TANA PUTRI MULYANINGSIH R1111037

(1)

commit to user

PENGARUH ANEMIA TERHADAP DISMENOREA PRIMER PADA REMAJA PUTRI KELAS IX DI MTs MUHAMMADIYAH

NALUMSARI JEPARA

KARYA TULIS ILMIAH

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan

Oleh:

TANA PUTRI MULYANINGSIH R1111037

PROGRAM STUDI DIV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2012


(2)

commit to user HALAMAN VALIDASI

KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH ANEMIA TERHADAP DISMENOREA PRIMER PADA REMAJA PUTRI KELAS IX DI MTs MUHAMMADIYAH

NALUMSARI JEPARA

Tana Putri Mulyaningsih R1111037

Telah Disetujui Oleh Pembimbing Untuk Diuji Di Hadapan Tim Penguji Pada Tanggal 1 Agustus 2012

Pembimbing Utama

Sri Anggarini P, S.SiT, M.Kes NIP. 19770621 201012 2 001

Pembimbing Pendamping

Fresthy Astrika Y, S.ST, M.Kes NIP. 19860622 201012 2 003

Ketua Tim Karya Tulis Ilmiah

Erindra Budi C, S.Kep.Ns, M.Kes NIP. 19780220 200501 1 001


(3)

commit to user

HALAMAN PENGESAHAN

PENGARUH ANEMIA TERHADAP DISMENOREA PRIMER PADA REMAJA PUTRI KELAS IX DI MTs MUHAMMADIYAH

NALUMSARI JEPARA

Tana Putri Mulyaningsih R1111037

Telah Dipertahankan dan Disetujui Di Hadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa DIV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran UNS

Pada Tanggal : 9 Agustus 2012

Pembimbing Utama

Nama : Sri Anggarini P, S.SiT, M.Kes

NIP : 19770621 201012 2 001 ………

Pembimbing Pendamping

Nama : Fresthy Astrika Y, S.ST, M.Kes

NIP : 19860622 201012 2 003 ………

Penguji Utama

Nama : H. Tri Budi Wiryanto, dr. Sp.OG (K)

NIP : 19510421 198011 1 002 ………

Sekretaris Penguji

Nama : M. Nur Dewi, S.ST, M.Kes

NIP : - ………

Mengesahkan, Ketua

Tim Karya Tulis Ilmiah

Erindra Budi C, S.Kep.Ns, M.Kes NIP. 19780220 200501 1 001

Ketua

Prodi DIV Bidan Pendidik FK UNS

H. Tri Budi Wiryanto, dr. Sp.OG (K) NIP. 19510421 198011 1 002


(4)

commit to user INTISARI

TANA PUTRI MULYANINGSIH. R1111037. PENGARUH ANEMIA TERHADAP DISMENOREA PRIMER PADA REMAJA PUTRI KELAS IX DI MTs MUHAMMADIYAH NALUMSARI JEPARA. PRODI DIV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS NEGERI SURAKARTA.

Latar Belakang : Tingginya prevalensi anemia pada remaja putri yang mencapai 40-45% memberikan dampak terhadap kehidupan dan menurunkan kualitas sumber daya manusia. Selain itu anemia juga, menurunkan ketahanan nyeri dan menyebabkan timbulnya dismenorea primer dalam siklus menstruasi.

Tujuan : Mengetahui pengaruh anemia terhadap dismenorea primer pada remaja putri kelas IX di MTs Muhammadiyah Nalumsari Jepara.

Desain penelitian : Observasional Analitik dengan rancangan case control. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX MTs Muhammadiyah Nalumsari Jepara, sejumlah 61 orang. Teknik pengambilan sampel secara Probability Sampling dengan metode Simple Random Sampling. Sampel sejumlah 54 orang dibagi dua, menjadi kelompok kasus dan kontrol. Instrumen yang digunakan yaitu sianmethemoglobin untuk mengukur anemia dan lembar wawancara untuk mengetahui dismenorea primer. Teknik analisis data menggunakan uji t-test Independen.

Hasil Penelitian : Diperoleh hasil remaja putri yang mengalami anemia dan tidak anemia dengan jumlah yang sama yaitu sebesar 27 responden (50%) dengan sebagian besar responden tidak mengalami dismenorea primer yaitu sebanyak 32 orang (59,3%). Hasil uji t-test independent didapatkan ρ = 0,022 < 0,05 atau thitung

sebesar 2,370 > ttabel sebesar 2,000.

Simpulan : Ada pengaruh anemia terhadap dismenorea primer pada remaja putri kelas IX di MTs Muhammadiyah Nalumsari Jepara yaitu.


(5)

commit to user ABSTRACT

TANA PUTRI MULYANINGSIH. R1111037. THE EFFECT OF ANEMIA IN ADOLESCENT GIRL PRIMARY DYSMENORRHEA IN IXTH YEAR CLASS OF MTs MUHAMMADIYAH NALUMSARI JEPARA. THE COURSE OF STUDY DIV MIDWIFE EDUCATION FACULTY OF MEDICINE STATE SURAKARTA UNIVERSITY.

Background : The high prevalence of anemia in adolescent girls reached 40-45% had an impact on the lives and reduced the quality of human resources. In other wise anemia also lowered resistanced causing pain and primary dysmenorrhoea in the menstrual cycle.

Destination : Determine the effect of anemia on primary dysmenorrhea in adolescent girls in IXth year class of MTs Muhammadiyah Nalumsari Jepara Methods : Its used observational analytical with case control design. The population in this study was IXth year class of MTs Muhammadiyah Nalumsari Jepara were 61 people. The sampling technique used in this research was Probability Sampling with Simple Random Sampling method. The Sample were 54 respondent divided into two groups, the case and control groups. The sianmethemoglobin is instrument used for measure of anemia and sheet of interview used to determine the primary dysmenorrhoea. Techniques of data analysis using Independent t-test.

Result : The results show that adolescent girls suffer from anemia and not anemia with the same amount, its equal to 27 respondents (50%) with the majority of respondents did not have primary dysmenorrhoea were 32 respondents (59,3%). The obtained independent t-test ρ = 0,022 < 0,05 or t-count were 2,370 > t-table of 2,000.

Conclusion : There is the effect of anemia on primary dysmenorrhoea in adolescent girls in IXth year class of MTs Muhammadiyah Nalumsari Jepara. Keywords : Anemia, Prymary Dysmenorrhoea, Adolescent Girls.


(6)

commit to user KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah dengan judul “PENGARUH ANEMIA TERHADAP DISMENOREA

PRIMER PADA REMAJA PUTRI KELAS IX DI MTs MUHAMMADIYAH

NALUMSARI JEPARA” dengan baik.

Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan Program Studi DIV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta Tahun 2012.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa keberhasilan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak baik berupa moril, spiritual, bimbingan maupun pengarahan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada yang terhormat :

1. H. Tri Budi Wiryanto, dr, SpOG (K) selaku Ketua Program Studi DIV Bidan Pendidik Universitas Sebelas Maret.

2. Erindra Budi C, S.Kep.Ns. M.Kes selaku Ketua Tim KTI DIV Bidan Pendidik Universitas Sebelas Maret.

3. Sri Anggarini P, S.SiT, M.Kes selaku Pembimbing Utama yang telah memberikan bimbingan dan nasehat dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini. 4. Fresthy Astrika Y, S.SiT, M.Kes, selaku Pembimbingnya Pendamping yang telah memberikan bimbingan, saran dan ilmunya dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.


(7)

commit to user

5. Heri Huzairy, ST selaku Kepala MTs Muhammadiyah Nalumsari Jepara yang telah memberikan ijin untuk mengadakan studi pendahuluan dan tempat penelitian.

6. Bapak dan Ibu Guru MTs Muhammadiyah Nalumsari Jepara serta seluruh staf karyawan yang telah memberikan pengarahan pada saat penelitian. 7. Seluruh dosen, karyawan dan karyawati DIV Bidan Pendidik Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret yang telah membimbing penyusun selama kuliah dan memberikan bekal pengetahuan.

8. Ibu dan Bapak tercinta yang senantiasa mencurahkan perhatian, kasih saying dan membesarkan hati penulis serta tidak pernah kering dengan doa dan ikhtiarnya serta kakakku di Bogor terima kasih atas bantuan dan kasih sayangnya.

9. Teman-teman mahasiswa DIV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

10.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis berharap semoga karya yang sederhana dan kecil ini dapat memberikan sumbangan dan manfaat bagi pembaca dan berguna bagi pendidikan. Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak kekurangan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak.

