2.6 Investasi Pada Emas
Emas memiliki manfaat fungsional sebagai alat investasi. Emas adalah jenis
investasi yang nilainya stabil, likuid, dan aman secara riil serta dapat dikelola sendiri. Emas dalam sejarah perkembangan sistem ekonomi dunia, sudah dikenal
sejak 40 ribu tahun sebelum masehi. Emas acapkali diidentikan dengan sesuatu yang nomor satu, prestisius, dan elegan. Hal ini dikarenakan emas adalah Logam
Mulia. Disebut logam mulia karena dalam keadaan murni-dalam udara biasa-emas tidak dapat teroksidasi atau dengan kata lain akan tahan karat. Emas banyak
digunakan sebagai standard keuangan di banyak negara dan juga sebagai perhiasan dan cadangan devisa suatu negara. Dan sampai saat ini emas merupakan
alat pembayaran yang paling utama di dunia.
Emas mempunyai karakteristik yang berbeda dengan komoditi lainnya. Emas dipersepsikan bernilai di seluruh dunia. Emas mempunyai suplai terbatas dan
permintaan yang tidak terbatas, sehingga harga emas semakin hari semakin naik. Semakin terbuka informasi secara global, maka secara global, individu dan
lembaga akan mencari nilai dan nilai itu ada pada Emas. Emas banyak dipilih sebagai salah satu bentuk investasi karena nilainya cenderung stabil dan naik.
Sangat jarang sekali harga emas turun. Selain itu emas adalah alat yang dapat digunakan untuk menangkal inflasi yang kerap terjadi setiap tahunnya. Inilah
alasan utama investasi Emas, dengan demikian emas sangat layak menjadi salah satu bagian dari portofolio investasi.
Investasi emas bisa dalam berbagai bentuk yaitu diantaranya sebagai berikut : 1.
Balok Emas gold bullion : emas dalam bentuk logam mulia ingot. Untuk membeli balok emas perlu disertai sertifikat yang dikeluarkan oleh PT
Persero Aneka Tambang Unit Logam Mulia. 2. Perhiasan Emas gold jewelery : merupakan cara yang populer untuk
membeli emas. Tetapi sebenarnya bukan cara terbaik untuk investasi dalam emas, karena biasanya adanya biaya pengrajin, mark up penjualan, dan
faktor lainnya. 3. Keping Emas gold coins: kepingan dengan nilai kleksi kecil atau tidak ada
sama sekali non-numismatic, karena nilainya terutama ditentukan oleh kandungan emasnya. Kandungan emas dari keping ini diukur dalam troy
ounce satu troy ounce mengandung kira-kira 31 gram. 4. Sertifikat Emas gold certificates : menunjukkan kepemilikan atas suatu
kuantitas emas tertentu yang disimpan di brankas bank bank vault. Kebaikan sertifikat emas : investor tidak perlu mengkhawatirkan keamanan
dari penyimpanan sendiri emas secara fisik dan pembelian sertifikat ems bisa meringankan pajak penjualan dibandingkan pembelian balok atau
keping emas. 5. Emas mendatang gold futures: suatu kontrak untuk membeli atau menjual
suatu jumlah emas tertentu pada suatu harga tertentu pada tanggal tertentu.
Kelebihan berinvestasi pada emas yaitu : 1. Anti-krisis dan inflasi
Emas bisa dibilang sebagai investasi yang anti krisis dan inflasi. Dalam kondisi inflasi, harga emas akan melonjak karena bisa dibilang emas adalah
cermin sempurna dari nilai barang di pasaran. Jika harga barang-barang naik, maka emas juga naik dengan setara. Dalam kondisi rupiah yang melemah,
emas juga akan naik. 2. Berbentuk fisik
Bagi sebagian orang, rasanya kurang nyaman berinvestasi dalam bentuk aset kertas seperti saham, reksadana, sukuk dan sebagainya. Investasi akan lebih
aman dari risiko penipuan kalau barangnya sendiri berwujud seperti tanah, properti, ternak atau emas. Selain berbentuk fisik sehingga merasa aman, emas
juga bisa dibentuk dengan menarik dan berkilau, sehingga cocok untuk dijadikan perhiasan. Sambil berhias, juga investasi, begitu kilah para ibu yang
mengumpulkan emas di pergelangan tangan, leher, dan jari-jemarinya. Tidak salah juga sih investasi dalam bentuk emas perhiasan, namun hasilnya tidak
seoptimal emas murni atau koin Dinar. 3. Dapat digadaikandijadikan jaminan
Karena sifat fisiknya yang tidak aus, emas bisa dijadikan sebagai jaminan gadai yang sangat baik. Hanya dalam waktu 15 menit, isi kantong bisa
kembali penuh hanya dengan menggadaikan emas di bank syariah.
Kekurangan berinvestasi pada emas yaitu : 1. Tidak praktis
Di satu sisi, investasi emas dalam bentuk fisik digemari sebagian masyarakat yang merasa lebih aman dengan melihat investasi berwujud. Namun di sisi
lain, investasi dalam fisik emas juga cukup merepotkan. Untuk membeli dan menjual emas, kita harus betul-betul membawa fisik emasnya. Tidak bisa
menggunakan transaksi elektronik seperti halnya investasi pada perbankan atau pasar modal.
2. Penyimpanan pengamanan Sampai saat ini, belum ada rekening emas di perbankan. ETF berbasis emas
juga belum ada di Indonesia. Perdagangan komoditi emas memang sudah ada, tapi belum sesuai syariah. Maka pilihan satu-satunya masih harus transaksi
fisik. Ini artinya, kita harus menyiapkan media penyimpanan dan pengamanan bagi emas tersebut. Sebagai solusinya, brangkas di rumah bisa jadi pilihan,
tapi safe deposit box di bank juga sebetulnya tidak terlalu mahal dibandingkan dengan harga sekeping emas.
3. Dana macet Kalau investasi emas dengan cara menyimpan emas, maka itu sama saja
dengan menyimpan dalam dana macet. Memang betul harganya bisa naik dan kita mendapatkan keuntungan, tapi kalau terlalu banyak menyimpan dana
macet seperti itu membuat ekonomi menjadi kurang bergerak karena emasnya diam saja tidak produktif. Tidak seperti deposito atau saham yang uangnya
terus berputar di dunia usaha.
Melihat kelebihan dan kekurangannya, maka investasi dalam bentuk emas sangat cocok untuk menjaga nilai aset di masa depan atau sebagai cadangan dalam
menghadapi krisis dan inflasi. Ini artinya, emas selayaknya menjadi dana cadangan dalam portofolio dan jumlahnya tidak lebih dari 5 -10 dari total aset
kita. Emas juga cocok untuk investasi berbasis mata uang asing seperti haji, umroh dan pendidikan luar negeri, maka menyimpan emas lebih dari sekedar
cadangan diperbolehkan untuk keperluan tadi. Karena sifatnya yang berbentuk fisik dan tidak produktif, maka salah satu strategi dalam berinvestasi emas adalah
dengan memanfaatkan jasa perbankan yaitu rahn gadai emas danatau SDB safe deposit box. SDB untuk menyimpan emas cadangan, dan rahn digunakan
untuk memproduktifkan emas agar tidak diam saja menunggu harganya naik.
2.7 Sertifikat Bank Indonesia SBI