BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tanah dapat dinilai sebagai harta yang bersifat permanen, karena memberikan suatu kemantapan atau sebagai cadangan modal bagi kehidupan manusia pada waktu
yang akan datang. Secara formal, kewenangan hak menguasai dari negara untuk mengatur
bidang pertanahan sebagaimana bunyi Pasal 33 ayat 3 UUD 1945 yang merupakan hukum dasar pendayagunaan tanah di sebutkan : ” Bumi dan Air serta kekayaan alam
yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar- besarnya kemakmuran rakyat.” Hak menguasai negara atas tanah mencerminkan
negara memiliki kewenangan untuk mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, serta pemanfaatan atas tanah. Penguasaan dalam arti yuridis adalah penguasaan yang
dilandasi hak, yang dilindungi oleh hukum dan pada umumnya memberikan kewenangan kepada pemegang hak untuk menguasai secara fisik tanahnya.
Kedudukan dari Surat Keterangan Tanah ini dimuka hukum hanya sebagai surat keterangan hak untuk memohonkan hak atas tanah. Dan jika ada seseorang
yang mempunyai tanah garapan berdasarkan Surat Keterangan Tanah dapat saja mengajukan hak kepada Kantor Badan Pertanahan karena Surat Keterangan Tanah
Universitas Sumatera Utara
dapat dipergunakan sebagai alas hak. Hal ini disebabkan lampiran dari Surat Keterangan Tanah tersebut membuktikan tanah tersebut telah digarap oleh pemilik
dan dibenarkan oleh para penggarap lainnya, terlebih lagi dikuatkan dengan pernyataan pemilik yang kemudian diketahui oleh RT, RW, kepala desa, kelurahan
dan diketahui oleh kepala kecamatan setempat. Surat Keterangan Tanah ini adalah merupakan bentuk administratif terhadap
penguasaan fisik tanah sama halnya dengan surat dasar. oleh karena itu sebagai bentuk administrasi maka ini ada kaitan dengan suatu alat pembuktian yang mana
untuk membuktikan adanya penguasaan atas suatu tanah. Keberadaan Surat Keterangan Tanah sebagai surat di bawah tangan sebagai
dasar dalam penerbitan sertifikat diakui dalam Peraturan Pemerintah Nomor. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, walaupun surat di bawah tangan tidak
memiliki kekuatan hukum akan tetapi untuk dapat dijadikan sebagai alas hak dalam penerbitan Sertipikat.
Hal ini ditegaskan kembali dalam Pasal 2 ayat 2 dan Pasal 19 ayat 1 UU Pokok Agraria menentukan bahwa untuk menjamin kepastian hukum oleh
pemerintah diadakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Peraturan Pemerintah yang dimaksud yaitu Peraturan Pemerintah PP No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Pendaftaran tanah dilakukan oleh
Pemerintah dan dibantu oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah PPAT.Tujuan pendaftaran tanah sebagaimana tercantum pada huruf a yaitu memberikan kepastian
Universitas Sumatera Utara
hukum dan perlindungan kepada pemegang hak atas tanah, sebagai alat pembuktian yang kuat. Untuk mendapatkan kepastian hukum diseluruh wilayah Indonesia atas
peralihan hak atas tanah maka harus didaftarkan ke di Kantor Pertanahan, tujuan pendaftaran tanah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997
tentang Pendaftaran Tanah Pasal 3 yang menyatakan sebagai berikut : 1 Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada
pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-hak lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya
sebagai pemegang hak bersangkutan. 2 Untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan
termasuk pemerintah agar dengan mudah dapat memperoleh data yang diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang-
bidangtanah dan satuan-satuan rumah susun yang sudah terdaftar.
3 Untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan. Untuk memberikan kepastian dan perlindungan hukum kepada pemegang hak
yang bersangkutan diberikan sertipikat hak atas tanah.
