Kostum Body Language Angle Camera Setting

b. Kostum

Srintil menggunakan pakaian tipis yang berwarna biru muda saat menutupi bagian dadanya dan menggunakan bawahan jarik yang bermotifkan batik berwarna cokelat.

c. Body Language

Di dalam adegan Srintil yang seorang penari ronggeng yang ingin melakukan ritual “buka klambu” memperlihatkan bahasa tubuhnya yang sedang tiduran serta ada perasaan gelisah bahkan terlihat ingin menangis, yang menjelaskan bahwa Srintil melakukan adegan tersebut tanpa adanya rasa kesenangan dari dirinya sendiri melainkan karena adanya unsur terpaksa karena dia ingin menjadi penari ronggeng.

d. Angle Camera

Angle camera dilakukan dengan cara pengambilan gambar secara objek dari kepala hingga lutut. Sedangkan pada gambar kedua teknik pengambilan yang tidak diarahkan langsung ke objeknya tetapi dari cerminair yang dapat memantulkan bayangan objek.

e. Setting

Srintil sedang berada diatas tempat tidur besi dan menggunakan bantal sebagai tumpuan untuk meletakan kepalanya. Selain itu tempat tidur yang dipakai Srintil menggunakan klambu, klambu dapat di artikan penutup disekitar tempat tidur. 5.2.2. Level Konotasi Dalam makna konotatif perempuan tari ronggeng adalah perempuan yang bersedia kehormatan,keperawanan nya di jual dan bahkan bisa disebut sebagai perempuan pelacur. Karena melakukan hubungan intim tanpa ada keinginan dari pihak perempuan melainkan karena materiuang jika ingin melakukan hubungan intim tersebut. Expresi bahasa tubuh sedih Srintil juga terlihat mempunyai makna kontasi yaitu kesakitan karena keperawanan nya diberikan dengan orang yang tidak Srintil sukai. Kostum yang digunakan srintil adalah pakaian setengah telanjang, dan setting ini dilakukan di kamar dukun ronggeng sedang melakukan hubungan intim melebihi satu orang laki-laki, dan dilakukan secara bergiliran sesuai dengan nomor urutan masuk kamar yang dibuat oleh istri dari dukun ronggeng. Posisi pengambilan gambar yang terjadi pada gambar pertama dilakukan secara Medium Long Shot MLS karena ingin melihatkan bahwa Srintil sebagai objek yang ingin melakukan hubungan sexsual dan dimaknai dalam adegan ritual “buka klambu” di tempat tidur. Sedangkan pada gambar kedua terlihat kameraman menggunakan teknik pengambilan yang tidak diarahkan langsung ke objeknya tetapi dari cerminair yang dapat memantulkan bayangan objek dapat dimaknai teknik Reflection Shot dimana pengambilan gambar ini dilakukan agar expresi wajah Srintil menunjukan adanya kesedihan setelah tubuh Srintil di jual dengan seorang pengusaha. 5.2.3. Mitos Perempuan yang menjadi penari ronggeng adalah perempuan yang sama hal nya, perempuan yang bekerja menjadi seorang pelacur atau dengan sebutan perempuan pekerja sex komersial. Namun perbedaannya jika perempuan tari ronggeng melakukan adegan buka klambu sebagai suatu adatpersyaratan jika sudah siap menjadi penari ronggeng dan tanpa didasari keinginan untuk menjual dirinya sendiri, dan selain itu konon yang ada di film Sang Penari juga menceritakan bahwa melakukan hubungan intim dengan penari ronggeng maka kesuburan pada seorang laki-laki untuk memperoleh keturunan akan terjadi jika laki-laki tersebut belum mempunyai keturunan dengan istrinya. Selain itu perempuan yang bekerja sebagai penari ronggeng akan mempunyai banyak harta, hidup mewah dan dihargai di lingkungan dia bertempat tinggal. 5.3. Perempuan sebagai Ibu Rumah Tangga Gambar 5.11 Perempuan sedang tempe “bongkrek” Gambar 5.12 Perempuan sedang menyiapkan sarapan Gambar 5.13 Perempuan yang menatap seorang anak kecil Gambar 5.14 Menggendong Anak Kecil Sekelompok perempuan yang mejadi ibu rumah tangga dan sedang melakukan kewajibannya untuk menyiapkan hidangan dan membuat hidangan untuk sarapan keluarganya. Kewajiban perempuan dalam mengurusi keluarga, mulai dari merawat anak, menyiapkan menu makanan yang bergizi, hingga mendidik anak bukanlah perkara mudah. Tidak bisa pungkiri, mengurusi keluarga, mulai dari merawat anak, menyiapkan menu makanan yang bergizi, hingga mendidik anak bukanlah perkara mudah. Belum lagi tanggung jawab yang mesti diemban para ibu yang bakal mewarnai seperti apa keluarga yang akan dibentuk. Menurut pengalaman dari penulis, ketika melihat betapa beratnya tugas dan tanggung jawab dari seorang perempuan yang ingin menjadi ibu rumah tangga, dimana saat menjalankan tugas-tugas mereka sebagai ibu rumah tangga bisa di bilang unik karena di sela-sela kegiatannya mengurusi rumah tangga, perempuan juga mempunyai pekerjaan yang lain yaitu menyempatkan diri untuk bekerja diluar lingkungan keluarga semisal menjadi sebagai wanita yang ingin berkarier. Keinginan untuk menjalin hubungan serius dalam suatu pasangan merupakan hal wajar yang dimiliki oleh setiap perempuan maupun laki-laki. Namun banyak hal yang mempengaruhi dan mencoba untuk menyatukan prinsip sehingga bisa menjadi dalam suatu ikatan pernikahan. Menurut pengalaman dari sudut pandang laki-laki secara umunya, bahwa seorang laki-laki mempunyai sifat egois yang tinggi dimana agar perempuan yang sudah menikah dengannya tidak diperbolehkan untuk bekerja. Penghasilannya dalam bekerja sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan anak dan istrinya. Apabila penulis berada diposisi tersebut tentu penulis mempunyai pemikiran tersendiri bahwa seorang perempuan juga layak mempunyai karir dan bekerja, namun tidak lupa juga menjalankan kewajiban nya untuk mengasuh anak- anak karena tidak bisa dipungkiri bahwa seorang anak lebih menyukai kasih sayang dari seorang ibunya. Keinginan perempuan untuk memperoleh seorang anak dari seorang laki-laki yang dicintai nya. Namun latar belakang pengalaman kebudayaan yang membuat perempuan yang bekerja sebagai penari ronggeng tidak diwajibkan untuk menikah bahkan tidak diperbolehkan untuk melahirkan seorang anak. Jika penulis berada di dalam peristiwa tersebut sungguh sangat mengerikan karena kodrat secara umumnya seorang perempuan adalah menikah dan mempunyai seorang anak. 5.3.1. Level Denotasi

