PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PECAHAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE INKUIRI DI KELAS IV SD NEGERI 2 KANGKUNG KECAMATAN TELUK BETUNG SELATAN KOTA BANDAR LAMPUNG

(1)

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PECAHAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE INKUIRI DI KELAS IV

SD NEGERI 2 KANGKUNG KECAMATAN TELUK BETUNG SELATAN KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh HOSDAH

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya aktivitas dan hasil belajar matematika pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Kangkung Kecamatan Teluk betung Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Matematika dengan menggunakan metode inkuiri terhadap siswa kelas IV di SDN 2 Kangkung Kecamatan Teluk Betung Selatan Bandar Lampung.

Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Adapun prosedur dalam penelitian ini ada 2 siklus dengan empat langkah kegiatan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi menggunakan lembar observasi aktivitas belajar siswa dan tes menggunakan soal tes. Data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan analisis data kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan metode inkuiri dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan rata-rata aktivitas siswa pada siklus I 53,42 meningkat 22,50 point pada siklus II menjadi 75,92. Hasil belajar siswa pada Siklus 1 mencapai nilai rata-rata 61,67 kemudian meningkat 22,91 point menjadi 84,58 pada siklus II


(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Era globalisasi merupakan era yang penuh tantangan, terutama dalam dunia pendidikan. Pendidikan merupakan bagian integral dalam pembangunan. Proses pendidikan tak dapat dipisahkan dari proses pembangunan itu sendiri. Pembangunan diarahkan dan bertujuan untuk mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas. Manusia yang berkualitas dapat dilihat dari segi pendidikan. Hal ini terkandung dalam tujuan pendidikan nasional, bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, selain beriman, bertakwa pada Tuhan Yang Maha Esa serta sehat jasmani dan rohani, juga memiliki kemampuan dan keterampilan.

Dengan penegasan di atas berarti peningkatan kualitas sumber daya manusia haruslah dilakukan dalam konteks peningkatan pengetahuan dan keterampilan melalui model pengajaran yang efektif dan efisien serta mengikuti perkembangan zaman. Kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan dampak tertentu terhadap sistem pengajaran. Pandangan mengenai konsep pengajaran terus-menerus mengalami perkembangan sesuai dengan kemajauan ilmu dan teknologi.


(3)

Upaya peningkatan keberhasilan pembelajaran, merupakan tantangan yang selalu dihadapi oleh setiap orang yang berkecimpung dalam profesi keguruan dan pendidikan. Upaya untuk meningkatkan keberhasilan belajar siswa diantaranya dapat dilakukan melalui upaya memperbaiki proses pembelajaran. Dalam memperbaiki proses pembelajaran peranan guru sangat penting, diantaranya memilih metode pembelajaran yang tepat. Guru harus mampu menentukan metode pembelajaran yang dipandang dapat membelajarkan siswa melalui proses pembelajaran yang dilaksanakan, agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif, dan hasil belajarnya pun diharapkan dapat lebih ditingkatkan.

Matematika sebagai suatu mata pelajaran disekolah dinilai cukup memegang peran penting, karena metematika merupakan suatu sarana berpikir untuk mengkaji sesuatu secara logis, dan sistematis. Oleh sebab itu akan sangat penting jika matematika dapat dikuasai sedini mungkin oleh para siswa. Namun faktanya banyak orang yang tidak menguasai matematika, termasuk anak-anak yang masih duduk dibangku SD/MI. Mereka menganggap bahwa matematika sulit dipelajari, serta gurunya kebanyakan tidak menyenangkan, membosankan, menakutkan, angker, killer, dan sebagainya. Anggapan ini menyebabkan mereka semakin takut untuk belajar matematika. Sikap ini tentu saja mengakibatkan hasil belajar matematika mereka menjadi rendah.

Dari hasil pengamatan penulis di kelas IV SD Negeri 2 Kangkung didapati hasil belajar yang masih sangat rendah. Hal ini dikarenakan kurang seriusnya siswa dalam mengikuti pembelajaran. Saat pembelajaran berlangsung,


(4)

sebagian siswa ada yang bermain, membuat gumpalan kertas, mengobrol dan melamun. Ketika diadakan latihan soal di akhir pembelajaran matematika didapati hanya 10 orang (41,67%) dari 24 siswa yang nilainya di atas KKM, sedangkan 14 orang (58,33%) nilainya dibawah KKM dan rata-rata kelas 58,33. KKM matematika kelas IV SDN 2 Kangkung adalah 60.

Tabel. 1.1 Nilai Matematika Siswa Kelas IV SDN 2 Kangkung

Nilai Jumlah Siswa Persentase

35-49 50-64 65-79 80-100

5 9 8 2

20,83 % 37,50 % 33,33 % 6,67 %

Jumlah 24 100 %

Sumber : Data Nilai Siswa Kelas IV

Hasil belajar siswa rendah dan kurang maksimalnya pelaksanaan pembelajaran di atas harus diperbaiki dengan meningkatan kualitas pembelajaran. Hal tersebut perlu dilakukan agar dapat tercipta suasana pembelajaran yang kondusif sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat, khususnya pada mata pelajaran matematika materi pecahan. Salah satu langkah untuk meningkatkan hasil belajar tersebut adalah guru harus menguasai berbagai macam metode mengajar. Guru harus mengenal, mempelajari dan menguasai banyak teknik mengajar, agar dapat menggunakannya dengan bervariasi, sehingga mampu menciptakan proses belajar mengajar yang berhasil guna dan berdaya guna. Dengan menerapkan metode-metode yang sesuai dalam proses pembelajaran, maka akan menghilangkan kejenuhan dan kebosanan siswa dalam belajar.


(5)

Metode inkuiri merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk melibatkan semua siswa secara aktif dalam proses pembelajaran di kelas. Pada pembelajaran menggunakan metode inkuiri siswa tidak hanya mendengar dan menerima informasi dari guru tetapi mereka dibimbing sebaik-baiknya oleh guru untuk menemukan sendiri pengetahuannya sesuai dengan tujuan pembelajaran. Russeffendi (1988) mengemukakan bahwa belajar dengan metode inkuiri merupakan cara penyampaian topik-topik matematika sedemikian hingga proses belajar memungkinkan siswa menemukan sendiri pola-pola atau struktur-struktur matematika melalui serentetan pengalaman-pengalaman belajar yang lampau. Keterangan-keterangan yang harus dipelajari itu tidak disajikan di dalam bentuk akhir, melainkan siswa diwajibkan melakukan aktivitas mental sehingga keterangan yang dipelajari itu dapat dipahami dan tertanam kuat pada diri siswa.

Inkuiri merupakan proses yang mengandung proses-proses mental yang lebih tinggi tingkatannya, misalnya merumuskan masalah, merancang eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis data dan menarik kesimpulan. Jadi, dalam pendekatan inkuiri siswa dituntut untuk aktif menemukan sendiri pengetahuannya sehingga konsep yang dipelajari dapat bertahan lama dalam ingatan siswa. Selain itu, diharapkan siswa mampu mengembangkan keterampilan intelektual, berpikir kritis dan memecahkan masalah.


(6)

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis termotivasi untuk mengadakan penelitian dengan judul “Peningkatan hasil belajar matematika materi pecahan dengan metode inkuiri pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Kangkung Bandar Lampung.”

1.2 Identifikasi Masalah

Masalah yang dapat diidentifikasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Siswa masih sulit mencapai KKM pada pelajaran Matematika

2. Hasil belajar Matematika siswa masih rendah 3. Pembelajaran masih berpusat pada guru.

4. Metode yang digunakan belum mengaktifkan siswa.

5. Metode inkuiri adalah salah satu metode pembelajaran Matematika yang mengaktifkan siswa dan menciptakan pembelajaran yang tidak membosankan.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah penerapan metode inkuiri pada pembelajaran matematika materi pecahan dapat meningkatkan aktivitas siswa kelas IV SDN 2 Kangkung Kecamatan Teluk Betung Selatan Bandar Lampung ?

2. Apakah penerapan metode inkuiri pada pembelajaran matematika materi pecahan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN 2 Kangkung Kecamatan Teluk Betung Selatan Bandar Lampung?


(7)

1.4 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa Kelas IV SD 2 Kangkung Kecamatan Teluk Betung Selatan dengan metode inkuiri. 2. Meningkatkan hasil belajar matematika siswa Kelas IV SD 2 Kangkung

Kecamatan Teluk Betung Selatan dengan metode inkuiri.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Bagi Sekolah

Sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan kebijakan sekolah untuk meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya mata pelajaran Matematika.

2. Bagi Guru

Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan kepada guru tentang metode inkuiri. Selain itu dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika dan meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar menggunakan metode inkuiri.

3. Bagi Siswa

Dapat memberikan pengalaman belajar yang baru dalam upaya mencapai tujuan belajar, dan mengasah keterampilan dalam menemukan dan membentuk konsep secara individu maupun melalui bimbingan guru.


(8)

4. Bagi peneliti

Menambah wawasan dan pengalaman pada saat melaksanakan kegiatan pembelajaran matematika, sehingga dapat memperbaiki serta dapat menciptakan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, serta mampu menciptakan pembelajaran yang menarik dan tidak membosankan untuk peserta didik di masa yang akan datang.


(9)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Matematika di Sekolah Dasar

Matematika merupakan satu bidang studi yang diajarkan di Sekolah Dasar. Seorang guru SD yang akan mengajarkan matematika kepada siswanya, hendaknya mengetahui dan memahami objek yang akan di ajarkannya. Kata matematika berasal dari perkataan latin mathematika yang mulanya diambil dari perkataan Yunani mathematike yang berarti mempelajari. Perkataan itu mempunyai asal kata mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). Kata mathematike berhubungan pula dengan kata lainnya yang hampir sama, yaitu mathein atau mathenein yang artinya belajar atau berpikir. Jadi, berdasarkan asal katanya, maka perkataan matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir (bernalar).

