meneruskan program penanaman nilai karakter sekolah di rumah dan menganggap bahwa nilai karakter tidaklah begitu penting untuk anak. “Untungnya, di sekolah kami lebih banyak dukungannya daripada hambatannya. Orangtua dinilai kooperatif dalam penanaman nilai, dan siswa juga tidak begitu susah untuk ditangani. Jadi kami rasa hambatannya hanya 71 ketika anak ke sekolah dalam kondisi bad mood sehingga dia kurang bisa mengikuti pembelajaran dengan baik. ” CW-02. 4 Cara Mengatasi Faktor Penghambat Untuk mengatasi faktor penghambat, sekolah mengadakan kegiatan parenting setiap 6 bulan sekali dan pendampingan kepada peserta didik yang dirasa perlu. “Biasanya kami mengadakan pendekatan kepada anak itu, mengapa dia bertindak seperti itu ? Guru juga meminta bantuan teman sebayanya untuk bermain dengannya sehingga anak itu akan terpengaruh. Untuk penanganannya juga di acara wali murid yang biasanya kami lakukan 6 bulan sekali, kami melaporkan semua hal yang menyangkut masalah anak dan mendiskusikannya bersama-sama. ” CW-02.

c. TK ABA Kalimanjung

1 Nilai Karakter yang Ditanamkan Selama observasi yang dilaksanakan dalam satu hari pembelajaran, di TK ABA Kalimanjung ditemukan 9 nilai karakter dari 18 nilai karakter yang ada. Nilai karakter tersebut adalah religius, disiplin, kemandirian, tanggung jawab, kejujuran, rasa ingin tahu, cinta tanah air, bersahabat, dan peduli sosial. Penanaman nilai religius dengan pembiasaandalam kegiatan keagamaan, seperti ketika dilaksanakan observasi kegiatan keagamaan yang dilaksanakan adalah sholat dhuha, hafalan doa sehari-hari, hadist,dan surat- surat pendek. Dalam berdoa, anak dibiasakan untuk disiplin dalam sikap berdoa. Selesai shalat dhuha, guru bercerita mengenai keutamaan shalat bagi umat muslim yang juga merupakan penanaman nilai disiplin. Kemandirian juga ditanamkan kepada anak dengan pembiasaan ketika sebelum shalat anak mengambil air wudhu sendiri-sendiri. Ketika bercerita mengenai kewajiban 72 shalat bagi umat muslim, guru bertanya kepada anak siapa saja yang sudah rutin shalat Jumat dan yang belum shalat Jumat. Selama kegiatan di Masjid, guru menyediakan tempat untuk anak memasukkan infaq. Kegiatan infaq rutin setiap Jumat ini bertujuan untuk menanamkan nilai peduli sosial pada anak dengan pembiasaan dan keteladanan. Tidak hanya anak yang memasukkan infaq, namun guru juga memasukkan infaq. Setelah kegiatan keagamaan, anak-anak masuk kelas masing-masing. Di dalam kelas guru memberikan salam kepada anak dan anak menjawab salam dari guru serta memberikan salam kepada sesama teman. Pembiasaan memberi dan menjawab salam ini bertujuan untuk menanamkan nilai karakter bersahabat. TK ABA Kalimanjung setiap hari Senin mengadakan upacara bendera untuk penanaman nilai karakter cinta tanah air. Upacara bendera dilaksanakan di SD Muhammadiyah Kalimanjung yang terletak di dekat TK ABA Kalimanjung. Selain penanaman nilai cinta tanah air, ada juga nilai karakter lain seperti pada saat wawancara dilakukan. “Selain waktu observasi, nilai karakter lain yang diterapkan adalah toleransi, kreatif, demokratis, menghargai prestasi, peduli lingkungan, kerja keras, dan cinta damai. ” CW-03.

2 Metode Penanaman Nilai Karakter

Metode pembiasaan, keteladanan, dan bercerita adalah cara TK ABA Kalimanjung menanamkan nilai karakter untuk peserta didik. Salah satu contoh pembiasaan dilaksanakan dengan menaruh tas pada tempatnya, membiasakan untuk berdoa sebelum dan sesudah pembelajaran, dan cuci tangan sebelum makan. Salah satu contoh dari metode keteladanan adalah 73 dengan selalu berperilaku yang baik, dan bercerita untuk menanamkan nilai- nilai yang dimaksudkan guru kepada peserta didik dengan cara yang menyenangkan. Karya wisata dilaksanakan dengan mengunjungi pos pemadam kebakaran. “Kami menanamkan nilai karakter dengan metode pembiasaan, keteladanan, tanya jawab juga dengan anak. Kadang kita juga mengadakan karya wisata, seperti kita pernah mengadakan kunjungan ke damkar, kebun binatang juga pernah. ” CW-03.

