53 menyeesaikannya secara mandiri, sehingga ia memerlukan bantuan
orang yamg lebih mampu. Dalam hal ini, ia menghadapi dua problem, yakni problem sebelum proses konseling dan dan problem yang
berkenaan dengan penyelesaiannya. Pandangan konseli yang menganggap bahwa problem itu merupakan aib, dapat menjadi
penghambat pemanfaatan layanan konseling jika kerahasiaannya dirasakan tidak terjamin.Justru itulah Dewa Ketut Sukardi
menekankan, bahwa konseling itu harus diselenggarakan dalam keadaan pribadi dan hasilnya dirahasiakan.
94
D. Prinsip-prinsip Bimbingan Konseling Islam
Menurut Juntika, agar pelaksanaan layanan bimbingan dapat berjalan dengan baik dan lancar, seyogyanya seorang konselor harus memahami beberapa
prinsip yang terkait dengan pelaksanaan Bimbingan Konseling konvensional di antaranya :
1. Bimbingan adalah suatu proses membantu individu agar mereka dapat membantu dirinya sendiri dalam menyelesaikan masalah yang
dihadapinya, 2. Hendaknya bimbingan bertitik tolak berfokus pada individu yang
dibimbing, 3. Bimbingan diarahkan pada individu dan tiap individu memiliki
karakteristik tersendiri, 4. Masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh tim pembimbing di
lingkungan lembaga hendaknya diserahkan kepada ahli atau lembaga yang berwenang menyelesaikannya,
5. Bimbingan dimulai dengan identifikasi kebutuhan yang dirasakan oleh individu yang akan dibimbing,
6. Bimbingan harus luwes dan fleksibel sesuai dengan kebutuhan individu dan masyarakat,
7. Program bimbingan di lingkungan lembaga pendidikan tertentu harus sesuai dengan program pendidikan pada lembaga yang bersangkutan,
8. Hendaknya pelaksanaan program bimbingan dikelola oleh orang yang memiliki keahlian dalam bidang bimbingan, dapat bekerja sama dan
menggunakan sumber-sumber yang relevan yang berada di dalam ataupun di luar lembaga penyelenggara pendidikan, dan
9. Hendaknya melaksanakan program bimbingan dievaluasi untuk mengetahui hasil dan pelaksanaan program.
95
94
Lubis, Konseling Islami, h. 91-97
95
Juntika, Bimbingan dan Konseling, h. 9
54 Selanjutnya, Bimo Walgito menyatakan bahwa prinsip-prinsip Bimbingan
Konseling adalah : 1. Dasar Bimbingan Konseling di sekolah tidak dapat terlepas dari dasar
pendidikan pada umumnya dan pendidikan di sekolah pada khususnya, 2. Tujuan Bimbingan Konseling di sekolah tidak dapat terlepas dari
tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan nasional di Indonesia tercantum dalam pasal 3 Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 adalah
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dengan demikian,
tujuan Bimbingan Konseling di sekolah adalah membantu tercapainya tujuan pendidikan nasional dan membantu untuk mencapai
kesejateraan,
3. Fungsi Bimbingan Konseling dalam proses pendidikan dan pengajaran ialah membantu pendidikan dan pengajaran,
4. Bimbingan Konseling diperuntukkan bagi semua individu, baik anak- anak maupun orang dewasa,
5. Bimbingan dan konseling, dapat dilaksanakan dengan bermacam- macam sifat, yaitu secara :
a. Preventif, yaitu Bimbingan Konseling diberikan dengan tujuan untuk mencegah jangan sampai timbul kesulitan-kesulitan yang
menimpa diri anak atau individu, b. Korektif, yaitu memecahkan atau mengatasi keulitan-kesulitan
yang dihadapi oleh anak atau individu, dan c. Preservatif, yaitu memelihara atau mempertahankan yang telah
baik, jangan sampai menjadi keadaan-keadaan yang tidak baik., 6. Bimbingan Konseling merupakan proses yang kontinue,
7. Sehubungan dengan hal itu, para guru perlu mempunyai pengetahuan mengenai Bimbingan Konseling karna mereka selalu berhadapan
langsung dengan murid yang mungkin perlu mendapatkan bimbingan, 8. Individu yang dihadapi tidak hanya mempunyai kesamaan-kesamaan,
tapi juga mempunyai perbedaan-perbedaan, 9. Tiap-tiap aspek individu merupakan faktor penting untuk menentukan
sikap ataupun tingkah laku, 10. Anak atau individu yang dihadapi adalah individu yang hidup dalam
masyarakat, 11. Anak atau individu yang dihadapi merupakan makhluk yang hidup,
yang berkembang dan bersifat dinamis, 12. Dalam memberikan bimbingan dan konseling, haruslah selalu
diadakan evaluasi, 13. Sehubungan dengan butir 10, pembimbing harus selalu mengikuti
perkembangan situasi masyarakat dalam arti yang luas, yaitu perkembangan sosial, ekonomi, kebudayaan dan sebagainya,
55 14. Dalam memberikan bimbingan dan konseling, pembimbing harus
selalu ingat untuk menuju kepada kesanggupan individu agar dapat membimbing diri sendiri, dan
15. Karena pembimbing berhubungan secara langsung dengan masalah- masalah pribadi seseorang maka pembimbing harus dapat memegang
teguh kode etik bimbingan dan konseling.