1
Dalam penerbitan sertipikat diperlukan suatu proses yang melibatkan pihak pemohon, para pemilik tanah
maupun pihak instansi yang terkait untuk memperoleh penjelasan dan surat-surat sebagai alas hak yang berhubungan dengan permohonan sertipikat tersebut.
Penjelasan yang diberikan pemohon baik lisan maupun tertulis dari pihak terkait memiliki peluang untuk terjadi pemalsuan, daluarsa bahkan adakalanya
tidak benar atau fiktif sehingga timbul sertipikat cacat hukum.
2
________________________
1 Urip Santoso, Pendaftaran dan Peralihan Hak atas Tanah, Cetakan kedua, Jakarta Prenada Media Group, 2011 , hal. 42.
2 Ali Achmad Chomzah, Hukum Pertanahan Seri Hukum Pertanahan III-Penyelesaian Sengketa Hak Atas Tanah dan Seri Hukum Pertanahan IV-Pengadaan Tanah Instansi Pemerintah, Prestasi Pustaka, Jakarta,
2003, hal. 18.
Universitas Sumatera Utara
Pengertian pendaftaran tanah menurut Boedi Harsono adalah : “Pendaftaran tanah merupakan suatu rangkaian kegiatan, yang dilakukan oleh
negaraPemerintahan secara terus menurus dan teratur, berupa pengumpulan keterangan atau data tertentu mengenai tanah-tanah tertentu yang ada di
wilayah-wilayah tertentu, pengolahan, penyimpanan dan penyajian bagi kepentingan rakyat, dalam rangka memberikan jaminan kepastian hukum
dibidang pertanahan, termasuk penerbitan tanda buktinya dan pemeliharaannya.”
3
Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960, pengertian pendaftaran tanah diatur dalam Pasal 19 ayat 1 yaitu rangkaian kegiatan pendaftaran tanah
meliputi: a. Pengukuran, pemetaan dan pembukuan tanah;
b. Pendaftaran hak atas tanah dan peralihan hak tersebut; c. Pemberian surat-surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat pembuktian
yang kuat.
4
Bertitik tolak pada kenyataan-kenyataan yang demikian, maka tidak mengherankan pada individu dari beberapa kelompok masyarakat ingin menguasai
tanah orang lain sebagai pemilik tanah dengan cara mengakui tanah itu benar miliknya sendiri. Memiliki tanah yang masih dalam status mengerjakan atau
mengusahakan atau menyewakan tanah milik orang lain, hal ini sering terjadi pertikaian atau perselisihan pemilik tanah yang sebenarnya disebabkan pemilik
tanah tidak berada di daerah atau dilingkungan masyarakat tersebut hingga waktu yang lama hal inilah yang menyebabkan permasalahan tanah.
Tanah yang ada dipermukaan bumi Indonesia ini dapat digunakan dan ________________________
3 Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan UUPA, Isi dan pelaksanaannya, Jakarta, Djambatan, 2005, hal. 72.
4 Muhammad Yamin Lubis dan Abd Rahim Lubis, Hukum Pendaftaran Tanah, Mandar Maju, Bandung 2008, hal. 82-83.
Universitas Sumatera Utara
dimanfaatkan oleh orang-orang yaitu dengan hak-hak yang diatur dalam Pasal 4 ayat 2 Undang-Undang Pokok Agraria Tahun 1960 yang disebut dengan hak atas tanah.
