Rumusan Masalah Tujuan Studi Target yang Diharapkan Kajian Pustaka

Argumentasi ini didasarkan pada penafsiran terhadap Undang-Undang No. 30 tahun 2003 tentang sistem-pendidikan nasional, terutama pasal 57 dan pasal 58. Menurut Nursito, mantan kepala SMA N 3, saat ini menjadi instruktur nasional MPMBS, menyatakan bahwa UAN 2004 pil sehat hari esok. Penggunaan nilai P, Q, dan R pada masa Ebtanas memanjakan siswa, karena yang rajin dan yang tidak akhirnya semua lulus. UAN 2004 menurut Nursito, akan mendorong guru mengajar lebih baik dan siswa belajar lebih baik sehigg kualtias pendidikan diharapkan akan meningkat Kedaulatan Rakyat, 26 April 2004. Semua pakar dan pengamat pendidikan yang pro dan yang kontra terhadap UAN 2004 tentu sepakat bahwa kualitas pendidikan perlu ditingkatkan. Namun cara yang ditempuh menurut yang pro dan kontra tidak sama. Ada yang mengatakan kualitas guru dan fasilitas pendidikan diperbaiki dulu baru dilakukan UAN yang terstandar. Ada pula yang menyarankan agar ujian akhir cukup dilakukan sekolah, karena sekolah yang tahu tentang perkembangan siswa dan sekolah yang bertanggungjawab atas pencapaian belajar siswa. Bagi yang pro terhadap UAN berpendapat berdasarkan pengalaman, bahwa UAN dapat mendorong peningkatan kualitas pendidikan, karena adanya standar yang harus dicapai. Respons masyarakat yang beragam atas pelaksanaan UAN tahun 2004 mendorong perlunya penelitian tentang dampak ujian akhir. Dampak ujian akhir, UAN, bisa positif dan bisa negatif dilihat dari pencapaian tujuan UAN, yaitu peningkatan kualitas pendidikan. Untuk itu perlu dilakukan penelitian untuk menjaring dampak yang dirasakan sekolah, siswa, dan orang tua terhadap adanya ujian akhir UAN.

B. Rumusan Masalah

Permasalahan utama yang harus segera dijawab berkait dengan kebijakan pemerintah dalam sistem ujian akhir nasional adalah dampak ujian akhir. Masalah yang diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apa dampak ujian akhir terhadap pebelajaran di sekolah? 2. Apa dampak ujian akhir terhadap motivasi mengajar guru di skeolah? 3. Apa dampak ujian akhir terhadap motivasi belajar siswa? 4. Apa dampak ujian akhir terhadap orang tua siswa dalam mndorong siswanya belajar? Ringkasan Laporan Penelitian Dampak Ujian Akhir 3 5. Bagaimanakah bentuk ujian akhir yang diinginkan oleh sekolah, guru, siswa, dan orang tua?

C. Tujuan Studi

Studi ini bertujuan untuk: 1. Mengkaji dampak, yang berupa kekuatan dan kelemahan berkaitan dengan efektivitas dan efiseinsi pelaksanaan ujian akhir, ujian akhir nasional SLTPMTs dan SMAMASMK. 2. Mengkaji dampak, apakah ujian ahir siswa lebih rajin belajar dan guru lebih giat mengajar, serta kepala sekolah lebih bertanggungjawab terhadap mutu sekolah. 3. Mengkaji dampak ujian akhir, baik ujian akhir sekolah maupun ujian akhir nasional terhadap upaya peningkatan mutu pendidikan secara berkelanjutan di tanah air.

D. Target yang Diharapkan

Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan: 1. Seperangkat instrumen studi yang telah divalidasi 2. Seprangkat laporan studi 3. Seperangkat rumusan kebijakan dalam rangka perbaikan dan penyempurnaan sistem pelaksanaan ujian akhir nasional.