Matematika lebih menekankan kegiatan dalam dunia rasio (penalaran), bukan menekankan dari hasil eksperiman atau hasil observasi. Matematika terbentuk karena pikiran-pikiran manusia, yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran Russefendi (Suwangsih, 2006:3)

Matematika terbentuk dari pengalaman manusia secara empiris. Kemudian pengalaman itu diproses di dalam dunia rasio, diolah secara analisis dengan penalaran didalam struktur kognitif sehingga sampai terbentuk konsep-konsep matematika, agar konsep-konsep matematika yang terbentuk tersebut itu


(10)

mudah dipahami oleh orang lain dan dapat dimanipulasi secara tepat, maka digunakan bahasa matematika atau notasi matematika yang bernilai global (universal).

Pada awalnya cabang matematika yang ditemukan adalah Aritmatika atau Berhitung, Aljabar, Geometri setelah itu ditemukan Kalkulus, Statistika. Aljabar Abstrak, Aljabar Linear, himpunan, Geometri linear, Analisis Vektor dan sebagainya.

Suwangsih (2006:4) mengemukakan beberapa definisi para ahli mengenai matematika, diantaranya sebagai berikut :

a. Russefendi (1988:23)

Matematika terorganisasi dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan, definisi- definisi, aksioma-aksioma, dan dalil-dalil. Apabi1a dalil-dalil tersebut telah dibuktikan kebenarannya maka dalil-dalil tersebut berlaku secara umum, karena itulah matematika sering disebut ilmu deduktif. b. James dan James (1976)

Matematika adalah ilmu tentang logika, mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan lainnya. Matematika terbagi dalam tiga bagian besar yaitu aljabar, analisis dan geometri.

c. Jhonson dan Rising dalam Russefendi (1972)

Matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logis.


(11)

Matematika diartikan sebagai cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisasi secara sistematik. Bahkan dia mengartikan matematika sebagai ilmu bantu dalam menginterpretasikan berbagai ide dan kesimpulan.

Dari pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa belajar matematika pada hakekatnya adalah belajar konsep, struktur konsep dan mencari hubungan antar konsep dan struktumya. Hal ini sesuai dengan tujuan matematika di SD yaitu agar mereka menguasai konsep-konsep yang tepat, pengertiannya dan struktur matematika (Ruseffendi,2005: 5). Oleh karena itu, guru harus dapat menciptakan cara mengajar yang lebih baik karena cara mengajar yang baik akan mengakibatkan hasil belajar siswanya baik. Guru merupakan aktor yang sangat menentukan keberhasilan anak didik. Disamping harus menguasai metode mengajar yang baik seorang guru harus mempunyai pengetahuan luas dalam bidangnya.

2.2 Tujuan dan Ruang Lingkup Matematika

Mata pelajaran matematika bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang

4. model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh


(12)

5. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah

6. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.(BNSP, 2006:154)

Ruang lingkup Matematika pada satuan pendidikan SD/MI meliputi aspek-aspek sebagai berikut :

1. Bilangan

2. Geometri dan pengukuran

3. Pengolahan data (BNSP, 2006:154).

Berdasarkan kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan matematika adalah agar siswa dapat menumbuhkan dan mengembangkan matematika serta menggunakan pikirannya dalam setiap memecahkan masalah, dapat mengkomunikasikannyan dengan berbagai media, sehingga siswa memiliki sikap menghargai dan menggunakan matematika dalam kehidupan sehari -hari. Dalam hal ini guru dituntut memberikan kesempatan pada siswa untuk mengembangkan pola pikir mereka dalam mempelajari matematika.

Berkaitan dengan hal itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran matematika adalah: a) guru hendaknya mengkondisikan siswa untuk menemukan kembali rumus, konsep, atau, prinsip dalam matematika melalui bimbingan guru agar siswa terbiasa melakukan penyelidikan dan menemukan sesuatu, b) pembelajaran matematika berpokus kepada pendekatan realistik yang dihubungkan dengan kehidupan yang dialami oleh siswa sehari-hari, c) memberikan


(13)

keterampilan untuk meningkatkan kemampuan berpikir dalam memecahkan masalah. Oleh karena itu, matematika yang dipelajari oleh siswa SD dapat digunakan oleh siswa SD untuk kepentingan hidupnya sehari-hari dalam kepentingan lingkungannya, untuk membentuk pola pikir yang logis, sistematis, kritis, dan akhirnya dapat digunakan untuk mempelajari ilmu-ilmu yang lain.

2.3 Belajar

2.3.1 Teori Belajar

Belajar merupakan kegiatan yang terjadi pada semua orang tanpa mengenal batas usia, dan berlangsung seumur hidup. Di dalam pendidikan proses belajar merupakan hal yang paling pokok, karena untuk mencapai tujuan suatau pendidikan tergantung pada proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. Jadi sebagai pertanda bahwa seseorang telah melakukan proses belajar adalah terjadinya perubahan menjadi mengerti, dari tidak bisa menjadi terampil dan dari pembohong menjadi jujur serta banyak lagi lainya.

Berbagai pemikiran tentang belajar telah dikemukakan oleh para pemikir dan ahli pembelajaran dari masa lalu sampai hari ini, kesemuanya mencari jalan bagai mana pembelajaran itu lebih bermakna. Ada beberapa konsep pembelajaran yang sudah sangat dikenal oleh pendidik dan pakar pendidikan seperti :


(14)

Teori belajar J. Bruner dikenal dengan teori belajar penemuan. Belajar penemuan merupakan usaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, sehingga mendapatkan pengetahuan yang benar-benar bermakna bagi dirinya.

2. Teori Belajar Ausubel

Belajar menurut Ausubel adalah belajar bermakna. Belajar bermakna adalah proses pengaitan informasi baru dengan konsep-konsep relevan yang telah dimiliki peserta didik yang tersimpan dalam memori mereka. 3. Teori Belajar Piaget.

Menurut Piaget ada tiga bentuk pengetahuan pada seseorang, yaitu pengetahuan fisik, logika-matematika, dan pengetahuan social. Pengetahuan social dapat ditransfer dari pendidik ke peserta didik, sedangkan pengetahuan fisik dan logika-matematik harus dibangun sendiri oleh peserta didik tersebut.

Kesimpulan yang dapat ditarik dari tiga konsep pembelajaran di atas bahwa belajar dapat diterapkan berdasarkan penemuan yang bermakna baik dari transfer orang lain atau yang dibangun oleh peserta didik sendiri.

2.3.2 Aktivitas Belajar

Menurut Poerwadarminta (2003:23), aktivitas adalah kegiatan. Jadi aktivitas belajar adalah kegiatan-kegiatan siswa yang menunjang keberhasilan belajar. Dalam hal kegiatan belajar, Rousseuau (dalam Sardiman 2004:96) memberikan penjelasan bahwa segala pengetahuan itu harus diperoleh


(15)

dengan pengamatan sendiri, penyelidikan sendiri, dengan bekerja sendiri baik secara rohani maupun teknis.

Menurut Paul B. Diedrich (dalam Nasution, 2000) ada beberapa macam kegiatan/aktivitas murid antara lain:

1. Visual Activities, seperti membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan dan sebagianya.

2. Oral Activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan interview, diskusi, dan interupsi.

3. Listening Activities, seperti mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik, dan pidato.

4. Writing Activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan test, angket, dan menyalin.

5. Drawing Activities, seperti menggambar, membuat grafik, peta, diagram, dan pola.

6. Motor Activities, seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, bermain, berkebun, dan memelihara binatang.

7. Mental Activities, seperti menginga, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, dan mengambil keputusan.

8. Emotional Activities, seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani, tenang, dan gugup

Berdasarkan pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa aktivitas itu adalah suatu kegiatan atau suatu tindakan yang sengaja dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang. Pada umumnya aktivitas atau tindakan yang dilakukan secara sengaja tersebut mempunyai tujuan tertentu. Ini berarti aktivitas tersebut dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang karena adanya dorongan untuk mencapai suatu tujuan yaitu keberhasilan belajar


(16)

1.3.2 Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi belajar dan tindakan belajar. Hasil belajar untuk sebagian adalah berkat tindakan guru pencapaian tujuan pengajaran pada bagian lain merupakan peningkatan kemampuan mental siswa. (Dimyati dan Mudjiono, 1999:3)

Menurut Anni (2004: 4) hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Senada dengan hal tersebut Sudjana (1990: 22) mengungkapkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu kemampuan atau keterampilan yang dimiliki oleh siswa setelah siswa tersebut mengalami aktivitas belajar.

Menurut Slameto (1995: 54-72) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat digolongkan dalam dua bagian, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor ekstern adalah faktor yang mempengaruhi hasil belajar yang berasal dari luar diri siswa, antara lain :

1) Latar belakang pendidikan orang tua ; 2) Status ekonomi sosial orang tua; 3) Ketersediaan sarana dan prasarana di rumah dan sekolah ; 4) Media yang dipakai guru ; 5) Kompetensi guru

Faktor Intern adalah faktor yang mempengaruhi pretasi belajar yang berasal dari dalam diri siswa, antara lain :

1) Kesehatan; 2) Kecerdasan / intelegensia; 3) Cara belajar; 4) Bakat; 5) Minat; 6) Motivasi.

