ANALISIS PORTOFOLIO INVESTASI PADA SAHAM, EMAS, DAN SERTIFIKAT BANK INDONESIA TAHUN 2004-2008

(1)

ABSTRAC

ANALYSE PORTOFOLIO INVESMENT AT SHARE, GOLD, AND CERTIFICATE BANK of INDONESIA YEAR 2004-2008

By Desi Aryani

There are a lot of monetary asset choice able to be made invesment choice. Writer research at some asset, that is share, gold, and Certificate Bank of Indonesia (SBI). Share represent one of the invesment alternative owning larger advantage and

disadvantage storey level from other invesment media. Movement of share price which quickly and unstable cause risk faced higher by investor of other invesment media. While gold is invesment type which its value stabilize, likuid, and peaceful really. Natural gold price increase which signifikan cause competent gold become one of the invesment choice. While Certificate Bank of Indonesia represent free asset of risk but smaller obtained return. Investor attitude in general out for to always avoid risk. Strategy which is generally weared by investor for the minimizing of risk is to do portofolio, that is investor not only conducting invesment at just one asset type but conducting combination at various asset type. Problem of this research is what is portofolio between share, gold and SBI can lessen risk at certain rate of return and how much is best combination proportion to yield efficient portofolio between share, gold, and SBI.


(2)

Target of this research is to know share risk and return, gold, and SBI. Besides also to know best proportion to yield efficient portofolio between share, gold and SBI, that is portofolio offering maximum expected return at certain risk storey level, or offer minimum risk at storey level of certain expected return. Raised hypothesis at this

research is portofolio between share, gold and SBI will lessen risk storey level at certain rate of return.

Pursuant to result of calculation can be concluded that forming of efficient portofolio of risk asset between gold and share giving highest expected return that is with proportion 95 % at share and 5 % at gold. Yielded expexted return portofolio equal to 1,293 % with risk storey level equal to 6,980 %. Investor by including free asset of risk hence obtained by risk and return of new portofolio. Pursuant to result of calculation, at proportion 95% fund invested risk asset and 5 % at free risk asset ( SBI ) obtained by new portofolio return equal to 1,267 % with risk storey level smaller than previous risk that is equal to 6,631 %. The expected return portofolio bigger compared to if investor only inculcating its fund at one of the just asset.


(3)

ABSTRAK

ANALISIS PORTOFOLIO INVESTASI PADA SAHAM, EMAS, DAN SERTIFIKAT BANK INDONESIA TAHUN 2004-2008

Oleh :

Desi Aryani

Terdapat banyak sekali pilihan aktiva keuangan yang dapat dijadikan pilihan investasi. Penulis melakukan penelitian pada beberapa aktiva, yaitu saham, emas, dan Sertifikat Bank Indonesia. Saham merupakan salah satu alternative investasi yang memiliki tingkat keuntungan dan kerugian yang lebih besar dari pada media investasi lainnya. Pergerakan harga saham yang cepat dan tidak stabil

menyebabkan risiko yang dihadapi investor lebih tinggi dari media investasi lainnya. Sedangkan emas adalah jenis investasi yang nilainya stabil, likuid, dan aman secara riil. Harga emas yang mengalami kenaikan yang signifikan

menyebabkan emas layak menjadi salah satu pilihan investasi. Sedangkan Sertifikat Bank Indonesia merupakan aktiva bebas risiko namun return yang diperoleh lebih kecil. Sikap investor pada umumnya selalu berusaha untuk menghindari risiko. Strategi yang umumnya dipakai oleh investor untuk meminimalisir risiko adalah melakukan portofolio, yaitu investor tidak hanya melakukan investasi pada satu jenis aktiva saja tetapi melakukan kombinasi pada berbagai jenis aktiva. Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah portofolio


(4)

antara saham, emas dan SBI dapat mengurangi risiko pada tingkat pengembalian tertentu dan berapakah proporsi kombinasi terbaik yang akan menghasilkan portofolio efisien antara saham, emas, dan SBI.

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui return dan risiko saham, emas, dan SBI. Selain itu juga untuk mengetahui proporsi terbaik yang akan menghasilkan portofolio efisien antara saham, emas dan SBI, yaitu portofolio yang menawarkan

expected return maksimum pada tingkat risiko tertentu, atau menawarkan risiko minimum pada tingkat expected return tertentu. Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah portofolio antara saham, amas dan SBI akan mengurangi tingkat risiko pada tingkat pengembalian tertentu.

Berdasarkan hasil perhitungan dapat disimpulkan bahwa pembentukan portofolio efisien aktiva berisiko antara saham dan emas yang memberikan expected return

tertinggi yaitu dengan proporsi 95 % pada saham dan 5 % pada emas. Expected return portofolio yang dihasilkan sebesar 1,293 % dengan tingkat risiko sebesar 6,980 %. Investor dengan memasukkan aktiva bebas risiko maka diperoleh return

dan risiko portofolio baru. Berdasarkan hasil perhitungan, pada proporsi 95 % dana diinvestasikan pada aktiva berisiko dan 5 % pada aktiva bebas risiko (Sertifikat Bank Indonesia) diperoleh return portofolio baru sebesar 1,267 % dengan tingkat risiko lebih kecil dari risiko sebelumnya yaitu sebesar 6,631 %.

Expected return portofolio tersebut lebih besar dibandingkan bila investor hanya menanamkan dananya pada salah satu aktiva saja.


(5)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Investasi dapat dilakukan oleh perorangan atau perusahaan yang kelebihan dana. Berdasarkan pengambilan keputusan, investor dibagi menjadi dua yaitu investor pasif dan investor aktif. Investor pasif menganggap bahwa pasar modal adalah efisien dan cenderung melakukan investasi tanpa melakukan analisis terlebih dahulu, sehingga sering mengalami kerugian atau memperoleh keuntungan biasa. Sedangkan investor aktif melakukan pertimbangan atau analisis sebelum

melakukan investasi.

Sikap investor terhadap risiko dapat dibagi dalam tiga kelompok, yaitu :

pengambil risiko (risk seeker), penghindar risiko (risk averter) dan acuh terhadap risiko (indefferent). (Weston dan Copeland,1995:427). Namun secara umum investor selalu berusaha untuk menghindari risiko, oleh karena itu perlu dicari pemecahan masalah agar investor dapat meminimalisir risiko dengan tingkat

return tertentu.

Kenyataannya hampir semua investasi mengandung unsur risiko (risk), sehingga investor harus mampu memperkirakan keuntungan (return) yang diharapkan dan risiko yang bersedia ditanggungnya. Hubungan return dan risk yang diharapkan


(6)

adalah searah dan linier, artinya makin besar risk yang harus ditanggung para investor maka semakin besar pula tingkat return yang diharapkan.

Investor memerlukan sebuah pemecahan masalah, agar mereka dapat menekan risiko sekecil mungkin dengan tingkat pengembalian tertentu. Strategi yang umumnya dipakai oleh investor adalah melakukan portofolio, yaitu investor tidak hanya melakukan investasi pada satu jenis aktiva saja tetapi melakukan kombinasi investasi pada berbagai jenis aktiva baik yang berisiko maupun yang tidak

berisiko.

Investor dalam menentukan pilihan kombinasi investasinya tentu akan mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya mengenai informasi yang berhubungan dengan investasi yang akan dilakukan untuk mendapatkan hasil pengembalian yang optimal. Pendekatan yang umum digunakan dalam

membentuk dan mengelola portofolio adalah pendekatan yang ditemukan oleh Markowitz. Teorinya yang dikenal dengan teori diversifikasi, maka investasi pada beberapa aset dapat meminimumkan risiko yang ada.

Model Markowitz menggunakan kombinasi aktiva-aktiva yang berisiko, dengan menggunakan metode ini sekuritas-sekuritas yang mempunyai korelasi lebih kecil dari +1 akan mengurangi risiko portofolio. Semakin banyak sekuritas yang


(7)

Terdapat banyak sekali pilihan aktiva keuangan yang dapat dijadikan pilihan investasi. Investor dalam memilih investasi yang akan dilakukan haruslah teliti, karena selain mengharapkan keuntungan (return) tetapi juga harus memperhatikan tingkat risiko yang akan selalu menyertainya. Pada umumnya semakin tinggi tingkat keuntungan (return) yang diharapkan maka akan semakin tinggi pula risiko yang harus dihadapinya.

Penulis dalam penelitian ini akan melakukan kombinasi pada beberapa aktiva yaitu saham, emas dan Sertifikat Bank Indonesia. Saham merupakan salah satu alternative investasi yang memiliki tingkat keuntungan dan kerugian yang lebih besar dari pada media investasi lainnya dalam jangka panjang. Investor yang menginvestasikan dana pada saham, berharap mendapatkan keuntungan dari adanya capital gain dan deviden.

Investor membeli saham suatu perusahaan dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di kemudian hari sesuai dengan jumlah yang diharapkannya, untuk meningkatkan pendapatan dan taraf hidupnya dibandingkan saat-saat sebelumnya. Kekayaan yang dimiliki diharapkan dapat berkembang terus-menerus. Namun semakin besar tingkat pengembalian saham yang ada maka semakin besar pula tingkat risiko yang harus ditanggung oleh para investor.

