Rumusan Masalah Tujuan Manfaat Anemia

commit to user penelitian adalah “pengaruh anemia terhadap dismenorea primer pada remaja putri kelas IX di MTs Muhammadiyah Nalumsari Jepara”.

B. Rumusan Masalah

Adakah pengaruh anemia terhadap dismenorea primer pada remaja putri kelas IX di MTs Muhammadiyah Nalumsari Jepara?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum Mengetahui pengaruh anemia terhadap dismenorea primer pada remaja putri kelas IX di MTs Muhammadiyah Nalumsari Jepara. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui anemia pada remaja putri kelas IX di MTs Muhammadiyah Nalumsari Jepara. b. Mengetahui dismenorea primer pada remaja putri kelas IX di MTs Muhammadiyah Nalumsari Jepara. c. Menganalisis pengaruh anemia terhadap dismenorea primer pada remaja putri kelas IX di MTs Muhammadiyah Nalumsari Jepara.

D. Manfaat

1. Manfaat Teoretis Memberikan gambaran yang lebih jelas tentang pengaruh anemia terhadap dismenorea primer pada remaja putri. commit to user 2. Manfaat Praktis a. Memberikan pencerahan kepada remaja putri akan pentingnya pengaruh anemia dalam kehidupan dan terhadap dismenorea primer sehingga diharapkan remaja putri dapat merubah pola hidupnya menjadi lebih berkualitas. b. Memberikan kesadaran kepada remaja putri untuk melakukan check up kesehatan minimal sehingga dapat dilakukan alternatif antisipasi penanganan dismenorea dengan mengkonsumsi zat besi sebelum menstruasi. commit to user BAB II TINJAUAN TEORI