Jadi dapat disimpulkan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu faktor intern (faktor dari dalam diri siswa itu sendiri) dan faktor ekstern (faktor dari luar)


(17)

2.4 Metode Inkuri

Kata inkuiri berarti menyelidiki dengan cara mencari informasi dan melakukan pertanyaan-pertanyaan, dengan metode inkuri ini siswa dimotivasi untuk aktif berfikir, melibatkan diri dalam kegiatan dan mampu menyelesaikan tugasnya sendiri. Metode inkuri pada mulanya dikembangkan oleh Richard Suchman (1960) dalam bidang ilmu pengetahuan alam dan kemudian dikembangkan dalam ilmu pengetahuan lainnya.

Metode inkuri menurut Mudjito (1998:85) adalah metode yang mengarahkan murid untuk melakukan penelitian dan pemecahan masalah yang kreatif. Peranan guru dalam metode ini adalah membantu murid untuk memilih topik, mengalokasikan sumber-sumber, menarik kesimpulan, dan meneliti kesimpulan secara kritis. Murid dalam pelaksanaan metode ini harus belajar mengajukan pertanyaan, menemukan sumber-sumber, mengumpulkan informasi, menyusun jawaban atau kesimpulan, menyatakan pendapat, dan menganalisa pendapat sendiri secara kritis.

Inkuiri berasal dari kata inquire yang berarti menanyakan, meminta keterangan, atau penyelidikan (Ahmadi,1997:76). Siswa diprogramkan agar selalu aktif secara mental maupun fisik. Materi yang disajikan guru bukan begitu saja diberikan dan diterima oleh siswa, tetapi siswa diusahakan sedmikian rupa sehingga mereka memperoleh berbagai pengalaman dalam rangka ”menemukan sendiri” konsep-konsep yang direncanakan oleh guru (Ahmadi,1997:79)


(18)

Dari berbagai pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa metode inkuri merupakan prosedur pengajaran yang menekankan kegiatan siswa secara mandiri untuk menemukan konsep-konsep keilmuan terutama pada mata pelajaran matematika yang membutuhkan pengusaan berfikir secara ilmiah. Metode ini akan menggiring siswa lebih aktif melakukan penelitian didalam maupun di luar kelas dengan bimbingan guru.

Jenis-jenis metode Inkuiri menurut Muhammad Ali (2004:87) diantaranya : 1. Inkuiri terpimpin

Pada inkuri terpimpin pelaksanaan dilakukan oleh siswa berdasarkan petunjuk-petunjuk guru. Petunjuk yang diberikan umumnya berbentuk pertanyaan yang membimbing.

2. Inkuiri Bebas

Dalam inkuiri bebas siswa melakukan penelitian bebas sebagaimana seorang scientist. Masalah dirumuskan sendiri, eksperimen dan penyelidikan dilakukan sendiri serta kesimpulan konsep juga dilakukan sendiri.

3. Inkuiri bebas yang dimodifikasi

Berdasarkan masalah yang diajukan guru, dengan konsep atau teori yang sudah dipahami, siswa melakukan penyelidikan untuk membuktikan kebenaran.

Menurut Gulo (2002:86-87), peranan utama guru dalam menciptakan kondisi pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut :

a. Motivator , yang memberikan rangsangan supaya siswa aktif dan

memiliki gairah berfikir.

b. Fasilitator, yang menunjukkan jalan keluar jika ada hambatan dalam proses berfikir siswa.

c. Penanya, untuk menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka buat dan

memberikan keyakinan pada diri sendiri.

d. Administrator, yang bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan di dalam kelas.

e. Pengarah, yang memimpin arus kegiatan berfikir siswa pada tujuan yang

diharapkan.

f. Manager, yang mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas. g. Rewarder, yang memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai dalam


(19)

Metode inkuiri dapat dilaksanakan apabila dipenuhi syarat-syarat berikut : 1. Guru harus terampil memilih persoalan yang relevan untuk diajukan

kepada kelas (persoalan bersumber dari bahan pelajaran yang menantang siswa/problematika) dan sesuai daya nalar siswa.

2. Guru harus terampil menumbuhkan motivasi belajar siswa dan menciptakan situasi belajar yang menyenangkan.

3. Adanya fasilitas dan sumber belajar yang memadai.

4. Adanya kebebasan siswa untuk berpendapat, berkarya, berdiskusi. 5. Partisipasi setiap siswa dalam setiap kegiatan belajar.

6. Tidak banyak campur tangan dan intervensi terhadap siswa.

Dalam penggunaan strategi pembelajaran inkuiri terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh setiap guru, diantaranya :

1. Berorientasi pada pengembangan intelektual siswa

Tujuan utama dari strategi inkuiri adalah pengembangan kemampuan berfikir. Tidak sebatas penguasaan materi tetapi sejauh mana siswa mencari dan menemukan sendiri.

2. Prinsip interaksi

Guru tidak menempatkan diri sebagai sumber belajar tetapi sebagai pengatur interaksi agar siswa mengembangkan kemampuan berfikirnya melalui interaksi mereka.

3. Prinsip bertanya

Guru berperan sebagai penanya karena kemampuan siswa untuk menjawab pertanyaan merupakan sebagian dari proses berfikir.


(20)

4. Prinsip belajar untuk berfikir

Belajar bukan sekedar mengingat sejumlah fakta tetapi proses berfikir (learning how to think), yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak, baik otak kiri maupun otak kanan.

5. Prinsip keterbukaan

Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukannya.

Sanjaya (2008:202) menyatakan bahwa pembelajaran inkuiri mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

a. Orientasi

Pada tahap ini guru melakukan langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang kondusif.

b. Merumuskan masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk memecahkan teka-teki itu.

c. Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya.

d. Mengumpulkan data

Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan

e. Menguji hipotesis

Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data.

f. Merumuskan kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.

Metode inkuiri memiliki beberapa keunggulan yaitu:

1. Metode inkuiri merupakan metode pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotor secara seimbang sehingga pembelajaran akan lebih bermakna.

2. Metode inkuiri memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.


(21)

3. Metode inkuiri merupakan metode yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya perubahan.

4. Keuntungan lain adalah metode pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar yang bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar. Kelemahan metode inkuiri, diantaranya:

1. Jika metode inkuiri digunakan sebagai metode pembelajaran, maka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa. 2. Metode ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena

terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.

3. Dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.

4. Selama kriteria keberhasilan ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka metode inkuiri akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru (Sanjaya, 2008:2006).


(22)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

1.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Siklus I

Siklus I dilaksanakan pada hari Senin tanggal 25 Maret 2013, pertemuan kedua hari Sabtu tanggal 30 Maret 2013 dengan materi Arti Pecahan. Pembelajaran berlangsung 2 x 35 menit, selama 2 x pertemuan yang diikuti oleh 24 siswa kelas IV yang terdiri dari 12 anak laki-laki dan 12 anak perempuan. Faktor-faktor yang diteliti adalah aktivitas dan hasil belajar siswa. Tahap kegiatan penelitian tersebut adalah sebagai berikut :

1. Perencanaan

1. Membuat perangkat pembelajaran (pemetaan, silabus dan RPP)

2. Menetapkan materi bahan ajar dalam pembelajaran yaitu “Arti Pecahan”

3. Menyiapkan sumber dan media pembelajaran yaitu kertas lipat. 4. Menyiapkan lembar kerja kelompok.

5. Menyiapkan instrument penelitian/lembar pengamatan untuk mengamati kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

6. Menyusun lembar evaluasi tes yaitu soal bentuk tes essai untuk setiap siklus.


(23)

2. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan yang dilakukan adalah sebagai berikut: a. Kegiatan Awal

1. Pertemuan Pertama

Guru mengecek kesiapan siswa dalam memulai pembelajaran dan melakukan apersepsi dengan memberikan pertanyaan apersepsi: “Jika kalian memiliki sepotong roti dan harus dibagi dua dengan adik kalian, berapa bagian masing-masing?” Kemudian siswa menjawab soal tes untuk mengetahui pengetahuan awal siswa sebelum pembelajaran dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai melalui kegiatan pembelajaran dilaksanakan dan memotivasi siswa agar memperhatikan pelajaran.

2. Pertemuan kedua

Guru memasuki kelas dan meminta ketua kelas untuk memimpin teman-temannya untuk menerima materi pembelajaran dan berdoa, kemudian guru memberikan salam. Guru mendata kehadiran siswa. Guru mengajak siswa untuk mengingat dan mengulas kembali materi sebelumnya secara keseluruhan. Guru memberikan motivasi dengan cara memberikan informasi mengenai pentingnya materi yang mereka pelajari.


(24)

b. Kegiatan Inti

1. Pertemuan Pertama

Guru meminta siswa mengamati gambar-gambar bentuk pecahan, dan melakukan tanya jawab dengan siswa, kemudian guru membagi siswa menjadi 6 kelompok yang terdiri dari 4 siswa dan memberi tugas kelompok untuk berdiskusi dan menemukan jawaban sementara dari permasalahan yang diberikan oleh guru.

Dalam mengumpulkan data, setiap kelompok berdiskusi dan melakukan percobaan memotong kertas lipat menjadi bebrapa bagian dan menuliskan pecahannya. Guru mengamati diskusi dan kerja kelompok dengan memberikan bimbingan jika perlu. Untuk menguji hipotesis, Setiap kelompok berdiskusi memperlihatkan gambaran yang didapatkan dalam kelompok, kemudian membuat catatan laporan hasil diskusi kelompok. Kemudian setiap kelompok merumuskan kesimpulan dan setiap kelompok secara bergantian mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas, dan kelompok lain saling menanggapi.

