fisik sertipikat tersebut asli sejak awalnya, namun isinya atau data-datanya yang didalamnya tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya atau rekayasa. Dari
adanya jual beli yang dilakukan dihadapan Camat selaku PPAT yang dokumen- dokumennya juga direkayasa atau keterangan palsu dari penjual atau penghadap,
sehingga akta tersebut dapat dinyatakan dibatalkan oleh pengadilan atau dinyatakan palsu berdasarkan isinya. Jika ternyata terbukti dibuat atas dasar keterangan atau
dokumen palsu dari para pihak penghadap NotarisPPAT tersebut.
E. Kepastian Hukum Pendaftaran Tanah.
Untuk mendapatkan kepastian hukum diperlukan perangkat hukum tertulis, lengkap, jelas dilaksanakan secara konsisten, hal tersebut dapat tercapai melalui
pendaftaran tanah. Peraturan pendaftran tanah berlaku sejak dikeluarkannya Undang- Undang Pokok Agraria dan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997. Dalam
kenyataannya pendaftaran tanah yang diselenggarakan berdasarkan Peraturan Pemerintah belum memberikan hasil yang memuaskan, dan pendaftran tanah
diseluruh indonesia yang sampai saat ini masih ada sekitar 40 juta bidang tanah yang belum terdaftar dan merupakan kendala dalam pelaksanaan pendaftaran tanah
disamping kekurangan anggaran, alat dan tenaga serta keadaan obyek tanah- tanahnya sendiri
.41 ________________________________
41 Pidato Sambutan Bapak Hendarman Supanji, Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia, tanggal 23 Agustus 2013.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Zaidar, hal yang merupakan kendala dalam pelaksanaan pendaftaran tanah disamping kekurangan anggaran, alat, tenaga. Selain
sejumlah besar dan tersebar diwilayah yang luas, sebagian besar penguasaannya tidak didukung oleh alat-alat pembuktian yang mudah
diperoleh dan dapat dipercaya kebenarannya. Selain itu ketentuan hukum untuk dasar pelaksanaannya dirasakan belum cukup memberikan
kemungkinan untuk terlaksananya pendaftran dalam waktu singkat dengan hasil yang lebih memuaskan.
42
Dalam Pasal 19 UUPA juga mengatakan sertifikat itu adalah sebagai alat pembuktian yang kuat, sehingga setiap orang dapat mempermasalahkan tentang
kebenaran sertifikat tanahnya dan jika dia dapat membuktikan ketidakbenaran dari hak atas tanah tersebut maka dapat dibatalkan oleh pengadilan dan kepala BPN dapat
memerintahkan hal itu. Namun PP No 24 tahun 1997 pada pasal 24 juga harus di perhatikan bahwa telah menguasai dengan itikad baik sesuatu bidang tanah selama
20 tahun atau lebih secara berturut-turut dapat dilakukan pendaftaran tanah yang dikuasainya tersebut.
43
Terhadap penerbitan sertipikat Hak Milik Nomor 1.022 Hutatoruan VII, tanggal 20 Agustus 2013, yang dikeluarkan oleh Badan Pertanahan di Kabupaten
Tapanuli Utara, maka dapat dikatakan dari hasil penelitian belum terwujudnya kepastiaan hukum di daerah tersebut yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti
44
1. Faktor Sejarah Kepemilikan Tanah. Ketika mengkaji riwayat penerbitan sertipikat Hak Milik Nomor 1.022
________________________
42 Zaidar, Dasar Filosofi Hukum Agraria Indonesia, Medan, Pustaka Bangsa Press, 2006 , hal, 162. 43 A.P. Perlindungan, Pendaftaran Tanah di Indonesia Berdasarkan PP No.24 Tahun 1997, cetakan I,
Bandung, Mandar Maju, 1994, Ibid. hal.14. 44 Muhammad Yamin Lubis dan Abd Rahim Lubis, Hukum Pendaftaran Tanah, Opcit. hal. 178-181.
