memerlukan perhatian. Besar kemungkinan, semakin rendah kualifikasi pendidikan suatu propinsi semakin pasrah guru terhadap kelulusan siswa-siswanya.
Dampak negatif akibat kenaikan standar kelulusan juga dijelaskan oleh
kepala sekolah. Menurut 89 kepala sekolah yang menjadi responden ternyata siswa menjadi cemas dengan adanya kenaikan standar kelulusan, sebesar 88
kepala sekolah yang menjadi responden mengatakan bahwa orang tua siswa juga menjadi cemas lantaran standar kelulusan dinaikkan, dan sebesar 54 kepala
sekolah juga merasa cemas akibat standar kelulusan itu dinaikkan.
Apabila diperhatikan klasifikasi tingkat pendidikan propinsi maka dapat dikatakan bahwa semakin rendah kualifikasi pendidikan suatu propinsi, semakin
banyak siswa dan orang tua siswa yang cemas. Sementara itu, tidak ada perbedaan jumlah kepala sekolah yang cemas secara signifikan antara kepala sekolah dari
propinsi yang klasifikasi pendidikannya tinggi, sedang, dan biasa. Namun yang jelas, melalui wawancara dapat diketahui bahwa kepala sekolah juga merasa cemas
terhadap kenaikan standar kelulusan ini.
Uraian di atas menggambarkan bahwa dampak negatif UAN itu sangat kecil, namun dampak negatif akibat kenaikan standar kelulusan lah yang perlu mendapat
perhatian. Ada kemungkinan hal ini dikarenakan waktu sosialisasi kenaikan standar yang sangat pendek, yakni hanya sekitar 1 semester sebelum UAN dilaksanakan.
Ini berarti bahwa kenaikan standar kelulusan perlu disosialisasikan terlebih dulu. Kenaikan standar kelulusan perlu disosialisasikan ke siswa, guru, kasek, dan orang
tua agar mereka dapat menyesuaikan diri sehingga kecemasan yang muncul menjadi relatif kecil. Apabila kenaikan standar kelulusan itu disosialisasikan terlebih
dahulu maka tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
3. Lain-lain
Selain dampak positif dan dampak negatif UAN, ada beberapa data lainnya yang menarik untuk dicermati, misalnya tentang adanya ujian ulangan, tanggapan
siswa seandainya mereka tidak lulus, mata pelajaran yang dianggap paling sulit oleh siswa, dan penerimaan panduan materi.
a. Reaksi terhadap UAN ulangan
Terbitnya Kepmendiknas Nomor 057U2004 tentang ujian akhir nasional ulangan mendapat tatanggapan dari berbagai fihak. Hampir semua siswa 92
baik siswa SMP, SMA maupun SMK menyatakan bahwa mereka tetap semangat,
Ringkasan Laporan Penelitian Dampak Ujian Akhir
13
tetap belajar keras walaupun ada UAN ulangan. Melalui wawancara dapat diketahui bahwa sebenarnya mereka tidak senang adanya UAN ulangan karena
mengendorkan semangat belajar anak. Lain halnya dengan siswa, 61 guru menyatakan perlu ada ujian ulangan.
Menurut mereka dengan adanya ujian ulangan maka tingkat kecemasan siswa, guru, kepala sekolah, dan orang tua siswa menurun. Hal ini senada dengan
pendapat 59 kepala sekolah yang menyatakan bahwa ujian ulangan dapat menurunkan kecemasan guru, dan 70 kepala sekolah menyatakan ujian ulangan
dapat menurunkan kecemasan siswa. Hanya ada 33 kepala sekolah yang menyatakan ujian ulangan dapat menurunkan motivasi mengajar guru, dan 26
menyatakan ujian ulangan menyebabkan motivasi belajar siswa menurun. Di sisi lain, 86 kepala sekolah mengatakan tetap berusaha keras agar siswa-siswanya
lulus dalam UAN pertama walaupun ada ujian ulangan. Dilihat dari kualifikasi pendidikan propinsi, tidak ada perbedaan jumlah yang
signifikan antara jumlah kepala sekolah dari propinsi tinggi, menengah, dan biasa dalam berupaya meningkatkan jumlah lulusan siswa-siswinya di ujian pertama.
Namun ujian ulangan dapat menyebabkan adanya perbedaan penampilan mengajar guru dan motivasi belajar siswa antara guru dan siswa dari propinsi tinggi,
menengah dan biasa. Ada kecenderungan semakin rendah kualifikasi pendidikan propinsi semakin banyak kepala sekolah yang mengatakan motivasi mengajar guru
dan motivasi belajar siswa menurun. Sebaliknya, semakin rendah kualifikasi pendidikan propinsi semakin sedikit kepala sekolah yang mengatakan kecemasan
guru dan siswa menurun dengan adanya ujian ulangan. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa menurut sebagian besar kepala
sekolah ujian ulangan ini baik karena usaha kepala sekolah untuk meningkatkan jumlah lulusan tetap tinggi, dapat mengurangi kecemasan guru dan siswa, namun
tidak menurunkan motivasi mengajar guru dan motivasi belajar siswa. Hal ini agak berlainan dengan pendapat dari pejabat di tingkat propinsi dan kabupatenkota.
Sebagian besar kepala dinas Pendidikan propinsi, Kanwil Depag propinsi, dan kepala Dinas Pendidikan KabupatenKota sebaiknya di tahun-tahun mendatang tidak ada
ujian ulangan. Menurut mereka, ujian ulangan dapat menurunkan motivasi mengajar guru dan motivasi belajar siswa.
Dalam proses pembelajaran di sekolah, fokus kegiatan itu terletak pada siswa. Sementara itu, sebagian besar siswa berpendapat bahwa ujian ulangan itu
Ringkasan Laporan Penelitian Dampak Ujian Akhir
14
tidak perlu. Mereka juga mengatakan walaupun ada ujian ulangan namun sebagian besar mereka ingin lulus pada ujian pertama. Hal ini juga didukung oleh sebagian
besar pejabat dinas pendidikan yang menyatakan di masa datang ujian ulangan tidak diperlukan lagi.
b. Reaksi terhadap kebijakan lulus dan tidak lulus