2. Pertemuan Kedua

Guru melanjutkan materi pertemuan lalu dengan menjelaskan kembali materi yang dianggap sulit dengan melibatkan siswa melalui peragaan-peragaan dan pengamatan benda konkrit. Kemudian guru melakukan evaluasi dengan memberikan latihan soal dalam bentuk essai kepada siswa, untuk melihat tingkat penguasaan materi


(25)

pembelajaran matematika yang telah diajarkan. Hasil tes digunakan untuk melihat tingkat penguasaan siswa sebelum diberikan materi dan sesudah diberikan materi dengan menggunakan metode inkuiri. Setelah kegiatan evaluasi dilaksanakan siswa diminta untuk mengumpulkan lembar jawaban di meja guru sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan.

c. Kegiatan Akhir 1. Pertemuan Pertama

Pada kegiatan akhir di pertemuan pertama ini, peneliti memberikan penguatan dari hasil pembelajaran tentang Arti Pecahan dengan menggunakan metode inkuiri dan bersama-sama siswa membuat kesimpulan akhir dari proses pembelajaran yang telah berlangsung. Kemudian memberikan PR serta menginformasikan materi pelajaran pertemuan berikutnya. Kegiatan diakhiri dengan doa dan salam.

2. Pertemuan Kedua

Guru memberikan penguatan kepada seluruh siswa, kemudian guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah diajarkan dan memotivasi siswa untuk terus rajin belajar dan mempersiapkan diri untuk mengikuti pembelajaran pada siklus II. Kegiatan diakhiri dengan doa dan salam.


(26)

3. Observasi a. Kinerja Guru

Berdasarkan lembar observasi guru yang diisi oleh observer, diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 4.1 Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I

No Indikator / Aspek Yang Diamati Pertemuan

I PRA PEMBELAJARAN 1 2

1 Mempersiapkan ruang, alat pembelajaran dan media 1 2 3 4 1 2 3 4 2 Mempersiapkan siswa untuk belajar 1 2 3 4 1 2 3 4

3 3

II MEMBUKA PELAJARAN

1 Melakukan kegiatan apersepsi 1 2 3 4 1 2 3 4 2 Mengkomunikasikan kompetensi yang akan dicapai dan

rencana kegiatannya.

1 2 3 4 1 2 3 4

3 3

III KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN A Penguasaan Materi Pelajaran

1 Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran 1 2 3 4 1 2 3 4 2 Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang

relevan

1 2 3 4 1 2 3 4 3 Menyampaikan materi dengan jelas, sesuai dengan

hierarki belajar dan karakteristiksiswa

1 2 3 4 1 2 3 4 4 Mengaitkan meteri dengan realitas kehidupan 1 2 3 4 1 2 3 4 2,5 2,75 B Pendekatan/Strategi Pembelajaran

1 Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai.

1 2 3 4 1 2 3 4

2 Menguasai kelas 1 2 3 4 1 2 3 4

3 Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual 1 2 3 4 1 2 3 4 4 Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan

tumbuhnya kebiasaan positif

1 2 3 4 1 2 3 4 5 Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi

waktu yang direncanakan

1 2 3 4 1 2 3 4 2,6 3,4 C Pemanfaatan Sumber Belajar /Media Pembelajaran

1 Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan sumber belajar/media pembelajaran.

1 2 3 4 1 2 3 4 2 Dapat mengungkapkan suatu objek dengan media 1 2 3 4 1 2 3 4 3 Menghasilkan media yang menarik 1 2 3 4 1 2 3 4 4 Menghasilkan pesan yang menarik 1 2 3 4 1 2 3 4

2,5 3

D Pembelajaran dan Memicu dan Memelihara Keterlibatan Siswa

1 Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran

1 2 3 4 1 2 3 4 2 Menumbuhkan keceriaan dan antusisme siswa dalam 1 2 3 4 1 2 3 4


(27)

No Indikator / Aspek Yang Diamati Pertemuan belajar

2,5 3

E Penilaian Proses dan Hasil Belajar

1 Memantau kemajuan belajar selama proses 1 2 3 4 1 2 3 4 2 Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi

(tujuan)

1 2 3 4 1 2 3 4

3 3

F. Penggunaan Bahasa

1 Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas baik dan benar

1 2 3 4 1 2 3 4 2 Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai 1 2 3 4 1 2 3 4

3 3

III PENUTUP

1 Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa

1 2 3 4 1 2 3 4 2 Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan,

atau kegiatan, atau tugassebagai bagian remidi/pengayaan

1 2 3 4 1 2 3 4

3 3

Jumlah Skor Total 25,1 27,15

Jumlah Skor Maksimal 36 36

Rata-rata 69,72 75,42

Nilai 2,8 3

Sumber : Diolah dari Data Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I Keterangan :

Nilai Angka

Nilai Mutu Indikator

4 Sangat Baik Aspek yang diaamati dilaksanakan oleh guru dengan sangat baik, guru melakukannya dengan sempurna, dan guru terlihat professional.

3 Baik Aspek yang diamati dilaksanakan oleh guru dengan baik, guru melakukannya tanpa kesalahan, dan guru tampak menguasai.

2 Cukup Aspek yang diamati dilaksanakan oleh guru dengan cukup baik, guru melakukannya dengan sedikit kesalahan, dan guru tampak cukup menguasai 1 Kurang Aspek yang diamati tidak dilaksanakan oleh guru,

guru melakukannya dengan banyak kesalahan dan guru tampak tidak menguasai.

Dari tabel diatas dapat dilihat jumlah skor total kinerja guru yang diperoleh pada siklus I pertemuan 1 adalah 25,1 sedangkan skor maksimal adalah 36 sehingga diperoleh nilai rata-rata kinerja guru


(28)

yaitu 69,72 sedangkan pada siklus I pertemuan 2 jumlah skor total kinerja guru mengalami peningkatan 2,05 point menjadi 27,15 dengan nilai rata-rata kinerja guru meningkat menjadi 74,42.

b. Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1

Hasil observasi aktivitas siswa dianalisis, kriteria penilaian aktivitas siswa dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 4.2 Hasil Aktivitas Belajar Siswa Siklus I Pertemuan 1

No Nama

Indikator yang

diamati Jumlah Skor

Maksimal a b c d e

1. BS 4 3 2 2 3 14 25

2. MAA 1 2 2 1 2 8 25

3. MFA 3 2 2 3 3 13 25

4. NW 2 1 3 2 2 10 25

5. RS 2 2 3 2 2 11 25

6. SRD 3 1 2 2 1 9 25

7. SLV 1 1 2 2 2 8 25

8. SA 2 2 2 3 1 10 25

9. FI 4 3 4 3 3 17 25

10. KB 3 2 3 3 4 15 25

11. MA 4 3 3 2 2 14 25

12. MH 2 3 2 2 3 12 25

13. NA 3 2 2 2 3 12 25

14. AS 1 2 2 1 1 7 25

15. AN 2 3 3 2 2 12 25

16. FS 2 2 2 2 2 10 25

17. NF 2 3 2 3 2 12 25

18. SA 4 3 3 2 2 14 25

19. MS 3 3 2 3 3 14 25

20. RA 3 2 2 1 3 11 25

21. WD 4 3 3 2 3 15 25

22. AVE 3 3 4 4 4 18 25

23. MAS 3 2 3 3 2 13 25

24. ADR 2 3 3 2 3 13 25

Jumlah 292 600


(29)

Sumber : Diolah dari data hasil observasi aktivitas belajar siswa siklus I pertemuan 1

Keterangan:

a. Kesiapan siswa dalam belajar b. Mengerjakan LKS

c. Bertanya atau menjawab pertanyaan d. Mengerjakan tugas dengan baik e. Keaktifan dalam berdiskusi

Kriteria Penilaian:

Nilai 5, jika siswa memenuhi aspek yang diamati dengan sangat baik. Nilai 4, jika siswa memenuhi aspek yang diamati dengan baik.

Nilai 3, jika siswa memenuhi aspek yang diamati dengan cukup. Nilai 2, jika siswa memenuhi aspek yang diamati dengan kurang baik. Nilai 1, jika siswa memenuhi aspek yang diamati dengan kurang baik sekali.

(Sumber: Adaptasi dari Suyono.2005. Jurnal Penelitian Laporan PTK. Dirjen Dikti Jakarta).

Berdasarkan tabel 4.2 di atas, jumlah skor keseluruhan aktivitas siswa adalah 292 dan skor maksimal 600. Dengan demikian, nilai rata-rata aktivitas siswa adalah 48,67. Hal ini dapat diartikan berdasarkan hasil observasi peneliti, keberhasilan kegiatan penelitian siklus I pertemuan 1 belum memenuhi target yang diharapkan sehingga perlu perbaikan pada pertemuan berikutnya.

b. Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 2

Hasil observasi aktivitas siswa dianalisis, kriteria penilaian aktivitas siswa dapat dilihat dari tabel berikut :


(30)

Tabel 4.3 Hasil Aktivitas Belajar Siswa Siklus I Pertemuan 2

No Nama

Indikator yang

diamati Jumlah Skor

Maksimal a b c d e

1. BS 4 3 3 2 3 15 25

2. MAA 2 3 2 2 2 11 25

3. MFA 4 3 2 3 3 15 25

4. NW 3 2 3 2 2 12 25

5. RS 3 2 3 3 3 14 25

6. SRD 3 2 2 3 2 12 25

7. SLV 2 2 2 3 2 11 25

8. SA 3 2 3 3 2 13 25

9. FI 4 4 4 3 4 19 25

10. KB 4 3 4 3 4 18 25

11. MA 4 3 3 3 3 16 25

12. MH 3 3 3 3 3 15 25

13. NA 3 3 2 3 3 14 25

14. AS 2 3 2 2 2 11 25

15. AN 3 3 4 2 3 15 25

16. FS 2 3 2 3 3 13 25

17. NF 3 3 2 3 3 14 25

18. SA 4 3 4 2 3 16 25

19. MS 4 3 3 3 3 16 25

20. RA 3 3 2 2 3 13 25

21. WD 4 3 3 3 4 17 25

22. AVE 3 4 4 4 4 19 25

23. MAS 3 3 3 3 2 14 25

24. ADR 3 3 3 3 4 16 25

Jumlah 349 600

Rata-rata 58,17

Sumber : Diolah dari data hasil observasi aktivitas belajar siswa siklus I pertemuan 2

Keterangan:

a. Kesiapan siswa dalam belajar b. Mengerjakan LKS

c. Bertanya atau menjawab pertanyaan d. Mengerjakan tugas dengan baik e. Keaktifan dalam berdiskusi


(31)

Kriteria Penilaian:

Nilai 5, jika siswa memenuhi aspek yang diamati dengan sangat baik.