Jadi dengan demikian bahwa hak-hak atas tanah yang diberikan kepada orang-orang haruslah sesuai dengan aturan yang berlaku, mengingat tanah merupakan kekayaan
alam yang harus dikuasai negara dan dipergunakan untuk kemakmuran rakyat. Hak menguasai negara, merupakan hak yang dimiliki oleh negara untuk hak
atas tanah. Hak menguasai negara atas tanah bersumber pada hak bangsa Indonesia atas tanah, yang pada hakekatnya penugasan pelaksanaan tugas
kewenangan negara yang mengandung unsur hukum publik.5 Hak menguasai negara atas tanah mencerminkan bahwa negara memiliki
kewenangan untuk mengatur dan menyelengarakan peruntukan, penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan atas tanah serta mengatur hubungan hukum antara
manusia dengan tanah. Terkait dengan adanya hak menguasai negara tersebut terdapat bermacam-macam hak atas tanah yang diberikan negara dan yang
dipunyai oleh perorangan maupun bersama-sama dan badan hukum. Namun
disamping itu
juga dengan
tegas dikemukakan
dalam membedakannya ada juga disebut hak tanah yang terdaftar dan hak atas yang belum
terdaftar. Hal ini sekedar mengokohkan hubungan hukum dari orang yang ingin menggunakan atau memiliki hak itu saja serta terkait dengan kegiatan
administratif dari pemerintah dalam rangka memberikan kepastian hukum atas _______________________
5 W. Riawan Tjandra, Hukum Administrasi Negara, Universitas Atma jaya Yogyakarta, Yogyakarta 2008, hal.107.
Universitas Sumatera Utara
pemilikan tanah tersebut berupa pendaftaran tanah.
6
Dengan adanya pendaftran tanah tersebut, terdapatlah jaminan tertib hukum dan kepastian hak dari tanah. Inilah yang disebut dengan rechts kadaester .
Yang Dimaksud dengan rechts kadester atau kadester hak adalah suatu bentuk kadester yang dibentuk dengan tujuan menjamin kepastian hukum dan perlindungan
hukum atas tanah .
7
Dengan demikian sertipikat hak milik atas tanah merupakan suatu bukti hak atas tanah yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat, namun hal tersebut
belum dapat memberikan kepastian hukum bagi pemegangnya haknya. Oleh karena itu bagi pihak yang merasa memiliki tanah yang telah diterbitkan sertipikat hak milik
atas tanah tersebut dapat menggugatnya di pengadilan. Pada masyarakat dewasa ini nilai tanah semakin tinggi harganya dan menyebabkan status hak atas tanah semakin
penting pula, karena akan memberikan jaminan kepemilikan atas tanah dan memberikan kepastian hukum bagi pemilik tanah yang bersangkutan. Sehingga
masalah pembuktian hak atas tanah tersebut semakin penting, karena sekarang yang mempunyai hak alat bukti yang kuat atas status tanah yang dimilikinya, tentu
akan menjamin pula kepastian hukumnya atas tanah tersebut. Hak atas tanah merupakan hak penguasaan atas tanah yang berisikan
serangkaian wewenang, kewajiban danatau larangan bagi pemegang haknya untuk
_______________________________ 6 Muhammad Yamin Lubis, Abdul Rahim Lubis, Kepemilikan Properti Di Indonesia, Bandung:
Mandar Maju 2013, hal.16. 7 H.Ali Achmad Chomzah, SH, Hukum Agraria – Pertanahan Indonesia, jilid 2 , Prestasi Pustakaraya
2004, hal. 9.
Universitas Sumatera Utara
berbuat sesuatu mengenai tanah yang haki . Yang dimaksud “sesuatu disini adalah hal yang boleh, wajib atau dilarang untuk diperbuat dan merupakan isi
dari hak penguasaan yang menjadi kriteria atau tolak pembeda diantara hak-hak penguasaan atas tanah yang diatur dalam hukum tanah.
8
Walaupun sertipikat hak milik atas tanah merupakan tanda bukti hak atas tanah, namun hal tersebut belum dapat memberikan kepastian hukum bagi
pemegang haknya. Oleh karena itu bagi pihak yang merasa memiliki tanah yang telah diterbitkan sertipikat hak miliknya dapat menggugatnya di pengadilan. Adanya
gugatan atas terbitnya sertipikat diatas tanah pihak lain hal ini disebabkan karena sistem pendaftaran tanah yang dianut di Indonesia, adalah sistem publikasi
negatif. Sistem publikasi negatif dapat diartikan negara tidak menjamin kepastian dan kebenaran yang disajikan dalam sertipikat, hal inilah yang menimbulkan peluang
bagi pihak pemilik tanah yang sebenarnya atau pihak lain yang merasa memiliki hak diatas tanah tersebut untuk menggugat pihak yang namanya tercantum dalam
sertipikat tersebut atau menggugat pejabat yang berwenang menerbitkan atau mengeluarkan sertipikat hak milik atas tanah tersebut.