Surakarta, Agustus 2012 Penulis


(8)

commit to user DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN VALIDASI ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

INTISARI ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anemia ... 6

B. Dismenorea Primer... 16

C. Remaja ... 23

D. Kerangka Konsep ... 25


(9)

commit to user BAB III METODELOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian ... 26

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 27

C. Populasi Penelitian ... 27

D. Sampel ... 27

E. Pengalokasian Subjek ... 28

F. Definisi Operasional... 28

G. Intervensi dan Instrumentasi ... 28

H. Pengolahan dan Analisa Data ... 30

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Lokasi Penelitian ... 32

B. Hasil Analisa Univariat ... 32

C. Hasil Analisa Bivariat ... 33

BAB V PEMBAHASAN A. Diskripsi Hasil Penelitian ... 35

B. Pengaruh Anemia Terhadap Dismenorea Primer Remaja Putri .. 37

C. Keterbatasan Penelitian ... 40

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan ... 41

B. Saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA ... 43 LAMPIRAN


(10)

commit to user DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kadar Hemoglobin Normal ... 14

Tabel 2.2 Sekuens Maturasi Seksual Pada Remaja Putri ... 24

Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 28

Tabel 4.1 Distribusi Kelompok Variabel Bebas ... 32

Tabel 4.2 Distribusi Kelompok Variabel Terikat ... 33

Tabel 4.3 Pengaruh Anemia Terhadap Dismenorea Primer ... 33

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Data Kelompok Kasus dan Kontrol ... 34


(11)

commit to user DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konsep ... 25 Gambar 3.1 Rancangan Kasus Kontrol ... 26


(12)

commit to user DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7

Jadwal Kegiatan Penelitian Instrumen Penelitian Surat Ijin Penelitian

Surat Permohonan Responden Tabulasi Hasil Penelitian Hasil Uji Penelitian


(13)

commit to user BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Asia termasuk di Indonesia. Laporan berbagai studi di Indonesia pada tahun 2008, memperlihatkan semakin tingginya prevalensi anemia pada remaja putri yaitu berkisar antara 40-45%. Berdasarkan hasil pemeriksaan kadar hemoglobin yang dilakukan oleh Seksi Pembinaan Gizi Masyarakat Dinas Kesehatan Kota Semarang terhadap remaja putri (siswa SMP dan SMA) pada tahun 2008 menunjukkan hasil 40,13% remaja putri menderita anemia. Menurut penelitian yang dilakukan Farida pada tahun 2008 di Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus tentang hubungan pendapatan dan pendidikan orang tua dengan anemia pada remaja putri, didapatkan hasil 36,8% remaja putri menderita anemia.

Anemia memiliki dampak negatif terhadap kehidupan remaja putri dan menurunkan kualitas sumber daya manusia. Anemia dapat menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan tidak optimal, menurunkan ketahanan fisik olahragawati, mengakibatkan muka pucat, menurunkan prestasi belajar karena rasa cepat lelah, kehilangan gairah dan tidak dapat berkonsentrasi. Selain itu, anemia juga akan menyebabkan tingginya resiko untuk melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR) yang mempunyai kualitas hidup yang tidak


(14)

commit to user

optimal, menurunkan produktifitas kerja, nyeri disaat menstruasi dan menurunkan kebugaran (Iswarati dan Sarbini, 2003).

Remaja putri mempunyai resiko paling tinggi untuk menderita dan rawan terhadap anemia. Hal ini disebabkan karena kebutuhan Fe pada remaja putri 3 kali lebih besar dari kebutuhan remaja putra. Kebutuhan Fe meningkat pada remaja putri karena remaja putri mengalami menstruasi setiap bulannya dan untuk pertumbuhan pesat fisik, mental dan intelektual. Selain itu, remaja putri memiliki kebiasaan makan tidak teratur, mengkonsumsi makanan beresiko seperti fast food, snack dan soft drink, kurang mengkonsumsi sumber makanan hewani yang merupakan sumber Fe yang mudah diserap serta tingginya keinginan untuk berdiet agar tampak langsing (Kusumawardani, 2010).

Remaja putri yang telah memasuki masa pubertas, selain rawan mengalami anemia juga mengalami siklus menstruasi tiap bulannya. Tanda lain remaja dimasa pubertas adalah pertumbuhan badan yang cepat, timbulnya ciri-ciri kelamin dan perubahan psikis. Siklus menstruasi tersebut terkadang akan menyebabkan timbulnya rasa sakit atau nyeri di daerah abdomen (dismenorea). Rasa sakit tersebut dikarenakan siklus hormonal yang dialami remaja putri belum stabil, anemia, psikologi yang labil dan remaja putri belum sering mengalami kontraksi uterus seperti wanita dewasa muda (Anurogo, 2011).

Dismenorea merupakan gangguan menstruasi dengan prevalensi terbesar di dunia pada remaja mencapai 89,5%. Di Indonesia, angka kejadian


(15)

commit to user

dismenorea pada remaja putri pada tahun 2010 sebanyak 64,25% terdiri dari 54,89% dismenorea primer dan 9,36% dismenorea sekunder. Keluhan dismenorea yang paling sering mengganggu adalah tidak bisa masuk sekolah dengan gejala berat yaitu sebanyak 2-10% penderita (Novie, 2012).

Penelitian sebelumnya yang sejenis dari Soemantri dengan judul hubungan anemia kekurangan zat besi dengan konsentrasi dan prestasi belajar pada tahun 2002 dengan jumlah reponden 849 remaja putri di Kecamatan Kalibawang, Kulon Progo, Yogyakarta. Hasil penelitiannya menunjukkan terdapat hubungan antara anemia kekurangan zat besi dengan konsentrasi dan prestasi belajar. Perbedaan dengan penelitian ini terdapat pada variabel terikat dan sampel papulasi penelian yaitu dismenorea primer pada remaja putri kelas IX, yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh anemia terhadap dismenorea primer pada remaja putri kelas IX di MTs Muhammadiyah Nalumsari Jepara.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan bulan April 2012 pada remaja putri kelas IX di MTs Muhammadiyah Nalumsari Jepara menunjukkan sebagian remaja putri mengalami anemia. Hal ini ditandai dengan remaja putri yang mengatakan merasa cepat lelah, sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang serta terlihat kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat. Beberapa remaja putri juga terkadang mengeluh merasa nyeri perut bagian bawah ketika menstruasi (dismenorea). Dari uraian latar belakang di atas, maka masalah yang perlu dilakukan


(16)

commit to user

penelitian adalah “pengaruh anemia terhadap dismenorea primer pada remaja

putri kelas IX di MTs Muhammadiyah Nalumsari Jepara”.

B. Rumusan Masalah

Adakah pengaruh anemia terhadap dismenorea primer pada remaja putri kelas IX di MTs Muhammadiyah Nalumsari Jepara?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh anemia terhadap dismenorea primer pada remaja putri kelas IX di MTs Muhammadiyah Nalumsari Jepara.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui anemia pada remaja putri kelas IX di MTs Muhammadiyah Nalumsari Jepara.

b. Mengetahui dismenorea primer pada remaja putri kelas IX di MTs Muhammadiyah Nalumsari Jepara.

c. Menganalisis pengaruh anemia terhadap dismenorea primer pada remaja putri kelas IX di MTs Muhammadiyah Nalumsari Jepara.

D. Manfaat

1. Manfaat Teoretis

Memberikan gambaran yang lebih jelas tentang pengaruh anemia terhadap dismenorea primer pada remaja putri.


(17)

commit to user 2. Manfaat Praktis

a. Memberikan pencerahan kepada remaja putri akan pentingnya pengaruh anemia dalam kehidupan dan terhadap dismenorea primer sehingga diharapkan remaja putri dapat merubah pola hidupnya menjadi lebih berkualitas.

b. Memberikan kesadaran kepada remaja putri untuk melakukan check up kesehatan minimal sehingga dapat dilakukan alternatif antisipasi penanganan dismenorea dengan mengkonsumsi zat besi sebelum menstruasi.


(18)

commit to user BAB II TINJAUAN TEORI

A. Anemia 1.Pengertian

Anemia dapat diartikan sebagai pengurangan jumlah sel darah merah, kuantitas hemoglobin, dan volume pada sel darah merah (hematokrit) per 100 ml darah. Haemoglobin terdapat dalam sel darah merah dan merupakan protein pembawa oksigen dari paru-paru yang mengantarkan ke seluruh bagian tubuh. Anemia bukan suatu diagnosis melainkan pencerminan dari dasar perubahan patofisiologis, yang diuraikan oleh anamnesa dan pemikiran fisik yang teliti, serta didukung oleh pemeriksaan laboratorium. (Soebroto, 2009).

2.Manifestasi Klinik

Karena semua sistem organ dapat terlibat maka dapat menimbulkan manifestasi klinik yang luas. Manifestasi ini bergantung pada :

a. Kecepatan timbulnya anemia b. Umur individu

c. Mekanisme kompensasinya d. Tingkat aktivitasnya

e. Keadaan penyakit yang mendasari f. Parahnya anemia tersebut


(19)

commit to user

Karena jumlah efektif sel darah merah berkurang, maka lebih sedikit O2 yang dikirimkan ke jaringan. Kehilangan darah yang

mendadak (30% atau lebih), seperti pada perdarahan, menimbulkan simtomatoogi sekunder hipovolemia dan hipoksemia. Namun pengurangan hebat massa sel darah merah dalam waktu beberapa bulan (walaupun pengurangannya 50%) memungkinkan mekanisme kompensasi tubuh untuk menyesuaikan diri, dan biasanya penderita asimtomatik, kecuali pada kerja jasmani berat. Mekanisme kompensasi bekerja melalui :

a. Peningkatan curah jantung dan pernafasan, karena itu menambah pengiriman O2 ke jaringan-jaringan oleh sel darah merah

b. Meningkatkan pelepasan O2 oleh hemoglobin

c. Mengembangkan volume plasma dengan menarik cairan dari sela-sela jaringan

d. Redistribusi aliran darah ke organ-organ vital (Sylvia, Price dan Wilson, 2002).

