5
yang berprofesi sebagai nelayan. Alat transportasi yang digunakan pun beragam untuk mengambil hasil laut ini misalnya: transportasi
tradisional bodi dan perahu maupun juga motor ikan. Dari pengamatan hasil tangkapan tersebut sebagian besar hasil
penangkapan dijual kepada ibu-ibu papalele atau jibu-jibu
13
namun juga dipasarkan langsung ke pasar-pasar di kecamatan Saparua dan
juga di pulau Ambon. Hasil laut ini memberikan manfaat yang paling besar bagi tingkat pendapatan masyarakat.
4. Sosial Budaya
Sebagai mahkluk sosial, manusia membutuhkan orang lain. Maka manusia membentuk satu kelompok yang disebut
masyarakat. Masyarakat yang menempati desa Haria merupakan masyarakat pesisir. Namun aktifitas pekerjaan mereka tidak hanya
bergantung pada aktifitas di laut nelayan tetapi juga sebagai petani perkebunan. Karakteristik masyarakat pesisir umumnya
memiliki watak yang keras, hal ini disebabkan karena pada satu sisi mereka harus menghadapi kondisi alam yang keras. Namun pada
sisi lain berdasarkan arti nama ‘‘Haria’’ yang awalnya adalah “Haraija”
artinya “suka ribut” atau biasa ribut. Suka ribut bukan
2
8 3
9 :;
3
5
berarti suka bertengkar tetapi suka ribut diartikan sebagai semangat ketika mendapatkan hasil tangkapan ikan yang banyak.
14
Sistem kekerabatan yang dikenal masyarakat Haria adalah:
a. Sistem kekerabatan berdasarkan hubungan perkawinan.
Maksudnya adalah jika terjadi perkawinan antara dua marga
maka terjadilah hubungan di antara kedua marga tersebut.
b. Hubungan geneologis atau pertalian darah. Maksudnya adalah
adanya sebuah ikatan di antara saudara.
c. Semangat kekeluargaan atau marga hubungan mata rumah
yang berfungsi untuk mengetahui hubungan darah atau hubungan persaudaraan yang bukan saja pada orang yang hidup
tetapi juga dengan mereka yang sudah meninggal. Mata rumah juga berfungsi untuk mempererat persaudaraan dan
menghindari perkawinan sedarah. Sistem kekerabatan ini juga dikenal sebagai sistem “Lahatol” yakni hubungan berdasarkan
garis keturunan. Lahatol adalah sebuah nilai budaya yang berfungsi untuk menjaga ikatan silahturami. Lahatol juga
merupakan sebuah panggilan persekutuan untuk saling peduli. Lahatol
adalah wujud pertanggung-jawaban moral terhadap pertalian darah dalam sebuah rumah.
15
1
=
5
5. Pendidikan
Negeri Haria memiliki fasilitas pendidikan antara lain 1 Gedung taman kanak-kanak TK yakni TK Hiti-hiti Hala-hala di
samping itu ada juga 7 gedung sekolah dasar SD yaitu SD Negeri 1, SD Negeri 2, SD Negeri 3, SD Negeri 4, SD Inpres 1, SD Inpres
2, dan SD YPPK Dr. Sitanala Yayasan Pendidikan Pembinaan Kristen. Sedangkan bagi anak-anak yang ingin melanjutkan
pendidikan ke SMP dan SMA mereka harus bersekolah di Saparua karena gedung pendidikan SMP dan SMA terletak di Saparua.