Para investor dapat melakukan investasi dengan membeli saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Terdapat banyak sekali saham-saham yang


(8)

mengalami perubahan yang cepat. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merupakan indikator utama yang menggambarkan pergerakan harga saham di pasar modal di Indonesia. Indeks ini mencakup pergerakan harga seluruh saham biasa dan saham preferen yang tercatat di BEI. IHSG dapat dijadikan sebagai indikator yang mencerminkan keadaan pasar modal di Indonesia. Selain itu IHSG juga sebagai Benchmark kinerja suatu portofolio dan memfasilitasi pembentukan portofolio dengan strategi pasif. Berikut data pertumbuhan IHSG dan jumlah saham yang diperdagangkan tahun 2004-2008 :

Tabel 1.1 Pertumbuhan IHSG dan Jumlah Saham Yang Diperdagangkan Tahun 2004-2008

Tahun IHSG Pertumbuhan

(%) Jumlah saham

Pertumbuhan (%)

2004 1045.44 - 656.447.198.554 -

2005 1162.64 16,24 712.985.123.204 8,61

2006 1805.52 55,30 924.488.804.314 29,66

2007 2745.83 52,08 1.128.173.554.108 22,03

2008 1355.41 -50,64 1.374.411.626.346 21,83

Rata-rata 18,25 20,53

Sumber : www.idx.co.id, data diolah.

Pertumbuhan Indeks Harga Saham Gabungan Bursa Efek Indonesia (IHSG) dalam beberapa tahun terakhir cukup signifikan dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 18,25 %. Tabel 1.1 dapat kita dilihat bahwa IHSG cendrung mengalami

peningkatan dari tahun ke tahun, hanya pada tahun 2008 IHSG mengalami penurunan karena terkena dampak krisis global. Namun jumlah saham yang diperdagangkan di bursa efek terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan


(9)

dari tahun ke tahun dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 20,53 %. Berikut ini juga disajikan data perdagangan saham yang ada di BEI pada tahun 2004-2008 :

Tabel 1.2 Data Perdagangan Saham Di BEI Tahun 2004-2008

Tahun Volume

Perdagangan Nilai (Rp. M)

Frekuensi Perdagangan (X)

2004 411.768.340.217 247.006,9 3.723.950

2005 401.868.034.588 406.006,3 4.011.916

2006 436.935.587.228 445.708,1 4.805.001

2007 1.039.541.453.055 1.050.154,30 11.861.328 2008 787.775.846.423 1.064.526,2 13.416.702 Sumber : www.idx.co.id, data diolah.

Tabel 1.2 menunjukkan bahwa volume perdagangan saham di BEI mengalami peningkatan, hanya pada tahun 2008 mengalami penurunan. Kenaikan volume perdagangan diikuti pula dengan kenaikan nilai dan frekuensi perdagangan saham. Semakin meningkatnya IHSG yang diikuti dengan peningkatan nilai saham yang diperdagangkan menunjukkan bahwa kinerja pasar modal Indonesia semakin membaik. Hal ini menandakan bahwa investasi pada pasar saham memberikan prospek keuntungan yang besar bagi para investor sehingga saham layak dijadikan sebagai pilihan investasi, karena alasan tersebut penulis memilih investasi pada saham untuk diteliti.

Investor selain menginvestasikan dananya pada aset financial seperti saham, juga dapat menginvestasikan dananya pada aset riil seperti emas. Emas merupakan


(10)

salah satu aset berharga yang dapat dijadikan alternative investasi yang menguntungkan. Emas adalah jenis investasi yang nilainya stabil, likuid, dan aman secara riil serta dapat dikelola sendiri. Selain itu masyarakat Indonesia juga sudah terbiasa menginvestasikan dananya pada emas yang memiliki harga yang cendrung stabil atau bahkan terus meningkat.

Emas banyak digunakan sebagai standard keuangan di banyak negara dan juga sebagai perhiasan dan cadangan devisa suatu negara. Sampai saat ini emas merupakan alat pembayaran yang paling utama di dunia. Emas mempunyai karakteristik yang berbeda dengan komoditi lainnya, dengan demikian emas dapat dijadikan alternative investasi yang cukup menjanjikan bagi para investor. Berikut ini disajikan perkembangan harga emas tahun 2004-2008.

Tabel 1.3 Pertumbuhan Harga Emas dan Volume Pedagangan Tahun 2004-2008

Tahun Harga Emas/grm

Pertumbuhan (%)

Volume Perdagangan

Pertumbuhan (%)

2004 131.108 - 332,1 -

2005 161.155 22,92 320,7 -3,4327

2006 190.640 18,30 677,7 111,319

2007 235.980 23,78 890,4 31,38557

2008 230.762 -2,21 1115,3 25,25831

Rata-rata 15,69641 41,13254


(11)

Tabel 1.3 menunjukkan bahwa harga emas selalu mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun ke tahun. Peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2007, hanya saja pada tahun 2008 harga emas mengalami penurunan sebesar 2, 21 % yang disebabkan oleh krisis global. Namun penurunan yang terjadi tidak terlalu besar. Selain itu dari tabel 1.3 dapat kita lihat juga bahwa perkembangan volume perdagangan emas yang ada di Indonesia juga terus mengalami peningkatan, hal ini karena Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan tambang emas, sehingga emas merupakan salah satu aktiva yang cukup menjanjikan untuk dijadikan sebagai salah satu pilihan investasi. Berdasarkan alasan tersebut penulis memilih emas untuk diteliti sebagai pilihan investasi yang cukup menguntungkan.

Tujuan dari investasi yang dilakukan investor adalah mendapatkan return

maksimal dengan dengan tingkat risiko yang kecil. Ketidakpastian keadaan ekonomi, seperti terjadinya krisis global pada tahun 2008 yang dapat mengganggu stabilitas perekonomian seperti berdampaknya pada keadaan pasar modal

Indonesia. Untuk mengurangi risiko tersebut para investor dapat melakukan investasi portofolio pada aktiva bebas risiko seperti dengan melakukan investasi pada Sertifikat Bank Indonesia (SBI).

SBI merupakan aktiva bebas risiko yang mempunyai ekspektasi tertentu dengan varian return yang sama dengan nol. Apabila investor melakukan investasi pada aktiva bebas risiko maka dana yang dimiliki investor akan aman, sehingga bila dana yang diinvestasikan pada saham mengalami kerugian, investor dapat mengurangi atau menutup kerugian yang terjadi. Return yang diperoleh investor


(12)

dari melakukan investasi pada SBI maka investor memperoleh return pasti dari tingkat suku bunga. Berikut ini disajikan perkembangan tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia pada tahun 2004-2008 :

Tabel 1.4 Perkembangan Tingkat Suku Bunga SBI Tahun 2004 - 2008 Tahun Bulan Suku Bunga SBI

2004 Jan 8.24 %

Feb 7.77 %

Mar 7.42 %

Apr 7.34 %

May 7.32 %

Jun 7.33 %

Jul 7.37 %

Aug 7.37 %

Sep 7.38 %

Oct 7.40 %

Nov 7.42 %

Dec 7.43 %

2005 Jan 7.42 %

Feb 7.42 %

Mar 7.43 %

Apr 7.53 %

May 7.81 %

Jun 7.98 %

Jul 8.44 %

Aug 8.50 %

Sep 10.00 %

Oct 11.00 %

Nov 12.25 %

Dec 12.75 %

2006 Jan 12.74 %

Feb 12.74 %

Mar 12.73 %

Apr 12.73 %

May 12.74 %

Jun 12.50 %

Jul 12.50 %

Aug 12.25 %

Sep 11.25 %

Oct 11.25 %


(13)

Lanjutan Tabel 1.4

Dec 10.25 %

2007 Jan 9.75 %

Feb 9.25 %

Mar 9.00 %

Apr 9.00 %

May 9.00 %

Jun 8.75 %

Jul 8.50 %

Aug 8.25 %

Sep 8.25 %

Oct 8.25 %

Nov 8.25 %

Dec 8.25 %

2008 Jan 8.00 %

Feb 7.94 %

Mar 7.96 %

Apr 7.97 %

May 8.21 %

Jun 8.35 %

Jul 8.77 %

Aug 9.24 %

Sep 9.36 %

Oct 10.39 %

Nov 11.14 %

Dec 10.99 %

Sumber : www.bi.go.id, data diolah

Tabel 1.4 menunjukkan bahwa tingkat suku bunga SBI mengalami fluktuasi. Tingkat suku bunga SBI tertinggi sebesar 12.75 % dan terendah sebesar 7.33%. Berdasarkan tabel 1.4 juga dapat dilihat pada tahun 2008 saat terjadi krisis global dan pasar modal Indonesia melemah, tingkat suku bunga SBI justru mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Berdasarkan alasan tersebut penulis memilih menggabungkan Sertifikat Bank Indonesia ke dalam pilihan investasi. Investor dengan memasukkan SBI diharapkan dapat mengurangi tingkat risiko yang akan dihadapi sehingga investor dapat memperoleh return yang maksimal.


(14)

Gambar 1.1 Perbandingan IHSG dan Harga Emas Tahun 2004-2008

Sumber : www.yahoofinance.com, www.kitco.com, data diolah

Gambar 1.2 Perbandingan IHSG dan Tingkat Suku Bunga SBI Tahun 2004-2008


(15)

Gambar 1.1 menunjukkan bahwa pergerakan IHSG lebih tidak stabil

dibandingkan dengan harga emas. IHSG mengalami kenaikan dan penurunan yang lebih drastis, seperti pada tahun 2008 saat terjadi krisis global IHSG mengalami penurunan yang cukup tajam, sedangkan pada saat yang sama harga emas cendrung stabil. Hal ini menandakan bahwa emas merupakan pilihan investasi yang cukup aman karena tidak terlalu dipengaruhi oleh situasi perekonomian yang kurang stabil. Penurunan IHSG yang cukup tajam dapat meningkatkan risiko kerugian yang dihadapi investor. Berinvestasi di saham memang memberikan keuntungan yang cukup besar, namun hal diimbangi dengan tingkat risiko yang tinggi pula karena harga saham yang selalu berubah-ubah dengan cepat. Hal ini berbeda dengan harga emas terus mengalami kenaikan yang cukup signifikan dari tahun ke tahun dan jarang mengalami penurunan.

