1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk yang paling unik dan istimewa diciptakan oleh Allah Sang Pencipta dari segala makhluk ciptaan-Nya, dibuktikan lewat
keberadaan beragam kajian tentang manusia dalam berbagai perspektif, baik normatif, filosofis maupun empirik. Para ahli telah meneliti hakikat manusia,
mulai dari penciptaan manusia, dimensi fisik dan psikisnya, karya dan dampaknya, serta masalah dirinya, masyarakat dan lingkungan hidupnya. Disadari
bahwa manusia akan selalu menghadapi masalah dalam menjalani kehidupannya. Meskipun demikian, manusia telah dianugerahi sejumlah potensi seperti jasmani,
akal dan ruhani. Sejak manusia ditiupkan roh dalam kandungan ibunya, manusia sudah
dikaruniai oleh Allah berupa fitrah, baik fitrah jasmani, rohani maupun fitrah “iman” dan “tunduk” kepada-Nya.
1
Bila fitrah manusia itu berkembang dan berfungsi dengan baik, maka hubungan vertikalnya dengan Allah Swt., juga
hubungan secara horizontalnya dengan sesama manusia begitu juga dengan hewan serta hubungannya dengan alam akan baik pula, karena ini semua adalah
mengikuti perintah Allah Sang Pencipta.
2
Ramayulis mengartikan fitrah dalam arti etimologi berarti al-khilqah, al- ibda’, al-ja’l penciptaan. Arti ini di samping dipergunakan untuk maksud
1
M. D Dahlan, Perspektif Bimbingan Konseling Berbasis Values Dalam Pengembangan Fitrah Manusia Makalah disajikan pada Konvensi Nasional XIII Bimbingan dan Konseling
Tanggal 8-10 Desember UPI Bandung, 2003, tidak diterbitkan, h. 88
2
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Cet. 4 Jakarta: Kalam Mulia, 2004, h. 278
2 penciptaan alam semesta juga pada penciptaan manusia. Dengan makna etimologi
ini maka hakekat manusia adalah sesuatu yang diciptakan, bukan menciptakan. Fitrah inilah yang seyogianya dikembangkan melalui kegiatan pendidikan,
faktanya dilihat pengembangan fitrah ini masih perlu terus digali supaya sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan agar dapat ditingkatkan secara optimal dan
berkelanjutan supaya perilaku menyimpang yang dilakukan manusia dapat dikembalikan menuju jalan yang baik jalan Allah sebagaimana yang diinginkan
oleh Allah sang pencipta. Manusia mempunyai keinginan lebih dari yang lain untuk mendapatkan
yang lebih baik adalah suatu yang wajar saja, asalkan tidak bertentangan dengan norma agama, etika dan estetik serta sesuai dengan kemampuan fisik, mental dan
ekonomi individu atau kelompok yang bersangkutan. Akan tetapi suatu hal yang harus disadari bahwa, keinginan untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik
apabila tidak disertai dengan kemampuan pengendalian diri self control dan daya penyeimbang balancing power, justru akan menimbulkan dampak negatif
sosiopatik, deviasi dan diferensiasi.
3
Pada era globalisasi yang ditandai dengan perkembangan teknologi dan informasi yang serba cepat dan mekanistis telah melanda dunia saat ini
menimbulkan modernisasi yang memungkinkan akan mendatangkan berbagai tawaran baru, berita baru dan iming-iming baru yang cukup menarik dan
menjanjikan kesenangan, kenikmatan serta kemewahan, penomena ini sudah melanda sebagian besar manusia dari berbagai stratifikas sosial di berbagai
3
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling Jakarta: RinekaCipta, 1999, h. 21.
3 belahan dunia, yang berimplikasi kepada adanya keinginan untuk mendapatkan
sesuatu yang lebih baik, namun cara memperolehnya tidak sebagaimana mestinya yakni sebagaimana yang diingin kan oleh Allah Yang Maha Pencipta.
Sejalan dengan apa yang digambarkan di atas, Thomas Lickona, seorang profesor pendidikan dari Cortland University, dalam Quari, mengungkapkan
bahwa ada sepuluh tanda zaman yang kini terjadi, tetapi harus diwaspadai karena dapat membawa bangsa menuju jurang kehancuran. Kesepuluh tanda zaman itu
adalah: 1.
Meningkatnya kekerasan di kalangan remajamasyarakat, 2.
Penggunaan bahasa dan kata-kata yang memburuktidak baku, 3.
Pengaruh peer-group geng dalam tindak kekerasan menguat, 4.