Universitas Sumatera Utara
yang ditulis asal hak atas tanah didasarkan pada konversi pengakuan hak atas tanah Milik Adat. Berarti pihak petugas kantor Pertanahan tidak memeriksa status
data tanah serta bukti-bukti yang dibawa pemohon dengan teliti saat si pemohon meminta pembuatan sertipikat. Maka dapat dikatakan prosedur pendaftaran tanah
tidak dilaksanakan secara mekanisne. Pendaftaran tanah pertama kali meliputi 3 tiga bidang, dalam Pasal 1 ayat 2 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997,
yaitu pertama mendaftaran bidang fisik, kedua pendaftaran bidang yurisis dan ketiga pendaftaran penerbitan dokumen tanda bukti hak. Kurangnya perhatian dan
kesadaran pemilik tanah dalam hal pendaftaran tanah, masih sering diabaikan dan dianggap tidak menjadi penting sehingga saat ini. Pendaftaran tanah itu tidak
dianggap sebagai kewajiban yang dapat memberikan manfaat bagi hak atas tanah. Apalagi kepemilikannya semula adalah kepemilikan yang bersifat kolektif maka
bukti hak tidak menjadi sangat perlu. Sehingga pada ketika itu masyarakat tidak mau mendaftarkan tanah. Dan bukti tanah selalu diabaikan sehingga
kepentingan untuk kepastian hukum tidak terwujud dengan baik. Kenyataan ini benar-benar sangat mempengaruhi kurangnya perhatian
dan kesadaran dari pemilik tanah untuk mewujudkan kepastian akan miliknya, sehingga akan terjadi sekarang ini tanah-tanah di Indonesia lebih banyak tidak
memiliki kepastian hukum karena lebih banyak belum terdaftar jadinya. Sekalipun memang pendaftaran tanah merupakan barang yang melekat di Indonesia, tetapi
karena telah terjadi proses individualisasi yang terus menerus atas hak bersama,
Universitas Sumatera Utara
maka sudah seharusnya pendaftaran tanah diterima di masyarakat demi melindungi akan haknya.
45
2. Faktor Psikologi Masyarakat. Masyarakat tidak memahami adanya suatu perbedaan yang berarti antara ada
sertipikat dari tanahnya atau dengan tidak ada sertipikat atas tanahnya. Bahkan perlindungan yang diberikan Negara terhadap pemegang sertipikat hampir sama
di mata masyarakat dengan yang tidak memiliki sertipikat. Realitas tidak adanya jaminan yang lebih dari Negara ini, melemahkan keinginan
masyarakat untuk mendaftarkan tanahnya. Orang hanya mau mendaftarkan tanah jika ada keinginan menggunakannya sebagai alat untuk mendapatkan modal
dengan mengagunkannya ke lembaga perbankan sehingga makna sertipikat ini belum menjadi perhatian dan minat di hati masyarakat untuk segera
mendaftarkannya. Dengan kata lain sertipikat belum menjadi pelindung bagi tanah masyarakat
.
3. Faktor Kelemahan Aturan Pendaftaran Tanah. Sampai saat ini, banyak masyarakat di Kabupaten Tapanuli Utara, kecamatan
Tarutung yang tidak tahu tentang aturan pendaftaran tanah. Oleh karena itu secara material aturan pendaftaran tanah seharusnya diharapkan dapat mempercepat
pendaftaran tanah terwujud di Negara ini. Tetapi yang ternyata malah bidang tanah terdaftar tidak banyak. Bila dilihat dari sejak adanya aturan tersebut dari
________________________
45 Hasil wawancara dengan Bapak M.Alwy, Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Tapanuli Utara,
pada tanggal 6 Juni 2014.
Universitas Sumatera Utara
tahun 1960 hingga sekarang, banyaknya sengketa tanah yang beragam diseluruh pelosok tanah air hal ini belum bisa terselesaikan. Karena itu dapat dikatakan
tidak dijumpai realitas perlindungan hukum atas aturan tersebut, bahkan isi aturan itu tidak dapat dipertahankan untuk memberikan alat bagi pencapaian target
terwujudnya sertipikat hak atas tanah di Indonesia. 4. Faktor Pelaksana dan Pelaksanaan.