Gambar 1.2 juga dapat kita lihat bahwa tingkat suku bunga SBI pada tahun 2008 juga mengalami peningkatan yang berlawanan dengan terjadinya penurunan IHSG. Pada saat pasar saham mengalami penurunan, investor dapat memilih menanamkan dananya pada SBI untuk memperoleh return yang lebih maksimal. Sertifikat Bank Indonesia merupakan aktiva bebas risiko, namun return yang diperoleh investor lebih kecil. Tujuan investor adalah memaksimalkan return

yang diharapkan pada tingkat risiko tertentu, dengan memasukkan Sertifikat Bank Indonesia sebagai pilihan investasi diharapkan dapat mengurangi risiko yang akan dihadapinya. Tujuan investor adalah memperoleh return maksimal. Berikut ini disajikan data return dan risiko saham, emas dan Sertifikat Bank Indonesia tahun 2004-2008.


(16)

Table 1.5 Return dan Risiko Saham, Emas dan Sertifikat Bank Indonesia Tahun 2004-2008

Aktiva

Return Risiko

Tertinggi Terendah Rata-rata Tertinggi Terendah Rata-rata

Saham 13.63 % -31.42 % 1,29 % 152.16 % 0.045 % 7,32 % Emas 8,64 % -7,72 % 1,27 % 80,90 % 0,001 % 4,10 %

SBI 12,75 % 7,33 % 0,77 % 0 % 0 % 0 %

Sumber : lampiran 1-3

Tabel 1.5 dapat kita lihat bahwa saham memiliki return sebesar 1,29 % lebih besar dari return emas yaitu sebesar 1,27 % dan return SBI yang sebesar 0,77%. Dengan demikian investasi pada saham lebih menguntungkan dibandingkan dengan investasi pada aktiva lain karena memiliki expected return lebih tinggi dari aktiva lainnya. Meskipun investasi di pasar modal menjanjikan tingkat return

yang lebih tinggi, namun kita perlu ingat bahwa semakin besar return, maka tingkat risiko yang dihadapinya akan semakin besar pula. Oleh karena itulah disamping memperhitungkan return, kita juga harus memperhatikan hubungan antara return dengan risiko dalam menentukan pilihan investasi.

Tabel 1.5 menunjukkan bahwa saham memiliki tingkat risiko sebesar 7,32 % lebih besar dari tingkat risiko emas yang sebesar 4,10 %, sedangkan Sertifikat Bank Indonesia merupakan aktiva bebas risiko yang memiliki tingkat risiko sama dengan nol. Risiko dalam investasi saham memang jauh lebih tinggi dari

dibandingkan investasi pada aktiva lainnya, namun saham juga memiliki potensi keuntungan atau tingkat pengembalian yang lebih besar dari aktiva investasi


(17)

lainnya. Hal ini dikarenakan semakin besar risiko yang harus ditanggung para investor maka semakin besar pula tingkat return yang diharapkan oleh investor. Berdasarkan alasan tersebut maka penulis memilih saham, emas dan Sertifikat Bank Indonesia untuk diteliti.

Melihat uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai analisis portofolio antara saham, emas dan SBI dengan memilih judul :

“Analisis Portofolio Investasi Pada Saham, Emas, dan Sertifikat Bank

Indonesia Tahun 2004-2008”.

1.2Permasalahan

Investasi pada umumnya berkaitan dengan aktivitas menginvestasikan sejumlah dana pada aset riil (tanah, emas, mesin, atau bangunan) maupun pada aset finansial (deposito, saham, ataupun obligasi). Terdapat banyak sekali pilihan aktiva keuangan yang dapat dijadikan pilihan investasi. Investor dalam memilih investasi yang akan dilakukan haruslah teliti, karena selain mengharapkan keuntungan (return) tetapi juga harus memperhatikan tingkat risiko yang akan selalu menyertainya. Pada umumnya semakin tinggi tingkat keuntungan (return) yang diharapkan maka akan semakin tinggi pula risiko yang harus dihadapinya.

Salah satu cara yang dapat dilakukan investor untuk mengurangi risiko adalah dengan melakukan portofolio (kombinasi) dengan beberapa aktiva baik yang mengandung risiko maupun aktiva bebas risiko. Salah satu aktiva berisiko yang


(18)

dapat dijadikan alternative investasi adalah saham dan emas, sedangkan aktiva bebas risiko salah satunya adalah investasi pada Sertifikat Bank Indonesia (SBI).

Analisis portofolio dimaksudkan untuk mencari kombinasi investasi aset yang efisien, yaitu portofolio yang dipilih dari berbagai alternative kombinasi aset yang menawarkan tingkat pengembalian maksimal pada tingkat risiko tertentu atau kombinasi saham yang menawarkan tingkat risiko terendah dengan tingkat pengembalian tertentu. Namun di dalam membentuk portofolio akan timbul suatu masalah yaitu terdapat banyak sekali kemungkinan portofolio yang dapat dibentuk dari kombinasi aktiva yang ada. Kombinasi ini dapat mencapai jumlah yang tidak terbatas.

Memperhatikan uraian yang telah disajikan, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah portofolio antara saham, emas dan Sertifikat Bank Indonesia dapat mengurangi risiko pada tingkat pengemballian tertentu ?

2. Berapakah proporsi kombinasi terbaik yang akan menghasilkan portofolio efisien antara saham, emas, dan Sertifikat Bank Indonesia ?.


(19)

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui risiko dan tingkat pengembalian saham, emas, dan SBI. 2. Menentukan proporsi terbaik untuk menghasilkan portofolio efisien antara

saham, emas dan SBI dengan menggunakan motode Markowitz. 3. Untuk mengetahui apakah risiko portofolio lebih baik (lebih kecil)

daripada tidak dilakukan portofolio.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Memberikan sumbangan pemikiran kepada pihak manajemen, pemegang saham perusahaan, investor dalam mengambil keputusan investasi. 2. Sebagai bahan acuan bagi peneliti berikutnya tentang risiko dan tingkat

pengembalian serta analisis portofolio dengan menggunakan metode Markowitz.


(20)

1.4Kerangka Pemikiran

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka kerangka pemikiran penelitian ini dapat digambarkan pada bagan di bawah ini :

Gambar 1.3 Kerangka Pemikiran

Investasi portofolio

Saham Sertifikat Bank

Indonesia

Return Risiko Suku Bunga SBI) Return (Tingkat

Portofolio Efisien

INVESTOR Emas

Return Risiko

Portofolio Aktiva berisiko

Aktiva Berisiko

Aktiva Bebas Risiko


(21)

Investor dalam melakukan investasi portofolio aktiva yang mengandung risiko maupun pada aktiva bebas risiko memperhitungkan besarnya risiko dan tingkat pengembalian. Aktifitas saham perusahaan di dalam pasar modal dapat digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan. Perubahan harga saham merupakan salah satu komponen utama dalam perhitungan tingkat pengembalian (return) dan risiko (risk) yang dijadikan alat untuk mengukur prestasi perusahaan.

Total pengembalian dari investasi saham (return) adalah jumlah pendapatan yang berasal dari jumlah kenaikan atau penurunan harga (capital gain or capital loss) ditambah dengan pendapatan dividen. Komponen tingkat pengembalian diperoleh dari kenaikan atau penurunan harga saham. Harga yang terus meningkat akan memperbesar tingkat pengembalian investor, dan bagi perusahaan harga yang tinggi akan memperbesar modal karena agio sahamnya meningkat.

Risiko (risk) suatu perusahaan tinggi maka tingkat pengembalian (return) saham tersebut harus tinggi pula dan sebaliknya bila risiko (risk) suatu saham rendah maka tingkat pengembalian (return) saham tersebut rendah pula. Investor perlu membaca peluang dan ancaman sebelum memutuskan investasinya dengan mempertimbangkan risiko dengan return yang diharapkan.

Analisis portofolio dapat ditentukan dengan menggunakan metode Markowitz., dengan menggunakan metode ini sekuritas-sekuritas yang mempunyai korelasi lebih kecil dari +1 akan mengurangi risiko portofolio. Semakin banyak sekuritas yang dimasukkan dalam portofolio, semakin kecil risiko portofolio. Dengan


(22)

adanya aktiva bebas risiko seperti pada Sertifikat Bank Indonesia, investor mempunyai pilihan untuk memasukkan aktiva ini pada portofolionya. Suatu aktiva bebas risiko mempunyai ekspektasi return tertentu dengan varian return

sama dengan nol.

Analisis portofolio dimaksudkan untuk mencari kombinasi investasi aset yang efisien, yaitu portofolio yang dipilih dari berbagai alternative kombinasi aset yang menawarkan tingkat pengembalian maksimal pada tingkat risiko tertentu atau kombinasi aset yang menawarkan tingkat risiko terendah dengan tingkat

pengembalian tertentu. Namun di dalam membentuk portofolio akan timbul suatu masalah yaitu terdapat banyak sekali kemungkinan portofolio yang dapat dibentuk dari kombinasi aktiva yang ada. Kombinasi ini dapat mencapai jumlah yang tidak terbatas.

1.5Hipotesis

Berdasarkan latar belakang, permasalahan, dan kerangka pemikiran yang telah dijelaskan sebelumnya, maka penulis mengambil hipotesis sebagai berikut :

”Portofolio antara saham, emas dan Sertifikat Bank Indonesi akan


(23)

1.6Batasan Penelitian

Batasan dalam penelitian ini adalah :

1. Study ini menganalisis portofolio ke tiga aset yaitu saham, emas, dan Sertifikat Bank Indonesia.

2. Harga saham yang digunakan dalam penelitian ini adalah IHSG sebagai indikator pergerakan pasar modal setiap periode perbulan selama periode 2004-2008 di Bursa Efek Indonesia.