Nilai 4, jika siswa memenuhi aspek yang diamati dengan baik. Nilai 3, jika siswa memenuhi aspek yang diamati dengan cukup. Nilai 2, jika siswa memenuhi aspek yang diamati dengan kurang baik.

Nilai 1, jika siswa memenuhi aspek yang diamati dengan kurang baik sekali.

(Sumber: Adaptasi dari Suyono.2005. Jurnal Penelitian Laporan PTK. Dirjen Dikti Jakarta).

Berdasarkan tabel 4.3 di atas, jumlah skor keseluruhan aktivitas siswa adalah 349 dan skor maksimal 600. Dengan demikian, nilai rata-rata aktivitas siswa adalah 58,17. Hal ini dapat diartikan berdasarkan hasil observasi peneliti, keberhasilan kegiatan penelitian siklus I pertemuan 2 telah mengalami peningkatan walaupun belum memenuhi target yang diharapkan sehingga perlu perbaikan pada siklus berikutnya.

c. Hasil Belajar Siswa Siklus I

Untuk mengetahui tingkat penguasaan materi yang dilaksanakan pada siklus I dilakukan tes tertulis dengan bentuk isian. Siswa dinyatakan tuntas apabila lebih atau sama dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan. Hasil belajar siswa yang diperoleh melalui tes tertulis yang dilaksanakan pada akhir tindakan siklus I sebagai berikut :


(32)

Tabel 4.4 Hasil Belajar Siswa Siklus I

No Nama Nilai Keterangan

1. BS 60 T

2. MAA 45 BT

3. MFA 65 T

4. NW 55 BT

5. RS 60 T

6. SRD 50 BT

7. SLV 55 BT

8. SA 55 BT

9. FI 70 T

10. KB 75 T

11. MA 80 T

12. MH 60 T

13. NA 65 T

14. AS 50 BT

15. AN 70 T

16. FS 45 BT

17. NF 70 T

18. SA 65 T

19. MS 80 T

20. RA 50 BT

21. WD 70 T

22. AVE 60 T

23. MAS 65 T

24. ADR 60 T

Jumlah 1480

Rata-rata 61,67

KKM 60

Nilai Terendah 45

Nilai Tertinggi 80

Tuntas 16

Belum Tuntas 8

Persentase Siswa Tuntas 66,67 %

Berdasarkan data pada tabel 4.4 di atas diketahui bahwa walaupun belum mencapai indikator keberhasilan yang diinginkan tetapi hasil belajar siswa mengalami peningkatan dibanding sebelum dilakukan PTK, yaitu mencapai 20 %.


(33)

4. Refleksi

Setelah dilaksanakan siklus I didakan refleksi bersama dengan observer (guru pendamping). Refleksi bertujuan utnuk mengetahui kekurangan yang ada pada siklus I sehingga dapat diperbaiki pada siklus berikutnya. Kekurangan pada siklus I ini adalah sebagai berikut :

1. Siswa belum terbiasa belajar dengan menggunakan metode inkuiri sehingga masih canggung dan bingung ketika diberikan masalah yang harus diselesaikan dengan melakukan kegiatan pada LKS. 2. Siswa belum terbiasa melakukan diskusi kelompok sehingga masih

ada siswa yang mengerjakan secara individu dan masih pasif dalam menyelesaikan LKS yang diberikan oleh guru.

3. Kurangnya motivasi siswa dari guru.

4. Pada proses pembelajaran guru kurang memperhatikan alokasi waktu yang tersedia.

Maka hal-hal yang harus dilakukan pada siklus II adalah :

1. Menjelaskan kembali pada siswa tentang langkah-langkah pembelajaran matematika menggunakan metode inkuiri.

2. Menjelaskan kepada siswa tentang manfaat kerja kelompok yaitu memudahkan siswa dalam memahami materi dan menumbuhkan sikap kebersamaan antara siswa.

3. Memotivasi siswa lebih aktif dalam pembelajaran dengan cara memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif lagi dalam pembelajaran dengan tanya jawab dan memberikan pujian atas jawaban siswa.


(34)

4. Mengefektifkan kegiatan pembelajaran sehingga dapat sesuai dengan alokasi waktu yang ditetapkan.

4.1.2 Siklus II

Siklus II dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 2 April 2013, pertemuan kedua hari Kamis tanggal 4 April 2013 dengan materi Pecahan sebagai pembagian. Pembelajaran berlangsung 2 x 35 menit, selama 2 x pertemuan yang diikuti oleh 24 siswa kelas IV yang terdiri dari 12 anak laki-laki dan 12 anak perempuan. Faktor-faktor yang diteliti adalah aktivitas dan hasil belajar siswa. Tahap kegiatan penelitian tersebut adalah sebagai berikut :

1. Perencanaan

1. Membuat perangkat pembelajaran (pemetaan, silabus dan RPP)

2. Menetapkan materi bahan ajar dalam pembelajaran yaitu “Pecahan Sebagai Pembagian”

3. Menyiapkan sumber dan media pembelajaran yaitu kertas karton. 4. Menyiapkan lembar kerja kelompok.

5. Menyiapkan instrument penelitian/lembar pengamatan untuk mengamati kegiatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. 6. Menyusun lembar evaluasi tes yaitu soal bentuk tes essai untuk setiap

siklus.

2. Pelaksanaan Tindakan


(35)

a. Kegiatan Awal 1. Pertemuan Pertama

Guru memasuki kelas dan memberi salam serta mengkondisikan kelas yang dilanjutkan dengan mengabsen siswa, dan diberikan pertanyaan oleh guru yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan. Setelah itu guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan apersepsi dengan melakukan tanya jawab tentang materi lalu yaitu arti pecahan. Peneliti kembali menerapkan metode inkuiri pada mata pelajaran matematika. Kegiatan perbaikan pembelajaran ini diawali dengan memberikan tes awal yang dikerjakan secara individu untuk mendapatkankan mengertahui tentang pengetahuan awal siswa sebelum materi diberikan.

2. Pertemuan Kedua

Guru memasuki kelas dan meminta ketua kelas untuk memimpin teman-temannya untuk menerima materi pembelajaran dan berdoa, kemudian guru memberikan salam. Guru mendata kehadiran siswa. Guru mengajak siswa untuk mengingat dan mengulas kembali materi sebelumnya secara keseluruhan. Guru memberikan motivasi dengan cara memberikan informasi mengenai pentingnya materi yang mereka pelajari.

b. Kegiatan Inti

1. Pertemuan Pertama

Guru menjelaskan materi tengang pecahan sebagai pembagian dan merumuskan hipotesis, kemudian guru membagi siswa menjadi 6


(36)

kelompok yang terdiri dari 4 siswa dan memberi tugas kelompok untuk berdiskusi dan menemukan jawaban sementara dari permasalahan yang diberikan oleh guru. Dalam mengumpulkan data, setiap kelompok berdiskusi dan melakukan percobaan memotong karton menjadi beberapa bagian dan menuliskan pecahannya. Guru mengamati diskusi dan kerja kelompok dengan memberikan bimbingan jika perlu. Untuk menguji hipotesis, Setiap kelompok berdiskusi memperlihatkan gambaran yang didapatkan dalam kelompok, kemudian membuat catatan laporan hasil diskusi kelompok. Kemudian setiap kelompok merumuskan kesimpulan dan setiap kelompok secara bergantian mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas, dan kelompok lain saling menanggapi. 2. Pertemuan Kedua

Guru melanjutkan materi pertemuan lalu dengan menjelaskan kembali materi yang dianggap sulit dengan melibatkan siswa melalui peragaan-peragaan dan pengamatan benda konkrit. Kemudian guru melakukan evaluasi dengan memberikan latihan soal dalam bentuk essai kepada siswa, untuk melihat tingkat penguasaan materi pembelajaran matematika yang telah diajarkan. Hasil tes digunakan untuk melihat tingkat penguasaan siswa sebelum diberikan materi dan sesudah diberikan materi dengan menggunakan metode inkuiri. Setelah kegiatan evaluasi dilaksanakan siswa diminta untuk mengumpulkan lembar jawaban di meja guru sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan.


(37)

c. Kegiatan Akhir 1. Pertemuan Pertama

Pada kegiatan akhir di pertemuan pertama ini, peneliti memberikan penguatan dari hasil pembelajaran tentang Pecahan Sebagai Perbandingan dengan menggunakan metode inkuiri dan bersama-sama siswa membuat kesimpulan akhir dari proses pembelajaran yang telah berlangsung. Kemudian memberikan PR serta menginformasikan materi pelajaran pertemuan berikutnya. Kegiatan diakhiri dengan doa dan salam.

