yang mengandung unsur positif. Hal ini berarti Sertipikat Hak Atas Tanah adalah buktiyang kuat tetapi bukan sempurna, sehingga dapat dibuktikan sebaliknya,
pemegang sertipikat Hak Atas Tanah adalah pemegang Hak Atas Tanah yang sebenarnya yang berarti mengandung unsur positif.
E. Tanggung Jawab Badan Pertanahan Terhadap Pemilik Hak Tanah Atas
Terbitnya Sertipikat Hak Milik Nomor 1.022.
Peraturan Badan Pertanahan merupakan salah satu bentuk Peraturan kebijakan, dimana dalam hal kewenangan untuk membuat Peraturan Kebijakan
berupa Peraturan Kepala Badan Pertanahan diperoleh berdasarkan adanya delegasi wewenang. Dikeluarkannya Peraturan Kepala Badan Pertanahan tentang pengkajian
dan penanganan sengketa dan konflik pertanahan yang salah satunya adalah yang mengatur tentang pelaksanaan pembatalan hak atas tanah, dimana materi muatannya
berisi hal-hal yang berkenan dengan tanggung jawab Badan Pertanahan Nasional yang bersifat mengatur.
Dengan adanya Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Pengkajian dan Penanganan Kasus Pertanahan, maka
Kantor Pertanahan Kabupaten telah bersedia untuk menyelesaikan permasalahan tersebut melalui lembaga mediasi oleh Kantor Pertanahan, dengan melakukan
penelitian dan pengkajian secara yuridis, fisik, maupun administrasi. Namum apabila terjadi kesalahan administrasi yang dilakukan oleh oknum BPN, dengan adanya
unsur kesengajaan untuk kepentingan dan keuntungan pribadi sehingga kantor Pertanahan tidak bertanggungjawab secara langsung atas penerbitan sertipikat Hak
Universitas Sumatera Utara
Milik No.1.022Hutatoruan VII. Pihak yang merasa dirugikan atas penerbitan sertipikat tersebut dapat menggugat oknum BPN tersebut.
63
Hasil Mediasi telah dilaksanakan pada tanggal 16 April 2014, dimana diadakan pertemuan dengan semua pihak yang hadir yaitu pihak pemilik tanah,
pihak pemilik sertipikat, pihak penjual, Kepala Desa, saksi-saksi, dan Pihak Badan Pertanahan Kabupaten Tapanuli Utara yaitu kepala Badan Pertanahan dan staf
administrasi yang bertanggung jawab dalam penerbitan sertipikat Hak Milik No.1.022Hutatoruan VII. Dalam hasil mediasi tidak tercapai kata sepakat dan
musyawarah yang diinginkan, tapi dari pengakuan Kepala Desa, saksi-saksi bahwa obyek tanah tersebut benar milik dari ahli waris yaitu LS, HH, RH selaku pemilik
tanah yang sebenarnya berdasarkan bukti kepemilikan yang ada.
64
Berdasarkan penelitian ada 4 empat melatarbelakangi terbitnya sertipikat Hak Milik No 1.022Hutatoruan VII, Pertama kesalahan memahami, mengenal
dan enerapkan posisi, kedua masalah tersebut diperkuat dengan ketidak pahaman tentang lembaga hak milik atas tanah atau lembaga peralihan hak atas tanah dan
membiarkan terjadinya salah urus peralihan hak milik dan ketiga terjadi tindakan melegalkan dokumen mutasi cacat hukum yang dilakukan oleh PPAT dan keempat
sistem administrasi pertanahan di Kab.Tapanuli Utara yang tidak baik sehingga tidak mampu mencegah terbitnya sertipikat Hak Milik No 1.022 Hutatoruan VII.
