Aspek Yang Diperlukan Untuk Menjadikan Pramuwisata Yang Berkualitas Guna Perkembangan Kepariwisaataan Indonesia

(1)

Gita Ellanda : Aspek Yang Diperlukan Untuk Menjadikan Pramuwisata Yang Berkualitas Guna Perkembangan Kepariwisaataan Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

ASPEK YANG DIPERLUKAN UNTUK MENJADIKAN PRAMUWISATA YANG BERKUALITAS GUNA PERKEMBANGAN KEPARIWISAATAAN INDONESIA

KERTAS KARYA Dikerjakan

O L E H

GITA ELLANDA

NIM : 062204064

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS SASTRA

PROGRAM PENDIDIKAN NON GELAR

DALAM PROGRAM STUDI PARIWISATA

BIDANG KEAHLIAN USAHA WISATA

MEDAN 2009


(2)

Gita Ellanda : Aspek Yang Diperlukan Untuk Menjadikan Pramuwisata Yang Berkualitas Guna Perkembangan Kepariwisaataan Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan serta menyusun kertas karya ini, yang merupakan syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Diploma III Jurusan Pariwisata Bidang Keahlian Usaha Wisata di Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

Judul kertas karya ini adalah “Aspek yang Diperlukan Untuk Menjadikan Pramuwisata yang Berkualitas Guna Perkembangan Kepariwisataan Indonesia”. Dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada :

1. Alm. papa tercinta (semoga Allah menerima amal ibadah beliau) dan mama atas doa, dukungan dan limpahan kasih sayangnya, serta abang tersayang Hari Bugi Prama.

2. Bapak Drs. Syaifuddin, MA. Ph. D. Selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara

3. Bapak Solahuddin Nst, SE, MSP. Selaku Koordinator Praktek Program Studi Pariwisata Bidang Keahlian Usaha Wisata dan selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama penyusunan kertas karya ini.

4. Bapak Drs. Ridwan Azhar, M. Hum. Selaku Ketua Jurusan Program Studi D-III Pariwisata Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara serta selaku dosen pembaca yang telah memberikan koreksi dan juga perbaikan untuk kesempurnaan kertas karya ini.


(3)

Gita Ellanda : Aspek Yang Diperlukan Untuk Menjadikan Pramuwisata Yang Berkualitas Guna Perkembangan Kepariwisaataan Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

5. Bapak Drs. Muchtar, S.Sos, S.Par. Selaku Sekretaris Program Studi D-III Pariwisata.

6. Seluruh staf pengajar pada Program Studi Pariwisata atas bimbingannya selama perkuliahan.

7. Seluruh staf PT. Garuda Indonesia dan Okdo Travel atas bantuannya selama Kerja Praktek.

8. Teristimewa kepada Akbar Maulana Putra atas dukungannya, kesabarannya terutama dalam menunggu jika penulis sedang mengurus masalah kerja praktek, bantuannya, tenaganya mengantarkan dan menemani penulis. Semoga segalanya dapat berakhir dengan indah.

9. Buat Utie, jangan ada perubahan ya, izenk, kapan kita hidup ber 4 lagi?

10.Fanny ,teman sepenanggungan selama Kerja Praktek yang memberikan banyak pengalaman tak terlupakan baik suka maupun duka ,Veny, Yuni, Dini, Odid, C’mul.

11.Buat teman-teman jurusan Usaha Wisata dan Perhotelan terutama anak-anak’06.

Penulis menyadari kertas karya ini masih banyak kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan kertas karya ini. Semoga kertas karya ini bermanfaat bagi pembaca sekalian terutama bagi penulis sendiri.

Medan, Maret 2009 Penulis,

Gita Ellanda


(4)

Gita Ellanda : Aspek Yang Diperlukan Untuk Menjadikan Pramuwisata Yang Berkualitas Guna Perkembangan Kepariwisaataan Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Alasan Pemilihan Judul

Tidak diragukan lagi bahwa kontribusi pendanaan yang berasal dari usaha jasa pariwisata telah meningkat dengan cukup berarti. Bahkan dalam perkembangannya, peranan industri pariwisata dalam memopang menggalakkan roda perekonomian nasional semakin kokoh diurutan kedua setelah migas.

Perkembangan kepariwisataan Indonesia tidak terlepas dari pelayanan yang prima yang hanya dapat diberikan oleh pramuwisata yang profesional, yaitu mereka yang selalu berorientasi kepada kepuasan wisatawan sebagai konsumen. Untuk dapat menjadi seorang pramuwisata yang profesional, selain harus memiliki pengalaman, juga harus memiliki kemampuan, baik secara teoritis maupun teknis dalam pelayanan kepada wisatawan pada umumnya. Selain itu, seorang pramuwisata juga harus memiliki “pengetahuan” yang didukung oleh “kemampuan” dan “keyakinan” diri untuk menghadapi tugas-tugas yang rutin dan silih berganti.

Salah satu tugas seorang pramuwisata adalah memberi kesenangan atau kepuasan kepada setiap wisatawan yang dibawanya. Karena itu, untuk mengetahui keinginan dan selera wisatawan, hendaknya seorang pramuwisata menyatukan pengetahuan, keterampilan, dan perasaannya untuk menciptakan kesenangan yang diinginkan oleh wisatawan yang dibawanya tersebut.

Di dalam kepariwisataan, seorang pramuwisata dituntut sedemikian rupa kerja yang maksimal, karena citra pariwisata Indonesia, citra negara dan bangsa Indonesia berada dipundaknya. Karena itu peranan seorang pramuwisata sangat penting. Ibarat


(5)

Gita Ellanda : Aspek Yang Diperlukan Untuk Menjadikan Pramuwisata Yang Berkualitas Guna Perkembangan Kepariwisaataan Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

dalam pertempuran, pramuwisata merupakan pasukan tempur yang berada di garis terdepan yang harus memenangkan perang.

Untuk menjadi seorang pramuwisata profesional, kita harus memiliki ilmu dan pengetahuan yang menyeluruh tentang berbagai hal yang menyangkut dunia pariwisata Indonesia. Seorang pramuwisata harus memberikan image yang baik kepada wisatawan yang dibawanya. Dengan demikian citra pramuwisata dan pariwisata di Indonesia akan terkesan baik di mata wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara.

Berdasarkan dari sudut pandang tersebut maka penulis tertarik untuk menguraikan secara mendetail mengenai hal yang diperlukan untuk dapat menjadi seorang pramuwisata profesional. Oleh karena itu, penulis memilih judul kertas karya

“Aspek yang Diperlukan Untuk Menjadikan Pramuwisata yang Berkualitas Guna

Perkembangan Kepariwisataan Indonesia”.

1.2. Pembatasan Masalah

Mengingat terdapat beranekaragamnya permasalahan mengenai kepariwisataan Indonesia yang dapat dijadikan sebagai bahan penulisan kertas karya ini, maka penulis membatasi permasalahan mengenai “Aspek yang Diperlukan Untuk Menjadikan Pramuwisata yang Berkualitas Guna Perkembangan Kepariwisataan Indonesia”. Di dalam kertas karya ini ruang lingkup pembatasan masalah dikhususkan pada ruang lingkup mengenai hal-hal yang dibutuhkan seseorang untukdapat menjadi seorang pramuwisata yang profesional. Penulis mencoba membantu memberikan pengetahuan dasar serta persiapan-persiapan yang diperlukan agar peningkatan pramuwisata Indonesia memberikan dampak positif bagi perkembangan pariwisata Indonesia. Namun demikian, pembatasan masalah ini tidak akan mengurangi arti dan


(6)

Gita Ellanda : Aspek Yang Diperlukan Untuk Menjadikan Pramuwisata Yang Berkualitas Guna Perkembangan Kepariwisaataan Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

penjelasan pada topik yang dibahas, tetapi agar penulis tidak lari dari masalah yang dimaksud.

1.3. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan kertas karya ini adalah :

1. Memberikan penjelasan bagaimana menjadi seorang pramuwisata profesional. 2. Memberikan gambaran secara menyeluruh mengenai pentingnya peranan

seorang pramuwisata dalam memajukan kegiatan kepariwisataan.

3. Sebagai salah satu syarat kelengkapan akademis untuk meraih gelar Ahli Madya Program Pendidikan Diploma III Jurusan Pariwisata Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

1.4. Metode Penulisan

Metode yang telah dilakukan untuk mendapatkan informasi maupun data-data dalam menyusun kertas karya, penulis menggunakan dua metode dalam usaha mendapatkan data dan informasi yang diperlukan tersebut, yaitu :

1. Studi Keperpustakaan (Library Research)

Suatu cara atau metode mengumpulkan data-data terlebih dahulu melalui buku-buku kepariwisataan yang direkomendasikan oleh dosen selama di bangku perkuliahan baik dari perpustakaan maupun dari luar yang berkenaan dengan judul yang penulis pilih.


(7)

Gita Ellanda : Aspek Yang Diperlukan Untuk Menjadikan Pramuwisata Yang Berkualitas Guna Perkembangan Kepariwisaataan Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

2. Studi Lapangan (Field Research)

Suatu cara atau metode yang dilakukan dengan cara mewawancarai langsung pihak-pihak yang penulis nilai berpengalaman di bidangnya, serta studi wilayah.

1.5. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan kertas karya ini secara ringkas, susunan pembahasan terdiri dari lima (5) bab, dimana masing-masing bab terdiri dari sub-sub bahasan yang saling berkaitan, penjabarannya adalah sebagai berikut :

BAB I Menguraikan alasan pemilihan judul, pembatasan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II Membahas uraian teoritis tentang pengertian pariwisata, pengertian objek wisata dan daya tarik wisata, pengertian sarana dan prasarana pariwisata, pengertian produk industri pariwisata serta motivasi perjalanan wisata.

BAB III Mencakup pembahasan mengenai gambaran umum pramuwisata diantaranya pengertian pramuwisata, peranan pramuwisata, persyaratan dan penggolongan pramuwisata, dan tugas serta kewajiban pramuwisata.

BAB IV Menguraikan tentang meningkatkan sikap dalam memberi pelayanan, Memperbaiki Cara dan Teknik Pelayanan, serta mempelajari karakteristik wisatawan.


(8)

Gita Ellanda : Aspek Yang Diperlukan Untuk Menjadikan Pramuwisata Yang Berkualitas Guna Perkembangan Kepariwisaataan Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

BAB II

URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN

2.1 Pengertian Pariwisata

Ditinjau dari segi Etimologi, kata pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri atas dua suku kata yaitu:

1. Pari : Berarti banyak,berkali-kali,dan berputar-putar 2. Wisata : Berarti perjalanan atau bepergian

Kata pariwisata berarti suatu perjalanan yang dilakukan secara berkali-kali atau berputar-putar dari satu tempat ke tempat lain.