2. Pertemuan Kedua

Guru memberikan penguatan kepada seluruh siswa, kemudian guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah diajarkan dan memotivasi siswa untuk terus rajin belajar. Kegiatan diakhiri dengan doa dan salam.

3. Observasi a. Kinerja Guru

Berdasarkan lembar observasi guru yang diisi oleh observer, diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 4.5 Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus II

No Indikator / Aspek Yang Diamati Pertemuan

I PRA PEMBELAJARAN 1 2

1 Mempersiapkan ruang, alat pembelajaran dan media 1 2 3 4 1 2 3 4 2 Mempersiapkan siswa untuk belajar 1 2 3 4 1 2 3 4

3,5 4

II MEMBUKA PELAJARAN

1 Melakukan kegiatan apersepsi 1 2 3 4 1 2 3 4 2 Mengkomunikasikan kompetensi yang akan dicapai dan

rencana kegiatannya.


(38)

No Indikator / Aspek Yang Diamati Pertemuan

3 3,5

III KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN A Penguasaan Materi Pelajaran

1 Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran 1 2 3 4 1 2 3 4 2 Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang

relevan

1 2 3 4 1 2 3 4 3 Menyampaikan materi dengan jelas, sesuai dengan

hierarki belajar dan karakteristiksiswa

1 2 3 4 1 2 3 4 4 Mengaitkan meteri dengan realitas kehidupan 1 2 3 4 1 2 3 4 3,5 3,75 B Pendekatan/Strategi Pembelajaran

1 Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai.

1 2 3 4 1 2 3 4

2 Menguasai kelas 1 2 3 4 1 2 3 4

3 Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual 1 2 3 4 1 2 3 4 4 Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan

tumbuhnya kebiasaan positif

1 2 3 4 1 2 3 4 5 Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi

waktu yang direncanakan

1 2 3 4 1 2 3 4 3,4 3,6 C Pemanfaatan Sumber Belajar /Media Pembelajaran

1 Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan sumber belajar/media pembelajaran.

1 2 3 4 1 2 3 4 2 Dapat mengungkapkan suatu objek dengan media 1 2 3 4 1 2 3 4 3 Menghasilkan media yang menarik 1 2 3 4 1 2 3 4 4 Menghasilkan pesan yang menarik 1 2 3 4 1 2 3 4 3,25 3,75 D Pembelajaran dan Memicu dan Memelihara

Keterlibatan Siswa

1 Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran

1 2 3 4 1 2 3 4 2 Menumbuhkan keceriaan dan antusisme siswa dalam

belajar

1 2 3 4 1 2 3 4

4 4

E Penilaian Proses dan Hasil Belajar

1 Memantau kemajuan belajar selama proses 1 2 3 4 1 2 3 4 2 Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi

(tujuan)

1 2 3 4 1 2 3 4

3 3

F. Penggunaan Bahasa

1 Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas baik dan benar

1 2 3 4 1 2 3 4 2 Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai 1 2 3 4 1 2 3 4 3,5 3,5 III PENUTUP

1 Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa

1 2 3 4 1 2 3 4 2 Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan,

atau kegiatan, atau tugassebagai bagian remidi/pengayaan


(39)

No Indikator / Aspek Yang Diamati Pertemuan

3 3,5

Jumlah Skor Total 30,15 32,6

Jumlah Skor Maksimal 36 36

Rata-rata 83,75 90,56

Nilai 3,4 3,6

Sumber : Diolah dari Data Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus II

Keterangan : Nilai Angka

Nilai Mutu Indikator

4 Sangat Baik Aspek yang diaamati dilaksanakan oleh guru dengan sangat baik, guru melakukannya dengan sempurna, dan guru terlihat professional.

3 Baik Aspek yang diamati dilaksanakan oleh guru dengan baik, guru melakukannya tanpa kesalahan, dan guru tampak menguasai.

2 Cukup Aspek yang diamati dilaksanakan oleh guru dengan cukup baik, guru melakukannya dengan sedikit kesalahan, dan guru tampak cukup menguasai 1 Kurang Aspek yang diamati tidak dilaksanakan oleh guru,

guru melakukannya dengan banyak kesalahan dan guru tampak tidak menguasai.

Dari tabel diatas dapat dilihat jumlah skor total kinerja guru yang diperoleh pada siklus I pertemuan 1 adalah 30,15 sedangkan skor maksimal adalah 36 sehingga diperoleh nilai rata-rata kinerja guru yaitu 83,75 sedangkan pada siklus I pertemuan 2 jumlah skor total kinerja guru mengalami peningkatan 2,45 point menjadi 32,6 dengan nilai rata-rata kinerja guru meningkat menjadi 90,56.

b. Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 1

Hasil observasi aktivitas siswa dianalisis menggunakan analisis, kriteria penilaian aktivitas siswa dapat dilihat dari tabel berikut :


(40)

Tabel 4.6 Hasil Aktivitas Belajar Siswa Siklus II Pertemuan 1

No Nama

Indikator yang

diamati Jumlah Skor

Maksimal a b c d e

1. BS 4 4 3 3 4 18 25

2. MAA 3 3 3 2 3 14 25

3. MFA 4 4 3 4 3 18 25

4. NW 4 3 3 3 2 15 25

5. RS 4 3 4 3 4 18 25

6. SRD 3 3 3 4 2 15 25

7. SLV 3 3 4 3 4 17 25

8. SA 4 3 3 4 3 17 25

9. FI 5 4 4 4 5 22 25

10. KB 5 4 4 4 4 21 25

11. MA 4 3 4 3 4 18 25

12. MH 4 4 3 4 3 18 25

13. NA 3 3 3 4 4 17 25

14. AS 3 3 3 2 3 14 25

15. AN 4 3 4 3 3 17 25

16. FS 3 3 3 3 3 15 25

17. NF 5 3 4 3 3 18 25

18. SA 5 3 4 3 4 19 25

19. MS 5 3 4 3 4 19 25

20. RA 4 3 3 3 3 16 25

21. WD 5 3 4 3 4 19 25

22. AVE 4 5 4 4 4 21 25

23. MAS 3 4 3 4 3 17 25

24. ADR 4 3 4 3 4 18 25

Jumlah 421 600

Rata-rata 70,17

Sumber : Diolah dari data hasil observasi aktivitas belajar siswa siklus II pertemuan 1

Keterangan:

a. Kesiapan siswa dalam belajar b.Mengerjakan LKS

c. Bertanya atau menjawab pertanyaan d.Mengerjakan tugas dengan baik e. Keaktifan dalam berdiskusi

Kriteria Penilaian:


(41)

Nilai 4, jika siswa memenuhi aspek yang diamati dengan baik. Nilai 3, jika siswa memenuhi aspek yang diamati dengan cukup. Nilai 2, jika siswa memenuhi aspek yang diamati dengan kurang baik. Nilai 1, jika siswa memenuhi aspek yang diamati dengan kurang baik sekali.

(Sumber: Adaptasi dari Suyono.2005. Jurnal Penelitian Laporan PTK. Dirjen Dikti Jakarta).

Berdasarkan tabel 4.6 di atas, jumlah skor keseluruhan aktivitas siswa adalah 421 dan skor maksimal 600. Dengan demikian, nilai rata-rata aktivitas siswa adalah 70,17. Hal ini dapat diartikan berdasarkan hasil observasi peneliti, keberhasilan kegiatan penelitian siklus II pertemuan 1 belum memenuhi target yang diharapkan yaitu 75 sehingga perlu perbaikan pada pertemuan berikutnya.

c. Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 2

Hasil observasi aktivitas siswa dianalisis dengan kriteria penilaian aktivitas siswa dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 4.7 Hasil Aktivitas Belajar Siswa Siklus II Pertemuan 2

No Nama

Indikator yang

diamati Jumlah Skor

Maksimal a b c d e

1. BS 5 4 3 4 4 20 25

2. MAA 4 4 3 4 3 18 25

3. MFA 5 4 4 4 4 21 25

4. NW 5 3 4 4 3 19 25

5. RS 5 4 4 3 5 21 25

6. SRD 4 3 4 5 3 19 25

7. SLV 4 3 4 3 4 18 25

8. SA 5 4 3 4 4 20 25

9. FI 5 4 5 5 5 24 25

10. KB 5 4 5 4 5 23 25


(42)

No Nama

Indikator yang

diamati Jumlah Skor

Maksimal a b c d e

12. MH 4 4 4 5 4 21 25

13. NA 4 3 4 4 5 20 25

14. AS 4 4 5 3 4 20 25

15. AN 4 4 4 3 4 19 25

16. FS 4 3 4 4 4 19 25

17. NF 5 3 4 4 4 20 25

18. SA 5 3 4 4 5 21 25

19. MS 5 4 4 3 5 21 25

20. RA 4 5 3 4 4 20 25

21. WD 5 4 4 3 5 21 25

22. AVE 4 5 5 4 4 22 25

23. MAS 3 5 3 4 5 20 25

24. ADR 5 4 5 4 4 22 25

Jumlah 490 600

Rata-rata 81,67

Sumber : Diolah dari data hasil observasi aktivitas belajar siswa siklus II pertemuan 2

Keterangan:

a. Kesiapan siswa dalam belajar b. Mengerjakan LKS

c. Bertanya atau menjawab pertanyaan d. Mengerjakan tugas dengan baik e. Keaktifan dalam berdiskusi

Kriteria Penilaian:

Nilai 5, jika siswa memenuhi aspek yang diamati dengan sangat baik. Nilai 4, jika siswa memenuhi aspek yang diamati dengan baik.

Nilai 3, jika siswa memenuhi aspek yang diamati dengan cukup. Nilai 2, jika siswa memenuhi aspek yang diamati dengan kurang baik. Nilai 1, jika siswa memenuhi aspek yang diamati dengan kurang baik sekali.