_______________________________ 63 Hasil wawancara dengan Bapak Darmagalih Widihastha, SH.,M.hum, Kabid Pengkajian dan
Penanganan Sengketa dan Konflik Pertanahan, Kantor Wilayah Medan, pada tanggal 18 Juli 2014. 64 Hasil wawancara dengan LH, pemilik tanah, di Kecamatan Tarutung, pada tanggal 25 Juli 2014
Universitas Sumatera Utara
Sebelum penerbitan sertipikat tersebut harus dilakukan beberapa tahap : 1.
Harus membuat permohonan penerbitan sertipikat. 2.
Melampirkan bukti alas hak atas tanah, bukti diri pemohon dan surat pemberitahuan pajak terutang bumi dan bangunan.
3. Membayar biaya pengukuran dan pemetaan bidang tanah dan biaya
pendaftaran permohonan hak. 4.
Cek Ke Peta. 5.
Dibuat surat tugas ukur. 6.
Pengukuran Tanah. Pada penetapan batas-batas tanah itu dilakukan atas dasar persesuaian pendapat
antara para pemilik tanah yang berbatasan, oleh sebab itu selain pemilik tanah, perlu hadir pula pemilik tanah yang berbatasan, dengan demikian dapat dihindari adanya
salah letak terhadap tanda batas tersebut. Berdasarkan data-data dan pembuktian dokumen serta adanya surat keberatan
dari pemilik tanah LH, HH dan RH, maka seharusnya maka sebelum terjadi penerbitan sertipikat Hak Milik Nomor 1.022, Kepala Badan Pertanahan Kepala
Badan Pertanahan Kabupaten Tarutung wajib menolak melakukan pendaftaran peralihan atau pembebanan hak yang dimohon, sesuai Peraturan Pemerintah Nomor
24 Pasal 45. Oleh Kantor Badan Pertanahan Tapanuli Utara membuat penolakan itu harus dilakukan secara tertulis, yang disampaikan kepada yang berkepentingan yaitu
.
Universitas Sumatera Utara
RH dengan menyebutkan alasan-alasan, disertai pengembalian berkas permohonannya, dengan tembusan kepada Camat selaku PPAT.
Berdasarkan Pasal 45, PP Nomor 24 Tahun 1997, yang berbunyi Kepala Kantor Pertanahan wajib menolak melakukan pendaftaran peralihan atau pembebanan hak,
jika salah satu syarat dibawah ini tidak dipenuhi : 1. Sertipikat atau surat keterangan tentang keadaan tanah tidak sesuai lagi dengan
daftar-daftar yang ada pada kantor pertanahan. 2. Perbuatan hukum sebagaimana dimaksud dalam pasal 37 ayat 1 tidak dibuktikan
dengan akta PPAT atau kutipan risalah lelang sebagaimana dimaksud dalam pasal 41, kecuali dalam keadaan tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat
2. 3. Dokumen yang diperlukan untuk pendaftaran peralihan atau pembebanan hak yang
bersangkutan tidak lengkap. 4. Tidak dipenuhinya syarat lain yang ditentukan dalam peraturan perundang-
undangan yang bersangkutan. 5. Tanah yang bersangkutan merupakan obyek sengketa di Pengadilan.
6. Perbuatan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat 1 dibatalkan oleh para pihak sebelum didaftar oleh Kantor Pertanahan.
Sedangkan pada Pasal 39 ayat 1 berbunyi PPAT wajib menolak membuat akta, jika terdapat :
1. Mengenai bidang tanah yang sudah terdaftar atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun, kepadanya tidak disampaikan sertipikat asli yang bersangkutan atau
Universitas Sumatera Utara
sertipikat yang diserahkan tidak sesuai dengan daftar-daftar yang ada di Kantor Pertanahan.