Masih banyak keluhan masyarakat pada pelaksanaan dari pendaftaran tanah. Akibat pelaksanaan dianggap tidak tegas, kabur gelap dan berbelit-belit. Dan
bahkan terjadi lagi beda tafsir dalam melakukan pekerjaannya. Tentu jika ini muncul sudah pasti akan tidak terdorong lagi masyarakat untuk mendaftarkan
tanahnya. Masyarakat merasa susah, merasa terbebani dan belum tentu banyak manfaat dari adanya pendaftaran tanah.
Perlakuan dari pelaksana pendaftaran yang tidak memberikan pelayanan publik yang baik, menjadi faktor tidak terwujudnya kepastian hukum bagi
masyarakat. Artinya apa yang dikerjakan oleh Aparat-aparat Negara dalam mendaftar tanah ini dianggap tidak benar secara hukum, sebab mereka yang mau
mendaftar kurang mengerti apa isi pendaftaran dan manfaat setelah adanya sertipikat tanah tersebut. Dan ini sebenarnya harus dijelaskan oleh pelaksana
pendaftaran tersebut, agar sertipikat tersebut bermakna bagi masyarakat. 5. Faktor Intervensi Undang-Undang Perpajakan BPHTB dan Biaya Lain.
Sekarang bagi yang ingin mendaftarkan tanah, sudah mengeluh terlebih dahulu, karena dipikirannya mendaftarkan tanah adalah mengeluarkan uang yang
Universitas Sumatera Utara
mahal. Pada hal sebenarnya jika dijalankan dengan benar biaya pendaftaran tanah adalah relatif sangat murah. Di samping harus memenuhi biaya pemohon yang
ditetapkan aturan pendaftaran tanah masih ada juga biaya-biaya lain atas perintah undang-undang yang tidak dapat diabaikan. Seperti Undang-Undang BPHTB
Bea Perolehan Hak Atas Tanah Bangunan yang mewajibkan jika terjadi peralihan dan perolehan hak atas tanah. Semua biaya yang dibebankan dari
ketentuan aturan pendaftaran tanah itu sendiri menjadikan orang enggan mendaftarkan tanahnya. Apalagi kejadiannya di daerah pedesaan dan kecamatan.
Keadaan ini menandakan ketidakpastian hukum bagi tanah masyarakat. Maka harus menjadi perhatian pemerintah agar segera mensosialisasikan apa dan
bagaimana pendaftaran tanah serta tujuan dilakukan pendaftaran. Bila dibiarkan akan mendorong tidak yakinnya lagi masyarakat atas bukti hak itu sendiri karena dianggap
tidak dapat melindungi hak-hak tanah masyarakat. Apalagi bagi sebagian orang, sertipikat tanah masih dianggap hanya dapat dimanfaatkan untuk tujuan tertentu saja
sehingga masyarakat masa bodoh atas pendaftaran tanah di Negara ini. Faktor Dominan yang terjadi di Kecamatan Tarutung Hutatoruan VII yaitu
pertama faktor Psikologi Masyarakat, karena masyarakat tersebut merasa tetap memiliki tanah tersebut walaupun tanah-tanah mereka belum terdaftar atau
didaftarkan menjadi sertipikat. Tanah yang dimiliki dikecamatan Tarutung, Hutatoruan VII merupakan tanah warisan yang diperoleh secara turun temurun dan
tetap masih dipertahankan sesuai adat dan kebiasaan setempat. Faktor yang kedua yang dihadapi di daerah tersebut masyarakat sebagian tidak tahu dan tidak mengerti
Universitas Sumatera Utara
proses pendaftaran dan masalah tidak jelasnya berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk pendaftaran tanah. Dan banyaknya syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam
syarat pendaftaran membuat masyarakat menunda mendaftarkan tanah-tanah mereka.