3. Harga emas yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga emas perbulan pada periode 2004-2008.

4. Tingkat pengembalian SBI diambil dari tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia periode 2004-2008.


(24)

II. LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Teori

Konsumsi dan investasi merupakan kegiatan yang berkaitan. Penundaan konsumsi sekarang dapat diartikan sebagai investasi untuk konsumsi di masa mendatang. Pengertian investasi yang lebih luas membutuhkan kesempatan produksi yang efisisien untuk mengubah satu unit konsumsi yang ditunda untuk dihasilkan menjadi lebih dari satu unit konsumsi mendatang. Dengan demikian investasi dapat didefinisikan sebagai penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan di dalam produksi yang efisien selama periode waktu tertentu. (Jogiyanto, 2003 ; 5).

Istilah investasi pada umumnya berkaitan dengan aktivitas menginvestasikan sejumlah dana pada aset riil (tanah, emas, mesin, atau bangunan) maupun pada aset finansial (deposito, saham, ataupun obligasi). Skripsi ini membahas investasi yang berkaitan pada pengelolaan beberapa aktiva yaitu saham, emas, dan

Sertifikat Bank Indonesia (SBI).

Pihak-pihak yang melakukan investasi disebut investor. Investor pada umumnya dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu investor individual (individual/retail investor) dan investor institusional (institusional investors). Investor individual terdiri dari individu-individu yang melakukan aktivitas investasi, sedangkan


(25)

investor institusional biasanya terdiri dari perusahaan-perusahaan asuransi, lembaga penyimpanan dana (bank dan lembaga simpan pinjam), lembaga dana pensiun, maupun perusahaan investasi.

2.2 Proses Investasi

Proses investasi menunjukkan bagaimana seorang investor membuat keputusan investasi pada efek-efek yang biasa dipasarkan, dan kapan dilakukan. Untuk mengambil keputusan tersebut dilakukan langkah-langkah;

a. Menentukan kebijakan investasi

Di sini pemodal perlu menentukan tujuan investasinya tersebut akan dilakukan. Karena ada hubungan yang positif antara risiko dan keuntungan investasi, maka pemodal tidak bisa mengatakan bahwa tujuan investasinya adalah mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya, tetapi menyadari bahwa ada kemungkinan untuk menderita rugi, jadi tujuan investasi harus dinyatakan baik dalam keuntungan maupun risiko.

b. Analisis Sekuritas

Dalam tahap ini investor melakukan analisis terhadap suatu efek atau sekelompok efek. Salah satu tujuan penilaian ini adalah untuk

mengidentifikasikan efek yang salah harga (mispriced), apakah harganya terlalu tinggi atau terlalu rendah, dan analisis ini dapat mendeteksi sekuritas-sekuritas tersebut.

c. Pembentukan Portofolio

Portofolio berarti sekumpulan investasi, tahap ini menyangkut identifikasi sekuritas-sekuritas mana yang akan dipilih, dan berapa proporsi dana yang


(26)

akan ditanamkan pada masing-masing sekuritas tersebut. Pemilihan banyak sekuritas dimaksudkan untuk mengurangi risiko yang ditanggung. Pemilihan sekuritas dipengaruhi antara lain: preferensi risiko, pola kebutuhan kas, status pajak dan sebagainya.

d. Melakukan Revisi Portofolio

Tahap ini merupakan pengulangan terhadap tiga tahap sebelumnya, dengan maksud kalau perlu melakukan perubahan portofolio yang telah dimiliki. Apabila portofolio sekarang tidak optimal atau tidak sesuai dengan preferensi risiko pemodal, maka pemodal dapat melakukan perubahan terhadap sekuritas yang membentuk portofolio tersebut.

e. Evaluasi Kinerja

Dalam tahap ini pemodal atau investor melakukan penilaian terhadap kinerja

(performance) portofolio, baik dalam aspek tingkat keuntungan yang

diperoleh maupun risiko yang ditanggung. Tidak benar kalau portofolio yang memberikan keuntungan yang lebih tinggi mesti lebih baik dari potofolio lainnya (Husnan, 200: 49).

2.3 Tipe-Tipe Investasi Keuangan

Investasi ke dalam aktiva keuangan dapat berupa investasi langsung dan investasi tidak langsung. Investasi langsung dilakukan dengan membeli langsung aktiva-aktiva keuangan dari suatu perusahaan baik melalui perantara atau dengan cara lainnya. Sebaliknya investasi tidak langsung dengan membeli aktiva keuangan dari perusahaan investasi yang mempunyai portofolio aktiva keuangan dari perusahaan-perusahaan lain.


(27)

2.3.1 Investasi Langsung

Investasi langsung dapat dilakukan dengan membeli aktiva keuangan yang dapat diperjualbelikan di pasar uang (money market), pasar modal (capital market), atau pasar turunan (derivative market). Investasi langsung juga dapat dilakukan dengan membeli aktiva keuangan yang tidak dapat

diperjualbelikan. Aktiva keuangan yang tidak dapat diperjualbelikan biasanya diperoleh melalui bank komersial. Aktiva-aktiva ini dapat berupa tabungan di bank atau sertifikat deposito.

Macam-macam investasi langsung dapat dijabarkan sebagai berikut : 1. Investasi langsung yang tidak dapat diperjualbelikan

- Tabungan - Deposito

2. Investasi yang dapat diperjualbelikan a. Investasi langsung di pasar uang

- T-bill

- Deposito yang dapat dinegosiasi b. Investasi langsung di pasar modal

- Surat-surat berharga pendapatan tetap (fixed-income securities). - Saham-saham (equity securities)

c. Investasi langsung di pasar turunan - Opsi


(28)

2.3.2 Investasi Tidak Langsung

Investasi tidak langsung dilakukan dengan membeli surat berharga dari perusahaan investasi. Perusahaan investasi adalah perusahaan yang

menyediakan jasa keuangan dengan cara menjual sahamnya ke publik dan menggunakan dana yang diperoleh untuk diinvestasikan ke dalam

portofolionya. Perusahaan investasi dapat diklasifikasikan sebagai unit investment trust, closed-end investment companies, dan open-end investment companies.

2.4 Pasar Modal

2.4.1 Pengertian Pasar Modal

Pasar modal merupakan wahana untuk mempertemukan pihak-pihak yang memerlukan dana jangka panjang dengan pihak yang memiliki dana tersebut. Menurut Suad Husnan, secara formal pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrument keuangan (atau sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta. (Husnan, 1994 :3)

Untuk menarik pembeli dan penjual untuk berpartisipasi, pasar modal harus bersifat likuid dan efisien. Suatu pasar modal dikatakan likuid jika penjual dapat menjual dan membeli surat berharga dengan cepat. Pasar modal dikatakan efisien jika harga dari surat berharga mencerminkan nilai perusahaan secara akurat.


(29)

2.4.2 Peranan Pasar Modal

Seperti halnya pasar pada umumnya, pasar modal merupakan tempat

bertemu antara penjual dan pembeli dengan risiko untung rugi. Pasar modal sangat bermanfaat bagi para investor dan dunia usaha pada umumnya. Pasar modal berperan sebagai sumber dana yang bersifat jangka panjang,

alternative investasi, wahana untuk melakukan restrukturisasi permodalan perusahaan, dan media untuk melakukan divestasi. Pasar modal juga mempunyai fungsi sarana alokasi dana yang produktif untuk memindahkan dana dari pemberi pinjaman ke peminjam. Alokasi dana yang produktif terjadi jika individu yang mempunyai kelebihan dana dapat meminjamkan dananya ke individu lain yang lebih produktif.

Manfaat pasar modal bagi para investor adalah memberikan kesempatan atau hak kepada masyarakat untuk memiliki perusahaan yang sehat dan mempunyai prospek yang baik di masa depan, dan merupakan alternative investasi yang memberikan potensi keuntungan dengan risiko yang bisa diperhitungkan. Sedangkan manfaat pasar modal bagi dunia usaha adalah membina iklim keterbukaan bagi dunia usaha serta memberikan akses kontrol sosial bagi perusahaan dalam menjalankan usahanya, mendorong pemanfaatan manjemen profesional dalam pengelolaan perusahaan, wahana untuk melakukan investasi dalam jangka pendek (likuiditas) maupun jangka panjang (growth), dan sumber pembiayaan jangka panjang bagi perusahaan.


(30)

Jenis pasar modal ada dua macam yaitu : a. Pasar perdana (primary market)

Pasar perdana adalah pasar di mana untuk pertama kalinya efek di tawarkan kepada para investor melalui agen penjual. Pada saham perdana ini harga saham adalah tetap, pembelian saham tidak dikenakan komisi, pemesanan dilakukan melalui agen penjual, jangka waktu terbatas dan hanya untuk saham.

b. Pasar sekunder (secondary market)

Pasar sekunder adalah pasar untuk memperjualbelikan efek yang telah diterbitkan. Di pasar sekunder ini harga saham berfluktuatif sesuai dengan kekuatan pasar, pembelian maupun penjualan dikenakan komisi, pemesanan dilakukan melalui anggota bursa dan jangka waktu tidak terbatas.pasar sekunder dilakukan di Bursa Efek.

2.5 Saham

Saham dapat didefinisikan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan

ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut. Saham sebagai sekuitas yang bersifat ekuitas, memberikan implikasi bahwa kepemilikan saham mencerminkan kepemilikan atas suatu perusahaan. Hal ini berbeda dengan obligasi, saham tidak memilki jangka waktu jatuh tempo (perpetual) dan tidak memberikan pendapatan tetap.