2. Mengenai bidang tanah yang belum terdaftar , kepadanya tidak disampaikan : a. Surat bukti hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat 1 atau surat
keterangan Kepala DesaKelurahan yang menyatakan, bahwa yang bersangkutan menguasai bidang tanah tersebut sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 24 ayat 2 dan, b. Surat keterangan yang menyatakan, bahwa bidang tanah yang bersangkutan
belum bersertipikat dari Kantor Pertanahan atau tanah yang terletak didaerah yang jauh dari kedudukan Kantor Pertanahan, dari pemegang hak yang
bersangkutan dengan dikuatkan oleh Kepala DesaKelurahan. c. Salah satu atau para pihak yang melakukan perbuatan hukum yang
bersangkutan atau salah satu saksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 tidak berhak atau tidak memenuhi syarat untuk bertindak demikian.
d. Salah satu pihak atau para pihak bertindak atas dasar suatu surat kuasa mutlak yang pada hakekatnya berisikan perbuatan pemindahan hak.
e. Untuk perbuatan hukum yang akan dilakukan belum diperoleh ijin Pejabat atau instansi yang berwenang. Apabila ijin tersebut diperlukan menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku. f. Obyek perbuatan hukum yang bersangkutan sedang dalam sengketa mengenai
data fisik dan atau data yuridisnya.
Universitas Sumatera Utara
g. Tidak dipenuhi syarat lain atau dilanggar larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang bersangkutan.
Adapun setiap penolakan pembuatan akta haruslah diberitahu dan dibuat secara tertulis disertai dengan alasan-alasannya sesuai pasal 39 ayat 2.
Hukum merupakan pedoman bagi penyelenggara negara dan warga negara, oleh karena itu hukum harus dapat mewujudkan keadilan bagi masyarakat. Namum
bila subyek hukumnya merasa dirugikan atau telah dilanggar hak-haknya oleh subyek hukum lainnya, maka kepada subyek hukum yang melakukan tindakan yang
menyebabkan timbulnya kerugian bagi subyek hukum lain dibebani suatu tanggungjawab.
Dengan demikian perlindungan hukum bagi rakyat dapat didefinisikan sebagai perlindungan yang diberikan kepada rakyat secara individual ketika mereka
berhadapan dengan pemerintah. Perlindungan terhadap rakyat antara lain dapat diwujudkan melalui hukum. Dalam hal ini, hukum belum berfungsi sebagai payung
pelindung sedemikian rupa agar rakyat merasa terbebas dari ancaman, baik yang berasal dari pihak luar, dari sesama warga negara, maupun dari pihak penguasa,
sehingga kehidupan bermasyararakat, berbangsa, dan bernegara tertata dengan baik. Bila di tinjau dari pendaftaran sampai proses penerbitan sertipikat Hak Milik
Nomor 1.022 Hutatoruan VII yang diterbitkan bulan Agustus 2013, oleh Badan Pertanahan Tapanuli Utara, secara hukum pihak penjual bukan pemilik tanah dan
juga penjual EH dan RH tidak memiliki surat keterangan kepemilikan tanah SKPTSurat Segel atau surat asal usul tanah, jadi secara hukum penjual tidak
Universitas Sumatera Utara
berhak mengalihkan tanah tersebut dengan cara jual beli kepada pembeli RS, di dalam sertipikat tersebut isi dari penerbitan sertipikat tersebut juga ditemukan
ketidak benaran data dalam sertipikat tersebut, yaitu pertama perolehan hak atas tanah tercantum berdasarkan pangkuan hak atas tanah milik adat, sedangkan tanah
tersebut telah ada alasnya Nomor 107a , berdasarkan Surat Petikan dari Gambar Sawah sejak tahun 1959 milik ahli waris LH, HH, RH, kedua adanya surat keberatan
yang diberikan oleh ahli waris selaku pemilik tanah kepada Kepala Badan Pertanahan Tapanuli Utara, namun tidak ditindaklanjuti oleh pihak pertanahan secara
serius , ketiga secara fakta ditemukan ketidak benaran data sipenjual yang telah memalsukan alamat tinggal dengan melakukan pencoretan alamat tempat tinggal
pada Surat Tanda Laporan kehilangan Barang Surat dari Polisi dari Jakarta Timur, Sektor Durian Sawit, Nomor 0312BVII2011Res.JTSek.Dsw. tanggal 01 Juli
2011. Dan ditemukan juga adanya Surat Keterangan Ahli waris tertanggal 16 Juli 2012 yang dibuat Lurah Partalitoruan Tarutung, padahal selama hidup Almarhum
MH berdomisili di Medan dan meninggal di Medan Pihak Penjual EH dan RH, ditemukan juga ketidaklengkapan data pendukung dalan jual beli seperti kartu
keluarga dari pihak penjual dan tidak adanya alas hak sebagai dasar jual beli atas tanah Aek Ristop kelurahan Hutatoruan VII sehingga terbit Hak Milik Nomor 1.022.
