A. Latar Belakang
Pada era global semua negara berkompetisi untuk meningkatkan kualitas pendidikannya, karena melalui pendidikan kesejahteraan masyarakat dapat
ditingkatkan. Menurut Quisumbing 2003, kualitas pendidikan adalah proses yang dinamik, tidak statis dan bukan berupa produk akhir. Oleh karena itu peningkatan
kualitas harus dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan. Penilaian merupakan komponen yang penting dalam setiap sistem
pendidikan dalam meningkatkan kualitas pendidikan Penilaian hasil belajar merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran, bahkan
merupakan hal yang vital dalam sistem pendidikan dan pengajaran di lembaga pendidikan formal. Dengan adanya hasil penilaian akan dapat diketahui kemajuan
dan perkembangan pendidikan dari waktu ke waktu. Adanya penilaian yang berlaku secara menyeluruh yang bersifat nasional pada semua sekolah juga akan dapat
dibandingkan kemajuan pendidikan antar wilayah, antar sekolah, dan antar waktu. Dalam banyak hal, hasil penilaian sering dipandang sebagai tolok ukur
penentuan keberhasilan proses pembelajaran. Sejak tahun 1983 telah diterapkan evaluasi hasil belajar tahap akhir nasional atau disingkat Ebtanas. Banyak pendapat
yang pro dan kontra terhadap Ebtanas, baik dari cara penyelenggaraannya, aspek yang diuji, bentuk soal yang dipakai, sampai dengan pemanfaatan Ebtanas yang
sekaligus sebagai alat untuk seleksi masuk pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi yaitu untuk masuk ke SLTP dan SMU serta SMK.
Pada masa penggunaan Ebtanas, tingkat kelulusan siswa di semua jenjang pendidikan cenderung sangat tinggi. Standar nilai kelulusan sudah ditentukan,
namun penentuan nilai akhir merupakan gabungan nilai hasil Ebtanas dan nilai pada rapor dengan bobot yang ditentukan oleh sekolah. Kebebasan sekolah dalam
menentukan bobot nilai rapor dan bobot nilai Ebtanas mendorong sekolah meluluskan semua siswa. Kelemahan Ebtanas ini dicoba diatasi dengan
menggunakan sistem ujian akhir yang disebut dengan Ujian Akhir Nasional UAN sejak tahun 2000.
Pada ujian akhir nasional semua mata pelajaran yang ada di sekolah diujikan. Ada tiga mata pelajaran yang soalnya dikembangkan secara nasional, yaitu di pusat
penilaian, dan sisanya dikembangkan di sekolah atau daerah. Semua mata pelajaran baik yang dikembangkan di pusat maupun di sekolah atau daerah menjadi
Ringkasan Laporan Penelitian Dampak Ujian Akhir
1
bagian dari UAN. Kriteria kelulusan yang digunakan adalah peserta didik tidak boleh memiliki nilai 3,0 tiga ke bawah. Ada ujian praktek yang hasilnya digabung
dengan hasil ujian teori yaitu bahwa mata ujian Indonesia dan bahasa Inggeris. Siswa diperkenankan mengulang apabila nilai yang dicapai pada ujian pertama
belum memenuhi batas kelulusan. Hasilnya hampir semua lulus, hal ini bisa disebabkan siswa bertambah giat belajar atau ada pengangkatan nilai yang dicapai
siswa pada hasil UAN perbaikan agar lulus. Pada tahun 2004, batas nilai minimum untuk bisa lulus ditingkatkan menjadi
4,01. Kenaikan batas ini diharapkan meningkatkan kualitas pendidikan. Selain itu nilai praktek dipisahkan dengan nilai teori, sehingga tidak memungkinkan nilai
pelajaran yang ada prakteknya seperti sains dan bahasa Inggeris mengangkat nilai teori. Meningkatnyai batas nila lulus dari 3,01 menjadi 4,01 dan pemisahan nilai
teori dan praktek diharapkan dapat mendorong peningkatan kualitas pembelajaran. Keputusan ini sebenarnya merupakan tantangan bagi kepala sekolah, guru, siswa,
dan orang tua. Namun kenaikan nilai batas kelulusan dan pemisahan nilai teori dan praktek menimbulkan pro dan kontra terhadap pelaksanaan UAN.