Selaku Pemilik hak atas tanah perlu mencari informasi tentang kebenaran
_______________________________ 8. Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria,
Jakarta, Djambatan, 2003, hal. 24.
Universitas Sumatera Utara
data fisik dan data yuridis yang tertera didalam sertipikat tersebut di Kantor Pertanahan setempat. Pada umumnya masalah baru muncul dan diketahui terjadi
penerbitan sertipikat di atas tanah milik pihak lain. Demikian pula bila tanah tersebut dialihkan kepada pihak lain, pihak kedua merasa yakin tidak akan terjadi
sengketa dikemudian hari mengenai tanah tersebut serta akan memudahkan tata cara dan proses jual beli atas penjualan tanah tersebut. Seperti sengketa yang terjadi di
Kecamatan Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara dengan permasalahan sengketa sebagai berikut :
Permasalahan sengketa tanah warisan dengan Sertipikat Nomor 1022Hutatoruan VII atas nama RS yang diterbitkan sekitar bulan Agustus 2013,
dimana kepemilikan atas hak tanah tersebut adalah milik pada ahli waris yaitu LH, HH dan RH. Terhadap Sertipikat Hak Milik Nomor 1.022Hutatoruan VII atas nama
RS tersebut dipermasalahkan oleh ahli waris yang lain yaitu LH,HH dan RH. Selama ini ahli waris berdomisili di Kota Medan. Adapun menurut pemilik tanah, bahwa
obyeknya tanahnya terletak di Aek Ristop Kelurahan Hutatoruan VII, Kecamatan Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara, dengan luas tanah seluas 580 M2. lima ratus
delapan puluh meter persegi, Alas Hak Liggerblad Nomor 107a, Kampung Huta Nagodang, Negeri Hutabarat Partali, Ketjamatan Tarutung, yang telah dikeluarkan
dahulu oleh Assisten Wedanakepala kantor urusan sawah, Kabupaten Tapanuli Utara tertanggal 30 Desember 1959 dengan nomor 1491959 sekarang Kantor
Badan Pertanahan. Menurut pemilik tanah atau ahli waris LH, HH dan RH mereka merupakan ahli waris yang sah dari kakeknya bernama Almarhum JAH., yang telah
Universitas Sumatera Utara
dibagi dan semua ahli waris dari Almarhum JAH. Obyek tanah tersebut diatas adalah bagian dari ayahnya ahli waris yang bernama Almarhum JPH, berdasarkan Surat
Pembagian warisan almarhum JAH, sejak tahun 1995. Kemudian Berdasarkan surat keterangan ahli waris dari Almarhum JPH yang dibuat oleh Kelurahan Pusat Pasar
dan yang disahkan Camat Medan Kota bahwa ahli warisnya yang sah dari Almarhum JPH menurut hukum adalah LH, HH dan RH. Oleh keluarga orang tua Almarhum
JPH dan Keluarganya tanah tersebut disewakan sejak tahun 1949 kepada Marga Tobing untuk diusahakan dan ditanami padi-padian, dan semasa hidupnya almarhum
JPH dan keluarganya tidak pernah menjual tanah tersebut kepada orang lain. Namun pada bulan Juli tahun 2012, ahli waris pemilik tanah LH, HH dan RH kaget bahwa
tanah milik mereka telah beralih kepemilikannya menjadi milik EH dan RH yang selama ini berdomisili di Jakarta dan tidak pernah mengusahakan obyek tanah
tersebut diatas. Menurut keterangan saksi pihak penjual yaitu BH, pada bulan Juli Tahun
2012 diatas obyek tanah tersebut telah dilakukan jual beli antara EH dan RH selaku Penjual dan RS selaku Pembeli. Jual beli tersebut dilakukan dihadapan Lurah Partali
Toruan dan yang disahkan Camat Tarutung . Pada bulan Juli Tahun 2012 pihak ahli waris LH, HH dan RH mengajukan Surat Keberatan. Surat tersebut ditujukan
kepada Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Tapanuli Utara, Camat Tarutung dan Lurah Partalitoruan VII, agar diatas tanah tersebut tidak diterbitkan sertipikat dan
ataupun diproses diatas obyek tanah mereka, dengan melampirkan dokumen sebagai
Universitas Sumatera Utara
bukti-bukti atas kepemilikan tanah. Tapi tidak ditanggapi secara serius oleh Badan Pertanahan Kabupaten Tapanuli Utara beserta Camat dan Lurah Partalitoruan VII.
