Analisa Keseimbangan Air Neraca Air Bagan Alir Pengerjaan Penelitian Curah Hujan Efektif

kondisi tanah dalam zona tidak jenuh yang terletak diantara permukaan tanah dengan permukaan air tanah, Laju perkolasi sangat bergantung pada sifat-sifat tanah. Dari hasil penyelidikan tanah pertanian dan penyelidikan kelulusan, besarnya laju perkolasi serta tingkat kecocokan tanah untuk pengolahan tanah dapat ditetapkan dan dianjurkan pemakaiannya. Guna menentukan laju perkolasi, tinggi muka air tanah juga harus diperhitungkan. Perembesan terjadi akibat meresapnya air melalui tanggul sawah. Laju perkolasi normal pada tanah lempung sesudah dilakukan genangan berkisar antara 1 sampai 3 mmhari KP – 01, 1986. Di daerah dengan kemiringan diatas 5 , paling tidak akan ter terjadi kehilangan 5 mmhari akibat perkolasi dan rembesan.

2.5.7 Pergantian Lapisan Air

a. Setelah pemupukan, usahakan untuk menjadwalkan dan mengganti lapisan air menurut kebutuhan. b. Jika tidak ada penjadwalan semacam itu, lakukan penggantian sebanyak 2 kali, masing-masing 50 mm atau 3,3 mmhari selama ½ bulan selama sebulan dan dua bulan setelah transplantasi.

2.6. Analisa Keseimbangan Air Neraca Air

Proses siklus air pada suatu daerah untuk periode tertentu terdapat hubungan keseimbangan antara aliran masuk inflow dan aliran keluar outflow. Hubungan antara ketersediaan air untuk berbagai macam sektor harus terjadi keseimbangan, hubungan keseimbangan disebut “Neraca kebutuhan dan ketersediaan air” sering disebut juga dengan “Neraca Air” atau water balance. Konsep neraca air pada dasarnya menunjukkan keseimbangan antara jumlah air yang masuk ke, yang tersedia di, dan yang keluar dari sistim sub- sistem tertentu, seperti yang ditunjukkan dalam gambar berikut ini : MASUKAN I KELUARAN O Gambar 2.6. Skema Neraca Air I = O ± ΔS.........................................................................................2.6a dimana: I = masukan inflow; O = keluaran outflow; ΔS = perubahan tampungan change of storage. Perumusan dari neraca air ketersediaan dan kebutuhan adalah : Q ketersediaan – Q kebutuhan = ΔS..............................................................2.6b dimana: Q ketersediaan = Total ketersediaan debit m 3 detik Q kebutuhan = Total kbutuhan debit m 3 detik ΔS= Perubahan kuantitas air m 3 detik

2.7. Pola Tanam

Pada umumnya, pola tanam di suatu daerah irigasi harus di atur sedemikian rupa agar waktu panen dan menanam menjadi teratur. Pola tanam SISTEM ialah susunan rencana penanaman berbagai jenis tanaman selama satu tahun. Terbatasnya persediaan air adalah alasan yang mempengaruhi penyusunan pola tanam dalam satu tahun Suryadi, 2011. Agar kebutuhan pengambilan puncak dapat dikurangi, maka areal irigasi harus dibagi-bagi menjadi sedikitnya tiga atau empat golongan. Hal ini dilakukan agar bisa mendapatkan luas lahan tanam maksimal dari debit yang tersedia. Perencanaan golongan dilakukan dengan cara membagi lahan tanam dengan masa awal tanam yang berbeda. Langkah ini ditempuh dengan alasan tidak mencukupinya jumlah kebutuhan air apabila dilakukan penanaman secara serentak atau bisa juga dengan asumsi apabila tidak turunnya hujan untuk beberapa saat ke depan. Termasuk juga dikarenakan keterbatasan dari sumber daya manusianya maupun bangunan pelengkap yang ada. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Analisis yang dilakukan pada tugas akhir ini meliputi beberapa tahapan penyelesaian, yaitu : Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Daerah Irigasi Timbang Deli terletak di Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara, tepatnya 3º30’– 3º31’ LU dan 98º55’–98º56’ BT, dengan luas 520 ha. Peta lokasi studi diperlihatkan pada gambar 3.1. Gambar 3.1. Peta Lokasi Gambar 3.2. Peta Topografi Gambar 3.3. Peta DAS Gambar 3.4. Peta Wilayah Administrasi DAS Uraian Tahapan Penelitian 3.2.1. Survey Lapangan Survey lapangan yang dilakukan bertujuan untuk peninjauan dan identifikasi keadaan sebenarnya dari irigasi di D.I Timbang Deli sehingga nanti dapat dibandingkan dengan hasil analisis secara teoritis. Kegiatan ini juga disertai dengan pengambilan dokumentasi di lokasi studi. Pengambilan data dilapangan ini diperlukan sebagai kondisi awal dan kondisi batas untuk pelaksanaan penelitian ini.