a. Dialog: Srintil:

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisa Tindakan Diskriminasi Kulit Putih Terhadap Kulit Hitam dalam Kajian Film The Help(Semiotika Roland Barthes) T1 362010004 BAB I

0 0 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisa Tindakan Diskriminasi Kulit Putih Terhadap Kulit Hitam dalam Kajian Film The Help(Semiotika Roland Barthes) T1 362010004 BAB II

0 6 29

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisa Tindakan Diskriminasi Kulit Putih Terhadap Kulit Hitam dalam Kajian Film The Help(Semiotika Roland Barthes) T1 362010004 BAB IV

0 0 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisa Tindakan Diskriminasi Kulit Putih Terhadap Kulit Hitam dalam Kajian Film The Help(Semiotika Roland Barthes) T1 362010004 BAB V

0 4 35

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisa Tindakan Diskriminasi Kulit Putih Terhadap Kulit Hitam dalam Kajian Film The Help(Semiotika Roland Barthes) T1 362010004 BAB VI

1 1 5

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Representasi Perempuan dalam Film Sang Penari (Kajian Semiotika Roland Barthes)

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Representasi Perempuan dalam Film Sang Penari (Kajian Semiotika Roland Barthes) T1 362008082 BAB I

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Representasi Perempuan dalam Film Sang Penari (Kajian Semiotika Roland Barthes) T1 362008082 BAB II

0 0 31

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Representasi Perempuan dalam Film Sang Penari (Kajian Semiotika Roland Barthes) T1 362008082 BAB IV

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Representasi Perempuan dalam Film Sang Penari (Kajian Semiotika Roland Barthes) T1 362008082 BAB VI

0 0 3