3.Etiologi

Terjadinya anemia desebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah :

a. Cacat sel darah merah

Sel darah merah mempunyai komponen penyusun yang banyak sekali. Tiap-tiap komponen ini bila mengalami cacat atau kelainan, akan menimbulkan masalah bagi sel darah merah sendiri,


(20)

commit to user

sehingga sel ini tidak berfungsi sebagai mana mestinya dan dengan cepat mengalami penuaan dan segera dihancurkan. Pada umumnya cacat yang dialami sel darah merah menyangkut senyawa-senyawa protein yang menyusunnya. Oleh karena kelainan ini menyangkut protein, sedangkan sintesis protein dikendalikan oleh gen di DNA sehingga dapat menyebabkan kelainan atau kecacatan.

b. Kekurangan zat gizi

Anemia yang disebabkan oleh faktor dari luar tubuh, yaitu kekurangan salah satu zat gizi. Anemia karena kelainan dalam sel darah merah disebabkan oleh faktor konstitutif yang menyusun sel tersebut. Anemia jenis ini tidak dapat diobati, yang dapat dilakukan adalah hanya memperpanjang usia sel darah merah sehingga mendekati umur yang seharusnya, mengurangi beratnya gejala atau bahkan hanya mengurangi penyulit yang terjadi.

c. Perdarahan

Kehilangan darah dalam jumlah besar tentu saja akan menyebabkan kurangnya jumlah sel darah merah dalam darah, sehingga terjadi anemia. Anemia karena perdarahan besar dan dalam waktu singkat ini secara nisbi jarang terjadi. Keadaan ini biasanya terjadi karena kecelakaan dan bahaya yang diakibatkannya langsung disadari. Akibatnya, segala usaha akan dilakukan untuk mencegah perdarahan dan kalau mungkin mengembalikan jumlah darah ke keadaan semula, misalnya dengan tranfusi.


(21)

commit to user d. Otoimun

Dalam keadaan tertentu, sistem imun tubuh dapat mengenali dan menghancurkan bagian-bagian tubuh yang biasanya tidak dihancurkan. Keadaan ini sebenarnya tidak seharusnya terjadi dalam jumlah besar. Bila hal tersebut terjadi terhadap sel darah merah, maka umur sel darah merah akan memendek karena dengan cepat dihancurkan oleh sistem imun.

(Kusumawardani, 2010). 4.Gejala

Menurut Sadikin (2002), gejala umum yang sering muncul pada penderita anemia diantaranya :

a. Kelelahan, lemah, pucat, dan kurang bergairah b. Sakit kepala, dan mudah marah

c. Tidak mampu berkonsentrasi, dan rentan terhadap infeksi

d. Pada anemia yang kronis menunjukkan bentuk kuku seperti sendok dan rapuh, pecah-pecah pada sudut mulut, lidah lunak dan sulit menelan.

5.Diagnosa

Karena faktor-faktor seperti pigmentasi kulit, suhu dan kedalaman serta distribusi kapiler mempengaruhi warna kulit, maka warna kulit bukan merupakan indeks pucat yang dapat diandalkan. Warna kuku, telapak tangan, dan membran mukosa mulut serta konjungtiva dapat digunakan lebih baik guna menilai kepucatan.


(22)

commit to user

Takikardia dan bising jantung (suara yang disebabkan oleh kecepatan aliran darah yang meningkat) menggambarkan beban kerja dan curah jantung yang meningkat. Angina (sakit dada), khususnya pada penderita yang tua dengan stenosis koroner, dapat diakibatkan karena iskemia miokardium. Pada anemia berat, dapat menimbulkan payah jantung kongesif sebab otot jantung yang kekurangan oksigen tidak dapat menyesuaikan diri dengan beban kerja jantung yang meningkat. Dispnea (kesulitan bernafas), nafas pendek, dan cepat lelah waktu melakukan aktivitas jasmani merupakan manifestasi berkurangnya pengiriman O2.

Sakit kepala, pusing, kelemahan dan tinnitus (telinga berdengung) dapat menggambarkan berkurangnya oksigenasi pada susunan saraf pusat. Pada anemia yang berat dapat juga timbul gejala saluran cerna yang umumnya berhubungan dengan keadaan defisiensi. Gejala-gejala ini adalah anoreksia, nausea, konstipasi atau diare dan stomatitis.

(Sylvia, Price dan Wilson, 2002). 6.Klasifikasi

a. Anemia menurut morfologi (ukuran sel darah merah) dibagi mejadi tiga, yaitu :

1) Anemia normositik normokrom

Dimana ukuran dan bentuk sel-sel darah merah normal serta mengandung hemoglobin dalam jumlah yang normal tetapi individu menderita anemia. Penyebab anemia jenis ini adalah kehilangan darah akut, hemolisis, penyakit kronik termasuk


(23)

commit to user

infeksi, gangguan endokrin, gangguan ginjal, kegagalan sumsum, dan penyakit-penyakit infiltratif metastatik pada sumsum tulang.

2) Anemia makrositik normokrom

Makrositik berarti ukuran sel-sel darah merah lebih besar dari normal tetapi normokrom karena konsentrasi hemoglobinnya normal. Hal ini diakibatkan oleh gangguan atau terhentinya sintesis asam nukleat DNA seperti yang ditemukan pada defisiensi B12 dan atau asam folat. Ini dapat juga terjadi pada kemoterapi kanker, sebab agen-agen yang digunakan mengganggu metabolisme sel.

3) Anemia mikrositik hipokrom

Mikrositik berarti kecil, hipokrom berarti mengandung hemoglobin dalam jumlah yang kurang dari normal. Hal ini umumnya menggambarkan insufisiensi sintesis hem (besi), seperti pada anemia defisiensi besi, keadaan sideroblastik dan kehilangan darah kronik, atau gangguan sintesis globin, seperti pada talasemia (penyakit hemoglobin abnormal kongenital). b. Anemia menurut morfologinya dibagi menjadi 2, yaitu :

1) Meningkatnya kehilangan sel darah merah

Dapat disebabkan oleh perdarahan atau oleh penghancuran sel. Perdarahan dapat disebabkan oleh trauma atau tukak, atau akibat pardarahan kronik karena polip pada


(24)

commit to user

kolon, penyakit-penyakit keganasan, hemoriod atau menstruasi. Penghancuran sel darah merah dalam sirkulasi, dikenal dengan nama hemolisis, terjadi bila gangguan pada sel darah merah itu sendiri yang memperpendek hidupnya atau karena perubahan lingkungan yang mengakibatkan penghancuran sel darah merah. Keadaan dimana sel darah merah itu sendiri terganggu adalah :

a) Hemoglobinopati, yaitu hemoglobin abnormal yang diturunkan, misal nya anemia sel sabit b) Gangguan sintetis globin misalnya talasemia

c) Gangguan membran sel darah merah misalnya sferositosis herediter

d) Defisiensi enzim misalnya defisiensi G6PD (glukosa 6-fosfat dehidrogenase)

2) Penurunan atau gangguan pembentukan sel (diseritropoiesis) Setiap keadaan yang mempengaruhi fungsi sumsum tulang dimasukkan dalam kategori ini. Adapun yang termasuk dalam kelompok ini adalah :

a) Keganasan yang tersebar seperti kanker payudara, leukimia dan multipel mieloma, obat dan zat kimia toksik, dan penyinaran dengan radiasi

b) Penyakit-penyakit menahun yang melibatkan ginjal dan hati, penyakit-penyakit infeksi dan defiensi endokrin


(25)

commit to user

c) Kekurangan vitamin B12, asam folat, vitamin C dan besi mengakibatkan pembentukan sel darah merah tidak efektif. (Sadikin, 2002).

7.Pemeriksaan Hemoglobin

Menurut Supariasa (2002), ada beberapa indikator laboratorium yang dapat digunakan untuk menentukan anemia, yaitu :

a. Haemoglobin (Hb)

Haemoglobin adalah parameter yang dgunakan secara luas untuk menetapkan prevalensi anemia. Haemoglobin dapat diukur secara kimia dan jumlah Hb/100 ml darah dapat digunakan sebagai indeks kapasitas pembawa oksigen dalam darah. Bergantung pada metode yang digunakan, nilai haemoglobin menjadi akurat 2-3%. Diantara metode yang paling sering digunakan di laborat dan hasilnya dipercaya valid adalah metode sianmethemoglobin.