3.2.2. Studi Literatur

Studi literatur dilakukan dengan mengumpulkan dan mempelajari buku, serta referensi-referensi yang akan digunakan sebagai dasar dalam penelitian. Setiap pekerjaan yang berhubungan dengan sumber daya air, analisis hidrologi, dan pola tanam mutlak diperlukan untuk memperoleh gambaran kondisi hidrologi suatu daerah serta mendukung pembuatan keputusan. Salah satu parameter hidrologi yang penting dalam suatu pekerjaan terkait sumber daya air adalah debit air. Data-data yang diperlukan didapat dari Dinas Pengairan Propinsi Sumatera Utara, Kantor Irigasi dan Rawa I, dan dari pihak terkait yang berhubungan dengan pembahasan.

3.2.3. Pengumpulan Data Sekunder

Adapun data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi : 1. Data klimatologi 2. Data Hidrologi 3. Data penunjang lain yang relevan dengan penelitian Analisa Hidrologi Setelah dilakukan pengumpulan data maka data-data yang di peroleh dianalisa dengan analisis hidrologi, yang meliputi: 1. Curah hujan efektif 2. Evapotranspirasi 3. Kebutuhan air irigasi 4. Debit Andalan

3.4. Bagan Alir Pengerjaan Penelitian

Secara keseluruhan penelitian dan penulisan skripsitugas akhir ini dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar 3.5. Bagan Alir Pengerjaan Penelitian Studi Literatur Pengumpulan Data Lokasi Penelitian Dat a Klim at ologi Dat a Irigasi Dat a Hidrologi Perhit ungan Curah Hujan Perhit ungan Debit Andalan Perhit ungan Evapot ranspirasi Kesimpulan dan Saran Pola Tanam Perhit ungan Air Irigasi SELESAI M ULAI

3.5. Langkah-langkah Pengerjaan Studi

Untuk menyelesaikan skripsi ini hingga mencapai maksud maupun tujuan yang diharapkan, maka tahapanprosedur perhitungan yang dilakukan dalam studi ini dengan merujuk dari data-data yang dibutuhkan adalah sebagai berikut :

3.5.1. Curah Hujan Efektif

Curah hujan efektif diartikan sebagai curah hujan yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman untuk memenuhi kehilangan air akibat evapotranspirasi tanaman, perkolasi dan lain-lain. Jumlah hujan yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman tergantung pada jenis tanaman. Data berasal dari data curah hujan yang tercatat di stasiun hujan yang berdekatan atau berada dalam cakupan areal irigasi tersebut. Besaran curah hujan efektif diprediksikan sebesar 70 dari curah hujan tengah bulanan dengan probabilitas 80 untuk tanaman padi dengan bentuk persamaan KP-01, 1986 berikut : = , ............................................................................... 3.5a dimana : R eff = Curah hujan efektif mm R 80 = Data curah hujan tengah bulanan dengan probabilitas terlampaui 80 mm Untuk tanaman palawija, curah hujan efektif dihitung dengan persamaan berikut : = , ............................................................................. 3.5b Dimana : R eff = hujan efektif tanaman palawija mm, R50 = hujan rancangan dengan probabilitas 50 mm.

3.5.2. Evapotranspirasi

Untuk memperoleh besarnya jumlah air yang ditranspirasikan dalam satu satuan waktu untuk penanaman tanaman hijau, yang tumbuh merata serta tidak pernah mengalami kekurangan air. Dalam menentukan jumlah air memakai metode Penman modifikasi, berdasarkan keadaan-keadaan meteorologi seperti: a. Temperatur b. Sinar matahari radiasi c. Kelembapan d. Kecepatan angin

3.5.3. Kebutuhan Air Irigasi

Besarnya kebutuhan air di petak persawahan dipengaruhi oleh banyaknya air yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh, banyaknya air yang diperlukan untuk pengolahan tanah, rembesan, penguapan dan juga dipengaruhi oleh besarnya curah hujan yang jatuh tidak sama setiap waktu. Kebutuhan air irigasi untuk padi dihitung berdasarkan Standar Perencanaan Irigasi KP-01 1986 dengan faktor- faktor berikut : A. Pengolahan tanah, penyiapan lahan dan koefisien tanaman B. Penggunaan konsumtif C. Perkolasi D. Pergantian lapisan air E. Curah hujan efektif