E. Kajian Pustaka

Kualitas pendidikan merupakan salah satu indikator tingkat kesejahteraan masyarakat pada suatu negara. Melalui pendidikan akan dihasilkan sumber daya manusia yang andal, yaitu yang mampu mengelola sumber daya alam secara efektif dana efisien. Bahkan mereka memiliki kemampuan mengembangkan lapangan kerja baku, terutama dalam bentuk layanan. Dengan demikian produktivas negara yang memiliki sumber daya manusia yang berkualitas akan cukup tinggi. Oleh karena itu semua negara berusaha meningkatkan kualitas pendidikan. Walau berbagai upaya telah dilakukan, namun kualitas pendidikan masih tergolong rendah, masi . Hasil survey yang dilakukan terhadap kemampuan membaca anak-anak usia SD, siswa SD Indonesia tergolong rendah, yaitu pada Ringkasan Laporan Penelitian Dampak Ujian Akhir 4 urutan 26 dari 27 negara Supriyadi, 2000. Demikian pula untuk tingkat SLTP yang diungkapan olah hasil studi TIMSS-R tahun 2000 juga tergolong rendah. Rata-rata kemampuan siswa SLTP dalam bidang matematika dan sains berturu-turut dalam urutan 33 dan 34 dari 39 negara peserta. Ebtanas yang digunakan sejak tahun 1983 hingga tahun 2000 bertujuan untuk sertifikasi, seleksi, dan pemantauan dan pengendalian kualitas pendidikan Jahja Umar, 1998. Namun tujuan untuk pengendalian mutu pendidikan dalam arti peningkatan kualtias pendididkan belum mencapai seperti yang diharapkan. Penelitian yang dilakukan Mardapi, dkk 1999 menunjukkan bhwa Nilai Ebtanas Murni yang dicapai siswa SLTP dan SMA adalah dalam interval 4,00 sampai 6,00, kecuali mata pelajarn PPKN dan Bahasa Indonesia. Inipun kareana ada persyaratan lulus untuk kedua mata pelajarana tersebut adalah minimum 6,0. Hal ini menunjukkan bahwa manfaat diselenggarakannya Ebtanas masih kecil. Penelitian yang dilakukan Djemari Mardapi dkk 2001 tentang sistem ujian akhir dalam otonomi daerah menyimpulkan bahwa sebanyak 70 responden yang tersebar di 20 propinsi menyatakan masih memerlukan ujian akhir nasional, sekitar 24 menginginkan ujian akhir daerah, dan sisanya tidak menginginkan adanya ujian akhir. Hasil studi ini merekomendasikan berbagai bentuk ujian akhir serta pembagian tugas pusat, pemerintah provinsi, pemerintah daerahkota. Penggunaan UAN sejak tahun 2000 hingga saat ini juga tidak lepas dari berbagai kritik, terutama dalam menentukan batas kelulusan serta dana yang digunakan. Batas kelulusan sebesar 4,01 dianggap terlalu tinggi oleh sebagian warga. Mereka menginginkan batas kelulusan bahkan penentuan kelulusan ditentukan oleh sekolah masing-masing. Hal ini menurut pengusul sesuai dengan UU. No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB XVI, pasal 58 ayat 1 yang menyatakan bahwa Evaluasi hasil belajar dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. tentang Evaluasi. Dan pada ayat 2 menjelaskan bahwa Evaluasi peserta didik, satuan pendidikan, dan program pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri secara berkala, menyeluruh, transparan, dan sistemik untuk menilai pencapaian standar nasional pendidikan. Dua pasal ini yang menjadi pegangan para pengamat dan praktisi untuk mengatakan bahwa guru sebagai pendidik yang berwenang melakukan evaluasi dan menentukan kelulusan siswa. Ringkasan Laporan Penelitian Dampak Ujian Akhir 5 Sesuai dengan jiwa otonomi dalam bidang pendidikan seperti pada Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 2000 tentang kewenangan Pemerintah dan kewenangan Provinsi sebagai daerah otonom, Bab II pasal 2 bidang Pendidikan dan Kebudayaan, menyatakan bahwa pemerintah memiliki wewenang dalam menentukan standar kompetensi siswa dan warga belajar serta pengaturan kurikulum nasional dan penilaian hasil belajar secara nasional serta pedoman pelaksanaannya, dan penetapan standar materi pelajaran pokok. Menurut peraturan ini, pemerintah daerah, yaitu provinsi, kotakabupaten memiliki wewenang mengembangkan silabus, sistem penilaiannya berdasarkan standar kompetensi yang ditetapkan pemerintah. Tiap program studi bebas dalam menentukan strategi pembelajaran dan pengalaman belajar mahasiswa. Namun sekolah akan ditagih atas tingkat pencapaian standar kompetensi siswanya. Tagihan dilakukan melalui suatu sistem evaluasi. Sistem evaluasi yang berupa tagihan dari pihak eksternal sekolah menjadi tugas dari pemerintah. Oleh karena itu menurut ketentuan ini, pemerintah memiliki wewenang dalam menentukan sistem penilaian secara nasional. Hanya perlu dicari bentuk sistem penilaian ini yang paling efektif dan efisien sesuai dengan tujuan penilaian secara