96
Dalam pelayanan Bimbingan Konseling konvensional prinsip yang digunakan bersumber dari kajian filosofis hasil dari penelitian dan pengalaman
praktis tentang hakikat manusia, perkembangan dan kehidupan manusia dalam konteks sosial budayanya, pengertian, tujuan, fungsi, dan proses, penyelenggaraan
bimbingan dan konseling. Menurut Basri dalam Lahmuddin menyebutkan bahwa prinsip-prinsip
konseling menurut Islam adalah : 1.
Konseling harus menyadari hakikat manusia, dimana bimbingan atau nasehat merupakan sesuatu yang penting dalam islam.
2. Konselor sebagai contoh keperibadian, seharusnya dapat memberi
kesan yang positif kepada konseli. 3.
Konseling Islam sangat mendukung konsep saling menolong dalam kebaikan.
4. Konselor haruslah mempunyai latar belakang agama
aqidah, syari‟ah, fiqh dan akhlaq yang kuat.
5. Konselor haruslah memahami konsep manusia menurut pandangan
islam, sehingga ia dapat menyadarkan dan mengembangkan personaliti yang seimbang pada kita.
6. Pembinaan kerohanian, hendaklah melalui ibadah dan latihan- latihan
keagamaan.
97
Aswadi menyatakan bahwa Bimbingan Konseling Islam harus berdiri diatas prinsip prinsip ajaran Islami, prinsip-prinsip tersebut antara lain:
1. Bahwa nasehat itu merupakan salah satu pilar agama seperti dalam hadits bahwa agama itu nasehat, yang menurut Al-Nawawi nasehat adalah
mendorong kebaikan kepada orang yang dinasehati.
96
Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling: Studi dan Karier, Andi Offset, Yogyakarta, 2010, h. 33
97
Lahmuddin Lubis, Landasan Formal Bimbingan Konseling di Indonesia, Bandung: Citapustaka, 2012, h. 51
56
2. Bahwa konseling kejiwaan adalah pekerjaan yang mulia karena membantu orang lain mengatasi kesulitan.
3. Konseling agama harus dilakukan sebagai pekerjaan ibadah. 4. Setiap orang muslim yang memiliki kemampuan bidang konseling Islam
memiliki tanggung jawab moral dalam penggunaan konseling agama. 5. Meminta bantuan bagi orang yang membutuhkan dan memberikan
bantuan konseling agama hukumnya wajib bagi konselor yang sudah mencapai derajat spesialis.
6. Pemberian konseling sejalan dengan ajaran Syari‟at Islam.
98
Pandangan yang lebih komperhensip dimunculkan oleh Anwar Sutoyo dalam d
isertasinya yang kemudian diangkat menjadi sebuah buku yang berjudul “Bimbingan Konseling Islami : Teori dan Praktik
” dengan melakukan klasifikasi prinsip-prinsip Bimbingan Konseling Islami menjadi empat prinsip secara garis besar, yakni: prinsip
yang berkaitan dengan Bimbingan Konseling Islami, prinsip yang berkenaan dengan konselor dan prinsip yang berkenaan dengan konseli, dan prinsip yang berhubungan
dengan layanan konseling.
99
Prinsip yang berkenaan dengan Bimbingan Konseling Islami, Sutoyo menjelaskan beberapa prinsip yang harus dipahami oleh konselor terkait dengan
Bimbingan Konseling Islami, yakni: a.
Semua yang ada di muka bumi merupakan ciptaan Allah. Mulai dari tumbuh-tumbuhan, hewan, manusia dan lain sebagainya
adalah ciptaan Allah. Segala sesuatu yang diciptakan Allah memiliki hukum atau ketentuan Allah sunnatullah, sebagai
konsekuensi dari ketentuan yang telah diciptkan oleh Allah, maka manusia harus ikhlas menerima ketentuan yang
telah diberikanNya.
98
Aswadi , Iyadah dan Ta’ziyah
, h. 31-32.
99
Sutoyo, Bimbingan Dan Konseling Islami, h. 206-212.
57
b. Dalam Al-
Qur‟an, manusia disebut dengan kata „abdun yang berarti hamba. Implikasi kata hamba dalam proses bimbingan
konseling dapat berupa anjuran bagi konselor untuk mendorong konseli agar selalu meniatkan setiap aktivitas yang dilakukannya
menjadi perilaku yang bernilai ibadah c.
Memberikan pemahaman kepada konseli bahwa Allah telah mengamanahkan manusia untuk menjadi Khalifah fil Ardh Q.S
Al-Baqarah 2:36. Oleh karena itu, setiap tindakan individu pasti akan diminta pertanggung jawabannya.
d. Manusia ketika lahir telah dibekali fithrah jasmani maupun
fithrah rohani. Fithrah rohani dapat berbentuk iman kepada Allah Q.S Al-Rum 30:30. Dengan demikian, proses Bimbingan
Konseling Islami hendaknya dapat mengembangkan keimanan individu
e. Dalam
membimbing individu
seorang konselor
harus mengembalikan kepada sumber pokok yakni Al-
Qur‟an. f.
Bimbingan konseling
islam diberikan
sesuai dengan
keseimbangan yang ada pada diri individu g.
Manusia memiliki potensi untuk terus berkembang ke arah positif. Sehingga, dalam proses bimbingan konseling islam
ditujukan untuk dapat memandirikan kemampuan konseli, agar konseli dapat memahami dirinya sesuai dengan ketentuan-
ketentuan ajaran agama.
58
h. Islam mengajarkan orang yang beriman lagi beramal shaleh untuk
saling menasehati Q.S Al-Ashr 103:3. Oleh karena itu, proses bimbingan konseling Islam hendaknya dimaknai ibadah.
E. Unsur-unsur Bimbingan Konseling Islami