Universitas Sumatera Utara
BAB III PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK TANAH
Dalam upaya memberikan perlindungan hukum dalam sistem pertanahan nasional, maka pendaftaran hak atas tanah merupakan suatu jalan agar penguasaan
atas tanah memperoleh kepastian hukum berdasarkan asas publisitas, untuk itu dalam penjelasan umum Undang-Undang Pokok Agraria, ditegaskan bahwa salah satu
tujuan pendaftaran tanah adalah untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak atas suatu bidang tanah. Untuk itu
penegakan hukum tanpa kepastian hukum akan sia-sia, tetapi dalam penegakan hukum harus memenuhi unsur-unsur disamping kepastian hukum yaitu kemanfaatan
dan keadilan. Hal tersebut tidak salah jika didalam penegakan hukum tentang pertanahan dibuka suatu kemungkinan untuk melakukan gugatan terhadap suatu
keputusan penerbitan hak atas tanah yaitu dengan diberlakukan sistem publikasi negatif, yang berdampak kepada dibatalkannya sertipikat Hak Milik Nomor
1.022Hutatoruan VII . Perlindungan hukum akan diberikan kepada pemilik tanah LH,HH,RH
sepanjang jelas riwayat kepemilikan hak atas tanah, riwayat alas haknya, data yuridis dan data fisik telah terpenuhi, tentunya dapat dibuktikan melalui pengadilan.
A. Kepemilikan Hak Atas Tanah.
Berdasarkan Pasal 22 UUPA terjadinya hak milik adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1 Terjadinya hak milik menurut hukum adat diatur dengan Peraturan pemerintah; 2 Selain menurut cara yang dimaksud dalam ayat 1 Pasal ini hak milik terjadi
karena: a. Penetapan Pemerintah, menurut cara dan syarat-syarat yang ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah. Hak atas tanah terjadi karena Penetapan Pemerintah yaitu hak atas tanah yang diproses melalui mekanisme pemberian hak atas
tanah. b. Ketentuan Undang-Undang.
Terjadinya hak milik menurut hukum adat dapat dilakukan dengan cara membuka tanah baru, seperti pembukaan tanah ulayat. Ketentuannya akan
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 tahun 1972 memberikan kewenangan kepada para
BupatiWalikotamadya sekarang Kepala Kantor Pertanahan dan CamatKepala Kecamatan untuk memberi keputusan mengenai permohonan
izin membuka tanah. Suatu hak milik atas tanah yang berasal dari konversi tanah bekas milik adat.
Tanah milik adat pada hakekatnya merupakan tanah hak, akan tetapi menurut hukum tanah nasional yang berlaku di Indonesia pada tanggal 24 September 1960 tanah
milik adat dapat menjadi hak milik jika telah dikonversikan. Konversi adalah penyesuaian suatu tanah hak menurut hukum yang lama menjadi sesuatu hak atas
tanah menurut hukum yang baru. Penyesuaian hak ini juga terjadi pada hak-hak atas tanah yang tunduk pada hukum Barat Eigendom, Erfpacht, dan Opstal. Adapun
Universitas Sumatera Utara
konversi hak-hak Barat tersebut dapat menjadi hak milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, dan Hak Pakai berdasarkan ketentuan-ketentuan konversi UUPA .
Pemilik hak atas tanah adalah hak yang memberi wewenang kepada seseorang yang mempunyai hak untuk mempergunakan atau mengambil manfaat atas tanah tersebut.
Adapun Ciri kepemilikan hak atas tanah adalah seseorang yang mempunyai hak atas tanah berwenang untuk mempergunakan atas tanah yang merupakan haknya.