(31)

Pada dasarnya saham terbagi atas dua jenis, yaitu : 1. Saham biasa (common stock)

Saham biasa (common stock), merupakan saham yang paling dikenal

masyarakat dan paling banyak digunakan untuk penarik dana dari masyarakat. Pemilik saham biasa merupakan pemilik sebenarnya dari perusahaan. Mereka menanggung risiko, mendapat keuntungan, mempunyai hak suara dalam RUPS dan ikut menentukan kebijakan perusahaan. Semakin banyak

prosentase saham yang dimiliki maka semakin besar hak suara yang dimiliki untuk mengontrol operasional perusahaan.

Keuntungan saham biasa :

1. Mendapatkan dividen jika perusahaan memperoleh keuntungan.

2. Mempunyai hak suara untuk setiap satu saham dengan satu suara dalam hal pemilihan dewan direksi perusahaan, pengembalian keputusan manajemen, dan pengembangan perusahaan.

3. Mempunyai hak atas bonus yang dapat berupa saham gratis (saham bonus) dan rights jika perusahaan melakukan rights issue.

4. Mendapatkan keuntungan dari penjualan saham jika harga jualnya lebih tinggi daripada harga pembeliannya.

Kerugian saham biasa :

1. Mendapatkan prioritas terakhir atas kekayaan jika perusahaan yang menerbitkan saham (emisi) mengalami kerugian, pailit atau dilikuidasi.


(32)

2. Apabila perusahaan penerbit saham (emiten)mengalami kerugian, harga sahamnya dilantai bursa (pasar modal) akan jatuh dan apabila dijual kemungkinan merugi (capital loss) dan jika perusahaan mengalami kerugian tidak ada pembagian dividen.

2. Saham preferen (preferent stocks)

Saham preferen (preferent stocks), saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi). Tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor. Pemilik saham

preferen mendapatkan hak istimewa dalam pembayaran deviden dibandingkan saham biasa. Bila perusahaan dilikuidasi, pemegang saham preferen akan mendapatkan pembayaran dari sisa aset perusahaan terlebih dahulu sebelum pemegang saham biasa dan sebagai imbal balik dari hal tersebut, biasanya pemegang saham preferen memiliki suara yang terbatas. Penilaian saham preferen ini sederhana karena saham preferen tidak memiliki nilai jatuh tempo.

Keuntungan saham prioritas :

1. Didahulukan dalam pembagian dividen jika perusahaan mengalami keuntungan.

2. Saham prioritas dapat ditawarkan dalam berbagai cara seperti :

 Cumulative Preference Share

Yaitu dividen yang tidak dibagikan pada akhir tahun harus dibagikan secara kumulatif (seluruhnya) pada tahun-tahun berikutnya.


(33)

 Participating Preference Share

Yaitu pemilik saham memperoleh prioritas atas keuntungan perusahaan. Setelah pemilik saham prioritas biasa memperoleh dividen, pemilik saham prioritas berhak pula memperoleh tambahan pembayaran dari keuntungan perusahaan yang masih tersisa.

3. Saham prioritas jenis biasa sering pula memperoleh dividen lebih besar daripada dividen yang diterima pemegang saham biasa.

4. Jika perusahaan dilikuidasi, pemilik saham prioritas akan menerima lebih dahulu uang yang mereka investasikan sebelum pemilik saham biasa memperoleh pengembalian modalnya.

Kerugian saham prioritas :

1. Meskipun mendapatkan hak prioritas (istimewa) namun setelah kewajiban-kewajiban perusahaan dilunasi, saham prioritas hanya diprioritaskan sebelum saham biasa.

2. Saham prioritas terkadang diterbitkan karena pada perusahaan terjadi kekurangan dana atau memerlukan dana murah dalam waktu yang relatif lebih singkat.

3. Kemungkinan terjadi kolusi antara emiten dan penjamin emisi untuk memperoleh dana murah dan investor yang kurang berpengalaman, sehingga saham yang dimiliki akan turun nilai atau harganya di lantai bursa.


(34)

Return investasi dalam bentuk kepemilikan saham berupa :

1. Capital gain, merupakan return positif yang berasal dari selisih antara harga jual yang lebih tinggi daripada haga pada saat pertama kali membelinya. Apabila harga jualnya lebih rendah daripada harga pada saat pertama kali membeli, maka return-nya negatif atau sering disebut capital loss.

2. Dividen, yaitu pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham tersebut atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan setelah melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

.

2.5.1 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Indeks Harga Saham Gabungan merupakan indikator utama yang

menggambarkan pergerakan harga saham di pasar modal. Umumnya semua indeks harga saham gabungan (composite) di berbagai negara menggunakan metode rata-rata tertimbang termasuk di Bursa Efek Indonesia.

IHSG diperkenalkan pertama kali pada tanggal 1 April 1983, sebagai indikator pergerakan harga saham di BEI. Indeks ini mencakup pergerakan harga seluruh saham biasa dan saham preferen yang tercatat di BEI. Hari Dasar untuk perhitungan IHSG adalah tanggal 10 Agustus 1982.

Indeks Harga Saham Gabungan (composite) mempunyai beberapa fungsi atau gambaran kinerja suatu bursa diantaranya, yaitu:

1. Sebagai indikator trend pasar.

2. Sebagai indikator tingkat keuntungan. 3. Sebagai Benchmark kinerja suatu portofolio.


(35)

2.6 Investasi Pada Emas

Emas memiliki manfaat fungsional sebagai alat investasi. Emas adalah jenis investasi yang nilainya stabil, likuid, dan aman secara riil serta dapat dikelola sendiri. Emas dalam sejarah perkembangan sistem ekonomi dunia, sudah dikenal sejak 40 ribu tahun sebelum masehi. Emas acapkali diidentikan dengan sesuatu yang nomor satu, prestisius, dan elegan. Hal ini dikarenakan emas adalah Logam Mulia. Disebut logam mulia karena dalam keadaan murni-dalam udara biasa-emas tidak dapat teroksidasi atau dengan kata lain akan tahan karat. Emas banyak digunakan sebagai standard keuangan di banyak negara dan juga sebagai

perhiasan dan cadangan devisa suatu negara. Dan sampai saat ini emas merupakan alat pembayaran yang paling utama di dunia.

Emas mempunyai karakteristik yang berbeda dengan komoditi lainnya. Emas dipersepsikan bernilai di seluruh dunia. Emas mempunyai suplai terbatas dan permintaan yang tidak terbatas, sehingga harga emas semakin hari semakin naik. Semakin terbuka informasi secara global, maka secara global, individu dan lembaga akan mencari nilai dan nilai itu ada pada Emas. Emas banyak dipilih sebagai salah satu bentuk investasi karena nilainya cenderung stabil dan naik. Sangat jarang sekali harga emas turun. Selain itu emas adalah alat yang dapat digunakan untuk menangkal inflasi yang kerap terjadi setiap tahunnya. Inilah alasan utama investasi Emas, dengan demikian emas sangat layak menjadi salah satu bagian dari portofolio investasi.


(36)

Investasi emas bisa dalam berbagai bentuk yaitu diantaranya sebagai berikut : 1. Balok Emas (gold bullion) : emas dalam bentuk logam mulia (ingot). Untuk

membeli balok emas perlu disertai sertifikat yang dikeluarkan oleh PT (Persero) Aneka Tambang Unit Logam Mulia.

2. Perhiasan Emas (gold jewelery) : merupakan cara yang populer untuk membeli emas. Tetapi sebenarnya bukan cara terbaik untuk investasi dalam emas, karena biasanya adanya biaya pengrajin, mark up penjualan, dan faktor lainnya.

3. Keping Emas (gold coins): kepingan dengan nilai kleksi kecil atau tidak ada sama sekali (non-numismatic), karena nilainya terutama ditentukan oleh kandungan emasnya. Kandungan emas dari keping ini diukur dalam troy ounce (satu troy ounce mengandung kira-kira 31 gram).

4. Sertifikat Emas (gold certificates) : menunjukkan kepemilikan atas suatu kuantitas emas tertentu yang disimpan di brankas bank (bank vault).

Kebaikan sertifikat emas : investor tidak perlu mengkhawatirkan keamanan dari penyimpanan sendiri emas secara fisik dan pembelian sertifikat ems bisa meringankan pajak penjualan dibandingkan pembelian balok atau keping emas.

5. Emas mendatang (gold futures): suatu kontrak untuk membeli atau menjual suatu jumlah emas tertentu pada suatu harga tertentu pada tanggal tertentu.


(37)

Kelebihan berinvestasi pada emas yaitu : 1. Anti-krisis dan inflasi

Emas bisa dibilang sebagai investasi yang anti krisis dan inflasi. Dalam kondisi inflasi, harga emas akan melonjak karena bisa dibilang emas adalah cermin sempurna dari nilai barang di pasaran. Jika harga barang-barang naik, maka emas juga naik dengan setara. Dalam kondisi rupiah yang melemah, emas juga akan naik.

2. Berbentuk fisik

Bagi sebagian orang, rasanya kurang nyaman berinvestasi dalam bentuk aset kertas seperti saham, reksadana, sukuk dan sebagainya. Investasi akan lebih aman (dari risiko penipuan) kalau barangnya sendiri berwujud seperti tanah, properti, ternak atau emas. Selain berbentuk fisik sehingga merasa aman, emas juga bisa dibentuk dengan menarik dan berkilau, sehingga cocok untuk

dijadikan perhiasan. Sambil berhias, juga investasi, begitu kilah para ibu yang mengumpulkan emas di pergelangan tangan, leher, dan jari-jemarinya. Tidak salah juga sih investasi dalam bentuk emas perhiasan, namun hasilnya tidak seoptimal emas murni atau koin Dinar.