A. Pengolahan Tanah, Penyiapan Lahan dan Koefisien Tanaman

Setiap jenis tanaman membutuhkan pengolahan tanah yang berbeda-beda. Pengolahan tanah untuk padi membutuhkan air irigasi yang lebih banyak, karena padi akan memerlukan tanah dengan tingkat kejenuhan yang baik dan dalam keadaan tanah yang lunak dan gembur. Pengolahan tanah ini dilakukan antara 20 sampai dengan 30 hari sebelum masa tanam. Minggu pertama sebelum kegiatan penanaman dimulai, petak sawah diberi air secukupnya untuk melunakkan tanahnya. Biasanya dilakukan dengan membajak atau mencangkul sawah. Kebutuhan air untuk pengolahan tanah dipengaruhi oleh proses evapotranspirasi potensial yang terjadi, sebagaimana dirumuskan. Besarnya nilai suatu Koefisien tanaman tergantung dari umur dan jenis tanaman yang ada. Koefisien tanaman ini merupakan faktor yang dapat digunakan untuk mencari besarnya air yang habis terpakai untuk tanaman untuk masa pertumbuhannya. Besarnya koefisien tanaman ini akan mempengaruhi besarnya kebutuhan air untuk tanaman.

B. Penggunaan Konsumtif

Penggunaan konsumtif dihitung dengan rumus berikut : ETc = Kc x ETo dimana : ETc = evapotranspirasi tanaman, mm hari Kc = Koefisien tanaman ETo = evapotransirasi tanaman acuan, mm hari

C. Perkolasi

Laju perkolasi sangat bergantung kepada sifat-sifat tanah. Pada tanah- tanah lempung berat dengan karakteristik pengelolahan puddling yang baik, laju perkolasi dapat mencapai 1-3 mm hari. Pada tanah-tanah yang lebih ringan; laju perkolasi bisa lebih tinggi.

D. Pergantian Lapisan Air

a. Setelah pemupukan, usahakan untuk menjadwalkan dan mengganti lapisan air menurut kebutuhan b. Jika tiak ada penjadwalan semacam itu, lakukan penggantian sebanyak 2 kali, masing-masing 50 mm atau 3,3 mm hari selama ½ Bulan selama sebulan dan dua bulan setelah transplantasi.

E. Curah Hujan Efektif

Curah hujan data berasal dari data curah hujan yang tercatat di stasiun hujan yang berdekatan atau berada dalam cakupan areal irigasi tersebut. Besaran curah hujan efektif diprediksikan sebesar 70 dari curah hujan tengah bulanan dengan probabilitas 80.

3.5.4. Efisiensi Irigasi

Efisiensi irigasi adalah angka perbandingan dari jumlah air irigasi nyata yang terpakai untuk kebutuhan pertumbuhan tanaman dengan jumlah air yang keluar dari pintu pengambilan intake. Efisiensi irigasi terdiri atas efisiensi pengaliran yang pada umumnya terjadi di jaringan utama dan efisiensi di jaringan sekunder yaitu dari bangunan pembagi sampai petak sawah. Efisiensi irigasi didasarkan asumsi sebagian dari jumlah air yang diambil akan hilang baik di saluran maupun di petak sawah. Kehilangan air yang diperhitungkan untuk operasi irigasi meliputi kehilangan air di tingkat tersier, sekunder dan primer. Besarnya masing-masing kehilangan air tersebut dipengaruhi oleh panjang saluran, luas permukaan saluran, keliling basah saluran dan kedudukan air tanah. Besarnya nilai efisiensi irigasi ini dipengaruhi oleh jumlah air yang hilang selama di perjalanan. Efisiensi kehilangan air pada saluran primer, sekunder dan tersier berbeda-beda pada daerah irigasi. Besarnya kehilangan air di tingkat saluran primer 80, sekunder 90 dan tersier 90. Sehingga efisiensi irigasi total = 90 x 90 x 80 = 65 .