Pada bulan Agustus 2013, terbitlah sertipikat Hak Milik No. 1.022Hutatoruan VII. tercatat atas nama RS, dengan luas 580 M2 lima ratus
delapan puluh meter persegi terletak di Kelurahan Hutatoruan VII, Kecamatan Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara. Dalam Penerbitan Sertipikat Hak Milik Nomor
1022Hutatoruan VII pada asal perolehan hak atas tanah tertulis berdasarkan pangkuan hak atas tanah milik adat. Sedangkan tanah tersebut telah ada alas hanya
berdasarkan Surat Petikan dari Gambar Sawah dengan Alas Hak Liggerblad Nomor 107a, yang telah dikeluarkan dahulu oleh Assisten Wedanakepala kantor urusan
sawah Kabupaten Tapanuli Utara tertanggal 30 Desember 1959 dengan nomor 1491959. Didalam persyaratan kelengkapan dokumen setelah terjadi jual beli yang
dikeluarkan oleh kantor Kelurahan dan disahkan Camat Tarutung, dan ditemukan ketidakbenaran data dari pihak data-data penjual yaitu :
a. Adanya Surat Keterangan Ahli waris tertanggal 16 Juli 2012 yang dibuat
Lurah Partalitoruan Tarutung, padahal selama hidup Almarhum MH berdomisili di Medan dan meninggal di MedanPihak Penjual EH dan RH
b. Adanya Surat Pernyataan PenyerahanPenolakan Hak Waris tanggal 16 Juli
2012 kepada EH dan RH , yang dikeluarkan Lurah Partali Toruan dan disahkan Camat diatas Obyek tanah milik ahli waris LH,HH, dan RH.
c. Adanya Surat sebagai pengganti identitas dari Penjual EH, bahwa EH telah
mengganti dan mencoret alamat tempat tinggal pada Surat Tanda Laporan
Universitas Sumatera Utara
kehilangan Barang Surat dari Polisi dari Jakarta Timur, Sektor Durian Sawit, Nomor 0312BVII2011Res.JTSek.Dsw. tanggal 01 Juli 2011.
d. Tidak adanya kartu keluarga dari pihak penjual.
e. Tidak ada bukti alas hak dari pihak penjual.
Pihak Badan Pertanahan Nasional di Kabupaten Tapanuli Utara telah menerbitkan sertipikat Hak Milik Nomor 1.022Hutatoruan VII, yang tercatat atas
nama RS, dasar penerbitan sertipikat tersebut hanya berdasarkan bukti surat penebusan tanah, dan sehingga terjadi Jual beli yang dilakukan di hadapan Lurah
Partalitoruan dan yang disahkan Camat Tarutung, Adapun penerbitan sertipikat Hak Milik No.1.022Hutatoruan VII, hanya berdasarkan bukti surat penebusan tanah yang
digadaikan sejak tahun 1949 yang telah ditebus EH dan RH tanpa sepengetahuan LH CS. Setelah itu dibuatlah Jual Beli Tanah dihadapan Camat Selaku Pejabat Pembuat
Akta Tanah antara penjual EH dan RH dengan pembeli RS dengan di ikut sertakan saksi-saksi yang menyakinkan seakan-akan benar si penjual merupakan pemilik
tanah yang sebenarnya. Bahwa secara yuridis bukti kepemilikan penguasaan tanah yang dimiliki
oleh ahli waris pemilik tanah yaitu LH, HH, RH, surat atau dokumen yang dimiliki ahli waris tanah yaitu gambar situasi dengan Alas Hak Liggerblad Nomor 107a,
Kampung Hutagodang, Negeri Hutabarat Partali, Ketjamatan Tarutung, yang telah dikeluarkan dahulu oleh Assisten Wedanakepala kantor urusan sawah Kabupaten
Tapanuli Utara tertanggal 30 Desember 1959 dengan nomor 1491959 saat ini Badan Pertanahan di Kabupaten Tapanuli Utara .