Cara sianmethemoglobin adalah cara yang dianjurkan untuk penetapan kadar hemoglobin karena larutan standar cyanmethemoglobin sifatnya stabil, mudah diperoleh dan pada cara ini hampir semua hemoglobin terukur kecuali sulfahemoglobin. Pada cara ini ketelitian yang dapat dicapai ± 2%.

Hemoglobin dengan kalium ferrosianida (K2Fe(CN)6)

berubah menjadi methemoglobin kemudian menjadi hemoglobin sianida (HiCN) oleh kalium sianida (KCN) dengan absorbansi maksimum pada 540 nm. Pengaturan dilakukan dengan menambah


(26)

commit to user

KH2FO4, untuk mempercepat lisis eritrosit dan mengurangi

kekeruhan HiCN ditambah non ionic detergent. Absorbansi warna berbanding lurus dengan konsentrasi hemoglobin.

Tabel 2.1

Kadar Hemoglobin Normal Daur Hidup Wanita Nilai Normal

Dewasa Pubertas Bayi Balita Anak-anak Bayi baru lahir Bayi belum lahir Ibu hamil

12-14 g/dl 11,5-14,8 g/dl 10-15 g/dl 9,5-12,5 g/dl 12-16 g/dl 13,6-19,6 g/dl

Masih mengandung Hb fetal dari plasenta 10 g/dl

Sumber : Soebroto, 2009. b. Hematokrit (HCT)

Hematokrit adalah volume eritrosit yang dipisahkan dari plasma dengan cara memutarnya didalam tabung khusus yang nilainya dinyatakan dalam persen. Setelah sentrifugasi, tinggi kolom sel merah diukur dan dibandingkan dengan tinggi darah penuh yang asli. Dengan demikian hemotokrit bergantung sebagian besar pada jumlah sel darah merah, tapi ada beberapa efek ukuran dari rata-rata sel darah merah. Nilai normal adalah 40-45% untuk laki-laki dewasa dan 37-47% untuk wanita dewasa. Hemotokrit biasanya hampir 3 kali nilai hemoglobin. Kesalahan rata-rata pada prosedur hemotokrit yaitu kira-kira 1-2%.


(27)

commit to user c. Ferritin Serum (SF)

Banyaknya ferritin yang dikeluarkan ke dalam darah secara proporsional menggambarkan banyaknya simpanan zat besi di dalam hati. Apabila didapatkan serum ferritin sebesar 30 mg/dl RBC berarti di dalam hati terdapat 30 x 10 mg = 300 mg ferritin. Untuk menentukan kadar ferritin di dalam darah dapat ditentukan dengan beberapa metode, yaitu dengan cara immunoradiometric assay (IRMA) atau dengan cara radio immuno assay (RIA) atau dengan cara enzyme-linked immuno assay (ELISA) yang tidak menggunakan isotop tetapi enzim. Dalam keadaan normal rata-rata SF untuk laki-laki dewasa adalah 90ug/l dan untuk wanita dewasa adalah 30ug/l. Apabila seseorang mempunyai kadar SF kurang dari 12 ug/l, orang tersebut dinyatakan sebagai kurang besi. Penentuan SF menjadi pilihan yang tepat jika seseorang tidak menderita penyakit kronis, infeksi dan sakit hati.

d. Transeferin Saturation (TS)

Salah satu indikator untuk menentukan anemia adalah Total Iron Binding Capacity (TIBC) dalam serum. Kadar TIBC ini meningkat pada penderita anemia karena kadar besi di dalam serum menurun dan TBC meningkat pada keadaan defisiensi zat besi, maka rasio dari keduanya (transferrin suturaion) lebih sensitif. Apabila transferrin suturation > 16%, pembentukan sel darah merah dalam


(28)

commit to user

sumsum tulang berkurang dan keadaan ini disebut defisiensi besi untuk eritropoesis.

e. Free Erytocytes Protophophyrin (FEP)

Apabila penyediaan zat besi tidak cukup banyak untuk pembentukan sel-sel darah merah di sumsum tulang maka sirkulasi FEP di darah mengalami peningkatan meskipun belum nampak anemia. Dengan menggunakan fluorometric assay, maka penentuan FEP lebih cepat digunakan. Satuan untuk FEP dinyatakan dalam ug/dl darah atau ug/dl darah merah. Dalam keadaan normal kadar FEP berkisar 35-50 ug/dl RBC. Tetapi apabila kadar FEP dalam darah lebih besar dari 100 ug/dl RBC menunjukkan individu tersebut menderita kekurangan zat besi.

B. Dismenorea Primer 1. Pengertian

Dismenorea primer merupakan bentuk nyeri menstruasi yang dijumpai tanpa kelainan pada alat genital yang nyata. Terjadi beberapa waktu setelah menarche biasanya setelah 12 bulan atau lebih oleh karena siklus haid pada bulan-bulan pertama setelah menarche umumnya berjenis anovulator yang disertai dengan rasa nyeri. Rasa nyeri timbul tidak lama sebelum atau bersamaan dengan menstruasi dan berlangsung untuk beberapa jam hingga beberapa hari. Sifat rasa nyeri ialah kejang yang


(29)

commit to user

berjangkit-jangkit, biasanya terbatas pada perut bawah tetapi dapat menyebar ke daerah pinggang dan paha (Wiknjosastro, 2005).

2. Etiologi

Menurut Wiknjosastro (2005), faktor yang menyebabkan dismenorea primer antara lain :

a. Faktor Kejiwaan

Remaja putri mempunyai emosional yang tidak stabil sehingga mudah mengalami dismenorea primer dan gangguan tidur (insomnia). b. Faktor Konstitusi

Faktor konstitusi berhubungan dengan faktor kejiwaan yang dapat menurunkan ketahanan terhadap nyeri. Faktor konstitusi antara lain : anemia, penyakit menahun dan lain sebagainya.

c. Faktor Obstruksi Kanalis Servikalis

Teori tertua menyatakan bahwa dismenorea primer disebabkan oleh stenosis kanalis servikalis. Akan tetapi, sekarang sudah tidak lagi. Mioma submukosum bertangkai, polip endometrium dapat menyebabkan dismenorea (sekunder) karena otot-otot uterus berkontraksi kuat untuk mengeluarkan kelainana tersebut.

d. Faktor Endokrin

Kejang pada dismenorea primer disebabkan oleh kontraksi yang berlebihan. Hal ini dikarenakan endometrium dalam fase sekresi memproduksi prostaglandin F2 alfa yang menyebabkan kontraksi


(30)

commit to user

dilepaskan dalam aliran darah. Akibatnya selain dismenorea, akan dijumpai juga efek umum seperti diare, nausea dan muntah.

e. Faktor Alergi

Teori ini dikemukakan setelah adanya asosiasi antara dismenorea primer dengan urtikaria, migren atau asma bronkial. f. Faktor Neurologis

Uterus yang dipersyarafi oleh sistem syaraf otonom yang terdiri dari syaraf simpatis dan parasimpatis. Dismenorea ditimbulkan oleh ketidakseimbangan pengendaian sistem syaraf otonom terhadap miometrium. Pada keadaan ini terjadi perangsangan yang berlebihan oleh syaraf simaptis sehingga serabut sirkuler pada isthmus dan osteum uteri internum mejadi hipertonik.

g. Vasopresin

Kadar vasopresin pada wanita dismenorea primer sangat tinggi dibandingkan dengan wanita tanpa dismenorea. Pemberian vasopresin pada saat menstruasi menyebabkan meningkatnya kontraksi uterus, menurunnya aliran darah pada uterus dan menimbulkan nyeri. Namun, hingga kini peranan pasti vasopresin dalam mekanisme terjadinya dismenorea primer masih belum jelas.

h. Leukotren

Leukotren meningkatkan sensitifitas serabut nyeri pada uterus. Leukotren dalam jumlah besar ditemukan dalam uterus wanita dengan


(31)

commit to user

dismenorea primer yang tidak memberi respon terhadap pemberian antagonis prostaglandin.

3. Keluhan Penyerta

Beberapa keluhan yang menyertai adanya dismenorea primer, diantaranya :

a. Mual-mual b. Muntah c. Diare d. Rasa lemas e. Pusing f. Nyeri kepala

g. Kadang-kadang pingsan (Novie, 2012).