3 Faktor Pendukung dan Penghambat Penanaman Nilai Karakter

Sekolah dan guru yang memiliki motivasi yang kuat untuk selalu memberikan yang terbaik kepada peserta didik menjadi salah satu faktor pendukungnya. Sedangkan salah satu faktor penghambatnya adalah suasana hati peserta didik yang berbeda-beda setiap harinya dan kurangnya motivasi beberapa orangtua untuk meneruskan program sekolah di rumah. “Saya rasa lebih banyak dukungannya daripada hambatannya. Dukungannya adalah anak-anak dirasa mudah ditanamkan nilai-nilai karakter itu. Hambatannya, saya rasa ini sama di semua sekolah. Pasti ada satu atau dua anak yang berbeda dari teman-teman yang lain. Anak-anak yang berbeda ini biasanya suka mengganggu teman yang lain dan susah diberi tahu. ” CW- 03. 4 Cara Mengatasi Faktor Penghambat Cara guru untuk mengatasi faktor penghambat adalah dengan melakukan pendampingan kepada anak yang dirasa perlu mendapatkan pendampingan dan sekolah megadakan parenting untuk membahas perkembangan peserta didik. “Di awal tahun ajaran biasanya kami membuat kesepakatan bersama anak yang akan terus diingatkan selama tahun ajaran itu. Saat ada anak yang sedang berulah, biasanya guru akan mengingatkan anak mengenai 74 kesepakatan yang telah dibuat. Ada kegiatan parenting di sekolah kami untuk membahas hal-hal semacam ini yang dilaksanakan 3 bulan sekali. ” CW-03.

d. TK ABA Bodeh

1 Nilai Karakter yang Ditanamkan Selama observasi yang dilaksanakan dalam satu hari pembelajaran, di TK ABA Bodeh ditemukan 9 nilai karakter dari 18 nilai karakter yang ada. Nilai karakter tersebut adalah religius, disiplin, kemandirian, tanggung jawab, rasa ingin tahu, kreatif, menghargai prestasi, gemar membaca, dan kerja keras. Guru menanamkan nilai religius dengan membiasakan anak untuk berdoa sebelum dan setelah pembelajaran. Kegiatan keagamaan diisi dengan hafalan doa sehari-hari, hadist nabi, dan surat-surat pendek. Sebelum masuk kelas, anak-anak terlebih dahulu berbaris di depan kelas. Kegiatan ini menanamkan nilai karakter disiplin dengan metode pembiasaan. Guru menanamkan nilai karakter rasa ingin tahu dengan bercerita dimana guru bertanya kepada anak mengenai peralatan yang dibawa untuk berekreasi dan guru meminta pada anak untuk menebak berdasarkan gaya yang dilakukan guru. Nilai karakter kemandirian, kerja keras, dan tanggung jawab ditanamkan dengan metode pembiasaan ketika anak mengerjakan tugas. Anak diminta guru untuk mengerjakan tugasnya secara mandiri dan dengan sungguh sungguh mengerjakan tugasnya hingga selesai. Salah satu kegiatan adalah membuat kereta dengan menempelkan kertas. Setelah selesai guru membebaskan anak untuk menghias kereta sesuai kreativitas anak. 75 Diharapkan dengan kegiatan ini, nilai kreatif anak dapat ditanamkan. Setelah selesai mengerjakan tugas, anak memberikan hasilnya kepada guru lalu diberi nilai oleh guru. Guru juga selalu mengatakan hal-hal positif kepada anak dan terus memberikan semangatnya. Dengan keteladanan dari guru ini, nilai karakter menghargai prestasi ditanamkan kepada anak. Pada akhir pembelajaran, guru meminta anak secara bergantian untuk membacakan cerita kepada teman-teman yang lain. Hal ini merupakan penanaman nilai gemar membaca dengan metode pembiasaan. “Dari 18 karakter itu kita tanamkan semua nilai karakternya, hanya saja memang tidak dalam satu hari semuanya kita tanamkan. ” CW-04.

2 Metode Penanaman Nilai Karakter

Selama pembelajaran, metode yang sering digunakan untuk menanamkan nilai karakter adalah pembiasaan dan keteladanan. Pembiasaan dilaksanakan dengan kegiatan baris berbaris setiap pagi sebelum masuk kelas, menaruh tas dengan tertib, dan lain sebagainya. Guru juga memberikan contoh-contoh dalam berperilaku baik untuk peserta didik. “Paling sering dengan pembiasaan, lalu ada juga tanya jawab.” CW- 04.

3 Faktor Pendukung dan Penghambat Penanaman Nilai Karakter

Orangtua dan peserta didik dirasa kooperatif dalam kegiatan penanaman nilai karakter di sekolah ini. Peserta didik mampu untuk membedakan perilaku yang baik dan kurang baik. Suasana hati peserta didik yang mudah berubah tiap harinya tidak begitu dianggap berarti oleh guru. “Dukungannya orangtua yang mau bekerjasama dengan sekolah untuk mendukung anak, jadi antara guru dan orangtua ada kerja sama yang baik. 76 Hambatannya di dalam kelas ketika ada satu anak yang melakukan hal super, biasnaya anak lain akan ikut-ikut. ” CW-04. 4 Cara Mengatasi Faktor Penghambat Cara mengatasi faktor penghambat adalah dengan pendampingan dari guru kepada peserta didik. Salah satu contoh kasus di TK ABA Bodeh adalah terdapat salah satu siswa yang awalnya tidak mau masuk sekolah dan anak selalu menangis dengan keras dan tantrum ketika diantarkan ke sekolah. Orangtua pada awalnya merasa sangat khawatir dengan keadaan anak mereka, lalu berkonsultasi dengan guru kelas dan mencari jalan keluar bersama-sama. Guru selalu menyambut anak di depan kelas setiap pagi hari sebelum masuk kelas. Guru juga selalu memuji hasil karya anak sehingga anak perlahan-lahan menjadi nyaman berada di sekolah. Selain pendampingan, diadakan pula kegiatan parenting setiap 3 bulan sekali. “Ada satu anak yang memang seperti itu di kelas. Saya dekati terus, saya bimbing pelan-pelan sehingga anak tersebut bisa nyaman ada di kelas dan hal yang menyimpang bisa diminimalisir. Biasanya juga kami berkoordinasi dengan orantua untuk permasalahan anak, kamu mengadakan kegiatan wali murid setiap 3 bulan sekali. ” CW-04.