Kepastian hukum data kepemilikan tanah akan dicapai apabila telah dilakukan Pendaftaran Tanah, karena tujuan Pendaftaran Tanah adalah untuk
memberikan jaminan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak atas tanah. Baik kepastian mengenai subyek tanahnya yaitu apa haknya, siapa
pemiliknya, ada tidak beban diatasnya dan kepastian mengenai obyeknya tanahnya, yaitu letaknya, batas-batasnya dan luasnya serta ada tidaknya bangunan
tanaman diatasnya. Selain itu masih ada ketentuan Pasal 23, 32 dan 38 UUPA yang
mengharuskan dilaksanakannya pendaftaran tanah oleh pemegang Hak Milik, Hak Guna Usaha dan Hak Guna Bangunan. Keharusan bagi pemegang hak mendaftarkan
tanahnya dimaksudkan agar menjadikan kepastian hukum bagi mereka dalam arti demi kepastian hukum bagi pemegang haknya. Oleh karena pendaftaran atas setiap
peralihan, penghapusan dan pembebanannya, pendaftaran pertama kali atau karena konversi atau pembebanannya akan banyak menimbulkan komplikasi hukum jika
tidak didaftarkan, apalagi pendaftaran tersebut merupakan bukti yang kuat bagi
Universitas Sumatera Utara
pemegang haknya.
46
Dalam rangka pemberian jaminan kepastian hukum tersebut, kepada yang mendaftarkan tanahnya akan diberikan satu dokumen tanda bukti hak yang berfungsi
sebagai alat pembuktian yang kuat. Dalam ketentuan Hukum Tanah Nasional dalam hal ini Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah
selanjutnya disebut PP No. 241997 hanya sertipikat hak atas tanah yang diakui secara hukum sebagai bukti kepemilikan hak atas tanah yang menjamin kepastian
hukum dan dilindungi oleh hukum. Penerbitan sertipikat diberikan kepada yang berhak, bertujuan agar pemegang
hak dapat dengan mudah membuktikan kepemilikan tanahnya. Sertipikat tersebut berfungsi sebagai alat pembuktian yang kuat mengenai data fisik obyek : letak,
batas, luas dan ada tidaknya bangunan atau tanaman diatasnya dan data yuridis haknya, pemegang haknya siapa, ada tidaknya beban-beban diatasnya
yang termuat di dalamnya sepanjang data fisik dan data yuridis tersebut sesuai data yang ada dalam Surat Ukur dan Buku Tanah hak yang bersangkutan.
Proses penerbitan sertipikat Hak Milik Nomor 1.022 Hutatoruan VII untuk pertama kali memakan waktu yang lama, dilalui dengan proses awal yaitu
pendaftaran tanah dan dilanjutkan dengan proses pengumuman. Pada masa proses pengumuman tersebut diberikan waktu bagi pihak-pihak yang merasa
keberatan untuk diterbitkannya sertipikat tersebut melakukan penyanggahan. Sebagaimana telah
________________________
46 AP. Parlindungan, Pendaftaran Tanah di Indonesia, Op.Cit , hal. 11.
Universitas Sumatera Utara
dilakukan oleh pihak ahli waris selaku pemilik tanah LH,HH dan RH telah mengirim surat sanggahan tersebut ke Badan Pertanahan Kabupaten Tarutung pada bulan Juli
2012, surat sanggahan merupakan bukti untuk ditindaklanjuti dan seharusnya proses penerbitan sertipikat dihentikan. Namun oleh karena Badan Pertanahan tidak
menangani dan tidak menguasai prosedur penerbitan sertipikat tentang adanya sanggahan, maka terbitlah sertipikat hak milik nomor 1.022 Hutatoruan VII.
Penerbitan sertipikat dan diberikan kepada yang berhak dimaksudkan agar pemegang hak dapat dengan mudah membuktikan haknya. Sedangkan fungsi
sertipikat adalah sebagai alat pembuktian kepemilikan hak atas tanah. Hal ini lebih diperkuat lagi dengan dikeluarkannya PP No. 241997. Ketentuan Pasal 32 tersebut
adalah dalam rangka memberikan jaminan kepastian hukum di bidang pertanahan menjadi tampak dan dirasakan arti praktisnya sungguhpun sistem
publikasi yang digunakan adalah sistem negatif.