Meningkatnya perilaku merusak diri, seperti penggunaan narkoba, alkohol, pergaulan bebas dan bahkan menjurus kepada prilaku seks
bebas, 5.
Semakin kaburnya pedoman moral baik dan buruk, 6.
Menurunnya etos kerja, 7.
Semakin rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru, 8.
Rendahnya rasa tanggung jawab individu dan kelompok, 9.
Membudayanya kebohonganketidakjujuran, dan 10.
Adanya rasa saling curiga dan kebencian antar sesama.
4
Kegagalan manusia mengembangkan fitrahnya dapat mengakibatkan penderitaan hidupnya di dunia maupun di akhirat kelak, bila diamati secara
lahiriah banyak manusia yang tampaknya hidup dengan senang serba berkecukupan, bahkan sama sekali tidak memperdulikan ajaran agama demi
melampiaskan nafsunya untuk memperoleh sesuatu yang diinginkannya, sebenarnya hal itu adalah bersifat semu bukan yang bersifat hakiki. Sebab
4 Quari, Agama Nilai Utama Dalam Membangun Karakter Bangsa. Medan: Pascasarjana Unimed, 2010, h. 8.
4 bagaimanapun pada suatu saat Allah pasti akan mencabut kesenangan,
kenikmatan itu dan ditukarnya dengan kemelaratan dan kesengsaraan. Disadari bahwa manusia akan selalu menghadapi masalah dalam
menjalani kehidupannya. Meskipun demikian, manusia telah dianugerahi sejumlah potensi seperti jasmani, akal dan ruhani. Dengan mendayagunakan
ketiga potensi tersebut, idealnya manusia akan mampu menyelesaikan seluruh problem kehidupannya. Akan tetapi, semua potensi tersebut tidak memiliki arti
apa pun, manakala manusia tersebut tidak memiliki kecakapan dalam memecahkan masalah problem solving. Kendati demikian, banyak kasus di
mana seorang individu enggan bahkan tidak mampu memecahkan sebuah masalah secara arif. Kerap sekali bahwa sebuah keputusan yang diambil malah
memunculkan masalah baru, bahkan lebih besar dari masalah sebelumnya. Dengan demikian, upaya menyelesaikan masalah malah memunculkan masalah
baru. Oleh karena itu, Bimbingan Konseling Islami adalah salah satu cara untuk
membantu manusia agar terhindar dari masalah yang mengganggu manusia melakukan yang negatif untuk kembali kepada fitrahnya melakukan aktivitas
sebagaimana yang diinginkan oleh Allah Swt. dan berusaha menghindari dari yang tidak disukaiNya. Dalam Al-
Qur‟an surat Al-Ashr ayat 1-3 :
5
5
Q.S. Al-Ashr 103: 1-3.
5 Artinya :
“Demi masa. Sungguh manusia dalam kerugian, kecuali mereka yang beriman dan melakukan amal kebaikan, saling menasehati supaya
mengikuti kebenaran dan saling menasehati supaya mengamalkan kesabaran”.
Manusia diharapkan saling memberi bimbingan sesuai dengan kemampuan dan kapasitas manusia itu sendiri, sekaligus memberi motivasi agar
tetap sabar dan tawakal dalam menghadapi perjalanan kehidupan yang sebenarnya. Apabila hal ini dapat dilaksanakan oleh manusia maka Allah berjanji
sekecil apa pun aktivitas yang dilakukan di dunia ini pasti akan dibalas oleh Allah Swt.
Di Indonesia, kenyataan menunjukkan bahwa Muslim di Indonsia adalah agama mayoritas yang berjumlah sekitar 85 dari seluruh ummat beragama lain.
Bagi umat Islam, pendekatan agama serta pendekatan yang Islami dari aspek kegiatan merupakan suatu jalan untuk mengamalkan ajaran Islam. Bimbingan Konseling
Islami adalah suatu layanan yang tidak hanya mengupayakan mental yang sehat dan hidup bahagia melainkan Bimbingan Konseling Islami juga menuntut ke arah hidup
yang sakinah tenang, batin merasa tenang dan tentram karena selalu dekat dengan Allah Swt.
Bimbingan Konseling pada umumnya merupakan salah satu komponen dari pendidikan, mengingat bahwa Bimbingan Konseling adalah suatu kegiatan bantuan
dan tuntunan yang diberikan kepada individu pada umumnya, dan siswa pada khususnya di sekolahmadrasah dalam rangka meningkatkan mutunya. Hal ini sangat
6
relevan jika dilihat dari perumusan bahwa pendidikan itu adalah merupakan usaha sadar yang bertujuan untuk mengembangkan kepribadian dan potensi-potensinya
bakat, minat, dan kemampuannya. Kepribadian menyangkut masalah perilaku atau sikap mental dan kemampuannya meliputi akademik dan keterampilan.Tingkat
kepribadian dan kemampuan yang dimiliki, oleh seseorang merupakan suatu gambaran mutu dari orang yang bersangkutan.