Batasan pariwisata secara umum berdasarkan Undang-undang No.9 Tahun 1990 tentang pariwisata adalah :

1. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan perjalanan tersebut yang dilakukan secara suka rela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata.

2. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengelola atau penyelenggara obyek serta daya tarik sehingga dengan usaha itu orang/wisatawan datang untuk mengunjunginya.

3. Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata.

4. Usaha wisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata, dengan menyediakan, mengusahakan obyek wisata dan daya tarik, mengusahakan sarana dan prasarana yang terkait dengan pariwisata.

5. Kawasan pariwisata adalah kawasan tertentu yang dibangun atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata.


(9)

Gita Ellanda : Aspek Yang Diperlukan Untuk Menjadikan Pramuwisata Yang Berkualitas Guna Perkembangan Kepariwisaataan Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

Pada hakikatnya berpariwisata adalah suatu proses perjalanan sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain diluar tempat tinggalnya. Dorongan perjalanan adalah karena berbagai kepentingan, baik karena kepentingan ekonomi, sosial, kebudayaan, politik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain seperti karena sekedar ingin tahu, menambah pengalaman ataupun untuk belajar.

Istilah pariwisata berhubungan erat dengan pengertian perjalanan wisata, yaitu sebagai suatu perubahan tempat tinggal sementara seseorang di luar tempat tinggalnya karena suatu alasan dan bukan untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan upah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perjalanan wisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih dengan tujuan antara lain untuk mendapatkan kenikmatan dan memenuhi hasrat ingin mengetahui sesuatu. Dapat juga karena kepentingan yang berhubungan dengan kegiatan olahraga untuk kesehatan, konversi, keagamaan dan keperluan usaha yang lainnya.

Kata Pariwisata sesungguhnya baru populer di Indonesia setelah diadakan musyawarah nasional tourisme ke-2 di Tretes-Jawa Timur, tanggal 12-14 Juni 1958. Pada saat itu kata pariwisata dikenal dengan istilah Tourisme, yang kemudian diganti menjadi Pariwisata oleh Prof. Prijono dan orang yang berjasa mempopulerkan kata pariwisata adalah Jendral GPH. Jatikusumo yang pada waktu itu menjabat Menteri Perhubungan Darat, Pos, Telekomunikasi dan Pariwisata.

Istilah pariwisata mulai dipakai setelah tahun 1960 untuk mengganti istilah bertamasya, melancong atau piknik yang lazim dipakai pada waktu itu. Istilah tamasya, melancong atau piknik hanya memberikan pengertian yang sempit dan sederhana. Oleh karena itu perlu untuk menggantinya dengan istilah yang lebih sesuai dan cocok. Bertamasya, melancong atau piknik yang diartikan sebagai bepergian ke


(10)

Gita Ellanda : Aspek Yang Diperlukan Untuk Menjadikan Pramuwisata Yang Berkualitas Guna Perkembangan Kepariwisaataan Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

suatu tempat untuk sekedar menikmati alam, pergi untuk makan dan minum di alam terbuka, bersantai. Disamping itu, tempat yang menjadi tujuan pun tidak jauh.

Adapun defenisi pariwisata menurut beberapa ahli pariwisata sebagai berikut :

1. Mr. Herman V. Schulard dari Austria pada tahun 1910 membuat batasan yang

menekankan pada sudut ekonomi, bahwa “Pariwisata adalah sejumlah kegiatan terutama yang ada kaitannya dengan kegiatan perekonomian, secara langsung berhubungan dengan masuknya orang asing lalu lintas di suatu negara tertentu, kota ataupun daerah” (Yoeti, 1981:hal.114).

2. Prof. Dr. Hunzieker dan Prof. Kraft pada tahun 1942, mengemukakan bahwa

“Pariwisata merupakan keseluruhan dari gejala-gejala yang ditimbulkan oleh perjalanan dan pendiaman orang asing serta penyediaan tempat tinggal sementara, asalkan pendiaman itu tidak tinggal menetap dan tidak memperoleh penghasilan dari aktivitas yang bersifat sementara itu” (Yoeti, 1981:hal.115).

3. Prof. Salah Wahab, mengemukakan bahwa pariwisata adalah suatu aktifitas

manusia yang dilakukan secara sadar dan mendapat pelayanan secara bergantian diantara orang-orang dalam suatu negara itu sendiri atau diluar negeri, meliputi pendiaman orang-orang lain untuk sementara waktu dalam mencari kepuasan yang beraneka ragam dan berbeda dengan apa yang dialaminya.

Defenisi-defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan maksud bukan untuk mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, akan tetapi adalah untuk menikmati perjalanan tersebut guna untuk rekreasi atau memenuhi keinginannya yang beraneka ragam.


(11)

Gita Ellanda : Aspek Yang Diperlukan Untuk Menjadikan Pramuwisata Yang Berkualitas Guna Perkembangan Kepariwisaataan Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

2.2 Pengertian Objek Wisata dan Daya Tarik Wisata

Objek Wisata dan Daya Tarik Wisata merupakan salah satu faktor yang utama bagi daya tarik wisatawan untuk mengunjungi suatu daerah atau negara. Membicarakan objek wisata dan daya tarik wisata ada baiknya dikaitkan dengan pengertian produk dari industri pariwisata itu sendiri. Hal ini dianggap perlu, karena sampai sekarang masih dijumpai perbedaan pendapat antara beberapa ahli mengenai produk usaha pariwisata di satu pihak dan objek dan daya tarik wisata dilain pihak. Menurut UU No.9 tahun 1990 objek dan daya tarik wisata ialah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata. Pengertiannya secara umum objek wisata ialah segala sesuatu yang dapat dilihat, didengar, dan dirasakan manusia yang diciptakan oleh alam, sedangkan daya tarik wisata ialah segala sesuatu yang membuat wisatawan tertarik untuk mengunjungi daerah tersebut, dimana manusia harus mempersiapkan terlebih dahulu.

Terdapat perbedaan yang prinsipil antara pengertian produk usaha pariwisata dengan objek dan daya tarik wisata. Produk usaha pariwisata meliputi keseluruhan pelayanan yang diperoleh, dirasakan atau dinikmati wisatawan, mulai ia meninggalkan rumah sampai ke daerah tujuan wisata yang telah dikunjunginya dan kemudian kembali ke rumah. Jadi objek dan daya tarik wisata itu sendiri sebenarnya sudah masuk ke dalam produk industri pariwisata, karena kalau tidak dimotivasi untuk berkunjung ke daerah tujuan wisata itu dapat dikatakan tidak dapat dilaksanakan, padahal sudah diyakini bahwa pada suatu daerah tujuan wisata sudah pasti ada objek dan daya tarik wisata.

2.2.1 Bentuk Objek Wisata dan Daya Tarik Wisata

a. Objek wisata dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keadaan alam, flora dan fauna.


(12)

Gita Ellanda : Aspek Yang Diperlukan Untuk Menjadikan Pramuwisata Yang Berkualitas Guna Perkembangan Kepariwisaataan Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

b. Objek wisata dan daya tarik wisata hasil karya manusia, yang berwujud museum, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, wisata agro, wisata tirta, wisata buru, wisata pertualangan alam, taman rekreasi dan tempat hiburan.

2.2.2 Jenis Objek Wisata dan Daya Tarik Wisata

a. Objek dan daya tarik wisata alam b. Objek dan daya tarik wisata budaya c. Objek dan daya tarik wisata minat khusus

Hal-hal yang dapat menarik orang untuk berkunjung ke suatu tempat dan daerah tujuan wisata, diantaranya ialah :

1. Benda-benda yang tersedia dan terdapat di alam semesta, yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah :

a. Iklim, misalnya cuaca daerah, banyaknya sinar matahari dan sebagainya. b. Bentuk tanah dan pemandangan, misalnya lembah pegunungan, danau, sungai,

air terjun, gunung merapi, dan lain-lain.

c. Hutan belukar, misalnya hutan yang luas, banyak pohon-pohon dan lain sebagainya.

d. Flora dan Fauna, seperti tanaman yang aneh, burung-burung cagar alam, daerah perkebunan, dan sebagainya.

e. Pusat-pusat kesehatan (Health Center) dan yang termasuk dalam kelompok ini, misalnya sumber air mineral, mandi air sulfur, sumber air panas. Kesemuanya itu dapat diharapkan menyembuhkan macam-macam penyakit. 2. Hasil ciptaan manusia (Man-made Supply) berupa benda-benda yang bersejarah,

kebudayaan dan keagamaan (historical, cultural,dan religius), misalnya : a. Monumen bersejarah dan sisa peradaban masa lampau manusia.


(13)

Gita Ellanda : Aspek Yang Diperlukan Untuk Menjadikan Pramuwisata Yang Berkualitas Guna Perkembangan Kepariwisaataan Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

b. Museum, Art Gallery, perpustakaan, kesenian rakyat, handy-carft. c. Upacara tradisional, pameran fertival, upacara perkawinan, dan lain-lain. d. Rumah-rumah ibadah, seperti mesjid, gereja, kuil, candi, dan pura. 3. Tata cara hidup masyarakat (The way of life)

Tata cara hidup tradisional dari suatu masyarakat adalah salah satu sumber yang sangat penting untuk ditawarkan pada wisatawan, bagaimana keadaan hidupnya, adat istiadat, semuanya merupakan daya tarik bagi wisatawan di daerah itu.

Ditinjau dari sudut pemasaran pariwisata terutama dalam pengembangan suatu daerah menjadi daerah tujuan wisata agar ia dapat menarik untuk dikunjungi oleh wisatawan, ia harus memiliki 3 syarat yaitu :

a. Daerah itu harus mempunyai apa yang disebut sebagai “something to see”, artinya di tempat tersebut harus ada objek dan daya tarik wisata yang berbeda, harus memiliki daya tarik khusus, disamping itu dia harus mempunyai pula atraksi wisata yang dapat disajikan sebagai entertainment bila orang datang kesana.

b. Di daerah tersebut harus tersedia apa yang disebut dengan istilah “something

to do”, artinya di tempat tersebut selain banyak yang dapat dilihat dan

disaksikan, harus pula disediakan fasilitas rekreasi yang dapat dilihat dan disaksikan, harus pula disediakan fasilitas rekreasi yang dapat membuat mereka betah tinggal lebih lama di daerah itu dengan adanya kesibukan. c. Daerah itu harus memiliki apa yang disebut dengan istilah “something to

buy”, artinya di tempat tersebut harus tersedia fasilitas-fasilitas untuk

berbelanja (shoping) terutama barang-barang souvenir hasil kerajinan tangan rakyat sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang ke tempat asal


(14)

masing-Gita Ellanda : Aspek Yang Diperlukan Untuk Menjadikan Pramuwisata Yang Berkualitas Guna Perkembangan Kepariwisaataan Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

masing. Fasilitas untuk berbelanja ini tidak hanya menyediakan barang-barang yang dapat dibeli tapi harus pula tersedia sarana-sarana untuk lebih memperlancar, seperti : money changer, bank, kantor pos, telekomunikasi, dan lain-lain.