3.5.5. Perhitungan Debit

Setiap pekerjaan yang berhubungan dengan sumber daya air, analisis hidrologi mutlak diperlukan untuk memperoleh gambaran kondisi hidrologi suatu daerah serta mendukung pembuatan keputusan. Salah satu parameter hidrologi yang penting dalam suatu pekerjaan terkait sumber daya air adalah debit air. Dalam perhitungan debit, keterbatasan ketersediaan data seringkali membuat kita mencari alternatif untuk mengetahui besar debit air di sungai. Salah satunya adalah dengan analisis data hujan. Analisis dengan data hujan pun sering harus didukung oleh pengamatan debit langsung di lapangan. Untuk itu, perlu dilakukan survei hidrometri. Dalam pengerjaan studi ini, perhitungan debit andalan berdasarkan pada data debit yang tersedia dari hasil pengukuran di lapangan. Dimana untuk keperluan irigasi akan dicari debit andalan dengan tingkat keandalan sebesar 80 . Hal ini berarti resiko adanya debit debit yang lebih kecil dari debit andalan sebesar 20 . Langkah awal untuk menentukan debit andalan yaitu dengan mengurutkan debit yang ada dari nilai terbesar hingga terkecil. Dengan n merupakan banyaknya tahun pengamatan dan m merupakan debit dengan kemungkinan tak terpenuhi sebesar 20 .

3.5.6. Analisa Keseimbanngan Air Neraca Air

Perhitungan neraca air merupakan salah satu cara dalam upaya untuk mencari salah satu komponen jumlah air dalam suatu sistem, yaitu dengan diperhitungkan jumlah air yang keluar dari sistem tersebut dikurangi dengan jumlah air yang keluar dari sistem harus sama dengan tampungan yang tersimpan dalam sistem tersebut. Yang tepenting dari keseimbangan air adalah bagaimana cara pengaturan sejumlah air yang ada dalam tampungan sehingga akan didapatkan pengairan maksimal.

3.5.7. Perencanaan Pola Tanam

Dengan adanya keterbatasan persediaan air, maka pengaturan pola tanam dan jadwal tanam perlu dilaksanakan untuk dapat mengurangi banyaknya air yang diperlukan, dengan kata lain efisiensi dalam pemakaian air untuk irigasi dapat ditingkatkan. Dalam mencari besarnya kebutuhan air untuk irigasi tanaman, dilakukan analisa kebutuhan air yang dipengaruhi oleh faktor pengolahan tanah,perkolasi, curah hujan efektif, evapotranspirasi, efisiensi irigasi, koefisien tanaman serta faktor lainnya yang telah dibahas sebelumnya. Proses penanaman padi mulai dari saat penanaman benih sampai panen memakan waktu empat bulan. Setelah panen dilaksanakan maka proses penanaman dan pola tanam diganti dengan pola tanam palawija pada areal yang telah panen, sementara pada areal lainnya dilakukan pola tanam padi dengan memulai melakukan penyemihan benih padi. Sebelum penyemihan tersebut dilaksanakan, dilakukan pemulihan lahan pertanian terlebih dahulu dengan rentang waktu ± 2 bulan. Pada umumnya perioda yang diperlukan setiap petakan sawah untuk pengolahan tanah dari mulai air diberikan sampai siap tanam adalah sekitar 30 hari. Sebagai suatu pegangan biasanya sekitar 1,5 bulan diperlukan untuk menyelesaikan pengolahan tanah disuatu petak tersier. Pada beberapa kasus dimana alat dan mesin mekanisasi tersedia dalam jumlah yang cukup, perioda tersebut dapat diperpendek sampai sekitar 1 bulan. Kemudian hal tersebut berulang sesuai dengan pembagian jatah air irigasi yang telah disepakati bersama oleh para petani setempat. Ketersedian dan kecukupan air pada D.I Timbang Deli sangat penting dijaga untuk mendukung pertumbuhan tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh dengan normal sampai pada saat panen terjadi. Dan untuk mencegah terjadinya peluapan air pada areal persawahan ketika terjadinya banjir, maka saluran tersier yang membawa air menuju petak sawah akan ditutup dan limpahan banjir akan dibawa melalui saluran utama dan dibuang pada setiap bangunan pelimpas yang berada pada setiap jarak ± 1 km di saluran irigasi. Pembagian kelompokgolongan dimana saat awal dimulainya pengolahan tanah untuk tanaman padi musim hujan berbeda, dimaksudkan agar puncak kebutuhan air lebih kecil dari pada tanpa golongan serentak. BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisa Curah Hujan Data hujan yang diperoleh dari 3 tiga stasiun penakar hujan, yaitu St. Pagar Merbau, St. Bangun Purba dan St. Tiga Runggu, digunakan untuk menghitung curah hujan regional untuk DAS Sungai Ular Metode yang digunakan adalah metode rata-rata aljabar. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1.Curah Hujan Regional DAS Sungai Ular Tahun Jan Feb M ar Apr M ei Juni Juli Agst Sep Okt Nov Des 2002 212 80 120 171 179 134 192 109 440 255 192 91 2003 152 163 145 182 189 165 230 189 255 264 235 181 2004 134 303 234 243 178 133 205 190 343 377 227 208 2005 132 84 89 212 235 214 220 201 234 515 238 212 2006 124 164 111 267 266 149 99 137 223 264 150 278 2007 180 100 139 178 328 185 186 298 434 330 336 183 2008 164 109 229 222 217 116 282 235 298 318 379 174 2009 206 132 400 232 264 145 144 271 285 390 227 224 2010 284 47 197 128 137 176 209 248 159 159 377 206 2011 170 108 367 144 214 167 85 253 211 347 241 246 Rat a-rat a 176 129 203 198 221 158 185 213 288 322 260 200 Sumber : Perhit ungan Dari hasil perhitungan di atas, terlihat bahwa curah hujanmaksimum rata- rata terjadi di bulan Oktober sebesar 322 mm dan terendah terjadi di bulan Februari sebesar 129 mm. Berikut adalah grafik curah hujan rata-rata selama 10 tahun. Grafik 4.1. Curah Hujan Rata-rata