Jelas terlihat bahwa pihak Kelurahan dan Camat selaku Pejabat Pembuat Akta Tanah tidak menguasai syarat prosedur untuk tanah yang belum bersertipikat dan
tidak melaksanakan tertib administrasi dengan benar dan Petugas Pelaksana Badan Pertanahan tidak mengindentifikasi, menguraikan keterangan pemilik tanah pemilik
Universitas Sumatera Utara
asal dengan cermat dan tidak teliti dalam memeriksa kelengkapan data-data penjual.
Berdasarkan data yuridis dan bukti kepemilikan yang dimiliki oleh ahli waris selaku pemilik tanah di Aek Ristop Hutatoruan VII yaitu Surat berupa Alas Hak
Liggerblad Nomor 107a, Kampung Hutagodang, tertanggal 30 Desember 1959 dengan nomor 1491959, maka yang berhak diatas tanah tersebut adalah ahli waris
LH, HH, RH sebagai pemilik sah. Oleh karena itu pemerintah harus membuat jaminan kepastian hukum, dan perlindungan hukum bagi pemiliknya harus
ditegakkan. Pembatalan hak atas tanah merupakan salah satu bentuk penyelesaian sengketa
hak atas tanah yang disebabkan surat keputusan pemberian hak danatau sertipikat danatau sertipikat Hak Atas Tanah yang merupakan “beschiking” atau keputusan
pejabat tata usaha Negara yang diterbitkan oleh Kepala Badan Pertanahan Nasional atau Kepala Kantor Pertanahan KabupatenKota mengandung cacat dan merugikan
salah satu pihak tertentu. Pemerintah dalam hal ini Badan Pertanahan Kabupaten Tapanuli Utara telah mengeluarkan sertipikat Hak Milik No.1.022Hutatoruan VII,
an. RS, harus dapat bertanggung jawab baik secara formal dari sertipikat tersebut apalagi secara materil, karena mereka yang mengeluarkannya. Bila pemerintah tidak
menjamin sertipikat yang dikeluarkannya secara materil, sudah pasti fungsinya sebagai pengaman tidak terwujud. Bila tidak terwujud maka sebagai surat berharga
juga tidak akan bernilai tinggi, yang tentunya akan tidak dapat digunakan sebagai benda ekonomi yang diminati masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV UPAYA HUKUM PEMILIK TANAH TERHADAP PENYELESAIAN
SENGKETA HAK ATAS TANAH MILIK ORANG LAIN
A.Penyelesaian Sengketa Melalui Melalui Badan Pertanahan Nasional
Salah satu kegiatan program Badan Pertanahan Nasional adalah mempercepat penyelesaian kasus pertanahan. Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pertanahan
Nomor 3 tahun 2011, tentang Pengelolaan Pengkajian dan Penanganan Kasus. Kasus pertanahan adalah sengketa, konflik dan perkara pertanahan yang disampaikan
kepada badan pertanahan nasional untuk mendapat penanganan dan penyelesaian sesuai peraturan perundang-undangan dan kebijakan pertanahan nasional.
Sengketa hak atas tanah adalah perebutan hak bukan perebutan tanahnya, sehingga yang diperebutkan adalah status hak yang melekat pada obyek yang disebut tanah,
adapun hak yang melekat atas tanah berupa hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan dan hak-hak lainnya.