e. TK ABA Mancasan

1 Nilai Karakter yang Ditanamkan Selama observasi yang dilaksanakan dalam satu hari pembelajaran, di TK ABA Mancasan ditemukan 9 nilai karakter dari 18 nilai karakter yang ada. Nilai karakter tersebut adalah religius, disiplin, kemandirian, tanggung jawab, kejujuran, rasa ingin tahu, gemar membaca, toleransi, dan kerja keras. Penanaman nilai religius dilaksanakan dengan metode pembiasaan dalam 77 kegiatan doa awal dan akhir, hafalan hadist, surat-surat pendek, dan doa sehari-hari. Saat bel dibunyikan, anak-anak dibiasakan untuk langsung masuk kelas. Hal ini untuk menanamkan nilai disiplin pada anak. Sebelum masuk kelas, anak-anak baris di halaman sekolah dengan rapi. Saat baris, perwakilan anak diminta untuk maju ke depan barisan untuk memimpin barisan. Kegiatan ini merupakan penanaman nilai tanggung jawab dimana anak diharapkan akan mampu melaksanakan tugas yang diberikan kepada anak dengan penuh tanggung jawab. Kegiatan awal guru bercerita mengenai macam-maam profesi dan bertanya kepada anak mengenai profesi lainnya selain yang disebutkan oleh guru. Penanaman nilai kerja keras dan kemandirian ditanamkan dalam kegiatan pemberian tugas dengan harapan anak dapat mengerjakan tugas dengan sungguh-sungguh hingga selesai dan mengerjakan sendiri dengan mandiri. Ketika anak sudah selesai mengerjakan tugas guru meminta anak untuk mengambil buku bacaan dan meminta anak untuk membaca buku tersebut. Kegiatan ini untuk menanamkan nilai gemar membaca pada anak. Kegiatan terakhir adalah evaluasi akhir dan guru memasukkan nilai karakter kejujuran dan toleransi dengan bercerita mengenai anak yang jujur kepada orangtuanya dan anak yang baik kepada sesama, lalu guru memberikan pesan moral bahwa jujur itu penting. Selain nilai karakter yang ditanamkan saat observasi, ada pula penanaman nilai karakter lain yang ditanamkan diantaranya adalah cinta 78 tanah air, menghargai prestasi, bersahabat, peduli sosial, kreatif, dan demokratis. “Di sekolah ini, nilai karakter lain yang ditanamkan ada cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat, peduli sosial, kreatif, dan demokratis. ” CW-05.

2 Metode Penanaman Nilai Karakter

Metode penanaman nilai karakter yang digunakan adalah dengan metode pembiasaan, keteladanan, dan bercerita. Pembiasaan adalah dengan membiasakan anak menaruh tas di tempat yang telah disediakan dengan tertib, keteladanan dengan guru memperlakukan anak dan warga sekolah dengan baik, dan kegiatan bercerita untuk menanamkan nilai karakter yang dimaksudkan guru. “Metode yang paling sering digunakan biasanya pembiasaan, itu yang paling mudah dan paling efektif menurut saya, karena dengan membiasakan itu sama saja menanamkan hal yang akan menjadi kebiasaan untuk anak. Setelah pembiasaan, kita melakukan tanya jawab bisa dengan saya bercerita dahulu atau saya langsung mengajukan pertanyaan kepada anak. ” CW-05.