Fakry Gaffar, pakar pendidikan dan rektor Universitas Pendidikan Indonesia, menyatakan bahwa UAN hanya upaya melanggengkan tradisi penghamburan
anggaran negara dan dana masyarakat. Darmaningtiyas juga tidak yakin bahwa UAN bisa mengendalikan dan meningkatkan mutu pendidikan Kompas, 14 April
2004. Pudentia, dosen UI, ketua ATL dan BMPS mengatakan bahwa perlu segera menggantikan sistem UAN dengan penilaian yang personal. Ia tidak menyetujui
adanya keseragaman dalam sistem evaluasi, karena keseragaman akan mematikan kreativitas guru Kompas 26 April 2004.
Samsir Alam, mantan pegawai Balitbang Dikbud, menyatakan bahwa penggunaan UAN untuk penentuan kelulusan bukan hanya merugikan siswa yang
kondisi belajar sangat terbatas, tetapi secara keilmuan juga sulit untuik dapat dipertanggungjawabkan karena sangat bertentangan dengan asas keadilan sebagai
akibat dari disperitas kualitas dan sarana pendidikan di Tanah Air yang begitu lebar. Kompas, 26 April 2004.
Menurut A Rumadi, guru SMA Stella Duce 1, Yogyakarta, UAN merampas hak guru Kompas, 26 April 2004. Selanjutnya dijelaskan bahwa gurulah yang
berwenang melakukan mengevaluasi, karena yang tahu tentang siswa adalah guru.
Ringkasan Laporan Penelitian Dampak Ujian Akhir
2
Argumentasi ini didasarkan pada penafsiran terhadap Undang-Undang No. 30 tahun 2003 tentang sistem-pendidikan nasional, terutama pasal 57 dan pasal 58.
Menurut Nursito, mantan kepala SMA N 3, saat ini menjadi instruktur nasional MPMBS, menyatakan bahwa UAN 2004 pil sehat hari esok. Penggunaan nilai P, Q,
dan R pada masa Ebtanas memanjakan siswa, karena yang rajin dan yang tidak akhirnya semua lulus. UAN 2004 menurut Nursito, akan mendorong guru mengajar
lebih baik dan siswa belajar lebih baik sehigg kualtias pendidikan diharapkan akan meningkat Kedaulatan Rakyat, 26 April 2004.
Semua pakar dan pengamat pendidikan yang pro dan yang kontra terhadap UAN 2004 tentu sepakat bahwa kualitas pendidikan perlu ditingkatkan. Namun
cara yang ditempuh menurut yang pro dan kontra tidak sama. Ada yang mengatakan kualitas guru dan fasilitas pendidikan diperbaiki dulu baru dilakukan
UAN yang terstandar. Ada pula yang menyarankan agar ujian akhir cukup dilakukan sekolah, karena sekolah yang tahu tentang perkembangan siswa dan sekolah yang
bertanggungjawab atas pencapaian belajar siswa. Bagi yang pro terhadap UAN berpendapat berdasarkan pengalaman, bahwa UAN dapat mendorong peningkatan
kualitas pendidikan, karena adanya standar yang harus dicapai. Respons masyarakat yang beragam atas pelaksanaan UAN tahun 2004
mendorong perlunya penelitian tentang dampak ujian akhir. Dampak ujian akhir, UAN, bisa positif dan bisa negatif dilihat dari pencapaian tujuan UAN, yaitu
peningkatan kualitas pendidikan. Untuk itu perlu dilakukan penelitian untuk menjaring dampak yang dirasakan sekolah, siswa, dan orang tua terhadap adanya
ujian akhir UAN.
B. Rumusan Masalah