A. Anemia

1. Pengertian Anemia dapat diartikan sebagai pengurangan jumlah sel darah merah, kuantitas hemoglobin, dan volume pada sel darah merah hematokrit per 100 ml darah. Haemoglobin terdapat dalam sel darah merah dan merupakan protein pembawa oksigen dari paru-paru yang mengantarkan ke seluruh bagian tubuh. Anemia bukan suatu diagnosis melainkan pencerminan dari dasar perubahan patofisiologis, yang diuraikan oleh anamnesa dan pemikiran fisik yang teliti, serta didukung oleh pemeriksaan laboratorium. Soebroto, 2009. 2. Manifestasi Klinik Karena semua sistem organ dapat terlibat maka dapat menimbulkan manifestasi klinik yang luas. Manifestasi ini bergantung pada : a. Kecepatan timbulnya anemia b. Umur individu c. Mekanisme kompensasinya d. Tingkat aktivitasnya e. Keadaan penyakit yang mendasari f. Parahnya anemia tersebut commit to user Karena jumlah efektif sel darah merah berkurang, maka lebih sedikit O 2 yang dikirimkan ke jaringan. Kehilangan darah yang mendadak 30 atau lebih, seperti pada perdarahan, menimbulkan simtomatoogi sekunder hipovolemia dan hipoksemia. Namun pengurangan hebat massa sel darah merah dalam waktu beberapa bulan walaupun pengurangannya 50 memungkinkan mekanisme kompensasi tubuh untuk menyesuaikan diri, dan biasanya penderita asimtomatik, kecuali pada kerja jasmani berat. Mekanisme kompensasi bekerja melalui : a. Peningkatan curah jantung dan pernafasan, karena itu menambah pengiriman O 2 ke jaringan-jaringan oleh sel darah merah b. Meningkatkan pelepasan O 2 oleh hemoglobin c. Mengembangkan volume plasma dengan menarik cairan dari sela- sela jaringan d. Redistribusi aliran darah ke organ-organ vital Sylvia, Price dan Wilson, 2002. 3. Etiologi Terjadinya anemia desebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah : a. Cacat sel darah merah Sel darah merah mempunyai komponen penyusun yang banyak sekali. Tiap-tiap komponen ini bila mengalami cacat atau kelainan, akan menimbulkan masalah bagi sel darah merah sendiri, commit to user sehingga sel ini tidak berfungsi sebagai mana mestinya dan dengan cepat mengalami penuaan dan segera dihancurkan. Pada umumnya cacat yang dialami sel darah merah menyangkut senyawa-senyawa protein yang menyusunnya. Oleh karena kelainan ini menyangkut protein, sedangkan sintesis protein dikendalikan oleh gen di DNA sehingga dapat menyebabkan kelainan atau kecacatan. b. Kekurangan zat gizi Anemia yang disebabkan oleh faktor dari luar tubuh, yaitu kekurangan salah satu zat gizi. Anemia karena kelainan dalam sel darah merah disebabkan oleh faktor konstitutif yang menyusun sel tersebut. Anemia jenis ini tidak dapat diobati, yang dapat dilakukan adalah hanya memperpanjang usia sel darah merah sehingga mendekati umur yang seharusnya, mengurangi beratnya gejala atau bahkan hanya mengurangi penyulit yang terjadi. c. Perdarahan Kehilangan darah dalam jumlah besar tentu saja akan menyebabkan kurangnya jumlah sel darah merah dalam darah, sehingga terjadi anemia. Anemia karena perdarahan besar dan dalam waktu singkat ini secara nisbi jarang terjadi. Keadaan ini biasanya terjadi karena kecelakaan dan bahaya yang diakibatkannya langsung disadari. Akibatnya, segala usaha akan dilakukan untuk mencegah perdarahan dan kalau mungkin mengembalikan jumlah darah ke keadaan semula, misalnya dengan tranfusi. commit to user d. Otoimun Dalam keadaan tertentu, sistem imun tubuh dapat mengenali dan menghancurkan bagian-bagian tubuh yang biasanya tidak dihancurkan. Keadaan ini sebenarnya tidak seharusnya terjadi dalam jumlah besar. Bila hal tersebut terjadi terhadap sel darah merah, maka umur sel darah merah akan memendek karena dengan cepat dihancurkan oleh sistem imun. Kusumawardani, 2010. 4. Gejala Menurut Sadikin 2002, gejala umum yang sering muncul pada penderita anemia diantaranya : a. Kelelahan, lemah, pucat, dan kurang bergairah b. Sakit kepala, dan mudah marah c. Tidak mampu berkonsentrasi, dan rentan terhadap infeksi d. Pada anemia yang kronis menunjukkan bentuk kuku seperti sendok dan rapuh, pecah-pecah pada sudut mulut, lidah lunak dan sulit menelan. 