2.3 Pengertian Sarana dan Prasarana Pariwisata

Sarana dan prasarana adalah unsur penting dalam penyelenggaraan kegiatan kepariwisataan, agar semua kegiatan kepariwisataan dapat berjalan dengan lancar dan dapat memberikan kepuasan bagi konsumen. Sarana dapat berupa transportasi, akomodasi, restoran, sedangkan prasarana dapat berupa prasarana jalan, rumah sakit, dan lain-lain.

2.3.1 Sarana Kepariwisataan (Tourism Suprastructure)

Sarana kepariwisataan adalah perusahaan-perusahaan yang memberikan pelayanan kepada wisatawan, baik secara langsung maupun tidak langsung dan hidup serta kehidupannya sangat tergantung kepada wisatawan.

Sarana kepariwisataan dapat dibagi 3 kelompok besar, yaitu :

1. Sarana Pokok Kepariwisataan (Main Tourism Suprastructure) adalah perusahaan-perusahaan yang memberikan pelayanan kepada wisatawan, baik secara langsung maupun tidak langsung dan hidup serta kehidupannya sangat tergantung kepada wisatawan. Contohnya hotel, restoran, biro pelayanan umum, agen perjalanan, objek dan atraksi wisata.

2. Sarana Pelengkap Kepariwisataan (Supplementing Tourism Suprastructure) adalah seluruh perusahaan yang menyediakan fasilitas-fasilitas rekreasi. Fungsi sarana pelengkap ini tidak hanya untuk melengkapi sarana pokok kepariwisataan, tetapi juga untuk membuat wisatawan tinggal lebih lama


(15)

Gita Ellanda : Aspek Yang Diperlukan Untuk Menjadikan Pramuwisata Yang Berkualitas Guna Perkembangan Kepariwisaataan Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

didaerah tujuan wisata, sarana pelengkap ini berupa sarana olahraga seperti kolam renang, lapangan golf, dan lapangan tenis.

3. Sarana penunjang Kepariwisataan (Supporting Tourism Suprastructure) adalah semua perusahaan yang menunjang sarana pokok dan sarana pelengkap yang fungsinya bukan saja membuat wisatawan lebih lama berdiam di suatu daerah tujuan wisata, akan tetapi yang lebih penting lagi adalah mengusahakan agar wisatawan lebih banyak mengeluarkan uangnya di daerah yang dikunjunginya. Contohnya Night Club, Diskotik, Kasino, dan lain-lain.

2.3.2 Prasarana Kepariwisataan (Tourism Infrastructure)

Kata prasarana berarti semua fasilitas yang dapat memungkinkan proses perekonomian dapat berjalan lancar sedemiakian rupa, sehingga memudahkan manusia untuk dapat memenuhi kebutuhannya. Adapun pendapat beberapa ahli mengenai prasarana adalah sebagai berikut :

1. Menurut Lothar A. Krecht (Yoeti, 1981:hal.186-192), membagi prasarana dalam dua bagian yaitu :

a. Prasarana perekonomian (Economic Infrastructure) terdiri dari pengangkutan, prasarana komunikasi, prasarana utilities seperti air bersih, listrik, dan prasarana sistem perbankan.

b. Prasarana Sosial (Social Infrastructure) terdiri dari sistem pendidikan, pelayanan kesehatan, faktor keamanan, petugas yang langsung terlibat dalam pelayanan wisatawan.

2. Menurut Prof. Salah Wahab (Yoeti, 1981:hal.192-194), membagi prasarana dalam tiga bagian yaitu :


(16)

Gita Ellanda : Aspek Yang Diperlukan Untuk Menjadikan Pramuwisata Yang Berkualitas Guna Perkembangan Kepariwisaataan Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

a. Prasarana umum (general infrastructure) adalah prasarana yang menyangkut orang banyak, yang pengadaannya untuk kelancaran roda perekonomian. Contohnya: air bersih, sistem irigasi, perhubungan, dan lain-lain.

b. Prasarana kebutuhan masyarakat banyak (Basic needs of Civil Life), seperti kantor pos, bank, rumah sakit.

c. Prasarana Kepariwisataan (Tourism Infrastructure) adalah prasarana yang menyangkut kepariwisataan, prasarana ini dibagi dalam 3 kelompok, yaitu :

1. Receptive Tourist Plan adalah segala bentuk badan usaha yang

mengurus kedatangan wisatawan, seperti : agen perjalanan, BPU.

2. Residential Tourist Plan adalah semua fasilitas yang disediakan untuk

menampung wisatawan, seperti : restoran dan hotel.

3. Recreative dan Sportive Tourist Plan adalah semua fasilitas yang dapat

digunakan untuk kegiatan olahraga, seperti : kolam renang dan lapangan golf.

Uraian diatas dapat disimpulkan bahwa prasarana kepariwisataan adalah semua fasilitas yang memungkinkan sarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang, serta dapat memberikan pelayanan kepada wisatawan untuk memenuhi berbagai kebutuhan mereka dalam perjalanan.

2.4 Pengertian Produk Industri Pariwisata

Pariwisata sebagai suatu industri menghasilkan jasa-jasa sebagai produk yang dibutuhkan wisatawan pada khususnya dan travellers pada umumnya. Produk wisata adalah semua jasa-jasa yang dibutuhkan wisatawan semenjak ia berangkat meninggalkan tempat kediamannya, sampai ia kembali kerumah dimana ia tinggal.

Perusahaan-perusahaan yang termasuk dalam industri pariwisata adalah sebagai berikut:


(17)

Gita Ellanda : Aspek Yang Diperlukan Untuk Menjadikan Pramuwisata Yang Berkualitas Guna Perkembangan Kepariwisaataan Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

1. Travel agent, yaitu: perusahaan yang memberikan informasi, melakukan reservasi, mengurus tiket dan voucher serta mengurus dokumen perjalanan sehubungan dengan perjalanan wisata yang akan dilakukan.

2. Perusahaan pengangkutan (transportasi) berupa angkutan darat, laut dan udara yang akan membawa wisatawan ke daerah tujuan wisatanya.

3. Akomodasi perhotelan, tempat dimana wisatawan akan menginap untuk sementara waktu selama wisatawan berada di daerah tujuan wisata yang bersangkutan.

4. Bar dan restoran, tempat dimana wisatawan dapat memesan makanan dan minuman yang sesuai dengan seleranya.

5. Souvenir shop, tempat dimana wisatawan dapat berbelanja untuk membeli oleh-oleh sebagai kenang-kenangan.

6. Perusahaan lainnya yang berkaitan dengan aktifitas wisatawan, seperti money changer, kantor pos, tempat mencetak film, dan lain-lain.

2.5 Motivasi Perjalanan Wisata

Motivasi perjalanan wisata adalah suatu alasan tertentu dari masing-masing wisatawan untuk melakukan perjalanan wisata, karena pada hakikatnya mobilitas manusia merupakan salah satu sifat utama dari manusia itu sendiri yang tidak pernah puas terpaku pada suatu tempat untuk memenuhi tuntutan kelangsungan hidupnya.

Dengan bertambahnya jumlah produk yang ditawarkan, dan ditunjang dengan meningkatnya keadaan sosial ekonomi, dan kemajuan teknologi mendorong manusia untuk membuat permintaan jauh lebih banyak dan beragam.

Secara garis besarnya dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi yang mendorong wisatawan untuk mengadakan perjalanan wisata adalah sebagai berikut :


(18)

Gita Ellanda : Aspek Yang Diperlukan Untuk Menjadikan Pramuwisata Yang Berkualitas Guna Perkembangan Kepariwisaataan Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

1. Dorongan kebutuhan untuk berlibur dan berekreasi, 2. Dorongan kebutuhan pendidikan dan penelitian, 3. Dorongan kebutuhan keagamaan,

4. Dorongan kebuituhan kesehatan,

5. Dorongan atas minat terhadap kebudayaan dan kesenian, 6. Dorongan kepentingan keamanan,

7. Dorongan kepentingan hubungan keluarga, 8. Dorongan kepentingan politik.


(19)

Gita Ellanda : Aspek Yang Diperlukan Untuk Menjadikan Pramuwisata Yang Berkualitas Guna Perkembangan Kepariwisaataan Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

BAB III

GAMBARAN UMUM PRAMUWISATA

3.1 Sejarah dan Pengertian Pramuwisata

Profesi sebagai pramuwisata baru dikenal sejak Thomas Cook di Inggris mengatur perjalanan excurtion/darmawisata dari Leicester ke Lougborough di Inggris pada tanggal 5 juli 1841 yang kemudian dilanjutkan pada tahun 1857 untuk melihat

World Exposition di London serta selanjutnya dia mengatur perjalanan ke Eropa.

Dari sudut pandangan wisatawan, pramuwisata adalah seseorang yang bekerja pada suatu biro perjalanan atau suatu kantor pariwisata (Tourist Office) yang bertugas memberikan informasi, petunjuk dan advis secara langsung kepada wisatawan sebelum dan selama dalam perjalanan wisata berlangsung.

Sesuai dengan batasan tersebut di atas maka tugas seorang pramuwisata mencakup kegiatan sebagai berikut, seperti: menuntun, memimpin, memberi penjelasan dan penerangan, petunjuk atau advis kepada anggota rombongan wisatawan selama dalam perjalanan wisata berlangsung.

Di dalam perjalanan tugas seorang pramuwisata selalu berusaha agar para anggota rombongannya, mereka yang mendengarkannya, dapat mengerti dan selalu memperhatikan apa yang disampaikannya. Oleh karena itu selalu dapat menarik perhatian seluruh anggota rombongan yang dibawanya. Apa yang dibicarakan, apa yang dikomentari, harus dapat memberi kesan (image) tentang kota atau daerah dan bahkan keharuman nama negara dan bangsanya. Dengan keahlian yang ada padanya, ia harus dapat mempengaruhi semua anggota rombongan, membuat mereka kagum, merasa aneh, seakan-akan apa yang diceritakannya berbeda dari yang lain, sehingga mereka betul-betul terkesan mendengarkannya.