65
Adanya Surat Permohonan Pembatalan tanggal 24 Pebruari 2014 dari pemilik tanah LH, HH, RH terhadap terbitnya Sertipikat Hak Milik Nomor
1.022Hutatoruan VII, kepada Badan Pertanahan Kabupaten Tapanuli Utara, maka berdasarkan surat permohonan tersebut pihak Badan Pertanahan membuat surat
pemanggilan para pihak untuk musyawarah antara semua pihak yang terkait,
_______________________________ 65 Sholih Mu’adi, Penyelesaian Sengketa Hak Atas Tanah Perkebunan Dengan Cara Litigasi dan Non
Litigasi, Prestasi Pustaka, Jakarta 2010, hal.8.
Universitas Sumatera Utara
dengan mempertemukan semua pihak yaitu pemilik tanah dan pemilik sertipikat serta bersama para saksi-saksi, pihak Kelurahan, Kecamatan dan yang
dimediasi oleh Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Tapanuli Utara. Hasil musyawarah tanggal 16 April 2014, Pihak keluarga RS pemilik
sertipikat No. 1.022 Hutatoruan VII, berkeberatan tanah tersebut dikembalikan kepada pemilik tanah yaitu LH,HH,RH, karena menurut pengakuan pemilik
sertipikat RS tanah telah membeli dari yang mengaku sebagai pihak penjual EH dan RH yang selama ini mengaku sebagai pemilik tanah yang sah, dan Pemilik
sertipikat minta agar uangnya dikembalikan oleh si penjual dan RS tidak bersedia dibatalkan selama belum ada penyelesaian ganti rugi.
66
Selaku pemilik tanah tetap akan mengambil tanahnya kembali melalui putusan pengadilan, karena pemilik tanah
tidak pernah menjual kepada siapapun atas obyek tanah tersebut. Menurut Sarjita, sengketa pertanahan adalah : “perselisihan yang terjadi
antara dua pihak atau lebih yang merasa atau dirugikan pihak-pihak tersebut untuk penggunaan dan penguasaan hak atas tanahnya, yang diselesaikan melalui
musyawarah atau melalui pengadilan.”
67
Sifat permasalahan dari suatu sengketa ada beberapa macam :
68
1. Masalah yang menyangkut prioritas untuk dapat ditetapkan sebagai pemegang hak yang sah atas tanah yang berstatus hak atas tanah yang belum ada haknya.
2. Bantahan terhadap sesuatu alas hakbukti perolehan yang digunakan sebagai dasar pemberian hak.
________________________
66 Hasil wawancara dengan Ibu RS, pemilik Sertipikat Hak Milik No.1.022, di Kecamatan Tarutung pada tanggal 07 Juni 2014.