47
Pada Pasal 32 ayat 2 ditentukan bahwa orang tidak dapat menuntut tanah yang sudah bersertipikat atas nama seseorang atau badan hukum lain, jika selama 5
lima tahun sejak dikeluarkannya sertipikat itu dia tidak menuntutmengajukan gugatan pada pengadilan mengenai penguasaan hak atas atau penerbitan sertipikat
tersebut. Jadi sertipikat hak atas tanah adalah salinan buku tanah dan surat ukur tersebut kemudian dijilid menjadi satu dengan sampul yang telah ditetapkan
bentuknya, sehingga terciptalah sertipikat hak atas tanah. Selanjutnya menurut ketentuan
________________________
47 Boedi Harsono, Op. Cit. hal. 482.
Universitas Sumatera Utara
Pasal 21 ayat 1,2,3 dan ayat 4 UUPA, maka yang dapat mempunyai Hak Milik adalah :
1. Hanya warga negara Indonesia yang dapat mempunyai hak milik; 2. Oleh pemerintah ditetapkan badan-badan hukum yang dapat mempunyai hak
milik; 3. Orang asing yang sesudah berlakunya undang-undang ini memperoleh hak milik
karena pewarisan tanpa wasiat atau percampuran harta karena perkawinan, demikian pula warga negara Indonesia yang mempunyai hak milik dan setelah
berlakunya undang-undang ini kehilangan kewarganegaraannya wajib melepaskan hak itu didalam jangka waktu satu tahun sejak diperoleh hak
tersebut atau hilangnya kewarganegaraan itu. Jika sesudah jangka waktu tersebut lampau hak milik itu tidak dilepaskan, maka hak itu hapus karena
hukum dan tanahnya jatuh kepada negara, dengan ketentuan bahwa hak-hak pihak lainnya tetap berlangsung.
4. Selama seseorang disamping kewarganegaraan Indonesianya mempunyai kewarganegaraan asing maka ia tidak dapat mempunyai tanah dengan hak milik
dan baginya berlaku ketentuan ayat 3 Pasal ini. Dengan demikian yang berhak memiliki hak atas tanah dengan Hak Milik adalah
hanya Warga Negara Indonesia tunggal dan Badan Hukum yang ditunjuk oleh pemerintah melalui Peraturan Pemerintah.
Apabila belum ada sertipikat hak atas tanah, maka girik atau apapun namanya hanya dapat digunakan sebagai bukti permulaan adanya hubungan hukum tersebut
Universitas Sumatera Utara
yang kemudian diperkuat dengan data fisik yang dapat menjelaskan atau menggambarkan letak, batas, luas bidang dan bukti penguasaan atas tanah secara
berturut-turut selama 20 dua puluh tahun, apabila tidak ada terdapat data yuridis maupun data fisik atas tanah tersebut.
Dengan catatan bahwa penguasaan tersebut dilakukan atas dasar itikad baik dan secara terbuka oleh yang bersangkutan sebagai yang berhak atas tanah, serta
diperkuat oleh kesaksian orang yang dapat dipercaya serta penguasaan tersebut tidak dipermasalahkan oleh masyarakat hukum adat atau desakelurahan yang
bersangkutan ataupun pihak lainnya, dengan demikian pihak manapun yang mengklaim memiliki suatu hak atas tanah harus dapat membuktikan haknya atau
membuktikan adanya hubungan hukum kepemilikan antara tanah dengan pihak yang bersangkutan.
Kebenaran sertipikat hak atas tanah akan ditentukan oleh kebenaran prosedur perolehan sertipikat hak atas tanah di Kantor Badan Pertanahan di Kecamatan
Tarutung yaitu meliputi pengumpulan dan pengolahan data fisik dan data yuridis yang dituangkan dalam daftar surat ukur dan buku tanah.
B. Kekuatan Alat Bukti Alas Hak Atas Tanah Sebagai Alat Pembuktian.