(20)

Gita Ellanda : Aspek Yang Diperlukan Untuk Menjadikan Pramuwisata Yang Berkualitas Guna Perkembangan Kepariwisaataan Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

Di dalam praktek, kita mengenal ada dua macam pramuwisata, yaitu: pramuwisata umum (General Guide) dan pramuwisata khusus (Special Guide). Kebanyakan pramuwisata yang umum bekerja pada biro Perjalanan Umum, baik ia sebagai karyawan (Payroll Guide) maupun sebagai honorer yang biasa disebut sebagai “Freelance guide”. Sedangkan pramuwisata khusus, kebanyakan beroperasi pada suatu obyek tertentu, seperti di Museum, di Candi-candi, pada suatu Pura, peninggalan – peninggalan kuno dan sebagainya.

Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat lebih mengenal istilah guide daripada pemandu wisata maupun pramuwisata. Guide selalu dikaitkan dengan orang

bule, turis” (wisatawan/tourist). Setiap orang yang menemani wisatawan makan di

restoran, mengantar wisatawan mengunjungi objek wisata, menonton pertunjukan, belanja di souvenir shop, dan lain-lain selalu dikonotasikan sebagai sorang guide.

Berikut ini beberapa pengertian pramuwisata menurut beberapa sumber :

1. International Travel Dictionary

From the point tourist of view, the tour guide is a person employed, either directly by the traveller,an official or private tourist organization or travel agent to infrom directly and advice the tourists before and during his journey.

2. Oxford Advanced Learner”s Dictionary of Current english

A person employed to point out interesting sights on a journey or visit.

3. R.S. Damardjati (Istilah-istilah Dunia pariwisata, 2001:101)

Seorang yang telah memiliki sertifikat tanda lulus ujian profesi dari instansi atau lembaga resmi pariwisata dan telah memiliki tanda pengenal (badge), sehingga berhak untuk menyelenggarakan bimbingan perjalanan serta pemberian penerangan tentang kebudayaan, kekayaan alan dan aspirasi kehidupan bangsa Indonesia atau penduduk suatu wilayah dan/atau mengenai suatu objek spesialisasi khusus terhadap


(21)

Gita Ellanda : Aspek Yang Diperlukan Untuk Menjadikan Pramuwisata Yang Berkualitas Guna Perkembangan Kepariwisaataan Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

para wisatawan baik sebagai perorangan atau dalam suatu kelompok, dengan menggunakan satu atau beberapa bahasa tertentu. Dalam kaitan tugas-tugas tersebut di atas, dikenal adanya Pemimpin Perjalanan Wisata (Tour Leader), Pramuwisata Umum, dan Pramuwisata Khusus.

Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Pramuwisata adalah seseorang yang mengarahkan sebuah tur.Ia adalah kunci utama yang akan membawa wisatawan mendapatkan pengalaman-pengalaman selama tur.

2. Pramuwisata adalah seseorang yang memimpin wisatawan dan memberikan informasi tentang segala sesuatu yang memiliki daya tarik bagi wisatawan. 3. Pramuwisata adalah sebuah profesi, sebab untuk menyandang gelar dan

melakukan kegiatannya ia harus melalui proses pendidikan dan mendaatkan legalitas tertentu, dan atas pekerjaannya ia mendapatkan imbalan tertentu.

3.2 Peranan Pramuwisata

Di dalam kepariwisataan seorang pramuwisata dituntut sedemikian rupa agar citra pariwisata Indonesia, citra negara dan bangsa Indonesia berada di pundaknya. Karena itu peranan seorang pramuwisata sangat penting. Ibarat dalam pertempuran, pramuwisata merupakan pasukan tempur yang harus memenangkan perang.

Dilihat daripihak wisatawan yang akan diberi pelayanan, maka pramuwisata adalah teman dalam perjalanan yang dianggap serba tahu dan kepadanyalah nasibnya diserahkan selama dalam perjalanan wisata yang diselenggarakan. Bagi wisatawan, seorang pramuwisata dianggap sebagai “guru besar” yang ahli dalam bidangnya untuk memberikan penjelasan tentang Indonesia secara umum, termasuk penduduk, sejarah, potensi ekonomi, politik,seni budaya, lambang negara, dan falsafah Pancasila


(22)

Gita Ellanda : Aspek Yang Diperlukan Untuk Menjadikan Pramuwisata Yang Berkualitas Guna Perkembangan Kepariwisaataan Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

serta bendera kebangsaan yang dipakai. Oleh karena itulah seorang pramuwisata juga disebut sebagai “duta bangsaí” yang dapat memberi penjelasan apa, siapa, dan bagaimana Indonesia.

Dari kacamata pariwisata Indonesia pramuwisata merupakan “professor” yang dianggap serba mengetahui tentang objek dan atraksi yang dimiliki daerahnya. Bagaimana cerita dan sejarahnya serta dapat memberikan informasi tentang data dan fakta dari objek dan atraksi yang telah dimasukkan dalam tour itinerary yang telah disusun sebelumnya.

Selain itu bila dilihat daripihak perusahaan tempat pramuwisata bekerja, maka dia harus bertindak sebagai wakil dari perusahaan yang memperlakukan wisatawan sebagai “konsumen”-nya dan ia bertindak sebagai penjual yang melakukan “after

sales services” dari paket wisata yang telah dijual Tour Operator tempat ia bekerja.

Apabila pelayanan yang diberikan oleh seorang pramuwisata selama penyelenggaraan wisata kurang memuaskan wisatawan, maka sudah sewajarnya jika wisatawan mengeluh (complaint) kepada perusahaan perjalanan tempat ia membeli tur. Wisatawan akan meminta pertanggungjawaban perusahaan atas perjanjian yang telah disepakati bersama. Inilah yang harus selalu diingat oleh pramuwisata, bahwa ia tidak dapat melakukan kegiatannya secara bebas, namun terikat oleh aturan dan tanggungjawab yang diberikan oleh perusahaan tempat ia bekerja. Pramuwisata harus mempertanggungjawabkan aktivitasnya kepada perusahaan yang mempekerjakannya sebab pada dasarnya ia adalah wakil (representative) perusahaannya itu. Jika pekayanan yang diberikan baik,maka kesan wisatawan terhadap perusahaan akan baik demikian pula sebaliknya jika pelayanan yang diberikan jelek maka jelek pula image wisatawan terhadap perusahaan yang diwakilinya.


(23)

Gita Ellanda : Aspek Yang Diperlukan Untuk Menjadikan Pramuwisata Yang Berkualitas Guna Perkembangan Kepariwisaataan Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

Ditinjau darisegi kepentingan industri pariwisata, pramuwisata haruslah memberikan cermin dari kehidupan bangsa sendiri dengan segala kepribadiannya dan selalu dapat dan ingin bekerja sama dengan segala jenis bangsa yang datang ke Indonesia. Di dalam memberikan pelayanannya itu seorang pramuwisata tidak diperbolehkan membedakan pemberian pelayanan kepada wisatawan yang dilayaninya. Bagi seorang pramuwisata semua manusia adalah sama tanpa membedakan ras, bangsa dan agama, karena dalam kepariwisataan orang hanya dikenal secara universal.

Dalamskala yang lebih luas, pramuwisata adalah duta bangsa atau setidaknya duta daerah tempat ia melakukan tugasnya. Apa yang diekspresikan oleh pramuwisata dianggap oleh wisatawan sebagai cerminan karakter masyarakat setempat, demikian pula apa yang disampaikan oleh pramuwisata akan dipercaya oleh wisatawan sebagai pengetahuan yang akan selalu diingat hingga kembali ketempat asal. Mengingat hal tersebut, maka seorang pramuwisata hendaknya dapat memberikan informasi dengan benar baik menyangkut negara, kota, maupun suatu desa,objek wisata, budaya, dan lain sebagainya.

3.3 Persyaratan dan Penggolongan Pramuwisata 3.3.1 Persyaratan pramuwisata

Secara formal untuk menjadi sorang pramuwisata (Tour Guide) sesuai dengan

Surat Keputusan Menteri Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi

No.KM.82/PW.102/MPPT-88 tanggal 17 September 1988, khususnya dalam Pasal 8 Bab III, syarat-syarat untuk menjadi pramuwisata ditemukan sebagai berikut :

1. Untuk menjadi pramuwisata dan pengatur wisata disyaratkan memiliki sertifikat sebagai hasil mengikuti kursus dan ujian, serta diberikan tanda pengenal (badge) sebagai izin operasional.


(24)

Gita Ellanda : Aspek Yang Diperlukan Untuk Menjadikan Pramuwisata Yang Berkualitas Guna Perkembangan Kepariwisaataan Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

2. Materi ujian, bentuk sertifikat, dan tanda pengenal (badge) pramuwisata dan pengatur wisata ditetapkan oleh Direktur Jendral Pariwisata.

3. Sertifikat dan tanda pengenai (badge) pramuwisata dikeluarkan oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I atau Pejabat yang ditunjuk.

4. Sertifikat dan tanda pengenal (badge) pengatur wisata dikeluarkan oleh Direktur Jendral Pariwisata atau pejabat yang ditunjuk.

Untuk mengikuti kursus dan ujian Pengatur Wisata disyaratkan : a. Warga Negara Indonesia;

b. Umurserendah-rendahnya 25 (duapuluh lima) tahun;

c. Menguasai bahasa Indonesia dan salah satu bahasa asing dengan lancar;

d. Menguasai pengetahuan dan keterampilan dalam memimpin dan mengatur perjalanan wisata;

e. Memiliki sertifikat Pramuwisata Madya atau telah berpengalaman di bidang Pramuwisata selama 5 (lima) tahun;

f. Mempunyai pengetahuan dan mampu secara mendalam menjelaskan

mengenai ilmu bumi, pariwisata, kependudukan, pemerintahan, sejarah dan kebudayaan serta atraksi pariwisata di seluruh Indonesia;

g. Pendidikan serendah-rendahnya Sekolah Menengah Tingkat Atas. Untuk mengikuti kursus dan ujian Pramuwisata Muda disyaratkan : a. Warga Negara Indonesia.

b. Umur serendah-rendahnya 18 (delapan belas) tahun.

c. Menguasai bahasa Indonesia dan salah satu bahasa asing dengan baik.

d. Menguasai pengetahuan dan mempu menjelaskan secara mendalam mengenai ilmu bumi pariwisata, kependudukan, pemerintah, sejarah, dan kebudayaan


(25)

Gita Ellanda : Aspek Yang Diperlukan Untuk Menjadikan Pramuwisata Yang Berkualitas Guna Perkembangan Kepariwisaataan Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

Daerah Tingkat II tempat Pramuwisata Muda berdomisili dan daerah Tingkat I secara umum.

e. Pendidikan serendah-rendahnya Sekolah Menengah Tingkat Atas. Untuk mengikuti kursus dan ujian Pramuwisata madya disyaratkan : a. Warga Negara Indonesia.

b. Umur serendah-rendahnya 22 (duapuluh dua) tahun.

c. Menguasai bahasa Indonesia dan salah satu bahasa asing dengan lancar. d. Memiliki keterampilan membawa rombongan wisatawan.

e. Menguasai pengetahuan dan mampu menjelaskan secara mendalam mengenai pemerintahan, sejarahdan kebudayaan Daerah Tingkat I tempat pramuwisata Madya berdomisili dan Indonesia secara umum.

f. Memiliki sertifikat Pramuwisata Muda atau telah berpengalaman di bidang Pramuwisata selama 3 (tiga) tahun.

g. Pendidikan serendah-rendahnya Sekolah Menengah Tingkat Atas.