Tingkat pendidikan masyarakat negeri Haria dapat dilihat pada
tabel 2 berikut ini. Tabel 3.2
Tingkat Pendidikan Masyarakat Negeri Haria
Tingkat Pendidikan Jumlah
Tidak Sekolah SD SR
SMP SMA
PT 289
2.780 754
1.361 310
JUMLAH 5.494
Sumber: Data Statistik Jemaat GPM Haria tahun 2008
Berdasarkan tabel di atas dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan masyarakat belum cukup baik. Karena sebagian besar
anggota masyarakat menyelesaikan pendidikan pada jenjang
52
Sekolah Dasar SD. Hal ini disebabkan oleh biaya yang sangat mahal sehingga tidak ada keinginan untuk bersekolah. Berdasarkan
hal tersebut maka dapat dikatakan bahwa faktor ekonomi juga turut mempengaruhi tingkat pendidikan masyarakat negeri Haria,
menyebabkan sebagian besar anggota masyarakat negeri Haria lebih suka bekerja di laut sebagai nelayan dan sebagai petani di
kebun. Hasil melaut dan berkebun dijual untuk memperoleh uang. Namun ada juga anggota masyarakat yang belum menyadari bahwa
pendidikan sangat penting bagi kelangsungan hidup ke depan.
III.2 Sekilas mengenai Negeri Siri Sori Islam
III.2.1 Sejarah Negeri Siri Sori Islam
Alkisah ada seorang Kapitan di desa Rumbati yang berasal dari suku Ala
. Ia bernama Pattialam. Pattialam melakukan perjalanan menuju Pulau Seram bagian Selatan tepatnya di negeri Hatumeten. Ia menikah dengan
Ratu Pormalei
16
, dan dari perkawinan itu dikaruniai tiga orang anak laki- laki dan dua orang anak perempuan yaitu Timamole, Simanole, Silalohi
Lohilomanuputty, Nyai Intan dan Nyai Mas. Setelah dewasa ketiga orang
anak laki-lakinya sepakat untuk pergi meninggalkan Hatumeten. Niat ini disampaikan kepada kedua orang tua mereka. Sang ibu kemudian
mengambil sebuah mangkok untuk membuat sumpah janji dengan meminum tetesan darah dari jari-jari tangan ketiga saudara tersebut. Isi
5
51
sumpah itu adalah bahwa ketiga saudara adalah satu gandong kandung. Dimanapun mereka berada mereka harus saling memperhatikan antara satu
dengan yang lain. Sumpah janji ini bersifat mengikat sampai dengan anak
cucu secara turun temurun.
Kemudian Timamole, Simanole dan Silalohi Lohilomanuputty pergi meninggalkan kampung halamannya di negeri Hatumeten. Sebelum
mereka berpisah, mereka terlebih dahulu mengadakan perjanjian di atas perahu Yakarima di tanjung batu Hatumari. Mereka mengikat jari
kelingking dari tangan kiri mereka dengan tulang daun seribu menjadi satu ikatan, kemudian memotong sedikit dari ujung-ujung jari yang terikat
tersebut. Darah keluar diteteskan ke dalam mangkuk cawan yang terbuat dari kayu, dan sambil mengenang ibu mereka, mereka masing-masing
secara berturut-turut meminum darah yang ada di dalam cawan tersebut
dan mengucapkan janji.
Timamole mengucapkan kata-kata yang dulu pernah diucapkan oleh
Ratu Pormalei , ibu mereka:
“Upu Lanito sae amane. Sae take-take sae, sae waka-waka sae.” Yang artinya “Yang Maha Kuasa hanya satu. Yang satu harus
mengunjungi yang lain, yang satu tidak boleh melupakan yang lain; yang satu harus melindungi yang lain, yang satu tidak boleh menggagahi yang
lain.”
5
Kalimat Timamole kemudian dilanjutkan oleh Simanole dengan berucap: “Yupu yama lepa, lepa pela nia, awali taru weruwo, taru weru
wehe.” Yang artinya “Orang tua sudah katakan, katakan yang itu-itu juga,
sejak awal letakan jalan, letakan jalan yang itu saja.”
Sambil memandang ke langit, Simanole meneruskan kata-katanya: “Sei lisa sou, anale supu kutuko.”
Yang berarti “Siapa melanggar janji,
nanti dia dikutuki.”
Sebelum Simanole selesai berucap, Silalohi Lohilomanuputty berkata sambil menunjuk ke batu karang Hatumari: “Sei hale hatu, hatu
lisa pei, sei lisa sou, sou lisa ei.” Yang berarti “Siapa membalik batu, batu
gepe menindih dia, Siapa melanggar janji, janji membunuh dia.”