3 Faktor Pendukung dan Penghambat Penanaman Nilai Karakter

Faktor pendukung di TK ABA Mancasan adalah adanya dukungan dari orangtua terhadap program-program sekolah dalam upaya penanaman nilai karakter. Lingkungan keluarga juga merupaka salah satu faktor penghambat penanaman nilai karakter di mana ada orangtua yang kurang mendukung program sekolah terhadap upaya penanaman nilai karakter. “Dukungan dari penanaman nilai ini adalah anak-anak yang dirasa tidak begitu susah kalau dibiasakan yang baik, orangtua yang enak diajak kerja sama untuk mendukung anak di rumah. Hambatannya adalah mood anak yang kadang-kadang berubah. Kalau sedang buruk mood nya maka proses penanaman nilai itu agak susah. Di kelas ini kebetulan memang ada 2 anak yang satunya rajin, yang satunya malas-malasan. Nah kedua anak ini kadang 79 memberikan efek domino ke anak-anak yang lain, kalau yang rajin ini sedang bagus mood nya maka anak-anak yang lain akan tertular. Begitu pula untuk anak yang malas-malasan. Ada juga satu kasus anak yang dia malas-malasan setiap mengerjakan, karna anak itu sudah bergantung sama handphone di rumah. Sudah saya laporkan ke orangtuanya, tetapi alasan kesibukan orangtua yang membuat curhatan saya ditangkis. Orangtua anak ini malah cerita dengan bangganya bahwa anak mereka sudah bisa download game sendiri dan anak ini akan marah-marah minta dibelikan kuota saat kuotanya habis. Saya sudah mengkonsultasikan berkali-kali sebenarnya, tetapi karna respon orangtua yang begini, ya sudah mau bagaimana lagi ? Kalau saya paksakan, justru anaknya nanti tidak betah sekolah. Sekarang yang bisa saya upayakan untuk anak tersebut hanyalah agar anak ini mau berangkat sekolah dan pelan- pelan saya tuntun anak ini agar mau mengerjakan, mau bersosialisasi sama teman-temannya. Dia berangkat seminggu 4 kali saja saya sudah bersyukur, mbak .” CW-05. 4 Cara Mengatasi Faktor Penghambat Setelah mendengar penjelasan orangtua peserta didik seperti itu, guru menyarankan untuk sedikit demi sedikit membatasi anak dalam bermain dengan gagdet dan mengenalkan anak dengan dunia di luar gadget dengan cara bermain dengan anak sebayanya. Guru di sekolah juga membantu anak untuk lepas dari akibat buruk yang ditimbulkan gadget dengan selalu mendampingi anak ketika berkegiatan di dalam kelas, meminta bantuan anak untuk membantu guru misalnya dengan mengambilkan buku untuk ibu guru, dan membantu anak bersosialisasi di kelas dengan memberikan tugas secara Kelompok. “Memang ada satu, dua anak yang dirasa membutuhkan bimbingan yang “lebih” dibandingkan anak lain, sebenarnya cara menanganinya cukup mudah jika guru kela s mau “telaten”. Kami menanganinya dengan melakukan pendekatan yang lebih pada anak tersebut, kami puji setiap hasil karyanya, kami bimbing setiap dia mengerjakan, ketika guru ingin meminta bantuan misalnya, guru akan meminta bantuan anak tersebut agar anak itu merasa diperhatikan guru dan anak akan merasa dekat dengan guru. Dari situlah guru akan mulai menanamkan nilai yang sesuai kepada anak. Kami juga selalu berkoordinasi dengan orangtua setiap ada kegiatan wali murid untuk mendiskusikan tumbuh kembang anak. ” CW-05. 80

f. TK ABA Delingsari

1 Nilai Karakter yang Ditanamkan Selama observasi yang dilaksanakan dalam satu hari pembelajaran, di TK ABA Delingsari ditemukan 12 nilai karakter dari 18 nilai karakter yang ada. Nilai karakter tersebut adalah reigius, disiplin, kemandirian, tanggung jawab, kejujuran, rasa ingin tahu, kerja keras, menghargai prestasi, bersahabat, peduli lingkungan, peduli sosial, dan cinta damai. Seminggu sekali anak diminta untuk menyiram tanaman yang ada di sekolah untuk menanamkan nilai peduli lingkungan kepada anak. Religius ditanamkan dengan metode pembiasaan dalam kegiatan doa awal dan akhir pembelajaran, hafalan doa sehari-hari, surat-surat pendek, dan hadist Rasul. Kegiatan masuk kelas dengan berbaris terlebih dahulu dan tidak berebut adalah salah satu upaya penanaman nilai disiplin dengan metode pembiasaan. Di dalam kelas, anak menaruh tasnya sendiri di loker yang telah disediakan sekolah. Pembiasaan ini merupakan upaya guru dalam menanamkan nilai karakter tanggung jawab terhadap barang miliknya sendiri. Kegiatan awal adalah kegiatan keagamaan, dimana dalam berdoa anak juga diberikan kesempatan untuk berdoa sendiri secara bergantian. Pembiasaan ini bertujuan selain anak dapat hafal doa-doa secara menyeluruh, juga dapat melatih kemandirian anak karena anak tidak akan bergantung kepada guru ataupun teman lain ketika kegiatan hafalan. Setelah kegiatan keagamaan, guru bercerita kepada anak tentang hujan. Guru bercerita 81 mengenai proses terjadinya hujan dengan diselingi memberikan pertanyaan kepada anak seputar proses hujan yang diketahui anak. Setelah bercerita, kegiatan di TK ABA Delingsari pada hari itu adalah jalan-jalan di lingkungan sekolah. Kegiatan jalan-jalan ini merupakan penanaman nilai karakter peduli sosial dan rasa ingin tahu. Selama jalan- jalan, anak dan guru selalu menyapa warga sekitar dengan ramah. Sepanjang perjalanan pun guru selalu memancing rasa ingin tahu anak mengenai apa yang mereka temukan sepanjang perjalanan. Sampai di sekolah, anak diberikan waktu untuk beristirahat sebentar dan boleh mengambil minum yang telah disediakan. Setelah itu guru memberikan tugas kepada anak dan meminta anak untuk mengerjakannya dengan sungguh-sungguh. Kegiatan pemberian tugas ini meurpakan penanaman nilai kerja keras dengan metode pembiasaan. Selama mengerjakan tugas, guru selalu memberikan feedback positif kepada anak sehingga anak diharapkan akan selalu bersemangat dalam mengerjakan tugasnya. Pemberian apresiasi ini merupakan upaya guru dalam menanamkan nilai menghargai prestasi dengan metode keteladanan. Setelah mengerjakan tugas kegiatan selanjutnya adalah makan bersama. Guru meinta tolong kepada anak untuk membantu guru membawa makanan untuk teman-teman yang lain. Sebelum makan, salah satu anak memimpin doa sebelum makan. Anak-anak makan dengan tertib dan membuang sampah pada tempatnya. Kegiatan akhir adalah kegiatan evaluasi mengenai kegiatan hari itu dan guru menyisipkan cerita mengenai bahaya dari berbohong dan bahwa kita harus 82 menyayangi sesama. Kegiatan bercerita ini merupakan penanaman nilai cinta damai dan kejujuran. Selama pembelajaran berlangsung, guru selalu ekspresif dalam berinteraksi dengan anak dan selalu memberikan pujian kepada semua anak. Keteladanan guru ini merupakan penanaman nilai bersahabat.