Itulah persyaratan yang harus dipenuhi bila seseorang ingin menjadi pramuwisata.

Oleh karena itu setiap orang yang berkeinginan untuk menjadi pramuwisata seyogianyalah harus melalui prosedur tersebut di atas. Hal ini dianggap perlu karena pemerintah saat ini sedang menerbitkan pramuwisata liar yang tidak terdaftar demi menjaga nama baik korp pramuwisata dari pertualangan pramuwisata yang tidak bertanggung jawab serta sering merusak citra pariwisata Indonesia.

3.3.2 Penggolongan Pramuwisata

Di dalam Pasal 2 Bab II Surat Keputusan Menteri Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi tersebut di atas atau sesuai dengan penggolongan yang diberikan oleh Direktorat jendral Pariwisata, pramuwisata dapat digolongkan sebagai berikut :


(26)

Gita Ellanda : Aspek Yang Diperlukan Untuk Menjadikan Pramuwisata Yang Berkualitas Guna Perkembangan Kepariwisaataan Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

Pertama : Pramuwisata Muda, yakni pramuwisata yang bertugas di wilayah Daerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah Tingkat I tempat sertifikat keahliannya diberikan.

Kedua : Pramuwisata Madya, yakni pramuwisata yang bertugas dan

beroperasi dalam Wilayah Daerah Tingkat I, tempat sertifikat keahliannya dikeluarkan.

Di dalam praktek kita mengenal ada macam-macam pramuwisata, yang dibedakan dari keahlian dan tempat atau objek tempat ia bertugas. Oleh sebab itu, pramuwisata dapat dikelompokkan sesuai dengan sudut pandang berikut ini:

1. Berdasarkan ruang lingkup kegiatannya.

a. Transfer guide

Transfer guide adalah pramuwisata yang kegiatannya menjemput wisatawan

di bandara, pelabuhan laut, stasiun atau terminal manuju kehotel atau sebaliknya mengantar wisatawan dari satu hotel ke hotel lainnya.

b. Walking guide/Escort guide adalah pramuwisata yang kegiatannya memandu

wisatawan dalam suatu tour.

c. Local/expert guide

Local guide adalah pramuwisata yang kegiatannya khusus memandu

wisatawan pada suatu objek atau atraksi tertentu, misalnya museum, wisata agro, river rafting, goa, gedung bersejarah, dan lain-lain.

d. Common guide

Common guide adalah pramuwisata yang dapat melakukan kegiatan baik

transfer maupun tur.


(27)

Gita Ellanda : Aspek Yang Diperlukan Untuk Menjadikan Pramuwisata Yang Berkualitas Guna Perkembangan Kepariwisaataan Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

Driver guide adalah pengemudi yang sekaligus berperan sebagai Pramuwisata.

Ia bertugas mengantarkan wisatawan ke objek atau atraksi wisata yang dikehendaki sekaligus memberikan informasi yang diperlukan. Tak jarang pula seorang pramuwisata pengemudi ikut turun ke objek untuk memberikan penjelasan tentang objek tersebut jika tidak ada local giude. Kadang-kadang ia juga menemani wisatawan saat berbelanja atau makan. Jadi, padadasarnya

driver guide menjalankan dua fungsi, yakni sebagai pengemudi dan

pramuwisata. 2. Berdasarkan status.

a. Payroll guide

Payroll guide adalah pramuwisata yang berstatus sebagai pegawai tetap

perusahaan perjalanan (travel agency) dengan mendapat gaji tetap disamping komisi dan tip yang diterima dari wisatawan.

b. Part timer/Free lance guide

Part timer/Free lance guide adalah pramuwisata yang bekerja pada suatu

perusahaan perjalanan untuk kegiatan tertentu dan dibayar untuk tiap pekerjaan yang dilakukan serta tidak terikat oleh suatu perusahaan perjalanan tertentu dan bebas melakukan kegiatannya sesuai permintaan wisatawan atau perusahaan perjalanan lain yang membutuhkannya.

c. Member of guide association

Member of guide association adalah pramuwisata yang berstatus sebagai

peserta dari suatu asosiasi pramuwisata dan melakukan kegiatannya sesuai dengan tugas yang diberikan oleh asosiasi tertsebut.


(28)

Gita Ellanda : Aspek Yang Diperlukan Untuk Menjadikan Pramuwisata Yang Berkualitas Guna Perkembangan Kepariwisaataan Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

Group tour Guide adalah pramuwisata yang khusus memandu wisatawan

rombongan.

c. Domestic Tourist Guide adalah pramuwisata yang memandu wisatawan nusantara.

d. Foreign Tourist Guide

Foreign Tourist Guide adalah pramuwisata yang memandu wisatawan

mancanegara.

3.4 Tugas dan Kewajiban Pramuwisata 3.4.1. Tugas Pramuwisata

Tugas seorang pramuwisata meliputi:

1. Memberikan informasi yang dibutuhkan oleh wisatawan selama dalam perjalanan.

2. Sebagai teman dalam perjalanan namun dalam batas-batas kewajaran. 3. Sebagai pelindung bagi wisatawan dan barang bawaannya dari

berbagai bentuk gangguan.

4. Sebagai wakil dari biro perjalanan wisata tempat dia bekerja.

Sesuai dengan SK. MENPARPOSTEL No.82/PW. 102/MPPT 1988 tanggal 17 September, tugas pramuwisata adalah:

b. Mengatur wisatawan baik rombongan maupun perorangan yang mengadakan perjalanan dengan transportasi yang tersedia.

c. Memberikan penjelasan tentang rencana perjalanan dan objek wisata, serta memberi penjelasan mengenai dokumen perjalanan, akomodasi, transportasi, dan fasilitas wisatawan lainnya.

d. Memberi petunjuk tentang objek wisata.


(29)

Gita Ellanda : Aspek Yang Diperlukan Untuk Menjadikan Pramuwisata Yang Berkualitas Guna Perkembangan Kepariwisaataan Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

f. Memberi pertolongan kepada wisatawan yang sakit dan yang membutuhkan pertolongan.

Tanpa membedakan ikatan kerjanya, pramuwisata dapat melakukan tugas dan kewajibannya baik untuk perorangan maupun rombongan yang pokoknya sebagai berikut :

1) Menghimpun semua dokumen yang diperlukan dari Pengawas Perjalanan Wisata.

2) Meneliti kendaraan yang akan dipergunakan apakah berada di tempat yang sesuai dengan waktu yang dikehendaki, dan memeriksa kesiapannya.

3) Memeriksa dan mempersiapkan tanda-tanda khusus (sign board) maupun tanda-tanda lain yang akan dipergunakan.

4) Jika diperlukan, membantu wisatawan menyelesaikan urusan keimigrasian dan pabean.

5) Memeriksa kotak PPPK.

6) Membimbing dan membantu wisatawan selama dalam perjalanan.

7) Melaporkan dan jika perlu segera mengambil tindakan terhadap segala sesuatu yang terjadi dalam perjalanan.

8) Membayar semua pengeluaran seperti persenan (tip, sumbangan-sumbangan (donation) dan karcis tanda masuk (entrance fee) yang telah direncanakan.

Kewajiban Pramuwisata

Kewajiban pramuwisata dalam Surat keputusan tersebut dikatakan sebagai berikut:

1. Pramuwisata berkewajiban melaporkan pelaksanaan tugasnya secara berkala kepada gubernur kepala daerah tingkat I, dan tembusannya kepada biro perjalanan wisata yang menugaskannya.


(30)

Gita Ellanda : Aspek Yang Diperlukan Untuk Menjadikan Pramuwisata Yang Berkualitas Guna Perkembangan Kepariwisaataan Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

2. Pramuwisata berkewajiban membuat pertanggungjawaban pelaksanaan tugasnya sebagai bahan laporan kegiatan usaha (LKU) biro perjalanan wisata yang bersangkutan.


(31)

Gita Ellanda : Aspek Yang Diperlukan Untuk Menjadikan Pramuwisata Yang Berkualitas Guna Perkembangan Kepariwisaataan Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

BAB IV

ASPEK YANG DIPERLUKAN UNTUK MENJADIKAN PRAMUWISATA YANG BERKUALITAS GUNA PERKEMBANGAN KEPARIWISATAAN INDONESIA

4.1 Meningkatkan Sikap dalam Memberi Pelayanan

Untuk meningkatkan pariwisata di Indonesia, diperlukan pelayanan yang lebih profesional dari semua insan pariwisata, termasuk pelayanan yang diberikan oleh pramuwisata yang merupakan ujung tombak dalam operasional pariwisata Indonesia.

