16
Di dalam hukum acara perdata, kepastian akan kebenaran peristiwa yang diajukan di persidangan itu sangat tergantung kepada pembuktian yang dilakukan oleh para pihak
yang bersangkutan. Setelah pemeriksaan suatu perkara di persidangan dianggap selesai dan para pihak tidak mengajukan bukti-bukti lain, maka hakim akan memberikan
putusannya.
6
2.2. Metode Pembuktian dalam Hukum Acara Perdata
Menurut hukum positif di Indonesia, hukum acara perdata dinyatakan secara resmi berlaku adalah
Het Herziene Indonesisch Reglement
HIR untuk Jawa dan Madura, sedangkan untuk luar Jawa dan Madura diberlakukan
Rechtsreglement Buitengewesten
Rbg.
7
Ketentuan di atas mengenal beberapa metode pembuktian antara lain yaitu: Para pihak tidak bebas mengajukan jenis atau alat bukti dalam proses
penyelesaian perkara. Undang-undang telah menentukan secara enumeratif apa saja yang sah dan bernilai sebagai alat bukti. Pembatasan kebebasan itu, berlaku juga kepada
hakim. Hakim tidak bebas dan tidak leluasa menerima apa saja yang diajukan para pihak sebagai alat bukti. Apabila pihak yang berperkara mengajukan alat bukti di luar yang
ditentukan secara enumeratif dalam undang-undang, hakim mesti menolak dan mengesampingkannya dalam penyelesaian perkara.
8
Namun belakangan berkembang lagi satu metode pembuktian yang tidak lagi ditentukan jenis atau bentuk alat bukti secara enumeratif. Metode pembuktian tersebut
6
M. Yahya Harahap, S.H., Hukum Acara Perdata tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian dan Putusan Pengadilan,
Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hlm. 505.
7
Dr. Sudikno Mertokusumo, S.H., Op. Cit., hlm. 6.
8
M. Yahya Harahap, S.H., Op. Cit., hlm. 555.
17
mendasarkan kepada pendapat bahwa kebenaran tidak hanya diperoleh dari alat bukti tertentu, tetapi dari alat bukti mana saja pun harus diterima sebagai suatu kebenaran
sepanjang hal itu tidak bertentangan dengan ketertiban umum. Artinya alat bukti yang sah dan dibenarkan sebagai alat bukti, tidak disebut satu persatu. Ditinggalkannya sistem
yang menyebut satu per satu alat bukti berdasar alasan, bahwa metode pembuktian yang mengikuti alat bukti yang enumeratif oleh UU dianggap tidak komplet. Metode itu tidak
menyebut dan memasukkan alat bukti modern yang dihasilkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Misalnya, alat bukti elektronik
electronic evidence,
meliputi data elektronik
electronic data,
berkas elektronik
electronic file,
maupun segala bentuk sistem komputer yang dapat dibaca
system computer readable form.
9
2.3. Beban Pembuktian dalam Hukum Acara Perdata