3. Dapat digadaikan/dijadikan jaminan

Karena sifat fisiknya yang tidak aus, emas bisa dijadikan sebagai jaminan gadai yang sangat baik. Hanya dalam waktu 15 menit, isi kantong bisa kembali penuh hanya dengan menggadaikan emas di bank syariah.


(38)

Kekurangan berinvestasi pada emas yaitu : 1. Tidak praktis

Di satu sisi, investasi emas dalam bentuk fisik digemari sebagian masyarakat yang merasa lebih aman dengan melihat investasi berwujud. Namun di sisi lain, investasi dalam fisik emas juga cukup merepotkan. Untuk membeli dan menjual emas, kita harus betul-betul membawa fisik emasnya. Tidak bisa menggunakan transaksi elektronik seperti halnya investasi pada perbankan atau pasar modal.

2. Penyimpanan & pengamanan

Sampai saat ini, belum ada rekening emas di perbankan. ETF berbasis emas juga belum ada di Indonesia. Perdagangan komoditi emas memang sudah ada, tapi belum sesuai syariah. Maka pilihan satu-satunya masih harus transaksi fisik. Ini artinya, kita harus menyiapkan media penyimpanan dan pengamanan bagi emas tersebut. Sebagai solusinya, brangkas di rumah bisa jadi pilihan, tapi safe deposit box di bank juga sebetulnya tidak terlalu mahal dibandingkan dengan harga sekeping emas.

3. Dana macet

Kalau investasi emas dengan cara menyimpan emas, maka itu sama saja dengan menyimpan dalam dana macet. Memang betul harganya bisa naik dan kita mendapatkan keuntungan, tapi kalau terlalu banyak menyimpan dana macet seperti itu membuat ekonomi menjadi kurang bergerak karena emasnya diam saja tidak produktif. Tidak seperti deposito atau saham yang uangnya terus berputar di dunia usaha.


(39)

Melihat kelebihan dan kekurangannya, maka investasi dalam bentuk emas sangat cocok untuk menjaga nilai aset di masa depan atau sebagai cadangan dalam menghadapi krisis dan inflasi. Ini artinya, emas selayaknya menjadi dana

cadangan dalam portofolio dan jumlahnya tidak lebih dari 5 %-10 % dari total aset kita. Emas juga cocok untuk investasi berbasis mata uang asing seperti haji, umroh dan pendidikan luar negeri, maka menyimpan emas lebih dari sekedar cadangan diperbolehkan untuk keperluan tadi. Karena sifatnya yang berbentuk fisik dan tidak produktif, maka salah satu strategi dalam berinvestasi emas adalah dengan memanfaatkan jasa perbankan yaitu rahn (gadai emas) dan/atau (SDB)

safe deposit box. SDB untuk menyimpan emas cadangan, dan rahn digunakan untuk memproduktifkan emas agar tidak diam saja menunggu harganya naik.

2.7 Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek (1-3 bulan) dengan sistem diskonto/bunga. SBI merupakan suatu aktiva bebas risiko sehingga mempunyai return ekspektasi tertentu dengan varian return yang sama dengan nol. SBI merupakan salah satu mekanisme yang digunakan Bank Indonesia untuk mengontrol kestabilan nilai Rupiah. Dengan menjual SBI, Bank Indonesia dapat menyerap kelebihan uang primer yang beredar.

Tingkat suku bunga yang berlaku pada setiap penjualan SBI ditentukan oleh mekanisme pasar berdasarkan sistem lelang. Sejak awal Juli 2005, BI


(40)

menggunakan mekanisme "BI rate" (suku bunga BI), yaitu BI mengumumkan target suku bunga SBI yang diinginkan BI untuk pelelangan pada masa periode tertentu.

Sertifikat Bank Indonesia (SBI) merupakan instrumen investasi jangka pendek (kurang dari satu tahun) yang diterbitkan oleh Bank Indonesia, yang fungsi utamanya adalah untuk menjaga stabilitas moneter Indonesia. Dengan

menerbitkan SBI (yang dilakukan melalui mekanisme lelang), maka BI dapat menyerap likuiditas (uang yang beredar di masyarakat), sehingga nilai tukar rupiah dapat dikendalikan. Biasanya pembeli SBI itu mayoritas adalah kalangan investor asing dan korporasi, seperti dana pensiun, aset management, asuransi, dan lain-lain.

2.8 Tingkat Pengembalian (Return)

Return adalah hasil yang diperoleh dari suatu investasi. Return merupakan salah satu faktor yang memotivasi para investor untuk melakukan investasi dan merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya.

Sumber-sumber return investasi terdiri dari dua komponen yaitu yield dan capital gain (loss). Yield merupakan komponen return yang mencerminkan aliran kas atau pendapatan yang diperoleh secara periodik dari suatu investasi. Sedangkan


(41)

memberikan keuntungan (atau kerugian) bagi investor, dengan kata lain dapat diartikan sebagai perubahan harga aktiva.

Return dapat berupa return realisasi (realized return) atau return ekspektasi (expected return). Return realisasi merupakan return yang telah terjadi. Return

realisasi dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja perusahaan. Return realisasi ini juga digunakan sebagai dasar penentuan return ekspektasi (expected return) dan risiko di masa datang. Sedangkan return ekspektasi (expected return) adalah

return yang diharapkan akan diperoleh investor di masa yang akan datang.

Untuk menghitung tingkat pengembalian (return) pasar saham menggunakan persamaan sebagai berikut :

IHSGit– IHSGit-1

Ri = + Dt X 100% IHSGit - 1

Keterangan :

Ri = Return saham

IHSGit = Indeks Harga Saham Gabungan pada periode t IHSGit-1 = Indeks Harga Saham Gabungan pada periode t-1


(42)

Asumsi yang digunakan untuk menghitung return adalah :

1. Dividen dianggap tidak ada (nol) yang dihitung adalah capital gain

2. Right Issue, Warrant, dan Convertible Bond tidak dihitung 3. Transaction Cost tidak dihitung

4. Risiko yang diamati hanya risiko pasar (risiko sistematis dan risiko

unsystematic dianggap variabel unobserved (eit)

5. Return diperoleh dari perkembangan harga dengan pola Buy, Hold and Sell

6. Data yang digunakan untuk harga saham adalah Indeks Harga Saham Gabungan penutupan (closing price) pada 2004-2008

Sedangkan return emas dapat dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut :

Pit– Pit-1

Ri = X 100 % Pit - 1

Keterangan :

Ri = Return emas

Pit = Harga emas pada periode t Pit-1 = Harga emas pada periode t-1

Sedangkan return aset bebas risiko pada Sertifikat Bank Indonesia diambil dari tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia.


(43)

2.9 Risiko (Risk)

Risiko adalah ketidakpastian. “High gain, high risk” adalah istilah yang ada dalam dunia investasi, khususnya investasi saham. Risiko bagi investor adalah suatu hal yang amat penting dan sangat berguna untuk menghindari dari adanya kesalahan dalam melaksanakan keputusan suatu investasi dalam situasi

ketidakpastian. Risiko dalam investasi saham memang jauh lebih tinggi dari dibandingkan tabungan, namun saham juga memiliki potensi keuntungan atau tingkat pengembalian yang lebih besar.

Ada tiga jenis sikap investor terhadap risiko, yaitu :

1. Kelompok yang senang menghadapi risiko (risk seeker).

Kelompok pengambil risiko ini adalah mereka yang senang menghadapi risiko. Bila dihadapkan pada dua pilihan, yaitu investasi yang kurang atau yang lebih mengandung risiko dengan perkiraan jumlah hasil pengembalian yang sama, seorang risk seeker akan lebih suka memilih jenis investasi yang lebih mengandung risiko.

2. Investor yang anti risiko (risk averter).

Kelompok anti ini adalah yang lebih cendrung menghindari risiko. Jika dihadapkan pada pilihan di atas maka risk averter lebih cendrung memilih investasi yang kurang mengandung risiko.

3. Investor yang acuh (indifference) terhadap risiko.

Investor yang acuh terhadap risiko (risk neutral) tidak akan peduli dengan investasi mana yang akan diambil. (Weston dan Copeland,1995:427).


(44)

Walaupun sudah jelas ada pihak yang menyenangi risiko atau acuh terhadap risiko, namun secara akal sehat dan pengamatan telah menunjukkan bahwa para manajer, investor maupun pemilik perusahaan akan cendrung untuk menghindari risiko, hal ini dikarenakan adanya teori utilitas. Untuk investor yang risk averter, bentuk kurva fungsi utilitasnya adalah melengkung dengan peningkatan yang semakin berkurang. Untuk mereka yang risk neutral, bentuk kurvanya berupa garis lurus. Sedangkan yang risk seeker bentuk kurvanya melengkung dengan peningkatan yang semakin naik. (Suad Husnan, 1994:115).

Utility

Risk seeker Risk neutral

Risk averter

Gambar 2.1 Fungsi Utilitas Berbagai Preferensi Risiko Investor.

Untuk menghitung risiko yang dikaitkan dengan return investasi dapat dilakukan dengan menghitung varian dan standar deviasi yang bersangkutan. Varian dan standar deviasi merupakan ukuran besarnya penyebaran distribusi probabilitas, yang menunjukkan seberapa besar penyebaran variable random di antara rata-ratanya, semakin besar penyebarannya, maka semakin besar varian dan standar deviasi tersebut.


