14
Tujuan dari pendeskripsian tinjauan pustaka ini adalah untuk menjawab rumusan permasalahan dalam skripsi ini.
1
2.1. Pembuktian dalam Hukum Acara Perdata
Membuktikan mengandung beberapa pengertian, yaitu membuktikan dalam arti logis atau ilmiah, membuktikan dalam arti konvensional dan membuktikan dalam hukum
acara mempunyai arti yuridis tidak lain memberi dasar-dasar yang cukup kepada hakim yang memeriksa perkara yang bersangkutan guna memberi kepastian tentang kebenaran
peristiwa yang diajukan.
2
Pembuktian dalam lingkup keperdataan tercantum dalam Buku Keempat tentang Pembuktian dan Daluwarsa dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata KUHPerdata
Indonesia. Buku keempat itu memuat segala aturan-aturan pokok pembuktian dalam hukum perdata. Pasal 1865 misalnya mengemukakan suatu asas bahwa
“Setiap orang yang mengaku mempunyai suatu hak, atau
menunjuk suatu peristiwa untuk meneguhkan haknya itu atau untuk membantah suatu hak orang lain, wajib membuktikan adanya hak
itu atau kejadian yang di
kemukakan itu.” Menurut Penulis, kaedah atau asas tersebut mengatur tentang beban pembuktian
atau
Onus
, yaitu barang siapa yang mendalilkan maka dialah yang wajib, menurut hukum untuk membuktikan akan kebenaran dalilnya tersebut.
1
Mengenai Rumusan Masalah dan Tujuan Penelitian Skripsi ini dapat dilihat dalam Sub Judul 1.3., dan 1.4., hlm. 11, supra.
2
Dr. Sudikno Mertokusumo, S.H., Hukum Acara Perdata Indonesia , Liberty, Yogyakarta, 1979, hlm. 93.
15
Sedangkan tugas pokok dari hakim adalah menerima, memeriksa dan mengadili serta menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya. Hakim menerima perkara,
jadi dalam hal ini sikapnya adalah pasif atau menunggu adanya perkara diajukan kepadanya dan tidak aktif mencari atau mengejar perkara.
3
Hakim dalam memeriksa setiap perkara harus sampai kepada putusannya, walaupun kebenaran peristiwa yang dicari itu belum tentu ditemukan. Dalam konteks
yang demikian, maka benar tidaknya sesuatu peristiwa yang disengketakan sangat bergantung kepada hasil pembuktian yang dilakukan para pihak di persidangan. Oleh
karena itu pembuktian di dalam hukum acara perdata sifatnya relatif namun menjadi hal yang sangat penting.
4
Pembuktian juga mengandung pengertian memberikan alat-alat bukti yang sah menurut hukum oleh pihak
the parties of contract
yang berperkara kepada hakim dalam persidangan dengan tujuan untuk memperkuat kebenaran fakta hukum yang menjadi
pokok sengketa. Hakim memeroleh keyakinan untuk dijadikan dasar putusannya yang diajukan oleh para pihak. Pembuktian diperlukan karena adanya bantahan atau sangkalan
dari pihak lawan mengenai apa yang digugatkan, atau untuk membenarkan suatu hak. Jadi hakim dalam proses perdata terutama harus menemukan dan menentukan
peristiwanya atau hubungan hukumnya dan kemudian memperlakukan atau menerapkan hukumnya terhadap peristiwa yang telah ditetapkannya itu.
5
3
Ibid , hlm. 74.
4
Bachtiar Effendie, S.H., Masdari Tasmin, S.H., dan A. Chodari, ADP, S.H., Surat Gugat dan Hukum Pembuktian dalam Perkara Perdata
, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1991, hlm. 50.
5
Dr. Sudikno Mertokusumo, S.H., Op. Cit., hlm. 95.
16
Di dalam hukum acara perdata, kepastian akan kebenaran peristiwa yang diajukan di persidangan itu sangat tergantung kepada pembuktian yang dilakukan oleh para pihak
yang bersangkutan. Setelah pemeriksaan suatu perkara di persidangan dianggap selesai dan para pihak tidak mengajukan bukti-bukti lain, maka hakim akan memberikan
putusannya.
6
2.2. Metode Pembuktian dalam Hukum Acara Perdata