2 Metode Penanaman Nilai Karakter

Metode yang paling sering dilaksanakan adalah metode pembiasaan, keteladanan, dan bercerita. Pembiasaan adalah dengan memberikan tanggung jawab kepada peserta didik untuk menyiram tanaman di sekolah dengan penuh tanggung jawab, keteladanan dengan guru memperlakukan semua murid sama dan tidak membeda-bedakan. Bercerita mengenai pentingnya menghargai sesama teman lalu mengadakan tanya jawab mengenai nilai moral yang terkandung dalam cerita akan membuat anak memahami nilai yang dimaksudkan guru. “Guru bersama anak melakukan review kegiatan hari itu dan bercerita mengenai anak yang saling membantu dan bertanya kepada anak pesan apa saja yang ada di cerita tersebut. ” CL-06.

3 Faktor Pendukung dan Penghambat Penanaman Nilai Karakter

Sekolah dan guru yang memiliki motivasi yang kuat untuk selalu memberikan yang terbaik kepada peserta didik menjadi salah satu faktor pendukungnya. Sedangkan salah satu faktor penghambatnya adalah suasana hati peserta didik yang berbeda-beda setiap harinya. “Alhamdulillah sejauh ini tidak ada hambatan yang berarti untuk penanaman nilai karakter ini. Paling hanya ada satu dua anak yang memang “wah”, tapi masih bisa kami atasi dengan baik.” CW-06. 83 4 Cara Mengatasi Faktor Penghambat Sekolah mengadakan kegiatan parenting selama 3 bulan sekali untuk melaporkan perkembangan anak dan guru juga mengadakan pendampingan kepada peserta didik yang dirasa perlu mendapatkan pendampingan. “Menanganinya paling dengan selalu diingatkan, selalu melakukan pendekatan kepada anak yang dirasa menyimpang tersebut. Ketika anak dirasa sudah mulai melewati batas, misalnya dengan mengganggu teman, guru akan meminta anak yang diganggu untuk menjauh dan biasanya kita “cuekin” biar anak itu merasa tidak diperhatikan dan bisa tenang. Ada kegiatan parenting juga di sekolah kami untuk bersama-sama menangani masalah seperti ini yang dilaksanakan setiap 3 bulan sekali. ” CW-06.

g. TK ABA Mejing

1 Nilai Karakter yang Ditanamkan Selama observasi yang dilaksanakan dalam satu hari pembelajaran, di TK ABA Mejing ditemukan 10 nilai karakter dari 18 nilai karakter yang ada. Nilai karakter tersebut adalah religius, disiplin, kemandirian, kejujuran, rasa ingin tahu, cinta tanah air, toleransi, bersahabat, peduli lingkungan, dan tanggung jawab. Religius ditanamkan dengan kegiatan doa pada awal dan akhir pembelajaran, hafalan asmaul husna, dan ayat kursi. Sebelum masuk kelas, anak berbaris di depan kelas. Kegiatan berbaris ini untuk menanamkan nilai disiplin dengan pembiasaan. Sebelum masuk kelas, anak-anak dibiasakan untuk mengucapkan pancasila sebelum masuk kelas sebagai upaya penanaman nilai cinta tanah air. Setelah kegiatan keagamaan, para murid menuju kelas masing-masing dan bersama-sama menata meja. Hal ini merupakan upaya penanaman nilai tanggung jawab dengan pembiasaan. Diharapkan dengan kegiatan ini anak- 84 anak dapat dengan tanggung jawab mengatur miliknya sendiri. Kegiatan awal adalah apersepsi mengenai tema hari itu. Guru melakukan tanya jawab mengenai profesi kepada anak. kegiatan ini merupakan upaya penanaman nilai karakter rasa ingin tahu dengan metode bercerita. Lalu anak diberikan petunjuk mengenai kegiatan yang dilakukan pada hari itu. Selesai mengerjakan anak langsung mencuci tangan mereka lalu istirahat. Guru membiasakan anak untuk mencuci tangan agar mereka dapat mandiri. Kegiatan akhir adalah evaluasi dan guru bercerita mengenai pahala dari kejujuran,bahwa ketika anak jujur maka anak akan mendapat pahala dari Allah. Kegiatan bercerita ini untuk menanamkan nilai karakter kejujuran pada anak. Selama pembelajaran, guru selalu menanamkan nilai toleransi dan bersahabat dengan cara tidak membedakan teman yang berbeda dan selalu menghargai teman yang berbeda karena di dalam kelas tersebut terdapat anak yang mengalami keterlambatan kemampuan kognitif. “Selain waktu observasi, nilai karakter lain yang ditanamkan adalah menghargai prestasi, kreatif, demokratis, peduli sosial, dan kerja keras .” CW-07.