Universitas Sumatera Utara
Adapun pembuktian hak atas tanah tersebut diatas yaitu masih hak atas tanah yang berasal dari konversi hak-hak lama yang pada waktu mulai berlaku Undang-
Undang Pokok Agraria dan belum di daftarkan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961.
Mengambil tanah orang lain biasa juga disebut sebagai tindakan penyerobotan tanah, penyerobotan tanah merupakan bentuk perbuatan mengambil
hak orang lain yang secara melawan hukum, bentuknya bisa dengan menempati tanah, melakukan pemagaran, mengusir pemilik tanah sebenarnya, penjualan suatu
hak atas tanah dan lain-lain. Penyerobotan tanah akan merugikan pihak lain, ini merupakan perbuatan melawan hukum, sehingga pelakunya dapat di tindak secara
hukum baik pidana maupun perdata. Dengan melihat dampak yang mungkin timbul atas lahirnya sertipikat hak
atas tanah yang mengandung cacat hukum administratif maka pemerintah perlu memberikan perlindungan hukum bagi para pihak, yaitu dengan mengeluarkan
Peraturan Menteri AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 tahun 2011 tentang Pengelolaan Pengkajian Dan Penanganan Kasus Pertanahan .
Melihat permasalahan tersebut diatas telah diterbitkan sertipikat oleh Pihak Badan Pertahanan Nasional Kabupaten Tapanuli Utara diatas tanah milik pihak lain,
maka perlu mengkaji masalah ini lebih lanjut sehingga membuat tesis dengan judul :
“Perlindungan Hukum Terhadap Pemilik Hak Atas Tanah Yang Telah Di Terbitkan Sertipikatnya Atas Nama Pihak Lain Studi Pada Sertipikat Hak Milik Nomor
Universitas Sumatera Utara
1.022 di Kecamatan Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara ” yang selanjutnya dihubungkan dengan dalam Undang-Undang Nomor 5 tahun 1960 dan ketentuan
yang telah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 serta Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 2011.
B . Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian singkat dalam latar-belakang permasalahan tersebut maka permasalahan yang akan bahas dalam penelitian ini adalah :
l. Mengapa sertipikat Hak Milik Nomor 1.022 dapat diterbitkan diatas tanah milik orang lain di Kecamatan Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara ?
2. Bagaimana perlindungan hukum terhadap pemilik tanah yang diatas tanah tersebut telah terbit sertipikat atas nama orang lain ?
3. Upaya Hukum apa yang ditempuh oleh pihak pemilik tanah untuk mengatasi penyelesaian sengketa tanah diatas tanah milik orang lain di Kecamatan Tarutung
Kabupaten Tapanuli Utara?
C . Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah : 1. Untuk mengetahui faktor penyebab terbitnya sertipikat Hak Milik Nomor 1.022
diatas tanah milik orang lain. 2. Untuk mengetahui perlindungan hukum yang dapat diberikan kepada pemilik
tanah yang telah terbit sertipikatnya atas nama orang lain.
Universitas Sumatera Utara
3. Untuk mengetahui upaya hukum pemilik tanah diatas milik orang lain di Kecamatan Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara
D. Manfaat Penelitian