4. Patofisiologi

Mekanisme terjadinya nyeri pada dismenorea primer adalah :

Penurunan kadar progesteron pada fase luteal, mengakibatkan labilisasi membran lisosom, sehingga korpus luteum mudah pecah dan melepaskan enzim fosfolipase A2. Fosfolipase A2, akan menghidrolisis

senyawa fosfolipid yang ada di membran sel endometrium dan menghasilkan asam arakhidonat. Asam arakhidonat bersamaan dengan kerusakan endometrium akan merangsang kaskade asam arakhidonat dan menghasilkan prostaglandin E2 alfa, prostaglandin F2 alfa dan leukotrine


(32)

commit to user

bertanggungjawab terjadinya contraction smooth muscle). Akibatnya terjadi peningkatan kontraksi dan disritmi uterus sehingga terjadi penurunan aliran darah ke uterus dan menyebabkan iskemia uterus (penurunan suplai darah ke rahim) melalui kontraksi myometrium dan vasoconstriction. Prostaglandin sendiri mensistesis vasopresin (antidiuritic hormone yang disekresi oleh lobus posterior kalenjar pituitari yang menyempitkan pembuluh darah, meningkatkan tekanan darah dan mengurangi pengeluaran excretion) yang selanjutnya menurunkan ambang rasa sakit pada ujung-ujung saraf eferen dan nervus pelvicus. Ketika endometrium kekurangan suplai darah dan oksigen, maka endometrium akan menstimulasi neuron nyeri tipe C yang menyebabkan kontraksi uterus yang berlebihan atau dismenorea (Wulandari dan Anurogo, 2011). 5. Penanganan

Menurut Saryono dan Sejati (2009), penanganan dismenorea dapat dilakukan antara lain dengan :

a. Obat-obatan

Obat-obatan yang dapat digunakan untuk membantu mengurangi nyeri haid adalah :

1) Analgetika

Digunakan untuk mengurangi rasa nyeri. Adapun jenis analgetika yang dapat digunakan untuk mengatasi rasa nyeri ringan, antara lain : aspirin, asetaminofen, propofiksen. Sedangkan jenis


(33)

commit to user

analgetika yang dipakai untuk mengatasi rasa nyeri berat antara lain : prometazin, oksikodon, butalbital

2) Hormonal

Untuk meradakan dismenorea primer dan lebih tepat diberikan pada wanita yang ingin menggunakan alat KB berupa pil. Jenis hormon yang diberikan adalah progestin, pil kontrasepsi (esterogen rendah dan progesteron tinggi). Pemberian pil dari hari ke 5-25 siklus haid dengan dosis 5-10 mg/hr. Progesteron diberikan pada hari ke 16-25 siklus haid, setelah keluhan nyeri berkurang. 3) Anti prostaglandin

Non Steroid Anti Inflamatory Drugs (NSAIDs) yang menghambat produksi dan kerja postaglandin digunakan untuk mengatasi dismenorea primer. NSAIDs tidak boleh diberikan pada wanita hamil, penderita dengan gangguan saluran percernaan, asma dan alergi terhadap jenis obat anti prostaglandin.

b. Relaksasi

Pada kondisi rileks, tubuh akan menghentikan produksi adrenalin dan semua hormon yang diperkuat saat stress. Karena hormon seks esterogen dan progesteron serta hormon stress adrenalin diproduksi dari blok bangunan kimiawi yang sama. Ketika tubuh mengurangi stress maka akan mengurangi produksi kedua hormon tersebut. Jadi perlunya relaksasi untuk memberikan kesempatan bagi


(34)

commit to user

tubuh untuk memproduksi hormon yang penting untuk mendapatkan haid yang bebas dari nyeri. Relaksasi dapat dilakukan dengan :

1) Tidur dan istirahat yang cukup 2) Olahraga yang teratur

3) Mendengarkan musik,dan menonton televisi c. Hipnoterapi

Hipnoterapi adalah metode mengubah pola pikir negatif menjadi positif. Hal ini dilakukan dengan memunculkan pikiran bawah sadar agar permasalahan dapat diketahui dengan tepat.

d. Alternatif

Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi nyeri haid antara lain:

1) Suhu panas (bantal pemanas, kompres, minum minuman yang hangat dan mandi air hangat).

2) Visualisasi konsentrasi

3) Melakukan posisi knee chest, yaitu menelungkupkan badan di tempat yang datar dengan lutut ditekuk dan didekatkan ke dada. 4) Aroma terapi dan pemijatan juga dapat mengurangi rasa tidak

nyaman. Pemijatan yang ringan dan melingkar dengan menggunakan telunjuk pada perut bagian bawah akan membantu mengurangi nyeri haid.

e. Mengkonsumsi makanan yang sehat 1) Mengurangi konsumsi kopi


(35)

commit to user 2) Tidak merokok maupun minum alkohol

3) Mengurangi konsumsi garam dan memperbanyak minum air putih 4) Mengkonsumsi makanan tinggi kalsium

5) Memperbanyak konsumsi buah dan sayuran

6) Tumbuhan obat (daun sadewa, mawar, teki dan lain sebagainya)

C. Remaja 1.Pengertian

Masa remaja (adolescence) merupakan suatu istilah yang menunjukkan masa peralihan, perkembangan dari masa kanak-kanak (childhood) menuju masa dewasa (adulthood). Masa remaja menunjukkan sutu periode waktu yang menampilkan bermacam-macam perubahan biologis dan problem dalam menghadapi banyak masalah emosional. Remaja adalah mereka yang berumur 10-20 tahun dan ditandai dengan perubahan dalam bentuk, ukuran tubuh, fungsi tubuh, psikologi dan aspek fungsional. Remaja juga akan mengalami pubertas dan selesainya pertumbuhan, perkembangan dari keterampilan kognitif (termasuk kapasitas berpikir abstrak), perkembangan identitas personal dan seksual yang lebih jelas, perkembangan rasa ketidakbergantungan secara emosional, personal dan finansial kepada orang tua (BKKBN, 2007).


(36)

commit to user 2.Batasan Remaja

Dari segi usia, remaja dapat dibagi menjadi :

a. Remaja awal (early adolescence) umur 10-13 tahun b. Remaja menengah (middle adolescence) umur 14-16 tahun c. Remaja lanjut (late adolescence) umur 17-20 tahun

(BKKBN, 2007). 3.Perubahan Remaja Putri

Remaja putri akan mengalami perubahan seks sekunder individu dewasa, seperti : tampak rambut mulai tumbuh disekitar alat kelamin dan ketiak, payudara dan pinggul mulai membesar serta kulit menjadi halus. Selain perubahan seks sekunder, remaja putri juga mengalami perbahan organ kelamin ke arah kematangan yaitu kedua indung telur (ovarium) akan menghasilkan sel telur (ovum). Pada saat inilah remaja putri akan mengalami ovulasi dan menstruasi.

Tabel 2.2

Sekuens Maturasi Seksual Pada Remaja Putri

Perubahan Usia Hormon

Pertumbuhan putting susu Pertumbuhan rambut seksual Growth Spurt

Menarche

Pertumbuhan payudara seperti dewasa

Pertumbuhan rambut seksual seperti dewasa

10 - 11 10,5 - 11,5 11 - 12 11,5 - 13 12,5 - 15 13,5 – 16

Estradiol Androgen Hormon pertumbuhan Estradiol Progesteron Androgen Sumber : Wiknjosastro, 2005.


(37)

commit to user D. Kerangka Konseptual

Remaja putri yang anemia, mengalami penurunan suplai darah dan O2

dalam tubuhnya seperti organ reproduksi (endometrium). Keadaan endometrium yang anaerob menstimulasi pengeluran neuron nyeri tipe C yang mengakibatkan terjadinya vasokonstriksi sehingga uterus mengalami iskemia dan terjadilah dismenorea primer.

Keterangan

= diteliti = tidak diteliti

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

E. Hipotesa

Ada pengaruh anemia terhadap dismenorea primer pada remaja putri. Endometrium

Prostaglandin Anemia

Vasopresin Penurunan suplai darah dan O2

Neuron nyeri tipe C

Vasokonstriksi

Iskemia uterus

Dismenorea Primer Leukotrine


(38)

commit to user BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik, untuk mencari hubungan antara anemia dan dismenorea primer yang analisisnya untuk menentukan ada tidaknya pengaruh antar variabel. Penelitian ini dilakukan dengan pengamatan atau pengukuran terhadap variabel penelitian menurut keadaan apa adanya tanpa melakukan manipulasi atau intervensi.

Penelitian ini menggunakan model rancangan case control, yaitu jenis penelitian yang mempelajari pengaruh anemia terhadap dismenorea primer melalui pendekatan retrospektif. Pada rancangan ini, kelompok kasus (yang anemia) dibandingkan dengan kelompok kontrol (yang tidak anemia).

Gambar 3.1 Rancangan Kasus Kontrol

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di MTs Muhammadiyah Nalumsari Jepara pada bulan Mei-Juni 2012.

Anemia Tidak Anemia

Anemia Tidak Anemia

Retrospektif

Retrospektif

Dismenorea

Tidak Dismenorea Matching / Non Matching


(39)

commit to user C. Populasi Penelitian

Populasi target : Remaja putri kelas IX di MTs

Populasi aktual : Remaja putri kelas IX di MTs Muhammadiyah Nalumsari Jepara yang berjumlah 61 siswi

D. Sampel

Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan secara Probability dengan tipe Simple Random Sampling yaitu teknik pengambilan sampel secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut. Rumus yang dapat dipergunakan untuk menentukan besar sampel yaitu :

(dibulatkan 53 responden. Karena dibagi 2, diambil 54 responden) Keterangan :

n : Jumlah sampel N : Jumlah populasi

d : Tingkat signifikan (ρ) yaitu 0,05

Berdasarkan rumus tersebut dengan populasi yang berjumlah 61, maka didapatkan sampel sebesar 54. Sampel selanjutnya dibagi menjadi 2


(40)

commit to user

kelompok yaitu 27 remaja putri sebagai kelompok kasus dan 27 remaja putri sebagai kelompok kontrol.