Adapun Hatumari adalah negeri terletak di sebelah Timur negeri Tamilou di bagian Selatan Pulau Seram, Kabupaten Maluku Tengah.
Disinilah Timanole menetap dan berkuasa. Sementara dua saudaranya yang lain yaitu Simanole dan Silalohi melanjutkan perjalanan menuju
Nusa Ama Iha atau dikenal dengan nama pulau Saparua. Setibanya mereka
di bagian Timur Nusa Ama Iha tepatnya di Siralou batu Ananas, Silaloi turun dan naik ke gunung Ama Iha gunung Elhau bekas kerajaan Ama
Iha dan kemudian menetap disitu. Sedangkan Simanole melanjutkan
55
perjalanan menuju Nusa Yapono di pulau Ambon kemudian menetap di negeri Toisapu
17
, Hutumuri.
Tidak lama kemudian kedua saudara perempuan yaitu Nyai Intan dan Nyai Mas
menyusul mereka. Nyai Mas tiba di Nusa Ama Iha dan menetap dengan Silalohi. Kemudian Nyai Mas menikah dengan Kapitan Manuhutu
dari Negeri Haria. Sedangkan Nyai Intan terus melanjutkan perjalanan mencari saudaranya Simanole sampai mereka bertemu. Kemudian menetap
bersama Simanole dan menikah dengan Kapitan Bakarbessy dari negeri Waai. Silalohi merupakan leluhur dari negeri Siri Sori Islam Louhata
Amalatu . Negeri Siri Sori Islam merupakan bagian dari Patasiwa
Patalima .
Konon, moyang Sopaleu merupakan generasi pertama penghuni Yama Elhau
kampung lama yang berada di puncak bukit Negeri Siri-Sori Islam. Disaat yang sama juga telah ada moyang Lohilomanuputty tuan
tanah, leluhur dari marga Salatalohy. Suatu saat, moyang dari marga Salatalohy
yang menetap di Elhau, turun ke lembah, karena mendengar suara ayam jantan berkokok. Sesampainya di lembah, dia kemudian
bertemu dengan moyang dari marga Picalouhata. Dari pertemuan itulah kemudian terjadi pembicaraan “Sei lembe lia yale sei lembe lia? - Siapa
yang ada disana” tanya Lohilomanuputty. Moyang Sopaleu menjawab “Yale tau otetewa, Yami Sopaleu wahe waile karapoli
- Saya orang yang
4
3
54
baru kembali dari berlayar Sopaleu yang menetap di sungai yang airnya mengalir mengelilingi daerah ini Waelo karapori”. Moyang Salatalohy
kemudian menyampaikan maksudnya, bahwa dia baru saja turun dari Elhau
, untuk mencari suara ayam jantan. Ayam yang dicari oleh moyang Salataloh
y ternyata ayam berwarna putih. Ayam tersebut kemudian diberikan oleh moyang Sopaleu kepada moyang Salatalohy. Sejak saat
itu, moyang Salatalohy diberi gelar Lohylomanuputty yang artinya pemilik
ayam putih.
Pertemuan kedua moyang itu, kemudian dilanjutkan dengan ikrar untuk menetap dan membangun Negeri Elhau hingga datangnya generasi
kedua yang dijuluki Analaturua dua bersaudara yang kini memiliki turunan bermarga Saimima dan Patty atau Pattisahusiwa. Negeri Elhau
kini dikenal dengan nama Siri Sori Islam atau Louhata Amalatu. Louhata Amalatu
berasal dari kata Louwe yang artinya berkumpul, Hata’a berarti angkat kaki dari tempat persembunyian di gunung-gunung dan Amalatu
yang berarti bapak raja. Louhata Amalatu berarti tempat berkumpul untuk musyawarah mufakat para raja dan kapitan.
18
6
= 5
56
III.2.2 Demografi Negeri Siri Sori Islam
1. Letak Geografis negeri Siri Sori Islam