Kualitas pelayanan itu sangat relatif tetapi dalam memberi pelayanan kepada wisatawan atau berhubungan dengan oranag-orang yang sifatnya silih berganti, maka kualitas yang diharapkan sebenarnya tidak lain adalah sikap, kemampuan, dan tingkah laku pramuwisata itu sendiri dalam memberikan pelayanan, antara lain mencakup unsur-unsur berikut ini :

a. Mempunyai perhatian terhadap orang lain (Have interest to other people) b. Mempunyai kepribadian yang menyenangkan (Pleasant Personality) c. Penampilan yang meyakinkan (Smart appearance)

d. Berakal budi (Common Sense)

e. Mempunyai rasa humor (Sense of Humor)

f. Suka membantu dan berlaku sopan santun (Helpful and Polite Manner) g. Bertindak efisien dan cermat dalam melakukan pekerjaan

h. Mempunyai keterampilan yang profesional

i. Mengerti masalah yang dihadapi orang yang dilayani j. Bersikap bersahabat


(32)

Gita Ellanda : Aspek Yang Diperlukan Untuk Menjadikan Pramuwisata Yang Berkualitas Guna Perkembangan Kepariwisaataan Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

Berikut ini beberapa bentuk sikap pelayanan yang profesional yang perlu dipelajari oleh seorang pramuwisata:

1. Sikap bersahabat

Bersikaplah bersahabat (Be friendly). 2. Situasi dan Kondisi

Perhatikan situasi dan kondisi relasi kita (Look at our customer). Ini penting sekali diperhatikan. Kita ingin bergurau, tetapi relasi kita sebenarnya dalam keadaan kalut dan pikiran yang sedang kacau. Karena itu kita harus bisa melihat, dalam keadaan yang bagaimana relasi kita itu pada saat kita bertemu. Yang penting dalam hal ini “Be Careful Not To Stare”.

3. Jadilah Pendengar yang Baik (Listen Crefully)

Dalam hal ini kita hendaknya mendengar ocehan relasi kita lebih banyak, jangan sampai kita memotong pembicaraannya apalagi memberi kuliah atau mengguruinya. Yang penting di sini ialah kita perlu mendengar apa yang diinginkan/diminta relasi kita, jangan sampai dia sudah capek bicara kemudian kita memintanya mengulang untuk menjelaskan. Secara fisik dapat kita lakukan “Listening With Our Eyes”.

4. Panggil Nama Relasi dengan Sebutan yang benar

Nama bagi seseorang adalah sesuatu yang indah. Karena itu salah memanggil atau menyebut nama relasi kita, dianggap sebagai suatu yang fatal. Bila kita belum tahu nama lengkapnya, usahakan untuk mengetahuinya. Untuk ini hendaknya kita tanyakan langsung pada yang bersangkutan, tanyakan pada orang lain yang kenal dengannya dan bila tidak ada cobalah minta kartu namanya dengan alasan kapan-kapan dapat dihubungi dengan mudah.


(33)

Gita Ellanda : Aspek Yang Diperlukan Untuk Menjadikan Pramuwisata Yang Berkualitas Guna Perkembangan Kepariwisaataan Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

5. Usahakan jangan Memberi Perintah (Be Careful Not To Give Instructions)

Dalam kasus ini kita tentu mengetahui bahwa tidak ada orang yang senang bilamana diperintah, apalagi apa yang hendak dilakukan adalah kepentingan kita sendiri pula. Agar kita berhasil untuk minta bantuan orang lain, gunakanlah kata-kata yang tepat seperti kata-kata “Please” dalam bahasa Inggris. Jadi di sini yang penting bukan apa yang dikatakan, tetapi lebih diutamakan adalah cara mengatakannya, sehingga teman bicara kita tidak merasa diperintah.

6. Jadilah Orang yang Berterima Kasih (Say, Thank You)

Dalam hal kita banyak dibantu oleh wisatawan atau relasi kita atau hubungan kerja kita dengan yang bersangkutan dianggap cukup memuaskan, jangan lupa menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang bersangkutan. Perhatikan rasa penghargaan kita kepada relasi kita bahwa kita telah dibantu oleh mereka dalam banyak hal, yang penting di sini perlihatkan bahwa kita mempunyai atensi pada mereka dan karena itu “Show Our Appresiation When Ever Necessary”.

7. Bertindak bijaksana (Be Discreet)

Orang yang bijaksana, biasanya selalu di pihak yang menang, dalam menghadapi wisatawan kita harus tahu : “Tourist is The King” karena ia dianggap sebagai seorang raja, dia selalu benar. Padahal belum tentu demikian. Bila hal seperti itu terjadi, kita dituntut bertindak sebijaksana mungkin.

8. Kuasailah Fakta dan Masalah yang Dibicarakan

Apabila ada pertanyaan, tetapi dalam memberikan jawaban kita ragu-ragu atau dengan perkataan lainkita tidak/kurang menguasai fakta dan masalahnya, maka kita harus menjawab dengan bijaksana, caranya dengan mengatakan akan dipelajari atau dicek lebih dahulu. Kemudian secepatnya kita segera menanyakan masalahnya kepada atasan kita, bila kita sudah memperoleh pemecahannya


(34)

Gita Ellanda : Aspek Yang Diperlukan Untuk Menjadikan Pramuwisata Yang Berkualitas Guna Perkembangan Kepariwisaataan Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

beritahukan kepada relasi kita tersebut pada kesempatan pertama. Bila terjadi hal seperti ini jangan sekali-kali memberi jawaban yang keliru dan juga jangan berbohong. Jadi yang penting di sini kita harus tahu masalah yang dihadapi, khususnya tentang pelayanan dibagian kita tempat kita bertugas.

9. Hindarkan Berdebat dengan Wisatawan

Suatu tindakan yang tidak terpuji bila kita sampai terlibat dalam perdebatan dengan wisatawan atau relasi kita. Sekali lagi kita harus ingat “Tourist is The

King”, jadi kita harus selalu menahan diri. Untuk menjadi pemenang dalam

diskusi kita harus menahan diri, jangan emosi. Karena bila kita menang, ini berarti wisatawan yang kita layani akan merasa malu untuk bertemu dengan kita dan ini tentunya akan menimbulkan suasana yang kurang enak.

10.Laksanakan Tugas-Tugas Kita secara Profesional

Bertugas dan bekerja dalam dunia pariwisata khususnya dalam memberi pelayanan pada wisatawan dituntut pelayanan yang profesional. Itu sebabnya kita dituntut punya kemampuan dan keterampilan, dimanapun kita ditempatkan. Di mata wisatawan, kesalahan kita berarti kesalahan perusahaan. Karena itu dalam setiap transaksi yang kita laksanakan, lakukan dengan pendekatan profesional. Bila tidak, dikhawatirkan kepercayaan kepada perusahaan tempat kita bekerja akan hilang.

11.Hindarkan Menggunakan Istilah-Istilah yang Kurang Dimengerti Wisatawan Dalam menyampaikan sesuatuatau wawancara dengan wisatawan, gunakan bahasa yang sederhana yang kira-kira dapat dimengerti oleh orang banyak dan umum. Seorang pramuwisata tidak dibenarkan menggunakan istilah-istilah yang kira-kira tidak dimengerti oleh wisatawan kecuali kalau kita anggap yang bersangkutan sudah mengetahuinya.


(35)

Gita Ellanda : Aspek Yang Diperlukan Untuk Menjadikan Pramuwisata Yang Berkualitas Guna Perkembangan Kepariwisaataan Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

12.Bersikap Suka Membantu

Dalam memberi pelayanan pada relasi kita jangan pilih kasih, yang kita senangi mendapat pelayanan secara berlebih-lebihan, sedang yang kurang kita senangi kurang mendapat pelayanan sebagaimana mestinya. Tindakan semacam itu tentu kurang/tidak simpatik. Tiap anggota rombongan hendaknya kita bantu dengan wajar, yang penting kita memiliki atensi/perhatian untuk membantu yang bersangkutan bila diperlukan, lihat situasi dan kondisi kapan wisatawan atau relasi kita memerlukan bantuan.

13.Usahakan Berpakaian yang Rapi

Kita bekerja tidak ubahnya dalam suatu parade. Kita selalu bertemu dengan orang-orang silih berganti. Dalam kontak-kontak demikian di mata orang-orang akan sangat menyenangkan apabila kita berpakaian rapi. Pakaian yang rapi bukan berarti harus mahal. Biar menggunakan bahan yang sederhana, tetapi yang penting diperhatikan keharmonisannya. Khusus untuk wanita sangat sensitif, usahakan tidak berpakaian yang warnanya terlalu mencolok, apalagi ditambah dengan perhiasan yang mahal-mahal.

4.2 Memperbaiki Cara dan Teknik Pelayanan

Cara dan teknik yang dimaksudkan disini adalah bila kita memberi pelayanan pada rombongan wisatawan hendaknya ada suatu keseragaman yang dapat dijadikan pegangan bagi seorang pramuwisata yang bertugas. Oleh karena itu berikut ini diturunkan beberapa petunjuk untuk memperbaiki cara dan teknik pelayanan bagi seorang pramuwisata.


(36)

Gita Ellanda : Aspek Yang Diperlukan Untuk Menjadikan Pramuwisata Yang Berkualitas Guna Perkembangan Kepariwisaataan Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

Perbendaharaan kata yang memadai dan susunan kata yang baik dapat lebih disempurnakan pengutaraannya dengan jalan:

1.1 Jangan berbicara terlalu cepat atau terlalu lambat. 1.2 Atur volume suara dan nada suara.

1.3 Hindarkan sedapat mungkin pengucapan logat daerah. 1.4 Ucapkan kata-kata dengan penuh gairah.

1.5 Jangan berbicara sambil memasukkan tangan di saku. 2. Pembicaraan di telepon

2.1 Berikan salam.

2.2 Sebutkan nama, jabatan dan perusahaan kita.

2.3 Perhatikan dengan sungguh-sungguh cara kita berbicara, jangan sekali-kali memotong pembicaraan.

2.4 Berbicaralah langsung mengenai persoalannya.

2.5 Letakkan kedudukancorong (mouth-piece) pada jarak yang tepat dengan mulut kita.

2.6 Kalau pembicaraan tersebut memerlukan jawaban dankita memerlukan waktu untuk menjawabnya katakanlah bahwa kita akan segera menelepon kembali. 2.7 Ucapan terima kasih dan berikan salam.

3. Membina hubungan

3.1Berikan segera penghormatan atau salam sebelumkita didahului atau sebelum yang bersangkutan memulai pembicaraan dengan kita.

3.2 Tunjukkan bahwa kita memperhatikannya. 3.3 Jangan memotong pembicaraan.

3.4 Usahakan agar kita selalu mengingat nama yang bersangkutan sebab dengan sikap demikian, yang bersangkutan merasa diperhatikan.


(37)

Gita Ellanda : Aspek Yang Diperlukan Untuk Menjadikan Pramuwisata Yang Berkualitas Guna Perkembangan Kepariwisaataan Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

3.5 Jangan membedakan pelayanan antara yang satu dengan lainnya. 4. Melayani pengaduan

4.1 Dengarkan dan terima semua pengaduan dengan baik. 4.2 Jangan beradu argumentasi dengan wisatawan.

4.3 Usahakan untuk memahami alasan pengaduannya.

4.4 Kalau pengaduannya dapat diterima, sampaikan segera permintaan maaf walaupun mungkin bukan kesalahan kita.

4.5 Dalam menerima pengaduan sekalipun bukan kesalahan dan tanggung jawab kita, jangan sekali-kali melemparkan kesalahan kepada orang lain.