E. Pengalokasian Subjek

Cara pengelompokan subjek yaitu dengan membagi jumlah sampel menjadi dua, dimana kelompok anemia sebagai kelompok kasus dan kelompok tidak anemia sebagai kontrol.

F. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Skala

1.

2.

Bebas : Anemia Terikat :

Dismenorea primer

Penyakit kurang darah yang ditandai dengan kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 12 gr/dl

Bentuk nyeri menstruasi yang dijumpai tanpa adanya kelainan alat genital dan terjadi setelah menarche sampai usia 20 tahun

Rasio

Nominal

G. Intervensi dan Instrumentasi 1. Intervensi

Penelitian pengaruh anemia terhadap dismenorea primer pada remaja putri di MTs Muhammadiyah Nalumsari Jepara dilaksanakan dalam beberapa tahap yaitu :

a. Tahap Persiapan

Pada tahap ini meliputi penyusunan proposal termasuk instrumen penelitian dan perijinan.


(41)

commit to user b. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan penelitian dilaksanakan di MTs Muhammadiyah Nalumsari Jepara yang meliputi :

1) Melakukan test anemia dengan sianmethemoglobin pada semua responden.

2) Melakukan wawancara pada semua responden tentang dismenorea primer.

3) Mengelompokkan responden yang anemia dan tidak anemia. 4) Membandingkan kelompok anemia yang mengalami dismenorea

(kasus) dan kelompok tidak anemia yang tidak mengalami dismenorea (kontrol).

c. Tahap Penyusunan Laporan

Pada tahap ini membuat laporan karya tulis ilmiah berdasarkan data yang telah diperoleh dan dilanjutkan dengan seminar hasil penelitian. 2. Instrumentasi

a. Alat Penelitian

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah sianmethemoglobin untuk mengukur anemia dan lembar wawancara untuk mengetahui dismenorea yang dialami responden.

b. Cara Pengambilan Data

Cara pengambilan data pada penelitian ini adalah secara langsung dari responden (data primer) dengan cara mengikuti tes pengukuran kadar


(42)

commit to user

hemoglobin (Hb) dan menjawab pertanyaan tentang dismenorea primer dari peneliti.

H. Pengolahan dan Analisa Data 1. Pengolahan Data

a. Editing

Memeriksa data, memeriksa jawaban dan melakukan pengolahan terhadap data yang dikumpulkan.

b. Coding

Mengklasifikasi jawaban responden dan melakukan pengkodean dan dipindahkan ke lembar koding.

c. Tabulating

Dari data mentah dilakukan penyesuaian data yang merupakan pengorganisasian sedemikian rupa agar dengan mudah dapat dijumlah, disusun dan ditata untuk disajikan dan dianalisis.

d. Entry

Data yang sudah dilakukan pengecekan dan dinyatakan benar dimasukkan ke dalam program komputer SPSS 18.0 for windows untuk dianalisa.

2. Analisa Data

Analisa data dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS 18.0 for windows. Analisa dalam penelitian ini meliputi :


(43)

commit to user

Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase dari masing-masing variabel penelitian yaitu variabel bebas, anemia dan variabel terikat, dismenorea primer. Analisa univariat dilakukan dengan menggunakan rumus :

Keterangan : P : Persentase N : Jumlah subjek f : Frekuensi 100 : Bilangan tetap b. Analisa Bivariat

Dilakukan untuk melihat pengaruh pada kedua variabel, antara variabel bebas dengan variabel terikat. Uji yang digunakan pada analisis bivariat ini menggunakan t-test Independent. Rumus t-test Independent digunakan untuk mengetahui perbedaan nilai rata-rata antara satu kelompok dengan kelompok lain, dimana antara satu kelompok dengan kelompok lain tidak saling berhubungan.

Taraf signifikan yang digunakan adalah 0,05. Selanjutnya hasil thitung dibandingkan dengan ttabel. Tabel t yang digunakan dengan derajat

bebas yaitu (df) apabila thitung > ttabel atau nilai p < 0,05 maka Ho ditolak

dan Ha diterima, artinya ada pengaruh yang signifikan antara kelompok kasus dengan kelompok kontrol.

% 100 x N

f


(44)

commit to user BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

MTs Muhammadiyah Nalumsari adalah sebuah Madrasah Tsanawiyah milik swasta yang berada di bawah naungan Muhammadiyah Pimpinan Cabang Nalumsari yang bertujuan untuk memberikan pendidikan dan pengajaran meliputi materi umum maupun materi agama Islam. MTs Muhammadiyah Nalumsari terletak di Desa Blimbingrejo Kecamatan Nalumsari Kabupaten Jepara berdiri sejak tahun 1999 dan memiliki tenaga pendidik sebanyak 20 guru juga tenaga tata usaha sebanyak 3 karyawan.

Mts Muhammadiyah Nalumsari memiliki jumlah siswa sebanyak 238, yang terdiri dari siswa laki-laki sebanyak 66 dan siswa perempuan sebanyak 172. Siswa perempuan kelas VII sebanyak 52, kelas VIII sebanyak 59, dan kelas IX sebanyak 61 siswa.

B. Hasil Analisa Univariat

1. Distribusi Kelompok Variabel Bebas Tabel 4.1

Distribusi Kelompok Variabel Bebas

Kelompok Jumlah

(orang)

Persentase (%) Anemia

Tidak Anemia Total

27 27 54

50 50 100 Sumber : Data Primer, 2012.


(45)

commit to user

Dari tabel di atas, terlihat responden yang anemia (kelompok kasus) dan responden yang tidak anemia (kelompok kontrol) dengan jumlah yang sama yaitu sebanyak 27 orang (50%).

2.Distribusi Kelompok Variabel Terikat Tabel 4.2

Distribusi Kelompok Variabel Terikat

Kelompok Jumlah

(orang)

Persentase (%) Dismenorea primer

Tidak Dismenorea primer Total 22 32 54 40,7 59,3 100 Sumber : Data Primer, 2012.

Dapat diketahui bahwa sebagian besar responden tidak mengalami dismenorea primer yaitu sebanyak 32 orang (59,3%).

C. Hasil Analisa Bivariat

1.Pengaruh Anemia Terhadap Dismenorea Primer Tabel 4.3

Pengaruh Anemia Terhadap Dismenorea Primer

Kelompok Tidak Dismenorea Dismenorea Jumlah Anemia Tidak anemia Jumlah 11 (40,7%) 21 (77,8%) 32 (59,3%) 16 (59,3%) 6 (22,2%) 22 (40,7%) 27 (100,0%) 27 (100,0%) 54 (100,0%) Sumber : Data Primer, 2012.

Terlihat bahwa responden yang anemia dengan mengalami dismenorea primer sebanyak 16 orang (59,3%) dan responden yang tidak anemia dengan tidak mengalami dismenorea primer sebanyak 21 orang (77,8%).


(46)

commit to user 2.Uji Normalitas Data

Sebelum dilakukan uji t-test Independent, seluruh data dilakukan uji normilatas data dengan Kolmogorov Smirnov karena jumlah sampel lebih dari 50 responden. Berdasarkan Uji Kolmogorov Smirnov, data dinyatakan normal jika sig-2 tailed > taraf signifikan (0,05).

Tabel 4.4

Hasil Uji Normalitas Data Kelompok Kasus dan Kontrol Kelompok Statistik Kolmogorov Smirnov

Df

Sig (2-tailed) Kasus

Kontrol

0,118 0,131

27 27

0,200 0,200 Sumber : Data Primer SPSS 18.0 for windows, 2012.

Tabel di atas menunjukkan bahwa data berdistribusi normal yaitu sig

2-tailed kelompok kasus dan kelompok kontrol (0,200) > α (0,05). Setelah

data diketahui berdistribusi normal, selanjutnya dilakukan uji t-test Independent.

3.Uji t-test Independent

Tabel 4.5

Hasil Uji t-test Independent

t-test for Equality of Means T Df Sig. (2-tailed) Anemia Equal variances assumed 2,370 52 0,022

Sumber : Data Primer SPSS 18.0 for windows, 2012.

Tabel di atas menunjukkan nilai ρ sebesar 0,022 < 0,05 atau nilai thitung

sebesar 2,370 > ttabel sebesar 2,000. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha


(47)

commit to user BAB V PEMBAHASAN

A. Diskripsi Hasil Penelitian

Hasil penelitian didapatkan responden yang anemia dengan dismenorea primer sebanyak 59,3% dan responden yang tidak anemia, sebanyak 77,8% tidak mengalami dismenorea primer.

Anemia mempengaruhi kerja dari tiap organ tubuh manusia karena jumlah oksigen yang diikat dalam darah kurang. Akibatnya menurunkan ketahanan terhadap nyeri, seperti kondisi fisik lemah. Suplay oksigen yang kurang akan mempengaruhi kerja otot uterus (miometrium) untuk mengadakan kontraksi yang berlebih sehingga terjadi vasopresin yang mengakibatkan terjadinya dismenorea primer (Sylvia, Price dan Wilson, 2002).

