digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
3. Penelitian ini dapat diharapkan dapat mengembangkan penalaran, pola pikir dinamis dan untuk mengetahui kemampuan penulis dalam menerapkan ilmu
hukum yang telah diperoleh. 4. Penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan tambahan masukan
dan pengetahuan kepada pihak-pihak terkait dengan masalah yang sedang diteliti.
G. Definisi Operasional
Penulis akan menjabarkan mengenai pengertian atas beberapa istilah umum yang terkait dengan permasalahan. Adapun istilah-istilah tersebut yaitu:
1. Hukum acara pidana Islam disebut dengan fikih murafa’ah yaitu ketentuan- ketentuan yang ditunjukkan kepada masyarakat dalam usahanya mencari
kebenaran dan keadilan bila terjadi “pelanggaran” atas suatu ketentuan hukum materiil, hukum acara meliputi ketentuan-ketentuan tentang cara
bagaimana orang harus menyelesaikan masalah dan mendapatkan keadilan dari hukum, apabila kepentingan atau haknya dilanggar oleh orang lain dan
sebaliknya, bagaimana cara mempertahankan apabila dituntut oleh orang lain.
18
18
Asadulloh Al-Faruq, Hukum Acara Peradilan Islam, Yogyakarta: Pustaka Yustika, 2009, 3.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
2. Hukum acara pidana di Indonesia adalah aturan-aturan hukum, yang menguasai cara pemeriksaan perkara pidana di muka hakim di Indonesia.
19
3. Kekuatan pembuktian adalah kekuatan suatu alat bukti untuk meyakinkan hakim agar ia dapat menemukan dan menetapkan terwujudnya kebenaran
yang sesungguhnya dalam putusannya. 4. Saksi Testimonium de auditu yaitu berdasarkan Pasal 1 Angka 26 KUHAP
saksi diartikan sebagai orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan, penuntutan dan peradilan tentang perkara pidana
yang ia dengar sendiri, lihat sendiri, dan alami sendiri.
20
Sedangkan Testimonium de auditu adalah keterangan saksi yang mendengar orang lain
menceritakan atau mengatakan sesuatu tentang peristiwa pidana. Dengan kata lain saksi testimonium de auditu ini tidak melihat sendiri, tidak
mendengar sendiri, dan tidak mengalami sendiri tentang suatu peristiwa pidana.
21
Sedangkan dalam hukum acara pidana islam keterangan saksi testimonium de auditu disebut dengan saksi istifadlah yang berarti berita
yang mencapai derajat antara berita mutawatir dan berita orang perorangan, yaitu berita yang sudah menyebar dan menjadi pembicaraan.
22
Jadi yang dimaksud dengan saksi testimonium de auditu adalah seseorang yang
memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan, penuntutan dan
19
Leden Marpaung, Proses Penanganan Perkara Pidana Bagian Pertama...,153.
20
Eddy O.S. Hiariej, Teori dan Hukum Pembuktian..., 100.
21
Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia..., 264.
22
Anshoruddin, Hukum Pembuktian Menurut Hukum Acara Islam dan Hukum Positif...,80.