67 Sarjita, Teknik dan Strategi Penyelesaian Sengketa Pertanahan, Tugujogja Pustaka, Yogyakarta, 2005, hal. 8.
68 Rusmadi Murad, Penyelesaian Sengketa Hukum Atas Tanah, Alumni, Bandung, 1991,hal. 23.
Universitas Sumatera Utara
3. Kekeliruankesalahan pemberian hak yang disebabkan penerapan peraturan yang kurangtidak benar.
Jadi dilihat dari substansinya, maka sengketa pada Sertipikat Hak Milik Nomor 1.022Hutatoruan VII, meliputi pokok persoalan yang berkaitan dengan :
1. Peruntukan danatau penggunaan serta penguasaan hak atas tanah; 2. Keabsahan suatu hak atas tanah;
3. Prosedur pemberian hak atas tanah; dan 4.Pendaftaran hak atas tanah termasuk peralihan dan penerbitan tanda bukti
haknya. Dalam menangani setiap sengketa tanah atau konflik mengenai pertanahan
Badan Pertanahan telah mempersiapkan bidang yang menangani permasalahan tersebut dan tata cara menyelenggarakan fungsi dan tugasnya sebagaimana yang
telah ditentukan dalam peraturan yang berlaku sesuai dengan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Pengkajian
dan Penanganan Kasus Pertanahan. Penyelesaian sengketa tanah yang dilakukan diluar pengadilan dapat diselesaikan melalui prosedur yang dikarenakan seperti :
1. Dengan alternatif penyelesaian sengketa APS atau didalam istilah Inggris Alternative Disputes Resolution ADR yang pada dasarnya merupakan model
penyelesaian sengketa yang cocok dengan karakter dan cara hidup masyarakat yang bersifat kekeluargaan, dipergunakan untuk mempercepat waktu dan
sekaligus mengurangi biaya melalui negosiasi- negosiasi pihak yang berkepentingan untuk mencapai kesepakatan yang menguntungkan semua pihak.
2. Penyelesaian sengketa pertanahan memalui proses mediasi, yaitu proses dimana para pihak dengan bantuan sesorang atau beberapa orang secara
sistimatis
Universitas Sumatera Utara
menyelesaikan permasalahan kata yang tepat adalah mutlak, sehingga sertipikat hanya merupakan bukti yang kuat dan bukan merupakan tanda bukti yang mutlak.
Tanah diberikan kepada dan dipunyai oleh orang dengan hak-hak yang disediakan oleh Undang-Undang Pokok Agraria UUPA untuk digunakan atau
dimanfaatkan. Diberikannya dan dipunyai tanah dengan hak-hak tersebut tidak akan bermakna jika penggunaannya terbatas hanya pada tanah sebagai permukaan bumi
saja. Timbulnya sengketa hukum mengenai tanah berawal dari pengaduan suatu
pihak orang atau badan hukum yang berisi keberatan-keberatan dan tuntutan hak atas tanah baik terhadap status tanah, prioritas maupun kepemilikannya dengan
harapan dapat memperoleh penyelesaian secara administrasi sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku.
69
Apabila ketentuan-ketentuan mengenai prosedur hukum tidak mendapat perhatian oleh Badan atau pejabat tata usaha negara, akan berakibat dapat di
diganggu gugatnya atas keputusan yang telah dikeluarkan. Aspek prosedur hukum yang tidak sesuai dalam penerbitan Surat Keputusan Pemberian Hak atas tanah akan
menimbulkan sengketa buat para pihak. Sifat permasalahan dari suatu sengketa tanah secara umum ada beberapa
macam, antara lain :
________________________________ 69 Rusmadi Murad, Ibid , hal 22.
Universitas Sumatera Utara
a. Masalah yang menyangkut prioritas dapat ditetapkan sebagai pemegang hak yang sah atas tanah yang berstatus hak, atau atas tanah yang belum ada haknya;
b. Bantahan terhadap sesuatu alas hakbukti perolehan yang digunakan sebagai dasar pemberian hak;
c. Kekeliruankesalahan pemberian hak yang disebabkan penerapan peraturan yang kurang atau tidak benar;
Alasan yang sebenarnya menjadi tujuan akhir dari sengketa bahwa ada pihak yang lebih berhak dari yang lain prioritas atas tanah yang disengketakan, oleh
karena itu penyelesaian sengketa hukum terhadap sengketa tersebut tergantung dari sifat permasalahan yang diajukan dan prosesnya akan memerlukan beberapa tahap
tertentu sebelum diperoleh suatu keputusan.Apabila usaha musyawarah yang telah dilakukan gagal maka kepada yang bersangkutan diserahkan untuk mengajukan
masalahnya kepada Pengadilan Negeri di wilayah hukum para pihak berada. Untuk menangani sengketa pertanahan, secara struktural menjadi tugas dan
fungsi Sub Direktorat Penyelesaian Sengketa Hukum pada BPN, Seksi Penyelesaian Masalah Pertanahan pada Kantor Wilayah BPN Propinsi dan Sub Seksi Penyelesaian
Masalah Pertanahan pada Kantor Pertanahan KabupatenKota. bberdasarkan PERKABAN Nomor 3 Tahun 2011, dibentuk Sekretariat Penanganan Sengketa
Pertanahan pada Badan Pertanahan Nasional yang secara fungsional bertugas untuk membantu penanganan sengketa pertanahan. Ketentuan tersebut berlaku mutatis-
mutandis bagi Kantor Wilayah BPN Propinsi maupun Kantor Pertanahan KabupatenKota.