(45)

Menghitung varian dan standar deviasi, melalui persamaan sebagai berikut : n

Varian (σ2) =

Σ

(Rit – Ri)2

t=1

n - 1

Standar Deviasi =

σ

= √

σ

2

Keterangan :

Rit = Return aset periode t Ri = Rata-rata return aset n = Jumlah data

2.10 Konsep Portofolio

Portofolio merupakan kombinasi atau gabungan atau sekumpulan aset, baik berupa aset rill maupun aset finansial yang dimiliki oleh investor. Hakikat

pembentukan portofolio adalah untuk mengurangi risiko dengan cara diversifikasi yaitu mengalokasikan sejumlah dana pada berbagai alternatif investasi yang berkolerasi negatif.

Analisis portofolio dimaksudkan untuk mencari kombinasi investasi aset yang efisien, yaitu portofolio yang dipilih dari berbagai alternative kombinasi aset yang menawarkan tingkat pengembalian maksimal pada tingkat risiko tertentu atau kombinasi aset yang menawarkan tingkat risiko terendah dengan tingkat pengembalian tertentu.


(46)

Pendekatan yang umum digunakan dalam membentuk dan mengelola portofolio aset adalah pendekatan yang ditemukan oleh Markowitz. Dengan teorinya yang dikenal dengan teori diversifikasi, maka investasi dapat meminimumkan risiko yang ada. Portofolio ini memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelemahan utamanya adalah portofolio ini hanya berguna dalam meminimumkan risiko dan

mempertahankan nilai investasi secara nominal dan tidak secara riil. Artinya daya beli dari uang yang diinvestasikan belum tentu sama setelah jangka waktu

tertentu. Di sisi lain, kelebihan portofolio ini adalah mudah dibentuk agar sesuai dengan karakteristik investasi yang diinginkan dan tujuan yang ingin dicapai.

Hakekatnya pembentukan portofolio adalah mengalokasikan dana pada berbagai alternative investasi, sehingga risiko investasi secara keseluruhan akan dapat dikurangi. Di dalam membentuk portofolio akan timbul suatu masalah yaitu terdapat banyak sekali kemungkinan portofolio yang dapat dibentuk dari kombinasi aktiva yang ada. Kombinasi ini dapat mencapai jumlah yang tidak terbatas. Dengan asumsi bahwa semua investor tidak menyukai risiko (risk averter), maka investor akan memilih portofolio efisien dari sejumlah portofolio yang :

1. Menawarkan expected return maksimum untuk berbagai tingkat risiko, atau 2. Menawarkan risiko minimum untuk berbagai tingkat expected return.


(47)

Tingkat keuntungan yang diharapkan dari suatu portofolio tidak lain merupakan rata-rata tertimbang dari tingkat keuntungan yang diharapkan masing-masing aset yang membentuk portofolio. Untuk menghitung return

portofolio digunakan persamaan sebagai berikut : n

Rp =

Σ

(Wi . Ri)

t=1

Keterangan :

Rp = return yang diharapkan portofolio

Wi = proporsi dana yang diinvestasikan pada aset i Ri = return investasi yang diharapkan aset i

Sedangkan untuk mengitung risiko dari portofolio aset berisiko dapat digunakan persamaan sebagai berikut :

σ

p2 = W12 .

σ

12 + W22 .

σ

22 + 2 (W1 . W2 .

ρ

.

σ

1 .

σ

2)

Keterangan :

σ

p2 = risiko portofolio

W1 = proporsi dana yang diinvestasikan pada aset 1 W2 = proporsi dana yang diinvestasikan pada aset 2

ρ

= koefisien korelasi aset 1 dan 2

σ

1 = risiko pada aset 1

σ

2 = risiko pada aset 2


(48)

2.11.1 Koefisien Korelasi

Koefisien korelasi menunjukkan besarnya hubungan pergerakan antara dua variable relatif terhadap masing-masing deviasinya. Nilai koefisien korelasi berkisar antara +1 sampai dengan -1. nilai koefisien korelasi +1

menunjukkan korelasi positif sempurna, nilai koefisien korelasi 0

menunjukkan tidak ada korelasi dan nilai koefisien korelasi -1 menunjukkan korelasi negatif sempurna.

Korelasi positif berarti jika variable yang satu naik maka variable yang lain akan ikut naik. Sedangkan korelasi negatif berarti jika salah satu variable naik maka variable yang lain akan turun. Nilai dari koefisien korelasi dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

ρ

= n

Σ

xy –

Σ

x

Σ

y

[ n

Σ

x2– (

Σ

x )2 ] [n

Σ

y2– (

Σ

y )2 ] Di mana :

x = Return aset 1 y = Return aset 2


(49)

2.11 Analisis Portofolio Dengan Adanya Aktiva Bebas Risiko

Semua kombinasi antara suatu kesempatan investasi yang berisiko dengan investasi yang bebas risiko selalu akan menunjukkan persamaan garis lurus. E(RA)

A E(RA)

Rf

σ

A

σ

p

Gambar 2.2 : Risiko dan tingkat keuntungan yang diharapkan ketika dibentuk portofolio dengan aktiva yang bebas risiko.

Setelah ada kesempatan investasi yang bebas risiko maka akan tinggal hanya satu portofolio yang efisien. Suatu aktiva bebas risiko dapat didefinisikan sebagai aktiva yang mempunyai return ekspektasi tertentu dengan varian return yang sama dengan nol. Karena variannya (deviasi standar) sama dengan nol, kovarian antara aktiva bebas risiko dengan aktiva berisiko yang lain akan menjadi nol dan untuk varian aktiva bebas risiko (

σBR

) yang sama dengan nol, maka kovarian antara aktiva bebas risiko dengan aktiva berisiko (

σ

Bri) adalah juga sama dengan

nol.

Dengan adanya aktiva bebas risiko, investor memiliki pilihan untuk memasukkan aktiva ini ke dalam portofolionya. Suatu aktiva bebas risiko dapat didefinisikan sebagai aktiva yang mempunyai return ekspektasi tertentu dengan varian return


(50)

yang sama dengan nol. Besarnya return ekspektasi untuk portofolio baru hasil kombinasi aktiva berisiko dengan aktiva bebas risiko dihitung dengan formula :

E(Rp) = WBR . R BR + (1 - WBR) . E(Rs)

Sedangkan risiko dari portofolio gabungan aktiva bebas risiko dengan aktiva berisiko dapat dihitung dengan menggunakan formula :

σ

p2 = (1 - WBR)2 .

σ

s2

Keterangan :

σ

p2 = Risiko portofolio

RBR = Return aktiva bebas risiko

WBR = Proporsi dana yang diinvestasikan pada aktiva bebas risiko

E(RS) = Return aktiva berisiko

σ

s

=

Risiko aktiva berisiko 2.12 Tinjauan Empiris

Telah banyak penelitian yang telah dilakukan mengenai investasi portofolio. Salah satu tinjauan empiris yang pernah dilakukan oleh Wagner dan Lau (1971) dapat digunakan untuk menjelaskan pengaruh suatu diversifikasi. Kedua ahli ini membentuk portofolio dengan menggunakan satu sampai 20 surat berharga di NYSE yang dipilih secara acak, dengan setiap surat berharga diberi bobot yang sama. Semakin besar jumlah surat berharga dalam portofolio, deviasi standar dari hasil pengembalian portofolio akan menurun.


(51)

Iwan Hartono melakukan penelitian pembentukan portofolio investasi saham dengan menggunakan medel indeks tunggal pada tahun 1999. Ia menyimpulkan bahwa pada periode 1995-1997 pembentukan portofolio optimal dengan

menggunakan model indeks tunggal akan memberikan return sebesar 6,319 % dengan risiko sebesar 0,23 % lebih tinggi dari return pasar yaitu sebesar 0,13 % dengan risiko sebesar 0,70 %.

Ismalia melakukan penelitian dengan judul Analisis Pembentukan Portofolio Untuk Saham LQ45 Periode Febuari 2004-Juli 2006 Dengan Model Indeks Tunggal Di Bursa Efek Jakarta. Ia menyimpulkan bahwa saham-saham yang dikategorikan masuk LQ45 periode Febuari 2004-Juli 2006 sebanyak 10 saham yang dapat membentuk portofolio optimal dengan expected return 0,047749828 dan risiko sebesar 0,033205604.

Yuyun Istavitri dan Andi M. Parewangi melakukan penelitian mengenai perkembangan pasar modal Indonesia. Melalui pengukuran kemampuan pengelolan dana investasi oleh para pelaku di pasar modal ia menyimpulkan bahwa terdapat kontribusi positif dan signifikan atas kebijakan alokasi aset pasif yang telah ditentukan dan tertuang dalam prospectus masing-masing reksadana. Penelitian ini menunjukkan peran positif dan signifikan dari strategi pemilihan sekuritas terhadap kinerja reksadana saham yang diobservasi.


(52)

(53)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Study ini menganalisis portofolio ke tiga aset yaitu saham, emas, dan Sertifikat Bank Indonesia.

2. Harga saham yang digunakan dalam penelitian ini adalah IHSG sebagai indikator pergerakan pasar modal setiap periode perbulan selama periode 2004-2008 di Bursa Efek Indonesia.

3. Harga emas yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga emas perbulan pada periode 2004-2008.

4. Tingkat pengembalian SBI diambil dari tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia periode 2004-2008.

3.2 Jenis Dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang dikeluarkan dari lembaga-lembaga yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu Bursa Efek Indonesia dan Bank Indonesia.


(54)

3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah : 1. Penelitian Pustaka

Penelitian pustaka adalah suatu cara untuk memperoleh data dengan membaca atau mempelajari berbagai macam literatur dan tulisan ilmiah dan buku-buku lain yang berhubungan dengan tulisan ini.