2 Metode Penanaman Nilai Karakter

Metode pembiasaan yang dilaksanakan dengan cara memberikan anak tanggung jawab untuk menata meja dan kursi setiap hendak memulai pembelajaran dan selesai pembelajaran. Keteladanan dilaksanakan dengan guru memperlakukan sama setiap peserta didik di kelas. Guru memberikan cerita mengenai pentingnya membantu teman. “Macam-macam metodenya. Ada pembiasaan, bercerita, karya wisata juga. Paling sering adalah pembiasaan. ” CW-07. 85

3 Faktor Pendukung dan Penghambat Penanaman Nilai Karakter

Beberapa orangtua selaras dengan motivasi orangtua untuk memberikan yang terbaik untuk peserta didik. Namun ada pula orangtua yang kurang mendukung motivasi sekolah untuk kebaikan peserta didik. TK ABA Mejing memiliki salah satu peserta didik yang memiliki kekurangan dalam hal kognitif dibandingkan dengan teman sebayanya. Guru telah menyarankan kepada orangtua anak untuk membawa anak tersebut kepada ahlinya, namun orangtua menolak saran tersebut dengan alasan bahwa anak mereka tidak memerlukannya. “Dukungannya adalah anak-anak di sini tidak ada yang dirasa nakal sekali, mereka tidak ada yang membuat guru kerepotan sekali, jadi mudah bagi guru untuk menanamkan nilai karakter. Hambatannya adalah karena suasana hati anak-anak yang berubah-ubah sehingga sikap anak setiap harinya juga berbeda. Kadang anak menurut, kadang juga susah. ” CW-07. 4 Cara Mengatasi Faktor Penghambat Guru mengadakan diskusi bersama orangtua siswa untuk membahas mengenai peekembangan anak dan bersama-sama mencari jalan keluar. Selama pembelajaran pun guru melaksanakan pendampingan kepada peserta didik yang dirasa perlu. “Biasanya anak-anak yang seperti itu kami dekati terus, pasti ada alasan mengapa ada anak yang seperti itu. Kita turuti apa mau anak asal tidak menyimpang jauh. Oh iya, kami juga mengadakan kegiatan wali murid setiap 6 bulan sekali. ” CW-07. 86

h. TK Ambar Asri

1 Nilai Karakter yang Ditanamkan Selama observasi yang dilaksanakan dalam satu hari pembelajaran, di TK Ambar Asri ditemukan 10 nilai karakter dari 18 nilai karakter yang ada. Nilai karakter tersebut adalah religius, disiplin, kemandirian, tanggung jawab, rasa ingin tahu, toleransi, kreatif, bersahabat, peduli sosial, dan kerja keras. Nilai religius ditanamkan dengan doa awal dan akhir pembelajaran dan kegiatan sholat berjamaah. Penanaman nilai disiplin dengan kegiatan pembiasaan saat anak bebraris dengan tertib. Saat jalan-jalan ini pula ditanamkan nilai karakter rasa ingin tahu dengan mengamati lingkungan sekitar selama mereka jalan-jalan dan peduli sosial dengan menyapa penduduk sekitar yang ditemui ketika kegiatan jalan-jalan. Sesampai di sekolah, anak menaruh sepatu di raknya dan bertanggung jawab dengan barang miliknya sendiri. Di dalam kelas guru bertanya mengenai apa saja yang ditemui anak-anak selama di jalan lalu guru memberikan penjelasan mengenai tugas yang akan mereka kerjakan pada hari itu. Pemberian tugas merupakan upaya penanaman nilai karakter kreatif dan kerja keras. Salah satu kegiatan adalah membentuk gambar dengan cap. Guru membebaskan anak untuk membentuk gambar dan memilih warna. Dalam mengerjakan tugas anak dibiasakan untuk mengerjakan dengan sungguh-sungguh dan mengerjakan sampai selesai. Di TK Ambar Asri terdapat salah satu siswa yang beragama Katholik dan guru memberikan nilai toleransi dan bersahabat dengan keteladanan dimana guru memperlakukan 87 semua murid dengan baik walaupun berbeda agama dan guru memberikan kesempatan kepada murid tersebut untuk berdoa sendiri sesuai keyakinannya. Setiap hari Senin diadakan upacara bendera bergabung dengan SD N Mejing 1. Selain penanaman nilai karakter cinta tanah air dengan upacara bendera, ada pula penanaman nilai karakter yang lain.

2 Metode Penanaman Nilai Karakter

Metode pembiasaan adalah metode penanaman nilai karakter yang paling sering digunakan di TK Ambar Asri, sebagai contoh adalah setiap sebelum masuk kelas anak diminta untuk melepas sepatunya dan menaruh di rak yang telah disediakan. Ketika jalan-jalan di sekitar lingkungan sekolah guru selalu menyapa warga sekitar dimana hal ini merupakan metode keteladanan yang ditanamkan guru kepada anak. Guru juga bercerita kepada anak mengenai hal-hal yang baik. Sekolah mengadakan kegiatan karya wisata ke kebun binatang untuk mengenalkan binatang kepada anak. “Selama perjalanan, guru menyapa warga sekitar dan anak-anak mengikuti perilaku guru, guru juga menjelaskan kepada siswa tentang apa saja yang ada di jalan dan meminta siswa untuk mengamati hal-hal yang menarik selama perjalanan. ” CW-08.