5. Menjual jasa pelayanan

5.1 Selalu perhatikan orang lain, ingat-ingatlah wajah dan nama-nama tamu. 5.2 Ramah-tamahlah, baik dalam tingkah laku, suara maupun kata-kata.

5.3 Praktekkanlah perbuatn-perbuatan yang sopan dan ramah seperti membantu wisatawan wanita, barang bawaan atau tas mereka.

5.4 Berikan pelayanan yang cepat.

5.5 Jangan bercakap-cakap dengan petugas lain kalau ada tamu yang sedang kita layani.

5.6 Jangan mengeluh di muka wisatawan tentang kesibukan atau kelelahan yang kita rasakan.

Dengan berpedoman pada hal-hal tersebut di atas, suatu tugas akan dapat dilaksanakan dengan baik, jika sebelumnya diadakan persiapan-persiapan, khususnya persiapan diri yang meliput i antara lain:


(38)

Gita Ellanda : Aspek Yang Diperlukan Untuk Menjadikan Pramuwisata Yang Berkualitas Guna Perkembangan Kepariwisaataan Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

Yang penting adalah bagaimana seseorang mengadaptasikan sesuatu masalah dengan cara berpikir yang sistematis. Sistematika berpikir ini dapat dimulai dengan mempertanyakan pada diri sendiri tentang :

Apa, yang akan dihadapi dan dikerjakan.

Siapa, yang dihadapi dan dilayani, siapa yang melayani, dan sebagainya.

Bilamana, hal ini menyangkut masalah waktu. Satu hal yang perlu mendapat perhatian adalah soal kewajiban untuk menepati waktu. Dengan memperhitungkan berbagai kemungkinan, waktu harus direncanakan setepat-tepatnya.

Dimana, pertanyaan ini erat hubungannya dengan pengenalan objek wisata, masyarakat dan daerahnya.

Bagaimana, menyangkut perencanaan pelaksanaan di lapangan. 2. Kepribadian

Kepribadian yang sehat dapat dikenal melalui sifat-sifat : Keramah-tamahan, keriangan, kepercayaan diri pribadi. Kestabilan emosi

Berperasaan humor

Kecakapan untuk menerima kritik serta mempelajari kritik itu. Berinisiatif.

Kecakapan untukmengetahui apa yang perlu dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya.

Berakal.

Bersemangat, tidak tergantung kepada orang lain. Tepat pada waktunya dan dapat bekerja tanpa diawasi. Berpegang teguh kepada pendidikannya.


(39)

Gita Ellanda : Aspek Yang Diperlukan Untuk Menjadikan Pramuwisata Yang Berkualitas Guna Perkembangan Kepariwisaataan Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

Penampilan diri yang segar, bersemangat, dan selalu tampak gembira dalam mendampingi wisatawan, merupakan salah satu kunci sukses dalam melaksanakan tugas pramuwisata. Kondisi yang demikian hanya bisa dicapai jika kesehatan jasmani dan rohani dipelihara sebaik-baiknya. Dengan bekal kesehatan jasmani dan rohani, dapatlah diatur hal-hal berikut :

Penampilan diri (appearance) Pakaian

Harus selalu berpakaian rapi, bersih, sesuaikan potongan maupun warnanya dengan acara, tempat, dan suasana.

Kebersihan

Jaga kebersihan badan dengan baik (kuku, gigi, rambut,dan sebagainya).

Sikap badan

Sikap badan bisa disempurnakan dengan jalan melatih diri (jalan tegak dan sebagainya).

Paras muka

Paras muka jangan berkerut/cemberut dan usahakan agar selalu kelihatan gembira dan tersenyum.

Olok-olok

Hindari berolok-olok dalam arti negatif.

Bahasa dan kata-kata

Bahasa adalah alat kita untuk berhubungan satu dengan lainnya. Kesalahan memilih dan menggunakan kata-kata bisa menimbulkan salah pengertian. Oleh karena itu usahakanlah agar kemampuan berbahasa senantiasa


(40)

Gita Ellanda : Aspek Yang Diperlukan Untuk Menjadikan Pramuwisata Yang Berkualitas Guna Perkembangan Kepariwisaataan Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

ditingkatkan dengan jalan banyak membaca. Dengan banyak membaca, secara bertahap perbendaharaan kata akan bertambah.

4.3 Mempelajari Karakteristik Wisatawan

Pandangan seorang wisatawan terhadap objek wisata akan sangat berbeda karena karakteristik pengaruh lingkungan ataupun faktor pribadi lainnya.

Oleh karena itu, seorang pramuwisata hendaknya dapat mengenal atau mengetahui sifat dan karakter wisatawan yang dibawanya selama melakukan perjalanan wisata. Hal ini dianggap penting tidak lain untuk kesuksesan dan kepuasan rombongan yang dibawa selama menjadi tanggung jawab pramuwisata yang bersangkutan.

Adapun karakteristik wisatawan tersebut dipengaruhi oleh : A. Latar Belakang Lingkungan

1. Faktor Alam

Faktor alam mempunyai peranan yang besar dalam membentuk sifat-sifat suatu bangsa, antara lain :

1.1. Ilkim (misalnya iklim dingin, iklim sedang, dan iklim panas). 1.2. Cuaca (kelembaban cuaca, curah hujan, dan sebagainya). 1.3. Geografi (Daratan dan Kepulauan).

1.4. Morfografi (Pegunungan dan sebagainya). 2. Sejarah

Sejarah suatu bangsa/negara memberi warna khas terhadap watak dan sifat-sifat tertentu bangsa yang dimaksudkan.

Karena itu seorang pramuwisata wajib mengetahui : Sejarah pertumbuhan daerah asal wisatawan.


(41)

Gita Ellanda : Aspek Yang Diperlukan Untuk Menjadikan Pramuwisata Yang Berkualitas Guna Perkembangan Kepariwisaataan Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

Peristiwa-peristiwa penting dari asal wisatawan yang ada hubungannya dengan sejarah suatu tujuan wisata yang dikunjungi.

Tokoh-tokoh dari negara asal wisatawan. 3. Kebudayaan

Kebudayaan menentukan proses cara berpikir/sikap, tingkah laki maupun perkembangan cara hidup masyarakat.

Agar tidak menyimpang perasaan wisatawan maka pramuwisata hendaknya mengenal :

Ciri-ciri umum kebudayaan Barat:

Adanya persaingan dalam mencapai kemajuan-kemajuan.

Individualistis dan materialistis. Disiplin dan menghargai waktu.

Setiap masalah dipertimbangkan secara rasional. Ciri-ciri umum kebudayaan Timur:

Hubungan pribadi dalam kehidupan keluarga sangat erat dan menonjol.

Pertimbangan rasional senantiasa dibarengi dengan rasa kemanusiaan.

Kebutuhan kebendaan diusahakan berimbang dengan kebutuhan rohani.

Pengaruh adat-istiadat terasa kuat dalam kehidupan sehari-hari.


(42)

Gita Ellanda : Aspek Yang Diperlukan Untuk Menjadikan Pramuwisata Yang Berkualitas Guna Perkembangan Kepariwisaataan Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

Pramuwisata seyogianya memahami hal-hal umum mengenai latar belakang politik negara asal wisatawan yang meliputi :

a. Sistem kepartaian yang berlaku.

b. Sistem pemerintahan negara yang dianut

c. Tokoh-tokoh mnegara yang terkenal atau sedang berkuasa.

d. Kebijakan umum yang digariskan terutama dalam bidang ekonomi, sosial budaya, pendidikan, kesehatan, dan lain-lain.

5. Ekonomi

Kebijakan pemerintahnya merupakan faktor utama yang mendorong seseorang melakukan perjalanan. Tingkat pendapatan seseorang turut mempengaruhi pola hidup serta perilaku yang bersangkutan dalam berwisata.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas pengenalan yang perlu dikuasai pramuwisata meliputi antara lain :

5.1. Kebijakan Pemerintah Daerah asal Wisatawan. 5.2. Pendapatan nasional dan pendapatan per kapita.

5.3. Hal-hal lain seperti hubungan perekonomian antar Indonesia dengan negara asal wisatawan.

6. Sosial

Pola kehidupan seorang wisatawan juga dipengaruhi oleh nilai-nilai sosial dari daerah asalnya. Pola kehidupan sosial yang masih tetap dipertahankan itu dibawa serta dan dipertahankan pada waktu mereka melakukan kunjungan wisata ke suatu objek-objek wisata.

Oleh karena itu diperlukan pengenalan tentang: 6.1. Tata-krama pergaulan.


(43)

Gita Ellanda : Aspek Yang Diperlukan Untuk Menjadikan Pramuwisata Yang Berkualitas Guna Perkembangan Kepariwisaataan Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

6.3. Adat-kebiasaan di daerah asalwisatawan yang masih berlaku. B. Latar Belakang pribadi

Seorang pramuwisata dalam membedakan pelayanan kepada para wisatawan hendaknya mengetahui latar belakang pribadi wisatawan yang bersangkutan yang dipengaruhi oleh ciri-ciri:

1. Jenis kelamin

Jenis kelamin dapat menyebabkan perbedaan keinginan dan persepsi tentang suatu program perjalanan. Wisatawan wanita umumnya lebih bersifat emosional sedangkan wisatawan pria umumnya bersifat rasional.

2. Tingkat umur

Tingkat umur sangat mempengaruhi ketahanan fisik dan daya tangkap serta selera/keinginan untuk mengetahui suatu objek wisata.

3. Pendidikan

Tingkat dan jenis pendidikan seorang wisatawan akan mempengaruhi sikap, minat, dan keinginan untuk mengetahui kekayaan suatu objek wisata yang dikunjungi.

4. Profesi/Pekerjaan

Profesi/pekerjaan seorang wisatawan mempengaruhi juga motivasi untuk mengadakan perjalanan. Hal ini terlihat pada cara wisatawan di dalam memilih/menentukan objek dan acara di tempat tujuan.


(44)

Gita Ellanda : Aspek Yang Diperlukan Untuk Menjadikan Pramuwisata Yang Berkualitas Guna Perkembangan Kepariwisaataan Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Industri pariwisata di Indonesia merupakan salah satu proyek untuk menambah pendapatan negara. Dalam usaha untuk mencapai tujuan tersebut, peranan pramuwisata sangat besar dan harus dilakukan orang-orang yang sudah profesional.