5. Diagnosa Karena faktor-faktor seperti pigmentasi kulit, suhu dan kedalaman serta distribusi kapiler mempengaruhi warna kulit, maka warna kulit bukan merupakan indeks pucat yang dapat diandalkan. Warna kuku, telapak tangan, dan membran mukosa mulut serta konjungtiva dapat digunakan lebih baik guna menilai kepucatan. commit to user Takikardia dan bising jantung suara yang disebabkan oleh kecepatan aliran darah yang meningkat menggambarkan beban kerja dan curah jantung yang meningkat. Angina sakit dada, khususnya pada penderita yang tua dengan stenosis koroner, dapat diakibatkan karena iskemia miokardium. Pada anemia berat, dapat menimbulkan payah jantung kongesif sebab otot jantung yang kekurangan oksigen tidak dapat menyesuaikan diri dengan beban kerja jantung yang meningkat. Dispnea kesulitan bernafas, nafas pendek, dan cepat lelah waktu melakukan aktivitas jasmani merupakan manifestasi berkurangnya pengiriman O 2 . Sakit kepala, pusing, kelemahan dan tinnitus telinga berdengung dapat menggambarkan berkurangnya oksigenasi pada susunan saraf pusat. Pada anemia yang berat dapat juga timbul gejala saluran cerna yang umumnya berhubungan dengan keadaan defisiensi. Gejala-gejala ini adalah anoreksia, nausea, konstipasi atau diare dan stomatitis. Sylvia, Price dan Wilson, 2002. 6. Klasifikasi a. Anemia menurut morfologi ukuran sel darah merah dibagi mejadi tiga, yaitu : 1 Anemia normositik normokrom Dimana ukuran dan bentuk sel-sel darah merah normal serta mengandung hemoglobin dalam jumlah yang normal tetapi individu menderita anemia. Penyebab anemia jenis ini adalah kehilangan darah akut, hemolisis, penyakit kronik termasuk commit to user infeksi, gangguan endokrin, gangguan ginjal, kegagalan sumsum, dan penyakit-penyakit infiltratif metastatik pada sumsum tulang. 2 Anemia makrositik normokrom Makrositik berarti ukuran sel-sel darah merah lebih besar dari normal tetapi normokrom karena konsentrasi hemoglobinnya normal. Hal ini diakibatkan oleh gangguan atau terhentinya sintesis asam nukleat DNA seperti yang ditemukan pada defisiensi B12 dan atau asam folat. Ini dapat juga terjadi pada kemoterapi kanker, sebab agen-agen yang digunakan mengganggu metabolisme sel. 3 Anemia mikrositik hipokrom Mikrositik berarti kecil, hipokrom berarti mengandung hemoglobin dalam jumlah yang kurang dari normal. Hal ini umumnya menggambarkan insufisiensi sintesis hem besi, seperti pada anemia defisiensi besi, keadaan sideroblastik dan kehilangan darah kronik, atau gangguan sintesis globin, seperti pada talasemia penyakit hemoglobin abnormal kongenital. b. Anemia menurut morfologinya dibagi menjadi 2, yaitu : 1 Meningkatnya kehilangan sel darah merah Dapat disebabkan oleh perdarahan atau oleh penghancuran sel. Perdarahan dapat disebabkan oleh trauma atau tukak, atau akibat pardarahan kronik karena polip pada commit to user kolon, penyakit-penyakit keganasan, hemoriod atau menstruasi. Penghancuran sel darah merah dalam sirkulasi, dikenal dengan nama hemolisis, terjadi bila gangguan pada sel darah merah itu sendiri yang memperpendek hidupnya atau karena perubahan lingkungan yang mengakibatkan penghancuran sel darah merah. Keadaan dimana sel darah merah itu sendiri terganggu adalah : a Hemoglobinopati, yaitu hemoglobin abnormal yang diturunkan, misal nya anemia sel sabit b Gangguan sintetis globin misalnya talasemia c Gangguan membran sel darah merah misalnya sferositosis herediter d Defisiensi enzim misalnya defisiensi G6PD glukosa 6- fosfat dehidrogenase 2 Penurunan atau gangguan pembentukan sel diseritropoiesis Setiap keadaan yang mempengaruhi fungsi sumsum tulang dimasukkan dalam kategori ini. Adapun yang termasuk dalam kelompok ini adalah : a Keganasan yang tersebar seperti kanker payudara, leukimia dan multipel mieloma, obat dan zat kimia toksik, dan penyinaran dengan radiasi b Penyakit-penyakit menahun yang melibatkan ginjal dan hati, penyakit-penyakit infeksi dan defiensi endokrin commit to user c Kekurangan vitamin B12, asam folat, vitamin C dan besi mengakibatkan pembentukan sel darah merah tidak efektif. Sadikin, 2002. 