3 Faktor Pendukung dan Penghambat Penanaman Nilai Karakter

Beberapa orangtua selaras dengan motivasi orangtua untuk memberikan yang terbaik untuk peserta didik. Namun ada pula orangtua yang kurang mendukung motivasi sekolah untuk kebaikan peserta didik. Pengaruh keluarga ini menjadi faktor pendukung sekaligus faktor penghambat dalam penanaman nilai karakter. 88 “Ini sepertinya terjadi di mana-mana, anak di kelas biasanya terbagi menjadi 2, anak perempuan biasanya patuh dan rajin, anak laki-laki beberapa ada yang menjadi biang keladi. Tetapi untungnya ada anak laki-laki yang lebih dewasa dengan memimpin teman-temannya untuk melakukan hal yang baik. ” CW-08. 4 Cara Mengatasi Faktor Penghambat Sekolah mengadakan kegiatan pendampingan untuk siswa yang dirasa memerlukan pendampingan. Sekolah juga mengadakan diskusi bersama orangtua untuk membahas perkembangan peserta didik.

i. TK ABA Patukan

1 Nilai Karakter yang Ditanamkan Selama observasi yang dilaksanakan dalam satu hari pembelajaran, di TK ABA Patukan ditemukan 11 nilai karakter dari 18 nilai karakter yang ada. Nilai karakter tersebut adalah religius, disiplin, kemandirian, kejujuran, kreatif, demokratis, tanggung jawab, menghargai prestasi, bersahabat, gemar membaca, dan cinta damai. Nilai religius ditanamkan dengan pembiasaan doa awal dan akhir pembelajaran, mengaji bersama, dan guru bercerita mengenai kewajiban umat muslim. Sebelum masuk kelas diadakan baris berbaris dan masuk kelas dengan terlebih dahulu menaruh sepatu di rak untuk menanamkan nilai disiplin. Ketika kegiatan keagamaan dengan berdoa, guru menanamkan nilai kemandirian pada anak dengan mengaji secara bergantian setiap ayat untuk setiap murid. Ketika ada murid yang berselisih paham, guru selalu memberikan kesempatan kepada anak yang berselisih paham untuk mengemukakan pendapat mereka. 89 Cara guru memberikan kesempatan kepada anak untuk mengemukakan pendapatnya ini adalah sebagai upaya penanaman nilai demokratis dengan keteladanan. Guru lalu bercerita mengenai buaya yang tidak mempunyai teman dan guru memberikan nasihat agar anak dapat bersahabat dengan semuanya karena semua adalah teman. Penanaman nilai bersahabat lainnya adalah dengan pembiasaan untuk selalu menyapa teman dan guru. Ketika bercerita, guru juga meminta anak untuk membaca buku cerita tersebut secara bergantian yang merupakan upaya penanaman nilai karakter gemar membaca dengan pembiasaan. Guru meminta anak untuk duduk berKelompok dan bekerja secara tim dengan berdoa sesuai permintaan guru. Setiap Kelompok yang berhasil akan diberikan bintang oleh guru dan guru serta murid lain memberikan apreasiasi dengan memberikan tepuk tangan. Apresiasi ini merupakan penanaman nilai karakter mengharagai prestasi. Pemberian tugas merupakan penanaman nilai kreatif dengan membebaskan anak untuk mewarnai gambar yang mereka pilih sendiri. Kegiatan akhir adalah evaluasi dan guru bercerita mengenai anak yang nakal dan tidak punya teman. Guru memberikan nasihat bahwa sebagai anak yang baik kita harus selalu jujur dan saling menyayangi sesama manusia. Kegiatan bercerita ini merupakan penanaman nilai kejujuran dan cinta damai. Penanaman nilai karakter di TK ABA Patukan dominan menggunakan metode pembiasaan, dikarenakan metode pembiasaan dirasa merupakan metode yang paling efektif untuk menanamkan nilai karakter. TK ABA 90 Patukan menanamkan semua dari 18 nilai karakter yang ada namun tidak setiap hari semuanya ditanamkan.

2 Metode Penanaman Nilai Karakter

Metode yang paling sering digunakan dan dirasa sebagai metode terbaik dalam menanamkan nilai-nilai karakter adalah pembiasaan. Guru selalu membiasakan anak untuk berpikir, bersikap, dan bertindak sesuai norma yang berlaku. Pembiasaan dilakukan dari hal-hal kecil seperti ketika masuk gerbang anak harus tersenyum, melepas sepatu dan menaruhnya di rak, dan menaruh tas di tempat yang telah disediakan. “Paling sering kami menggunakan metode pembiasaan, karena memang metode pembiasaan dirasa paling efektif untuk menanamkan nilai karakter. Keteladanan juga metode penting, karena guru adalah artis bagi anak yang semua yang dilakukaknnya dianggap baik bagi anak. ” CW-09.