Responden pada penelitian ini merupakan kelompok remaja putri kelas IX yang berusia sekitar 14-16 tahun. Pada usia tersebut remaja putri menjadi rawan mengalami dismenorea primer salah satunya dikarenakan ketidakmatangan ovum (anovulasi). Pada siklus anovulasi, perkembangan folikel terjadi dengan stimulasi follicle-stimulating hormone (FSH). Tetapi karena kurangnya surge dari luteinizing hormone (LH), ovulasi gagal terjadi. Akibatnya, tidak terjadi pembentukan korpus luteum dan tidak disekresikan progesteron. Endometrium tetap berkembang ke fase poliferasi. Ketika folikel yang berkembang berinvolusi, kadar esterogen menurun dan perdarahan


(48)

commit to user

akibat penarikan (withdrawal) terjadi. Kebanyakan siklus anovulasi terjadi tidak teratur yang mengakibatkan perdarahan berat yang berkepanjangan. Kondisi tubuh yang menderita anemia menyebabkan jumlah darah menstruasi yang keluar semakin banyak dan menimbulkan nyeri (Novie, 2002).

Hasil penelitian juga menunjukkan dari beberapa responden yang anemia, sebanyak 40,7% tidak mengalami dismenorea primer. Begitupun sebaliknya responden yang tidak anemia, justru sebanyak 22,2% bisa mengalami dismenorea primer. Hal ini terjadi, karena dismenorea primer dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti :

1. Faktor kejiwaan

Remaja putri secara emosional belum stabil jika tidak mendapat penjelasan yang baik dan benar tentang menstruasi mudah untuk timbul dismenorea primer.

2. Faktor aktifitas

Wanita yang teratur berolahraga didapatkan penurunan insidensi dismenorea. Hal ini mungkin disebabkan efek hormonal yang berhubungan dengan olahraga pada permukaan uterus, atau peningkatan kadar endorfin yang bersirkulasi. Diduga olahraga sebagai analgesik nonspesifik yang bekerja jangka pendek dalam mengurangi nyeri. 3. Faktor kanalis servikalis

Hubungan antara dismenorea dengan endometriosis masih tidak jelas. Endometriosis mungkin asimtomatik, atau mungkin bersamaan dengan nyeri pelvik yang tidak terbatas pada masa


(49)

commit to user

menstruasi dan pada bagian pelvik anterior bawah. Pada suatu studi dari wanita yang mengalami sterilisasi efektif, tidak terdapat perbedaan antara wanita dengan maupun wanita tanpa endometriosis. Meskipun demikian, suatu studi observasional pada wanita yang dilakukan laparoskopi untuk infertilitas mendukung adanya hubungan antara dismenorea dengan keparahan dari endometriosis.

4. Faktor lain

Suatu studi ditemukan bahwa merokok, alkohol, menarche awal kurang dari 12 tahun, siklus menstruasi yang panjang, jumlah darah menstruasi yang berlebihan, usia kurang dari 20 tahun, BMI (Body Mass Indexs) yang rendah karena diet, nulliparietas, sindrom premenstrual, KB intrauterine device (IUD) dan sterilisasi, pelvic inflamatory disease (PID), penyimpangan seksual, gejala psikologis depresi atau ansietas, gangguan jaringan sosial, obesitas dan riwayat keluarga yang positif dismenorea dapat mempengaruhi terjadinya dismenorea primer.

(Wiknjosastro, 2005).

B. Pengaruh Anemia Terhadap Dismenorea Primer Pada Remaja Putri Berdasarkan hasil uji t-test Independent disimpulkan bahwa ada pengaruh anemia terhadap dismenorea primer pada remaja putri.

Ketika tubuh dalam keadaan anemia, terjadi pengurangan jumlah efektif sel darah merah sehingga lebih sedikit O2 yang dikirimkan ke jaringan.


(50)

commit to user

hipoksemia. Menurut Sadikin (2002) selain kekurangan jumlah efektif sel darah merah, pada saat anemia tubuh mengalami :

1. Peningkatan curah jantung dan pernafasan. Karena itu menambah pengiriman O2 ke jaringan-jaringan oleh sel darah merah.

2. Meningkatkan pelepasan O2 oleh haemoglobin.

3. Mengembangkan volume plasma dengan menarik cairan dari sela-sela jaringan

4. Redistribusi aliran darah ke organ-organ vital

Karena beban kerja tubuh yang melebihi keadaan normal ketika anemia, menyebabkan tubuh cepat lelah waktu melakukan aktivitas jasmani. Tubuh yang cepat lelah mengurangi kehilangan ketahanan dalam menangkal penyakit yang masuk. Akibatnya, tubuh menjadi mudah sakit dan terkena infeksi (Soebroto, 2009). Anemia pada remaja putri juga mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan tidak optimal, menurunkan fisik olahragawati, mengakibatkan muka pucat, menurunkan prestasi belajar, kehilangan gairah dan tidak dapat berkonsentrasi. Selain itu, anemia juga akan menyebabkan menurunnya produktifitas kerja, nyeri disaat menstruasi dan menurunkan kebugaran (Iswarati dan Sarbini, 2003).

Ketika menjelang menstruasi (1-2 hari), endometrium mempersiapkan cadangan sel darah merah yang lebih banyak agar mampu mengganti kehilangan darah yang keluar dan memperbaiki sel-sel endometrium yang ikut luruh. Keadaan ini berbeda jika tubuh menderita anemia. Dalam kondisi anemia, tubuh bekerja melakukan peningkatan-peningkatan jumlah sel darah


(51)

commit to user

merah. Akibatnya endometrium (uterus) berusaha memenuhi kebutuhan dengan menarik cairan-cairan dari sela-sela jaringan disekitar uterus. Hasilnya, beban kerja aliran darah di uterus meningkat, pembuluh darah mengalami vasokontriksi dan iskemia. Selain itu, endometrium juga mengeluarkan prostaglandin akibat dari kelebihan cairan sehingga mengalami menstruasi yang disertai dismenorea primer (Sylvia, Price dan Wilson, 2002).

Pada saat menstruasi, kontraksi dari otot uterus akan menjepit pembuluh darah yang berada diantaranya dan ditambah pula vasokonstriksi pembuluh darah yang terjadi akibat dari kadar prostaglandin yang berlebihan, mengakibatkan aliran darah menstrual menjadi sulit dan terganggu. Pada wanita yang tidak anemia dan tidak dismenorea primer, bentuk kontraksi yang terjadi adalah normal yang mana dipengaruhi oleh hormon seks, prostaglandin dan juga bahan-bahan uterotonik yang lain selama masa menstruasi. Saat menstruasi pada wanita yang tidak anemia dan tidak dismenorea primer, tonus basal uterus adalah minimal yaitu kurang dari 10mmHg dan terdapat hanya 3 hingga 4 kali kontraksi pada interval 10 menit dan tekanan yang aktif bisa mencapai 120 mmHg dan kontraksinya adalah sinkron sehingga tidak memberi efek pada pengaliran darah menstrual (Sylvia, Price dan Wilson, 2002).

Berbeda dengan wanita yang mengalami anemia dan juga dismenorea primer, terdapat empat kali kontraksi yang abnormal termasuk peningkatan tonus basal (lebih dari 10mmHg), tekanan aktif yang lebih dari 120 mmHg dan biasanya melebihi 150 hingga 180 mmHg. Terdapat juga


(52)

commit to user

peningkatan jumlah kontraksi per menit (4 atau 5 kali) dan kontraksinya tidak teratur. Abnormalitas ini juga memicu kepada kurangnya reperfusi, menghambat dan mengurangkan aliran darah sehingga menyebabkan dinding miometrium menjadi iskemik serta meningkatkan intensitas nyeri (Sylvia, Price dan Wilson, 2002).

C. Keterbatasan Penelitian

Peneliti melihat adanya keterbatasan dalam penelitian, diantaranya adalah :

1.Beberapa faktor yang juga mempengaruhi dismenorea primer pada remaja putri tidak dapat dikendalikan oleh peneliti. Faktor tersebut meliputi faktor endokrin, faktor kejiwaan, konsumsi sehari-hari, aktifitas dan faktor-faktor lain yang ada pada diri responden yang ikut serta mempengaruhi dismenorea primer.

2.Diagnosa dismenorea primer tidak dilakukan secara detail tetapi hanya didasarkan sebatas nyeri yang dirasakan oleh responden dari pengetahuan dan pengalaman yang didapatkan selama ini sehingga penilaian yang berbeda mempengaruhi hasil penelitian.


(53)

commit to user BAB VI PENUTUP

A. Simpulan

1. Responden yang mengalami anemia sebagai kelompok kasus sebanyak 27 orang (50%) dan responden yang tidak mengalami anemia sebagai kelompok kontrol sebanyak 27 orang (50%).

