Pembuktian dalam Hukum Acara Pidana

24

2.5. Pembuktian dalam Hukum Acara Pidana

Meskipun fokus penelitian dan penulisan karya tulis kesarjanaan ini hanya menyangkut alat bukti dalam perkara perdata, namun agar lebih mendalam Penulis merasa perlu dikemukakan disini mengenai suatu studi perbandingan comparative study dengan aspek pidana. Pembuktian dalam hukum acara pidana memegang peranan yang sangat penting, karena menentukan untuk menyatakan kesalahan seseorang sehingga dijatuhkan pidana oleh hakim. Pembuktian menurut hukum acara pidana diatur dalam Undang-Undang No. 8 tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana KUHAP. Pembuktian adalah perbuatan membuktikan. 35 Dikaji dari prespektif yuridis, pembuktian adalah ketentuan-ketentuan yang berisi penggarisan dan pedoman tentang cara-cara yang dibenarkan undang-undang membuktikan kesalahan yang didakwakaan kepada terdakwa. Pembuktian juga merupakan ketentuan yang mengatur alat-alat bukti yang dibenarkan undang-undang dan mengatur mengenai alat bukti yang boleh digunakan hakim guna membuktikan kesalahan terdakwa. Pengadilan tidak boleh sesuka hati dan semena-mena membuktikan kesalahan terdakwa. 36 Dalam hukum acara pidana pembuktian sudah dimulai pada tahap penyelidikan perkara pidana. Dalam tahap penyelidikan penyelidik mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan, sehingga menurut Penulis, di sini sudah ada tahapan pembuktian. Begitu pula 35 Lilik Mulyadi, S.H., M.H., Hukum Acara Pidana Normatif, Teoritis, Praktik dan Permasalahannya , PT. Alumni, Bandung, 2007, hlm. 159. 36 M. Yahya Harahap, SH., Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi dan Peninjauan Kembali, Sinar Grafika, Jakarta, 2005, hlm. 252. 25 halnya dengan penyidikan yakni tindakan penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti dan dengan bukti tersebut membuat terang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya. 37 Artinya pembuktian dalam hukum acara pidana berawal dari penyelidikan dan berakhir sampai adanya penjatuhan pidana oleh hakim, kecuali menurut pendapat Penulis, diskresi menyatakan bahwa penyidikan tidak diteruskan. Hal ini berarti bahwa pembuktian berhenti pada diskresi yang diambil pejabat yang berwenang. Pembuktian pada sidang pengadilan guna menemukan kebenaran materiil akan peristiwa yang terjadi dan memberi keyakinan kepada hakim tentang kejadian tersebut sehingga hakim dapat memberikan putusan seadil mungkin. 38 Kegiatan pembuktian merupakan interaksi antara pemeriksaan yang dilakukan oleh majelis hakim dalam menangani perkara tersebut dengan dibantu oleh seorang panitera pengganti, kemudian adanya jaksa penuntut umum yang melakukan penuntutan dan adanya terdakwa atau beserta penasihat hukum advokat yang sebelumnya melalui suatu proses penyelidikan dan penyidikan. 39 Dikaji dari prespektif hukum pidana, hukum pembuktian ada, lahir, tumbuh dan berkembang dalam rangka untuk menarik suatu konklusi bagi hakim di depan sidang pengadilan untuk menyatakan terdakwa terbukti ataukah tidak terbukti melakukan suatu tindak pidana yang didakwakan oleh penuntut umum dalam surat dakwaannya, dan akhirnya dituangkan hakim dalam rangka penjatuhan pidana kepada terdakwa. 40 37 Lilik Mulyadi, S.H., M.H., Op. Cit., hlm. 160. 38 Ibid, hlm. 160. 39 Ibid, hlm. 161. 40 Ibid, hlm. 164. 26

2.6. Metode Pembuktian dalam Hukum Acara Pidana