4.2 Curah Hujan Efektif

Curah hujan efektif didefenisikan sebagai bagian dari keseluruhan curah hujan yang secara efektif tersedia untuk kebutuhan air bagi tanaman. Besaran curah hujan efektif diprediksikan sebesar 70 dari curah hujan tengah bulanan dengan probabilitas 80. Untuk menghitung curah hujan efektif diperoleh dengan mengurutkan data curah hujan bulanan dari yang terbesar hingga terkecil. Besarnya probabilitas diperoleh dari nomor urut sampel yang telah diurutkan dari terbesar hingga terkecil. 50 100 150 200 250 300 350 Jan Feb M ar Apr M ei Juni Juli Agst Sep Okt Nov Des Curah Hujan Rata-rata Curah Hujan Rat a-rat a Tabel 4.2. Curah Hujan Efektif Nomor Urut Jan Feb M ar Apr M ei Juni Juli Agst Sep Okt Nov Des Prob 1 284 303 400 267 328 214 282 298 440 515 379 278 10 2 212 164 367 243 266 185 230 271 434 390 377 246 20 3 206 163 234 232 264 176 220 253 343 377 336 224 30 4 180 132 229 222 235 167 209 248 298 347 241 212 40 5 170 109 197 212 217 165 205 235 285 330 238 208 50 6 164 108 145 182 214 149 192 201 255 318 235 206 60 7 152 100 139 178 189 145 186 190 234 264 227 183 70 8 134 84 120 171 179 134 144 189 223 264 227 181 80 9 132 80 111 144 178 133 99 137 211 255 192 174 90 10 124 47 89 128 137 116 85 109 159 159 150 91 100 R-80 134,0 84,0 120,0 171,0 179,0 134,0 144,0 189,0 223,0 264,0 227,0 181,0 R-eff m m 93,8 58,8 84,0 119,7 125,3 93,8 100,8 132,3 156,1 184,8 158,9 126,7 R-eff padi mm hari 6,3 3,9 5,6 8,0 8,4 6,3 6,7 8,8 10,4 12,3 10,6 8,4 R-eff m m 119,00 76,30 137,90 148,40 151,90 115,50 143,50 164,50 199,50 231,00 166,60 145,60 R-eff palaw ijamm hari 7,93 5,09 9,19 9,89 10,13 7,70 9,57 10,97 13,30 15,40 11,11 9,71 Analisa pada tabel 4.2 diperoleh dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut: Contoh perhitungan dipakai R-80 = 134 untuk bulan Januari. R-eff padi = 80 15 1 70 ,  R x x R-eff palawija = 50 15 1 70 ,  R x x = 134 15 1 70 , x x =6,3 mmhari = 170 15 1 70 , x x =7,93mmhari Rekapitulasi hasil perhitungan curah hujan efektif dapat dilihat pada tabel 4.3dibawah ini : Tabel 4.3. Rekapitulasi Curah Hujan Efektif No. Bulan Curah Hujan Curah Hujan Efekt if padi Efekt if palawija 1 Januari 6,25 7,93 2 Februari 3,92 5,09 3 M aret 5,60 9,19 4 April 7,98 9,89 5 M ei 8,35 10,13 6 Juni 6,25 7,70 7 Juli 6,72 9,57 8 Agust us 8,82 10,97 9 Sept ember 10,41 13,30 10 Okt ober 12,32 15,40 11 November 10,59 11,11 12 Desember 8,45 9,71

4.3 Evapotranspirasi