7. Pemeriksaan Hemoglobin Menurut Supariasa 2002, ada beberapa indikator laboratorium yang dapat digunakan untuk menentukan anemia, yaitu : a. Haemoglobin Hb Haemoglobin adalah parameter yang dgunakan secara luas untuk menetapkan prevalensi anemia. Haemoglobin dapat diukur secara kimia dan jumlah Hb100 ml darah dapat digunakan sebagai indeks kapasitas pembawa oksigen dalam darah. Bergantung pada metode yang digunakan, nilai haemoglobin menjadi akurat 2-3. Diantara metode yang paling sering digunakan di laborat dan hasilnya dipercaya valid adalah metode sianmethemoglobin. Cara sianmethemoglobin adalah cara yang dianjurkan untuk penetapan kadar hemoglobin karena larutan standar cyanmethemoglobin sifatnya stabil, mudah diperoleh dan pada cara ini hampir semua hemoglobin terukur kecuali sulfahemoglobin . Pada cara ini ketelitian yang dapat dicapai ± 2. Hemoglobin dengan kalium ferrosianida K 2 FeCN 6 berubah menjadi methemoglobin kemudian menjadi hemoglobin sianida HiCN oleh kalium sianida KCN dengan absorbansi maksimum pada 540 nm. Pengaturan dilakukan dengan menambah commit to user KH 2 FO 4 , untuk mempercepat lisis eritrosit dan mengurangi kekeruhan HiCN ditambah non ionic detergent. Absorbansi warna berbanding lurus dengan konsentrasi hemoglobin. Tabel 2.1 Kadar Hemoglobin Normal Daur Hidup Wanita Nilai Normal Dewasa Pubertas Bayi Balita Anak-anak Bayi baru lahir Bayi belum lahir Ibu hamil 12-14 gdl 11,5-14,8 gdl 10-15 gdl 9,5-12,5 gdl 12-16 gdl 13,6-19,6 gdl Masih mengandung Hb fetal dari plasenta 10 gdl Sumber : Soebroto, 2009. b. Hematokrit HCT Hematokrit adalah volume eritrosit yang dipisahkan dari plasma dengan cara memutarnya didalam tabung khusus yang nilainya dinyatakan dalam persen. Setelah sentrifugasi, tinggi kolom sel merah diukur dan dibandingkan dengan tinggi darah penuh yang asli. Dengan demikian hemotokrit bergantung sebagian besar pada jumlah sel darah merah, tapi ada beberapa efek ukuran dari rata-rata sel darah merah. Nilai normal adalah 40-45 untuk laki-laki dewasa dan 37-47 untuk wanita dewasa. Hemotokrit biasanya hampir 3 kali nilai hemoglobin. Kesalahan rata-rata pada prosedur hemotokrit yaitu kira-kira 1-2. commit to user c. Ferritin Serum SF Banyaknya ferritin yang dikeluarkan ke dalam darah secara proporsional menggambarkan banyaknya simpanan zat besi di dalam hati. Apabila didapatkan serum ferritin sebesar 30 mgdl RBC berarti di dalam hati terdapat 30 x 10 mg = 300 mg ferritin. Untuk menentukan kadar ferritin di dalam darah dapat ditentukan dengan beberapa metode, yaitu dengan cara immunoradiometric assay IRMA atau dengan cara radio immuno assay RIA atau dengan cara enzyme-linked immuno assay ELISA yang tidak menggunakan isotop tetapi enzim. Dalam keadaan normal rata-rata SF untuk laki- laki dewasa adalah 90ugl dan untuk wanita dewasa adalah 30ugl. Apabila seseorang mempunyai kadar SF kurang dari 12 ugl, orang tersebut dinyatakan sebagai kurang besi. Penentuan SF menjadi pilihan yang tepat jika seseorang tidak menderita penyakit kronis, infeksi dan sakit hati. d. Transeferin Saturation TS Salah satu indikator untuk menentukan anemia adalah Total Iron Binding Capacity TIBC dalam serum. Kadar TIBC ini meningkat pada penderita anemia karena kadar besi di dalam serum menurun dan TBC meningkat pada keadaan defisiensi zat besi, maka rasio dari keduanya transferrin suturaion lebih sensitif. Apabila transferrin suturation 16, pembentukan sel darah merah dalam commit to user sumsum tulang berkurang dan keadaan ini disebut defisiensi besi untuk eritropoesis. e. Free Erytocytes Protophophyrin FEP Apabila penyediaan zat besi tidak cukup banyak untuk pembentukan sel-sel darah merah di sumsum tulang maka sirkulasi FEP di darah mengalami peningkatan meskipun belum nampak anemia. Dengan menggunakan fluorometric assay, maka penentuan FEP lebih cepat digunakan. Satuan untuk FEP dinyatakan dalam ugdl darah atau ugdl darah merah. Dalam keadaan normal kadar FEP berkisar 35-50 ugdl RBC. Tetapi apabila kadar FEP dalam darah lebih besar dari 100 ugdl RBC menunjukkan individu tersebut menderita kekurangan zat besi.

B. Dismenorea Primer