(Sumber: Adaptasi dari Suyono.2005. Jurnal Penelitian Laporan PTK. Dirjen Dikti Jakarta).


(43)

Berdasarkan tabel 4.7 di atas, jumlah skor keseluruhan aktivitas siswa adalah 490 dan skor maksimal 600. Dengan demikian, nilai rata-rata aktivitas siswa adalah 81,67. Hal ini dapat diartikan berdasarkan hasil observasi peneliti, keberhasilan kegiatan penelitian siklus II pertemuan 2 telah melampaui target yang diharapkan yaitu 75 sehingga peneltian dapat dikatakan bahwa metode inkuiri dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa.

d. Hasil Belajar Siswa Siklus II

Untuk mengetahui tingkat penguasaan materi yang dilaksanakan pada siklus II dilakukan tes tertulis dengan bentuk isian. Siswa dinyatakan tuntas apabila lebih atau sama dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan. Hasil belajar siswa yang diperoleh melalui tes tertulis yang dilaksanakan pada akhir tindakan siklus II sebagai berikut :

Tabel 4.8 Hasil Belajar Siswa Siklus II

No Nama Nilai Keterangan

1. BS 85 T

2. MAA 65 T

3. MFA 80 T

4. NW 75 T

5. RS 75 T

6. SRD 85 T

7. SLV 70 T

8. SA 75 T

9. FI 100 T

10. KB 100 T

11. MA 100 T

12. MH 80 T

13. NA 85 T

14. AS 90 T

15. AN 90 T


(44)

No Nama Nilai Keterangan

17. NF 100 T

18. SA 80 T

19. MS 100 T

20. RA 85 T

21. WD 100 T

22. AVE 90 T

23. MAS 75 T

24. ADR 80 T

Jumlah 2030

Rata-rata 84,58

KKM 60

Nilai Terendah 65

Nilai Tertinggi 100

Tuntas 24

Belum Tuntas 0

Persentase Siswa Tuntas 100 %

Dari tabel 4.6 di atas diperoleh hasil belajar siswa pada II dengan rincian tidak ada lagi siswa yang mendapat nilai < 60 sedangkan siswa yang mendapat nilai > 60 sebanyak 24 siswa atau sejumlah 100 %. Dengan rata-rata kelas 84,58.

Dari hasil yang diperoleh pada akhir siklus I didapatkan hasil persentase aktivitas siswa 58,17 sedangkan pada akhir siklus II menjadi 80,17 atau mengalami peningkatan sebanyak 22 point. Sedangkan rata-rata hasil belajar siswa didapati ketuntasan pada akhir siklus I yaitu 66,67 % sedangkan pada akhir siklus II mengalami peningkatan sebanyak 33,33 % sehingga mencapai 100% tuntas maka dapat diambil kesimpulan bahwa penelitian ini berhasil dan dihentikan pada siklus II.


(45)

Refleksi dari kegiatan pembelajaran pada siklus II dilakukan dengan cara diskusi antara peneliti dengan observer. Berdasarkan hasil pengamatan didapati hal-hal sebagai berikut:

a. Penerapan metode inkuiri pada pertemuan ini sudah lebih baik dari pertemuan-pertemuan sebelumnya.

b. Aktivitas belajar siswa baik secara mandiri maupun kelompok mengalami peningkatan.

c. 100% siswa berhasil mendapatkan nilai diatas KKM yang ditentukan atau dapat dinyatakan tuntas.

Setelah pelaksanaan siklus II dan melihat perolehan yang dicapai siswa telah melampaui indikator keberhasilan yang ditentukan maka peneliti dan observer mengambil kesimpulan bahwa pembelajaran matematika tentang Pecahan dengan motode inkuiri berhasil sehingga penelitian dihentikan dan tidak diperlukan siklus selanjutnya.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran

Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran matematika dengan menggunakan metode inkuiri berjalan dengan baik. Siswa sudah mulai aktif bertanya dan tampak sangat antusias saat guru meminta siswa untuk membentuk kelompok dan melakukan kegiatan sesuai LKS.

Rekapituasi aktivitas siswa dalam proses pembelajaran matematika menggunakan metode inkuiri dapat dilihat pada tabel berikut :


(46)

Tabel 4.9 Rekapitulasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I dan II

No Nama Siklus I Siklus II

Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 1 Pertemuan 2

1. BS 14 15 18 20

2. MAA 8 11 14 18

3. MFA 13 15 18 21

4. NW 10 12 15 19

5. RS 11 14 18 21

6. SRD 9 12 15 19

7. SLV 8 11 17 18

8. SA 10 13 17 20

9. FI 17 19 22 24

10. KB 15 18 21 23

11. MA 14 16 18 21

12. MH 12 15 18 21

13. NA 12 14 17 20

14. AS 7 11 14 20

15. AN 12 15 17 19

16. FS 10 13 15 19

17. NF 12 14 18 20

18. SA 14 16 19 21

19. MS 14 16 19 21

20. RA 11 13 16 20

21. WD 15 17 19 21

22. AVE 18 19 21 22

23. MAS 13 14 17 20

24. ADR 13 16 18 22

Jumlah 292 349 421 490

Jumlah Maksimal 600 600 600 600

Rata-rata 48,67 58,17 70,17 81,67

Peningkatan Siklus 9,5 11,5

Rata-rata Siklus 53,42 75,92

Peningkatan rerata aktivitas siswa siklus 1 ke siklus 2 sebesar 22,5

Berdasarkan tabel 4.9 di atas dapat diketahui bahwa pada siklus I pertemuan 1 persentase aktivitas siswa 48,67 dan pada pertemuan 2 mengalami peningkatan 9,5 menjadi 58,17. Rata-rata aktivitas siswa siklus I sebesar 53,42. Pada siklus II aktivitas siswa kembali mengalami peningkatan. Pada siklus II pertemuan 1 persentasenya mencapai 70,17


(47)

dan pada pertemuan 2 mengalami peningkatan 11,5 mencapai 81,67. Rata-rata aktivitas siklus II yaitu 75,92. Dengan demikian dapat dikatakan metode inkuiri dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa kelas IV SDN 2 Kangkung Kecamatan Teluk Betung Selatan Bandar Lampung.

4.2.2 Hasil Belajar Siswa dalam Proses Pembelajaran

Hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan metode inkuiri menunjukan adanya peningkatan rata-rata hasil belajar siswa setiap siklusnya. Berdasarkan hasil tes yang dilakukan pada siklus I diperoleh hasil 66,67% siswa mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) namun nilai yang diperoleh masih rendah dan belum mencapai indikator keberhasilan yang telah ditentukan. Pada siklus II hasil belajar siswa mengalami peningkatan yang memuaskan karena 100% siswa mengalami ketuntasan belajar dan memperoleh nilai melampaui Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hal ini mungkin disebabkan karena pada siklus II siswa sudah mulai aktif berdiskusi membahas LKS yang diberikan oleh guru dan lebih memperhatikan penjelasan dari guru. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat rekapitulasi hasil belajar siswa pada tabel berikut:


(48)

Tabel 4.10 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa

No Keterangan Siklus I Siklus II Peningkatan

1. Rata-rata Nilai 61,67 84,58 22,91

2. Jumlah Siswa yang Tuntas 16 24 8

3. Persentase Siswa yang Tuntas 66,67% 100% 33,33%

Nilai KKM Matematika SDN 2 Kangkung = ≥ 60 Keterangan :

1. Pada siklus I rata-rata nilai siswa adalah 61,67 dan pada siklus kedua meningkat sebanyak 22,91 point menjadi 84,58.

2. Pada siklus I siswa yang mengalami ketuntasan belajar sebanyak 16 siswa dan pada siklus II sebanyak 24 siswa. Berdasarkan tabel di atas terlihat peningkatan jumlah siswa yang mengalami ketuntasan belajar sebanyak 8 orang pada siklus II.

3. Pada siklus I persentase ketuntasan belajar siswa hanya 66,67% kemudian mengalami peningkatan pada siklus II sebanyak 33,33% menjadi 100% atau dapat dikatakan semua siswa tuntas.


(49)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan pada kelas IV di SDN 2 Kangkung Kecamatan Teluk Betung Selatan Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Melalui penggunaan metode inkuiri pada mata pelajaran matematika materi Pecahan di kelas IV dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Hal ini sesuai dengan pengamatan observer yang telah dilakukan pada siswa mulai dari siklus I sampai Siklus II dan terjadi peningkatan disetiap siklusnya yaitu rata-rata siklus I 53,42 meningkat 22,50 pada siklus II menjadi 75,92.

2. Melalui penggunaan metode inkuiri pada mata pelajaran matematika materi Pecahan di kelas IV dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini sesuai dengan nilai hasil belajar yang diperoleh dari siklus I sampai siklus II, dimana nilai rata-rata siklus I 61,67 meningkat 22,91 point menjadi 84,58 pada siklus II.

Dengan demikian, penggunaan metode inkuiri pada mata pelajaran matematika materi Pecahan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar


(50)

siswa kelas IV SDN 2 Kangkung Kecamatan Teluk Betung Selatan Bandar Lampung

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang disebutkan di atas maka penulis menyampaikan saran sebagai berikut :

1. Saran bagi guru

a. Guru hendaknya dapat membiasakan penggunaan metode inkuiri pada pelajaran matematika karena dapat mengaktifkan siswa pada proses pembelajaran.

b. Penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi harus terus ditingkatkan agar dapat menciptakan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa.