3 Faktor Pendukung dan Penghambat Penanaman Nilai Karakter

Dalam menanamkan nilai karakter guru menemukan beberapa hambatan dan dukungan. Faktor pendukung yang ditemui guru adalah bahwa nilai karakter merupakan muatan yang ada dalam kurikulum, hal ini sesuai dengan motivasi sekolah untuk peserta didik yang baik sesuai visi misi dan tujuan. Sedangkan beberapa faktor penghambat yang ditemui guru adalah karakteristik peserta didik yang berbeda-beda dimana ada peserta didik yang dirasa harus selalu ditanamkan nilai karakter dan selalu dibimbing dan ada pula peserta didik yang memang sudah tertanam dengan baik nilai karakter yang dimaksudkan guru. 91 4 Cara Mengatasi Faktor Penghambat Cara mengatasi faktor penghambat adalah dengan mengadakan komunikasi yang baik dengan orangtua siswa untuk membahas permasalahan dan mencari jalan keluarnya bersama-sama. Selain itu guru juga mendampingi peserta didik yang dirasa perlu untuk mendapatkan bimbingan. “Saya biasanya memberikan kesempatan kepada semua anak untuk berbicara mengemukakan pendapatnya dan apa yang ia rasakan saat itu. Bagi anak yang menyimpang biasanya ada alasan mengapa mereka melakukan itu. Saya rasa, dengan kita mau terbuka dengan anak, maka anak juga akan terbuka dengan kita dan mau bercerita mengenai apa yang ia rasakan. Kami juga mengadakan kegiatan parenting setiap 3 bulan sekali untuk membahas seputar tumbuh kembang anak di sekolah. ” CW-09.

j. TK ABA Gamping

1 Nilai Karakter yang Ditanamkan Selama observasi yang dilaksanakan dalam satu hari pembelajaran, di TK ABA Gamping ditemukan 10 nilai karakter dari 18 nilai karakter yang ada. Nilai karakter tersebut adalah religius, disiplin, kemandirian, tanggung jawab, kejujuran, toleransi, menghargai prestasi, bersahabat, kerja keras, dan cinta damai. Penanaman nilai religius dilakukan dengan pembiasaan berdoa awal dan akhir pembelajaran, hafalan doa-doa, dan surat-surat pendek. Kegiatan bermain di lapangan merupakan penanaman nilai karakter tanggung jawab, bersahabat, dan kerja keras. Penunjukkan salah satu siswa untuk menjadi pemimpin Kelompok adalah agar anak tersebut memiliki tanggung jawab akan anggota Kelompoknya. Nilai bersahabat ditanamkan melalui kerja sama dalam tim, dan nilai kerja keras ditanamkan melalui permainan dimana anak akan dengan 92 sungguh-sungguh melaksanakan tugas yang diberikan. Setelah selesai bermain di lapangan lalu pembelajaran didalam kelas. Siswa masuk kelas dengan tertib dan disiplin. Guru akan berkeliling di dalam kelas dan memeriksa setiap tugas yang dikerjakan anak. Guru juga selalu memberikan feedback positif kepada anak dan selalu memberikan apresiasi atas hasil kerja anak. Hal ini diharapkan agar anak juga dapat menghargai prestasi orang lain. Selesai mengerjakan tugas, anak diminta untuk cuci tangan secara mandiri di tempat yang telah disediakan. Hal ini untuk menanamkan nilai karakter kemandirian dengan metode pembiasaan. Dalam kegiatan akhir, guru bercerita mengenai pentingnya berbuat jujur dan untuk selalu bertoleransi dengan orang lain dengan tidak membeda-bedakan orang lain.

2 Metode Penanaman Nilai Karakter

Metode pembiasaan adalah metode yang paling sering digunakan guru untuk menanamkan nilai karakter. Metode ini akan membuat anak menjadi terbiasa melakukan suatu hal yang baik dan akan menjauhkan anak dari hal yang tidak diinginkan. Metode keteladanan dilaksanakan setiap hari dengan guru selalu tersenyum, ramah, dan memperlakukan anak dengan baik. “Metodenya ya ada pembiasaan, keteladanan, bercerita, karya wisata juga, seperti saat observasi. ” CW-10.

3 Faktor Pendukung dan Penghambat Penanaman Nilai Karakter

Orangtua yang mendukung program sekolah dan anak yang sudah dapat membedakan mana yang baik dan tidak baik menjadi salah satu faktor pendukung dalam penanaman nilai karakter. Suasana hati peserta didik yang berbeda setiap hari menjadi salah satu faktor penghambat. Faktor keluarga 93 dan lingkungan peserta didik juga merupakan salah satu faktor penghambat dimana faktor lingkungan dan keluarga peserta didik yang berbeda-beda juga menanamkan nilai yang berbeda-beda. “Dukungannya adalah bahwa anak-anak di kelas ini cenderung mudah diatur dan di keluarga mereka juga ditanamkan nilai karakter yang mendukung sekolah. Untuk hambatannya, karena latar belakang keluarga yang berbeda-beda itu. Ada salah satu anak yang berasal dari latar belakang keluarga yang dikategorikan dalam menengah ke atas dan dari suku yang terkenal keras, sehingga anak itu cenderung mau menangnya sendiri dan tidak mau dikritk, bahkan itu dengan guru kelas. ” CW-10. 4 Cara Mengatasi Faktor Penghambat TK ABA Gamping mengadakan kegiatan parenting setiap 6 bulan sekali. Kegiatan parenting ini dijadikan satu dengan pembagian hasil perkembangan peserta didik setiap semesternya. Pada kegiatan ini guru meberikan laporan mengenai perkembangan peserta didik, permasalahan yang ditemui dalam proses perkembangan dan pembelajaran anak, dan menemukan jalan keluarnya bersama-sama. Saat ada anak yang dirasa memiliki permasalahan, guru memberikan pendampingan dan memberikan tanggung jawab kepada anak agar anak merasa dihargai. Setiap harinya guru juga melaporkan perkembangan peserta didik saat anak dijemput oleh orangtua.

B. Pembahasan

1. Nilai Karakter yang Ditanamkan di Gugus IV Ambarketawang