Dasar pemikiran
penyelenggaraan Bimbingan
Konseling di
sekolahmadrasah bukanlah semata-mata karena ada atau tidaknya landasan hukum, namun yang lebih mendasar adalah menyangkut upaya memfasilitasi dan
mengembangkan potensi diri peserta didik untuk dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya meliputi aspek fisik, emosi, intelektual, sosial, moral dan spiritual.
Dewasa ini Bimbingan Konseling pada umumnya sudah diterapkan di berbagai satuan pendidikan sekolahmadrasah sekalipun, bahkan ada konselor
yang berlatar belakang pendidikan bukan dari Bimbingan Konseling atau yang disetarakan dengan Bimbingan Konseling melalui pelatihan bahkan secara faktual
ada yang diangkat oleh kepala sekolahmadasah dari guru mata pelajaran yang tidak jarang adalah diangkat dari guru mata pelajaran agama sekedar untuk
mengisi struktur bagan di sekolahdi madrasah dikarenakan masih minimnya Konselor Sekolah yang berlatar belakang pendidikan dari Bimbingan Konseling
yang diangkat pemerintah berdasarkan Surat Keputusn SK pengangkatan sebagai konselor sekolah.
Jika dilihat di madrasah Aliyah Negeri 2 Model Medan konselor sekolah yang ada di madrasah ini memiliki karakteristik di mana konselor sekolah ada
yang memiliki latar belakang pendidikan dari bimbingan konseling konvensional
7 umum, pendidikan psikologi, guru mata pelajaran dan hanya satu orang konselor
sekolah yang memiliki latar belakang Bimbingan Konseling Islam yang S1 nya tamatan dari Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Bimbingan
Konseling Islam IAIN Sumatera Utara Medan. Siswa yang ada di Madrasah Aliyah Negeri 2 Medan semua beragama
Islam dan tenaga pengajar juga semua beragama Islam begitu juga tenaga administrasi yang ada, dan untuk lebih jelasnya seluruh personil yang ada di
Madrasah Aliyah Negeri MAN 2 Model Medan semua beragama Islam. Dengan demikian suatu momentum yang tepat bagi konselor sekolah yang berlatar
belakang pendidikan dari Bimbingan Konseling Islam yakni alumni dari Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Bimbingan Konseling Islam, untuk
mengimplementasikan ilmu pengetahuan yang diterimanya untuk tampil beda dengan konselor sekolah yang berbeda latar belakang pendidikannya dengan
konselor sekolah lainnya. Selain itu juga, peneliti menemukan keunikan materi yang disajikan yakni pokok bahasan yang meliputi tentang Ibadah, Tauhid,
Akhlak dan Mu‟amalah. Perbedaan latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh konselor sekolah
baik dari latar belakang pendidikan Bimbingan Konseling konvensional, psikologi, guru mata pelajaran dan Bimbingan Konseling Islami secara ideal tentu
akan berusaha menerapkan tampil beda dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan disiplin ilmu yang diperolehnya. Dalam hal ini, penulis telah melakukan
penjajakan grand tour ke Madrasah Aliyah Negeri 2 Model Medan, ditemukan beberapa fakta, yaitu terdapat konselor sekolah yang ditempatkan bertugas
8 berdasarkan Surat Keputusan Kepala Madrasah sebagai konselor sekolah yang
berlatar belakang dari Bimbingan Konseling Islam, alumni dari Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, jurusan dari Bimbingan Konseling Islam, hal inilah yang
menjadi suatu hal yang menarik bagi penulis untuk melakukan penelitian dengan cara memaparkan atau mendiskripsikan, bagaimana konselor sekolah dari jurusan
Bimbingan Konseling Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Sumatera Utara Medan mengimplementasikan bimbingan konseling Islam pada
siswa asuhnya di Madarasah Aliyah Negeri 2 Model Medan. Hasil dari penelitian ini nantinya diharapkan dapat menjadi masukan dorongan kuat bagi peneliti
sendiri, praktisi pendidikan Islam Bimbingan Konseling Islami atau mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sumatera Utara Medan untuk
mengkaji dan mendalami Bimbingan Konseling Islami baik dari sudut teoritis maupun praktis, yang akan melahirkan cikal bakal sebagai konselor Islam.
B. Fokus Masalah Penelitian