2. Responden yang tidak mengalami dismenorea primer sebanyak 32 orang (59,3%) dan responden yang mengalami dismenorea primer sebanyak 22 orang (40,7%).

3. Ada pengaruh anemia terhadap dismenorea primer pada remaja putri.

B. Saran

1. Remaja putri diharapkan dapat merubah pola hidupnya menjadi lebih baik dengan cara berperilaku sehat seperti : mengkonsumsi makanan yang gizi seimbang, menghindari makanan-makanan instan dan bisa ditambah dengan suplemen (vitamin C, B12, kalsium dan tablet besi) sehingga remaja putri tidak mengalami anemia.

2. Remaja putri diharapkan dapat melakukan penanganan dismenorea primer dengan cara cukup istirahat, tetap berolah raga, mengkonsumsi makanan yang rendah garam dan kopi serta meminum minuman herbal yang hangat.


(54)

commit to user

3. Bagi peneliti berikutnya untuk mengambil sampel yang lebih besar dan meneliti penyebab terjadinya anemia sehingga pengukuran anemia bisa dilakukan dengan alat yang lebih spesifik lagi. Misalnya ingin meniliti anemia karena kekurangan zat gizi besi, maka alat tes (instrumen) yang bisa digunakan adalah Free Erytocytes Protophophyrin.


(1)

commit to user

menstruasi dan pada bagian pelvik anterior bawah. Pada suatu studi dari wanita yang mengalami sterilisasi efektif, tidak terdapat perbedaan antara wanita dengan maupun wanita tanpa endometriosis. Meskipun demikian, suatu studi observasional pada wanita yang dilakukan laparoskopi untuk infertilitas mendukung adanya hubungan antara dismenorea dengan keparahan dari endometriosis.

4. Faktor lain

Suatu studi ditemukan bahwa merokok, alkohol, menarche awal kurang dari 12 tahun, siklus menstruasi yang panjang, jumlah darah menstruasi yang berlebihan, usia kurang dari 20 tahun, BMI (Body Mass Indexs) yang rendah karena diet, nulliparietas, sindrom premenstrual, KB intrauterine device (IUD) dan sterilisasi, pelvic inflamatory disease (PID), penyimpangan seksual, gejala psikologis depresi atau ansietas, gangguan jaringan sosial, obesitas dan riwayat keluarga yang positif dismenorea dapat mempengaruhi terjadinya dismenorea primer.

(Wiknjosastro, 2005).

B. Pengaruh Anemia Terhadap Dismenorea Primer Pada Remaja Putri

Berdasarkan hasil uji t-test Independent disimpulkan bahwa ada pengaruh anemia terhadap dismenorea primer pada remaja putri.

Ketika tubuh dalam keadaan anemia, terjadi pengurangan jumlah efektif sel darah merah sehingga lebih sedikit O2 yang dikirimkan ke jaringan.


(2)

commit to user

hipoksemia. Menurut Sadikin (2002) selain kekurangan jumlah efektif sel darah merah, pada saat anemia tubuh mengalami :

1. Peningkatan curah jantung dan pernafasan. Karena itu menambah

pengiriman O2 ke jaringan-jaringan oleh sel darah merah.

2. Meningkatkan pelepasan O2 oleh haemoglobin.

3. Mengembangkan volume plasma dengan menarik cairan dari sela-sela jaringan

4. Redistribusi aliran darah ke organ-organ vital

Karena beban kerja tubuh yang melebihi keadaan normal ketika anemia, menyebabkan tubuh cepat lelah waktu melakukan aktivitas jasmani. Tubuh yang cepat lelah mengurangi kehilangan ketahanan dalam menangkal penyakit yang masuk. Akibatnya, tubuh menjadi mudah sakit dan terkena infeksi (Soebroto, 2009). Anemia pada remaja putri juga mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan tidak optimal, menurunkan fisik olahragawati, mengakibatkan muka pucat, menurunkan prestasi belajar, kehilangan gairah dan tidak dapat berkonsentrasi. Selain itu, anemia juga akan menyebabkan menurunnya produktifitas kerja, nyeri disaat menstruasi dan menurunkan kebugaran (Iswarati dan Sarbini, 2003).

Ketika menjelang menstruasi (1-2 hari), endometrium mempersiapkan cadangan sel darah merah yang lebih banyak agar mampu mengganti kehilangan darah yang keluar dan memperbaiki sel-sel endometrium yang ikut luruh. Keadaan ini berbeda jika tubuh menderita anemia. Dalam kondisi anemia, tubuh bekerja melakukan peningkatan-peningkatan jumlah sel darah


(3)

commit to user

merah. Akibatnya endometrium (uterus) berusaha memenuhi kebutuhan dengan menarik cairan-cairan dari sela-sela jaringan disekitar uterus. Hasilnya, beban kerja aliran darah di uterus meningkat, pembuluh darah mengalami vasokontriksi dan iskemia. Selain itu, endometrium juga mengeluarkan prostaglandin akibat dari kelebihan cairan sehingga mengalami menstruasi yang disertai dismenorea primer (Sylvia, Price dan Wilson, 2002).

Pada saat menstruasi, kontraksi dari otot uterus akan menjepit pembuluh darah yang berada diantaranya dan ditambah pula vasokonstriksi pembuluh darah yang terjadi akibat dari kadar prostaglandin yang berlebihan, mengakibatkan aliran darah menstrual menjadi sulit dan terganggu. Pada wanita yang tidak anemia dan tidak dismenorea primer, bentuk kontraksi yang terjadi adalah normal yang mana dipengaruhi oleh hormon seks, prostaglandin dan juga bahan-bahan uterotonik yang lain selama masa menstruasi. Saat menstruasi pada wanita yang tidak anemia dan tidak dismenorea primer, tonus basal uterus adalah minimal yaitu kurang dari 10mmHg dan terdapat hanya 3 hingga 4 kali kontraksi pada interval 10 menit dan tekanan yang aktif bisa mencapai 120 mmHg dan kontraksinya adalah sinkron sehingga tidak memberi efek pada pengaliran darah menstrual (Sylvia, Price dan Wilson, 2002).

Berbeda dengan wanita yang mengalami anemia dan juga dismenorea primer, terdapat empat kali kontraksi yang abnormal termasuk peningkatan tonus basal (lebih dari 10mmHg), tekanan aktif yang lebih dari 120 mmHg dan biasanya melebihi 150 hingga 180 mmHg. Terdapat juga


(4)

commit to user

peningkatan jumlah kontraksi per menit (4 atau 5 kali) dan kontraksinya tidak teratur. Abnormalitas ini juga memicu kepada kurangnya reperfusi, menghambat dan mengurangkan aliran darah sehingga menyebabkan dinding miometrium menjadi iskemik serta meningkatkan intensitas nyeri (Sylvia, Price dan Wilson, 2002).

C. Keterbatasan Penelitian

Peneliti melihat adanya keterbatasan dalam penelitian, diantaranya adalah :

1.Beberapa faktor yang juga mempengaruhi dismenorea primer pada remaja putri tidak dapat dikendalikan oleh peneliti. Faktor tersebut meliputi faktor endokrin, faktor kejiwaan, konsumsi sehari-hari, aktifitas dan faktor-faktor lain yang ada pada diri responden yang ikut serta mempengaruhi dismenorea primer.

2.Diagnosa dismenorea primer tidak dilakukan secara detail tetapi hanya didasarkan sebatas nyeri yang dirasakan oleh responden dari pengetahuan dan pengalaman yang didapatkan selama ini sehingga penilaian yang berbeda mempengaruhi hasil penelitian.


(5)

commit to user

BAB VI PENUTUP

A. Simpulan

1. Responden yang mengalami anemia sebagai kelompok kasus sebanyak 27

orang (50%) dan responden yang tidak mengalami anemia sebagai kelompok kontrol sebanyak 27 orang (50%).

2. Responden yang tidak mengalami dismenorea primer sebanyak 32 orang

(59,3%) dan responden yang mengalami dismenorea primer sebanyak 22

orang (40,7%).

3. Ada pengaruh anemia terhadap dismenorea primer pada remaja putri.

B. Saran

1. Remaja putri diharapkan dapat merubah pola hidupnya menjadi lebih baik dengan cara berperilaku sehat seperti : mengkonsumsi makanan yang gizi seimbang, menghindari makanan-makanan instan dan bisa ditambah dengan suplemen (vitamin C, B12, kalsium dan tablet besi) sehingga remaja putri tidak mengalami anemia.

2. Remaja putri diharapkan dapat melakukan penanganan dismenorea primer dengan cara cukup istirahat, tetap berolah raga, mengkonsumsi makanan yang rendah garam dan kopi serta meminum minuman herbal yang hangat.


(6)

commit to user

3. Bagi peneliti berikutnya untuk mengambil sampel yang lebih besar dan meneliti penyebab terjadinya anemia sehingga pengukuran anemia bisa dilakukan dengan alat yang lebih spesifik lagi. Misalnya ingin meniliti anemia karena kekurangan zat gizi besi, maka alat tes (instrumen) yang bisa digunakan adalah Free Erytocytes Protophophyrin.