2. Saran bagi sekolah

a. Penggunaan metode inkuiri hendaknya dapat menjadi salah satu upaya untuk mengembangkan sekolah ke arah yang lebih baik terutama kualitas pembelajaran.

b. Sarana dan prasarana serta fasilitas pembelajaran harus dioptimalkan agar tidak menghambat proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.

3. Saran bagi peneliti

Penelitian mengenai penggunaan metode inkuiri dalam pembelajaran matematika hendaknya lebih dikembangkan dengan penggunaan metode-metode pembelajaran jenis lain oleh peneliti-peneliti selanjutnya


(51)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 1997. Strategi Belajar Mengajar. Pustaka Setia. Bandung

Ali, M. 2004. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Sinar Baru Algensindo. Bandung

Arikunto, Suharsimi, 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta. Jakarta

BNSP. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, Standar Isi, Standar Kelulusan. Depdiknas . Jakarta

Gulo, W. 2002. Strategi Belajar Mengajar. PT. Gramedia Widiasarana. Jakarta Koes H, Supriyono.2003. Startegi Pembelajaran Fisika. JICA. Bandung Mudjito.1998. Manajemen Sekolah Dasar. Remaja Rosda Karya. Bandung

Muhibbin Syah. 2001. Psikologi Pendidikan dengan Guru. Remaja Rosdakarya. Bandung

Nasution, S. 1996. Didaktik Asas-Asas Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

_________. 2000. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta

Pitajeng. 2006. Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan. Departemen Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagakerjaan. Jakarta.

Poerwadarminta, W.J.S. 2003. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Balai Pustaka Jakarta.

Ruseffendi, E.T. 1988. Pengajaran Matematika Modern dan Masa Kini Untuk Guru dan SPG. Tarsito. Bandung.


(52)

2005. Pengantar kepada membantu guru mengembangkan kompetensinya dalam pengajaran matematika untuk meningkatkan CBSA. Tarsito. Bandung .

Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Soedjadi, R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Dirjen Dikti, Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. Jakarta.

Solihati, Raharjo. 2008. Analisis Model Pembelajaran IPS. Bumi Aksara. Jakarta Sukmadinata, Nana Syaodih. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Remaja Rosda

Karya. Bandung

Suriasumantri, Jujun S. 1999. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.

Tirtonegoro, H. 2001. Anak Super Normal dan Program Pendidikannya. Bina Aksara. Jakarta.

UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas. BP. Dharma Bhakti. Jakarta. Winkel, W.S. 1996. Psikologi pengajaran. PT. Grasindo. Jakarta.


(1)

dan pada pertemuan 2 mengalami peningkatan 11,5 mencapai 81,67. Rata-rata aktivitas siklus II yaitu 75,92. Dengan demikian dapat dikatakan metode inkuiri dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa kelas IV SDN 2 Kangkung Kecamatan Teluk Betung Selatan Bandar Lampung.

4.2.2 Hasil Belajar Siswa dalam Proses Pembelajaran

Hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan metode inkuiri menunjukan adanya peningkatan rata-rata hasil belajar siswa setiap siklusnya. Berdasarkan hasil tes yang dilakukan pada siklus I diperoleh hasil 66,67% siswa mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) namun nilai yang diperoleh masih rendah dan belum mencapai indikator keberhasilan yang telah ditentukan. Pada siklus II hasil belajar siswa mengalami peningkatan yang memuaskan karena 100% siswa mengalami ketuntasan belajar dan memperoleh nilai melampaui Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hal ini mungkin disebabkan karena pada siklus II siswa sudah mulai aktif berdiskusi membahas LKS yang diberikan oleh guru dan lebih memperhatikan penjelasan dari guru. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat rekapitulasi hasil belajar siswa pada tabel berikut:


(2)

3. Persentase Siswa yang Tuntas 66,67% 100% 33,33%

Nilai KKM Matematika SDN 2 Kangkung = ≥ 60 Keterangan :

1. Pada siklus I rata-rata nilai siswa adalah 61,67 dan pada siklus kedua meningkat sebanyak 22,91 point menjadi 84,58.

2. Pada siklus I siswa yang mengalami ketuntasan belajar sebanyak 16 siswa dan pada siklus II sebanyak 24 siswa. Berdasarkan tabel di atas terlihat peningkatan jumlah siswa yang mengalami ketuntasan belajar sebanyak 8 orang pada siklus II.

3. Pada siklus I persentase ketuntasan belajar siswa hanya 66,67% kemudian mengalami peningkatan pada siklus II sebanyak 33,33% menjadi 100% atau dapat dikatakan semua siswa tuntas.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan pada kelas IV di SDN 2 Kangkung Kecamatan Teluk Betung Selatan Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Melalui penggunaan metode inkuiri pada mata pelajaran matematika materi Pecahan di kelas IV dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Hal ini sesuai dengan pengamatan observer yang telah dilakukan pada siswa mulai dari siklus I sampai Siklus II dan terjadi peningkatan disetiap siklusnya yaitu rata-rata siklus I 53,42 meningkat 22,50 pada siklus II menjadi 75,92.

2. Melalui penggunaan metode inkuiri pada mata pelajaran matematika materi Pecahan di kelas IV dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini sesuai dengan nilai hasil belajar yang diperoleh dari siklus I sampai siklus II, dimana nilai rata-rata siklus I 61,67 meningkat 22,91 point menjadi 84,58 pada siklus II.

Dengan demikian, penggunaan metode inkuiri pada mata pelajaran matematika materi Pecahan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar


(4)

Berdasarkan kesimpulan yang disebutkan di atas maka penulis menyampaikan saran sebagai berikut :

1. Saran bagi guru

a. Guru hendaknya dapat membiasakan penggunaan metode inkuiri pada pelajaran matematika karena dapat mengaktifkan siswa pada proses pembelajaran.

b. Penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi harus terus ditingkatkan agar dapat menciptakan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa.

2. Saran bagi sekolah

a. Penggunaan metode inkuiri hendaknya dapat menjadi salah satu upaya untuk mengembangkan sekolah ke arah yang lebih baik terutama kualitas pembelajaran.

b. Sarana dan prasarana serta fasilitas pembelajaran harus dioptimalkan agar tidak menghambat proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.

3. Saran bagi peneliti

Penelitian mengenai penggunaan metode inkuiri dalam pembelajaran matematika hendaknya lebih dikembangkan dengan penggunaan metode-metode pembelajaran jenis lain oleh peneliti-peneliti selanjutnya


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 1997. Strategi Belajar Mengajar. Pustaka Setia. Bandung

Ali, M. 2004. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Sinar Baru Algensindo. Bandung

Arikunto, Suharsimi, 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta. Jakarta

BNSP. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, Standar Isi, Standar Kelulusan. Depdiknas . Jakarta

Gulo, W. 2002. Strategi Belajar Mengajar. PT. Gramedia Widiasarana. Jakarta Koes H, Supriyono.2003. Startegi Pembelajaran Fisika. JICA. Bandung Mudjito.1998. Manajemen Sekolah Dasar. Remaja Rosda Karya. Bandung

Muhibbin Syah. 2001. Psikologi Pendidikan dengan Guru. Remaja Rosdakarya. Bandung

Nasution, S. 1996. Didaktik Asas-Asas Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

_________. 2000. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta

Pitajeng. 2006. Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan. Departemen Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagakerjaan. Jakarta.

Poerwadarminta, W.J.S. 2003. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Balai Pustaka Jakarta.

Ruseffendi, E.T. 1988. Pengajaran Matematika Modern dan Masa Kini Untuk Guru dan SPG. Tarsito. Bandung.


(6)

Pendidikan. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Soedjadi, R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Dirjen Dikti, Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. Jakarta.

Solihati, Raharjo. 2008. Analisis Model Pembelajaran IPS. Bumi Aksara. Jakarta Sukmadinata, Nana Syaodih. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Remaja Rosda

Karya. Bandung

Suriasumantri, Jujun S. 1999. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.

Tirtonegoro, H. 2001. Anak Super Normal dan Program Pendidikannya. Bina Aksara. Jakarta.

UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas. BP. Dharma Bhakti. Jakarta. Winkel, W.S. 1996. Psikologi pengajaran. PT. Grasindo. Jakarta.


Dokumen yang terkait

Tradisi ruwatan laut (ngumbai lawok) di kelurahan Kangkung Kecamatan Teluk Betung Selatan Kota Bandar Lampung dalam perspektif hukum Islam

2 27 148

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI METODE INKUIRI PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 5 TALANG TELUK BETUNG SELATAN BANDAR LAMPUNG

1 16 17

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR PKn MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 SUKARAJA KECAMATAN TELUK BETUNG SELATAN BANDAR LAMPUNG

0 10 16

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PENEMUAN SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 PINANG JAYA BANDAR LAMPUNG

0 14 55

UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA KELAS IVC SD NEGERI 1 TANJUNGGADING BANDAR LAMPUNG

1 11 16

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DI KELAS V SDN 4 TALANG KECAMATAN TELUK BETUNG SELATAN KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 13 49

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MELALUI METODE DISKUSI KELOMPOK KECIL MATERI POKOK BENDA DAN SIFATNYA KELAS IV SD NEGERI 2 KEDAMAIAN BANDAR LAMPUNG

0 7 41

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPA MENGGUNAKAN METODE INKUIRI SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 SUKAMENANTI KEDATON BANDAR LAMPUNG

0 7 27

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA POKOK BAHASAN SIFATSIFAT BENDA DENGAN MENGGUNAKAN METODE INKUIRI ( PTK Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Talang Teluk Betung Selatan Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012-2013)

1 13 44

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN INKUIRI PADA MATERI PECAHAN SISWA KELAS IV-B SD BUDI MULIA MEDAN TAHUN PELAJARAN 2010/2011.

0 1 34