Untuk menjadi pramuwisata yang profesional, kita harus memiliki “pengetahuan” yang didukung oleh “kemampuan” dan “keyakinan” diri untuk menghadapi tugas-tugas yang rutin dan silih berganti.

Pengetahuan mencakup segala yang menyangkut informasi tentang Negara Republik Indonesia yang merupakan negara kesatuan yang mempunyai falsafah Pancasila dan berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945, dengan penduduknya yang bersifat Bhinneka Tunggal Ika, disamping mengetahui mengenai jumlah penduduknya, agamanya, politiknya serta budayanya.

Pengetahuan yang menyangkut dengan lalu lintas sarana dan prasarana yang tersedia, cerita serta sejarah objek wisata juga penting untuk dimiliki seorang pramuwisata. Biasanya bila pengetahuan telah dikuasai, maka dengan pengalaman yang diperoleh selama bertugas, kemampuan akan tiba dengan sendirinya.

Memang, bukan hanya tenaga pramuwisata saja yang dibutuhkan, tetapi juga tenaga terdidik lainnya untuk mengisi semua lapangan kerja yang tersedia dalam sector pariwisata yang kini masih sangat diperlukan dan merupakan suatu keharusan bagi kita untuk secara bertahap dapat memajukan industri pariwisata di Indonesia dan salah satu usaha itu adalah mengembangkan pramuwisata yang berkualitas.


(45)

Gita Ellanda : Aspek Yang Diperlukan Untuk Menjadikan Pramuwisata Yang Berkualitas Guna Perkembangan Kepariwisaataan Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap : Gita Ellanda

Tempat/Tgl lahir : Medan/28 Desember 1988

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Komp. Johor Indah I blok II No. 5 Medan

Jenjang Pendidikan :

1. SD Swasta Pertiwi Tahun 1994 - 2000

2. SMP Swasta Pertiwi Tahun 2000 - 2003 2. SMA Negeri II Medan Tahun 2003 - 2006 3. Universitas Sumatera Utara Tahun 2006 - 2009

Fakultas Sastra D-III Pariwisata Bidang Keahlian Usaha Wisata


(1)

Gita Ellanda : Aspek Yang Diperlukan Untuk Menjadikan Pramuwisata Yang Berkualitas Guna Perkembangan Kepariwisaataan Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

ditingkatkan dengan jalan banyak membaca. Dengan banyak membaca, secara bertahap perbendaharaan kata akan bertambah.

4.3 Mempelajari Karakteristik Wisatawan

Pandangan seorang wisatawan terhadap objek wisata akan sangat berbeda karena karakteristik pengaruh lingkungan ataupun faktor pribadi lainnya.

Oleh karena itu, seorang pramuwisata hendaknya dapat mengenal atau mengetahui sifat dan karakter wisatawan yang dibawanya selama melakukan perjalanan wisata. Hal ini dianggap penting tidak lain untuk kesuksesan dan kepuasan rombongan yang dibawa selama menjadi tanggung jawab pramuwisata yang bersangkutan.

Adapun karakteristik wisatawan tersebut dipengaruhi oleh : A. Latar Belakang Lingkungan

1. Faktor Alam

Faktor alam mempunyai peranan yang besar dalam membentuk sifat-sifat suatu bangsa, antara lain :

1.1. Ilkim (misalnya iklim dingin, iklim sedang, dan iklim panas). 1.2. Cuaca (kelembaban cuaca, curah hujan, dan sebagainya). 1.3. Geografi (Daratan dan Kepulauan).

1.4. Morfografi (Pegunungan dan sebagainya). 2. Sejarah

Sejarah suatu bangsa/negara memberi warna khas terhadap watak dan sifat-sifat tertentu bangsa yang dimaksudkan.

Karena itu seorang pramuwisata wajib mengetahui : Sejarah pertumbuhan daerah asal wisatawan.


(2)

Gita Ellanda : Aspek Yang Diperlukan Untuk Menjadikan Pramuwisata Yang Berkualitas Guna Perkembangan Kepariwisaataan Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

Peristiwa-peristiwa penting dari asal wisatawan yang ada hubungannya dengan sejarah suatu tujuan wisata yang dikunjungi.

Tokoh-tokoh dari negara asal wisatawan. 3. Kebudayaan

Kebudayaan menentukan proses cara berpikir/sikap, tingkah laki maupun perkembangan cara hidup masyarakat.

Agar tidak menyimpang perasaan wisatawan maka pramuwisata hendaknya mengenal :

Ciri-ciri umum kebudayaan Barat:

Adanya persaingan dalam mencapai kemajuan-kemajuan.

Individualistis dan materialistis. Disiplin dan menghargai waktu.

Setiap masalah dipertimbangkan secara rasional. Ciri-ciri umum kebudayaan Timur:

Hubungan pribadi dalam kehidupan keluarga sangat erat dan menonjol.

Pertimbangan rasional senantiasa dibarengi dengan rasa kemanusiaan.

Kebutuhan kebendaan diusahakan berimbang dengan kebutuhan rohani.

Pengaruh adat-istiadat terasa kuat dalam kehidupan sehari-hari.


(3)

Gita Ellanda : Aspek Yang Diperlukan Untuk Menjadikan Pramuwisata Yang Berkualitas Guna Perkembangan Kepariwisaataan Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

Pramuwisata seyogianya memahami hal-hal umum mengenai latar belakang politik negara asal wisatawan yang meliputi :

a. Sistem kepartaian yang berlaku.

b. Sistem pemerintahan negara yang dianut

c. Tokoh-tokoh mnegara yang terkenal atau sedang berkuasa.

d. Kebijakan umum yang digariskan terutama dalam bidang ekonomi, sosial budaya, pendidikan, kesehatan, dan lain-lain.

5. Ekonomi

Kebijakan pemerintahnya merupakan faktor utama yang mendorong seseorang melakukan perjalanan. Tingkat pendapatan seseorang turut mempengaruhi pola hidup serta perilaku yang bersangkutan dalam berwisata.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas pengenalan yang perlu dikuasai pramuwisata meliputi antara lain :

5.1. Kebijakan Pemerintah Daerah asal Wisatawan. 5.2. Pendapatan nasional dan pendapatan per kapita.

5.3. Hal-hal lain seperti hubungan perekonomian antar Indonesia dengan negara asal wisatawan.

6. Sosial

Pola kehidupan seorang wisatawan juga dipengaruhi oleh nilai-nilai sosial dari daerah asalnya. Pola kehidupan sosial yang masih tetap dipertahankan itu dibawa serta dan dipertahankan pada waktu mereka melakukan kunjungan wisata ke suatu objek-objek wisata.

Oleh karena itu diperlukan pengenalan tentang: 6.1. Tata-krama pergaulan.


(4)

Gita Ellanda : Aspek Yang Diperlukan Untuk Menjadikan Pramuwisata Yang Berkualitas Guna Perkembangan Kepariwisaataan Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

6.3. Adat-kebiasaan di daerah asalwisatawan yang masih berlaku. B. Latar Belakang pribadi

Seorang pramuwisata dalam membedakan pelayanan kepada para wisatawan hendaknya mengetahui latar belakang pribadi wisatawan yang bersangkutan yang dipengaruhi oleh ciri-ciri:

1. Jenis kelamin

Jenis kelamin dapat menyebabkan perbedaan keinginan dan persepsi tentang suatu program perjalanan. Wisatawan wanita umumnya lebih bersifat emosional sedangkan wisatawan pria umumnya bersifat rasional.

2. Tingkat umur

Tingkat umur sangat mempengaruhi ketahanan fisik dan daya tangkap serta selera/keinginan untuk mengetahui suatu objek wisata.

3. Pendidikan

Tingkat dan jenis pendidikan seorang wisatawan akan mempengaruhi sikap, minat, dan keinginan untuk mengetahui kekayaan suatu objek wisata yang dikunjungi.

4. Profesi/Pekerjaan

Profesi/pekerjaan seorang wisatawan mempengaruhi juga motivasi untuk mengadakan perjalanan. Hal ini terlihat pada cara wisatawan di dalam memilih/menentukan objek dan acara di tempat tujuan.


(5)

Gita Ellanda : Aspek Yang Diperlukan Untuk Menjadikan Pramuwisata Yang Berkualitas Guna Perkembangan Kepariwisaataan Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Industri pariwisata di Indonesia merupakan salah satu proyek untuk menambah pendapatan negara. Dalam usaha untuk mencapai tujuan tersebut, peranan pramuwisata sangat besar dan harus dilakukan orang-orang yang sudah profesional.

Untuk menjadi pramuwisata yang profesional, kita harus memiliki “pengetahuan” yang didukung oleh “kemampuan” dan “keyakinan” diri untuk menghadapi tugas-tugas yang rutin dan silih berganti.

Pengetahuan mencakup segala yang menyangkut informasi tentang Negara Republik Indonesia yang merupakan negara kesatuan yang mempunyai falsafah Pancasila dan berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945, dengan penduduknya yang bersifat Bhinneka Tunggal Ika, disamping mengetahui mengenai jumlah penduduknya, agamanya, politiknya serta budayanya.

Pengetahuan yang menyangkut dengan lalu lintas sarana dan prasarana yang tersedia, cerita serta sejarah objek wisata juga penting untuk dimiliki seorang pramuwisata. Biasanya bila pengetahuan telah dikuasai, maka dengan pengalaman yang diperoleh selama bertugas, kemampuan akan tiba dengan sendirinya.

Memang, bukan hanya tenaga pramuwisata saja yang dibutuhkan, tetapi juga tenaga terdidik lainnya untuk mengisi semua lapangan kerja yang tersedia dalam sector pariwisata yang kini masih sangat diperlukan dan merupakan suatu keharusan bagi kita untuk secara bertahap dapat memajukan industri pariwisata di Indonesia dan salah satu usaha itu adalah mengembangkan pramuwisata yang berkualitas.


(6)

Gita Ellanda : Aspek Yang Diperlukan Untuk Menjadikan Pramuwisata Yang Berkualitas Guna Perkembangan Kepariwisaataan Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap : Gita Ellanda

Tempat/Tgl lahir : Medan/28 Desember 1988

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Komp. Johor Indah I blok II No. 5 Medan

Jenjang Pendidikan :

1. SD Swasta Pertiwi Tahun 1994 - 2000

2. SMP Swasta Pertiwi Tahun 2000 - 2003

2. SMA Negeri II Medan Tahun 2003 - 2006

3. Universitas Sumatera Utara Tahun 2006 - 2009 Fakultas Sastra D-III Pariwisata