Universitas Sumatera Utara
Penyelesaian melalui Instansi Badan Pertanahan Nasional BPN, dilakukan melalui langkah-langkah :
1. Adanya pengaduan Sengketa hak atas tanah timbul karena adanya pengaduan atau keberatan dari
orangbadan hukum yang berisi kebenaran dan tuntutan terhadap suatu keputusan Tata Usaha Negara di lingkungan Badan Pertanahan Nasional, dimana keputusan
Pejabat tersebut dirasakan merugikan hak-hak mereka atas suatu bidang tanah tertentu.Sengketa hak atas tanah meliputi beberapa macam antara lain mengenai
status tanah, masalah kepemilikan, dan masalah terhadap bukti-bukti perolehan yang menjadi dasar pemberian hak atau pendaftaran dalam buku tanah.
2. Penelitian dan menganalisa data Setelah berkas pengaduan diterima pejabat yang berwenang mengadakan
penelitian dan menganalisa data yang ada maupun hasil di lapanganfisik mengenai penguasaannya sehingga dapat disimpulkan pengaduan tersebut beralasan atau tidak
untuk diproses lebih lanjut. 3. Pencegahan mutasi
Mutasi tidak boleh dilakukan agar kepentingan orang atau badan hukum yang berhak atas tanah yang disengketakan tersebut mendapat perlindungan hukum.
Apabila dipandang perlu setelah Kepala Kantor Pertanahan setempat mengadakan penelitian dapat dilakukan pemblokiran atas tanah sengketa atau dilakukan
pencegahanpenghentian sementara terhadap segala bentuk perubahan mutasi tanah sengketa.
Universitas Sumatera Utara
4. Musyawarah Penyelesaian melalui cara musyawarah merupakan langkah pendekatan
terhadap para pihak yang bersengketa, seringkali menempatkan pihak instansiKantor Pertanahan sebagai mediator dalam penyelesaian secara kekeluargaan ini, sehingga
diperlukan sikap tidak memihak dan tidak melakukan tekanan-tekanan, justru mengemukakan cara penyelesaiannya.
5. PencabutanPembatalan Surat Keputusan Tata Usaha Negara di bidang Pertanahan oleh Kepala BPN.
Seluruh pejabat dari Kantor Pertanahan dalam melaksanakan pekerjaannya harus taat pada aturan-aturan yang berlaku, baik untuk peraturan dan etika jabatan
maupun peraturan perundang-undangan yang berlaku.Perbuatan seperti menerima sogok dan membuat dokumen yang palsu merupakan suatu pelanggaran. Pelanggaran
ini berakibat pada administrasi pertanahan yang berantakan dan merugikan masyarakat. Pendaftaran tanah perlu dilaksanakan dengan meningkatkan mutu
pelayanan dari aparatnya sendiri.
70
Setelah kantor pertanahan setempat mengadakan penelitian dan analisa data, serta apabila dari keyakinannya memang harus distatus quokan atau pemblokiran
maka hal tersebut dapat dilakukan bila ada penetapan Sita Jaminan CB dari pengadilan.
_______________________________ 70 Maria S.W.Sumardjono, Kebijakan Pertanahan Antara Regulasi dan implementasi, edisi revisi,
Jakarta, Kompas, 2005, hal.179.
Universitas Sumatera Utara
B. Penyelesaian Sengketa Melalui Proses Litigasi 1. Penyelesaian sengketa melalui Pengadilan Negeri