nasional. Penelitian Toto Kuwato dan Djemari Mardapi 1999 yang diselenggarakan di Propinsi DIY, Sumatera barat, dan Kalimantan barat menunjukkan hasil bahwa sistem ujian yang ada selama ini belum seperti yang diharapkan. Masih banyak guru yang belum secara kotinu membuat kisi dan menganalisis hasil ulangan, dan melakukan tindaklanjut. Program perbaikan belum dilaksanakan secara terencana. Penelitian Djemari Mardapi dkk. 1999 terhadap kegiatan guru dalam melakukan penilaian di kelas untuk seluruh mata pelajaran yang diujikan dalam Ebtanas di SD dan SLTP serta di SMU, hasilnya sebagai berikut: 1 Perencanaan guru dalam kegiatan penilaian cukup memadai, tetapi dalam hal penyusunan kisi- kisi masih tergolong rendah, 2 Hanya sebagian kecil guru yang melaksanakan ujian keterampilan di laboratorium, 3 Program perbaikan umumnya hanya ditujukan untuk memperbaiki nilai dengan menyelenggarakan ulangan perbaikan, bukan dilakukan dalam bentuk program pembelajaran yang terencana. Penelitian Wuryadi dan Bambang Subali 2000 yang menggunakan guru Biologi SLTP dan SMU juga siswa dan orang tua SLTP dan SMU sebagai responden menunjukkan bahwa: Pemahaman guru terhadap prosedur penilaian cukup baik Ringkasan Laporan Penelitian Dampak Ujian Akhir 6 dan merata, namun penilaian proses belum baik, dan penilaian kegiatan prakek kurang dilakukan karena tdiak tekait dengan Ebtanas. . Penelitian yang dilaksanakan oleh FMIPA UNY dalam rangka program kerjasama dengan JICA Sukirman, 2000 dengan menggunakan SD, SLTP dan SMU di Kodya Yogyakarta dan Kabupaten Sleman menunjukkan bahwa pada dasarnya pemahaman guru MIPA dalam hal penyelenggaraan evaluasi sudah cukup memadai, namun belum sepenuhnya diimplementasikan di lapangan, bahkan untuk aspek tertentu guru hampir tidak melaksanakannya, termasuk penilaian terhadap kemampuan proses sainsketerampilan psikomotor . Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 1532003 tanggal 14 Oktober 2003 menjelaskan bahwa tujuan penyelenggaraan UAN adalah: 1 untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik, 2 mengukur mutu pendidikan di tingkat nasional, provinsi, kabupatenkota, dan sekolahmadrasah, 3 mempertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan secara nasional, provinsi, kabupaten.kota, sekolahmadrasah, kepada masyarakat. Selanjutnya fungsi Ebtanas adalah: 1 alat pengendali mutu pendidikan secara nasional, 2 pendorong peningkatan mutu pendidikan, 3 bahan dlam memnetukan kelulusan peserta didik, 4 bahan pertimbangan dalam seleksi penerimaan peserta didik pad ajenjang yang lebih tinggi. Kritik terhadap penyelenggaraan ujian yang sifatnya nasional salah satunya dikemukakan oleh Nitko 1996 yaitu bahwa: 1. hasil-hasil tes tampak tidak peka, baik terhadap perbaikan masukan in-put pendidikan, maupun terhadap persepsi guru dan orang tua perihal prestasi peserta didik; 2. Kesesuaian antara tujuan belajar yang dinyatakan dalam kurikulum resmi dan pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam setiap tahun dalam ujian seringkali tidak jelas bagi guru. Akibatnya para guru mengabaikan kurikulum resmi dan menggunakan soal-soal ujian yang telah lalu sebagai bahan ajar; Penelitian Djemari Mardapi dkk. 1999 yang khusus mengenai Ebtanas menyimpukan bahwa: 1. Hasil Ebtanas belum ditindaklanjuti karena kurang adannya dorongan, dan belum ada pedoman untuk melakukannya. Ringkasan Laporan Penelitian Dampak Ujian Akhir 7 2. Ebtanas belum mampu mempercepat peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan dasar dan menengah. Ebtanas baru mampu menciptakan baku mutu pendidikan untuk SLTP dengan menggunakan soal yang sudah dikalibrasi, namun belum untuk SD dan SMU. 3. Sebagian pakar menyatakan bahwa Ebtanas memiliki manfaat seperti: a meningkatkan standar mutu pendidikan, b mendorong siswa meningkatkan KBM, dan c meningkatkan perhatian orang tua terhadap aktifitas belajar anak; namun ada sebagian yang lain menyatakan bahwa tidak ada manfaatnya diselenggarakan Ebtanas, dan guru belum mampu memanfaatkan informasi hasil Ebtanas dengan baik. Hasil penelitian Djemari dkk 2001 tentang sistem ujian akhir menyimpulkan bahwa hampir semua responden tetap menginginkan adanya sistem ujian nasional, namun dengan beberapa saran perbaikan. Realisasi UAN di akhir jenjang pendidikan diharapkan menjadi pendorong peningkatkan kualitas pendidikan. Namun bila hasil UAN tidak dianalisis dan tidak ditindak dilanjuti dalam peningkatan kualitas pembelajaran, maka UAN tidak akan mendorong peningkatan kualitas pendidikan.

F. Pertanyaan Penelitian