2. Penelitian Lapangan

Penelitian ini dilaksanakan dengan cara mengamati dan mengadakan

penelitian di Pusat Referensi Pasar Modal Bursa Efek Indonesia dan website untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini.

3.4 Alat Analisis

3.4.1 Analisis Kualitatif

Analisis ini dilakukan dengan menganalisis permasalahan yang ada dan mencari jalan keluarnya dengan menggunakan pendekatan teoritis yang berhubungan dengan analisis portofolio.


(55)

3.4.2 Analisis Kuantitatif

3.4.2.1 Upaya untuk menganalisis besarnya return dan risiko aset tahun 2004-2008 dengan menggunakan harga di waktu lalu.

Langkah-langkah dalam mencari risiko aset adalah sebagai berikut : 1. Tingkat pengembalian (return) adalah harga suatu periode t dikurang

harga saham periode t-1 ditambah dengan periode t (dalam analisis ini

deviden dianggap = 0) dibagi harga periode t (harga saham yang digunakan adalah harga saham penutupan (closing price).

Mencari return saham digunakan metode Holding Periode Return Model (HPRM) dengan pola Buy, Hold and sell, yaitu:

Return :

IHSGit– IHSGit-1

Ri = + Dt X 100% IHSGit-1

Keterangan :

Ri = Return

IHSGit = Indeks Harga Saham Gabungan pada periode t

IHSGit-1 = Indeks Harga Saham Gabungan pada periode t-1


(56)

Asumsi yang digunakan untuk menghitung return saham adalah : 1. Dividen dianggap tidak ada (nol) yang dihitung adalah capital gain

2. Right Issue, Warrant, dan Convertible Bond tidak dihitung 3. Transaction Cost tidak dihitung

4. Risiko yang diamati hanya risiko pasar (risiko sistematis dan risiko

unsystematic dianggap variabel unobserved (eit)

5. Return diperoleh dari perkembangan harga dengan pola Buy, Hold and

Sell

6. Data yang digunakan untuk harga saham adalah Indeks Harga Saham Gabungan (closing price) pada 2004-2008

Sedangkan return emas dapat dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut :

Pit– Pit-1

Ri = X 100% Pit-1

Keterangan : Ri = Return

Pit = Harga emas pada periode t

Pit-1 = Harga emas pada periode t-1

Sedangkan return aset bebas risiko pada Sertifikat Bank Indonesia diambil dari Tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia selama periode 2004-2008.


(57)

2. Tingkat risiko (risk) adalah naik turunnya nilai return saham atau deviasi (penyebaran) masing-masing nilai return saham. Risiko ditunjukkan melalui standar deviasi dan varian, Menghitung standar deviasi, dan varian melalui persamaan sebagai berikut :

n Varian (σ2

) =

Σ

(Rit – Ri)2

t=1

n - 1

Standar Deviasi =σ = √ σ2

Keterangan :

Rit = Return periode t Ri = Rata-rata return n = Jumlah data

3.2.2.2 Analisis Portofolio Dengan Menggunakan Model Markowitz Untuk menghitung return portofolio gabungan aset berisiko digunakan persamaan :

n

Rp = Σ (Wi . Ri)

t=1

Keterangan :

Rp = return yang diharapkan portofolio

Wi = proporsi dana yang diinvestasikan pada aset i Ri = return investasi yang diharapkan aset i


(58)

Untuk mengitung risiko dari portofolio aset berisiko dapat digunakan rumus sebagai berikut :

σ

p2 = W12 .

σ

12 + W22 .

σ

22 + 2 (W1 . W2 .

ρ

.

σ

1 .

σ

2)

Keterangan :

σ

p2 = Risiko portofolio

W1 = Proporsi dana yang diinvestasikan pada aset 1

W2 = Proporsi dana yang diinvestasikan pada aset 2

ρ

= Koefisien korelasi aset 1 dan 2

σ

1

= Risiko pada aset 1

σ

2 = Risiko pada aset 2

Nilai dari koefisien korelasi dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

ρ

= n

Σ

xy –

Σ

x

Σ

y

[ n

Σ

x2– (

Σ

x )2 ] [n

Σ

y2– (

Σ

y )2 ] Di mana :

x = Return aset 1 y = Return aset 2


(59)

3.2.2.3 Analisis portofolio dengan adanya aktiva bebas resiko

Besarnya return ekspektasi untuk portofolio baru hasil kombinasi aktiva berisiko dengan aktiva bebas risiko dihitung dengan formula :

E(Rp) = WBR . R BR + (1 - WBR) . E(Rs)

Sedangkan risiko dari portofolio gabungan aktiva bebas risiko dengan aktiva berisiko dapat dihitung dengan menggunakan formula :

σ

p2 = (1 - WBR)2 .

σ

s2

Keterangan :

σ

p2 = Risiko portofolio

WBR = Proporsi dana yang diinvestasikan pada aktiva bebas risiko

σ

s

=

Risiko aktiva berisiko


(60)

(61)

IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

1.1 Analisis Portofolio Pada Aktiva Berisiko (Saham dan Emas)

Investor dalam membentuk portofolio diperlukan perhitungan return ekspektasi dari masing-masing aktiva untuk dimasukkan dalam portofolio. Berikut ini disajikan hasil dari perhitungan expected return aset.

Tabel 4.1 Expected Return Aset

NO Aset Expected Return

1. Saham 1,29 %

2. Emas 1,27 %

3. Sertifikat Bank Indonesia 0,77 % Sumber : Lampiran 1-3

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa saham memiliki expected return sebesar 1,29 % lebih besar dari expected return emas yaitu sebesar 1,27 % dan expected return

SBI sebesar 0,77%. Dengan demikian investasi pada saham lebih menguntungkan dibandingkan dengan investasi pada aktiva lain karena memiliki expected return

lebih tinggi dari aktiva lainnya. Meskipun investasi di pasar modal menjanjikan tingkat return yang lebih tinggi, namun kita perlu ingat bahwa semakin besar

return, maka tingkat risiko yang dihadapinya akan semakin besar pula. Karena itu disamping memperhitungkan return, kita juga harus memperhatikan hubungan antara return dan risiko dalam menentukan pilihan investasi.


(62)

Untuk menghitung risiko yang dikaitkan dengan return investasi dapat dilakukan dengan menghitung varian dan standar deviasi yang bersangkutan. Varian dan standar deviasi merupakan ukuran besarnya penyebaran distribusi probabilitas, yang menunjukkan seberapa besar penyebaran variable random di antara rata-ratanya, semakin besar penyebarannya maka semakin besar varian dan standar deviasi tersebut.

Tabel 4.2 Tingkat Risiko Aset

No Aset Risiko

1. Saham 7,32 %

2. Emas 4,10 %

3. Sertifikat Bank Indonesia 0 % Sumber : Lampiran 1-3

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa saham memiliki tingkat risiko sebesar 7,32 % lebih besar dari tingkat risiko emas yang sebesar 4,10 %, sedangkan Sertifikat Bank Indonesia merupakan aktiva bebas risiko yang memiliki tingkat risiko sama dengan nol. Risiko dalam investasi saham memang jauh lebih tinggi dari

dibandingkan investasi pada aktiva lainnya, namun saham juga memiliki potensi keuntungan atau tingkat pengembalian yang lebih besar dari aktiva investasi lainnya. Hal ini dikarenakan semakin besar risiko yang harus ditanggung para investor maka semakin besar pula tingkat return yang diharapkan oleh investor. Analisis portofolio dengan menggunakan metode Markowitz, memerlukan perhitungan koefisien korelasi yang menunjukkan besarnya hubungan pergerakan antara dua variable relatif terhadap masing-masing deviasinya. Model Markowitz


(63)

menggunakan kombinasi aktiva-aktiva yang berisiko, dengan menggunakan metode ini sekuritas-sekuritas yang mempunyai korelasi lebih kecil dari +1 akan mengurangi risiko portofolio. Berdasarkan lampiran 4 maka diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,123582 yang menunjukkan korelasi positif antara saham dan emas. Korelasi positif berarti jika salah satu variable naik maka variable yang lain akan ikut naik.

Investor yang rasional dalam pembentukan portofolio, akan memilih kombinasi investasi aset yang efisien, yaitu portofolio yang dipilih dari berbagai alternative kombinasi aset yang menawarkan tingkat pengembalian maksimal pada tingkat risiko tertentu atau kombinasi aset yang menawarkan tingkat risiko terendah dengan tingkat pengembalian tertentu. Berikut ini disajikan berbagai proporsi investasi portofolio aset berisiko antara saham dan emas.

Tabel 4.3 Return dan Risiko Portofolio

Proporsi Return Portofolio (%)

Risiko Portofolio (%) Saham Emas

10 % 90 % 1,275 3,851

15 % 85 % 1,28 3,782

20 % 80 % 1,277 3,754

25 % 75 % 1,278 3,768

30 % 70 % 1,280 3,824

35 % 65 % 1,280 3,919

40 % 60 % 1,281 4,050

45 % 55 % 1,282 4,215


(64)

Lajutan Tabel 4.3

55 % 45 % 1,284 4,631

60 % 40 % 1,266 4,877

65 % 35 % 1,287 5,135

70 % 30 % 1,288 5,414

75 % 25 % 1,289 5,706

80 % 20 % 1,290 6,011

85 % 15 % 1,291 6,325

90 % 10 % 1,292 6,649

95 % 5 % 1,293 6,980

Sumber : lampiran 5

Tabel 4.3 dapat dilihat besarnya return dan risiko portofolio yang dihasilkan pada berbagai alternatif komposisi investasi. Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa return portofolio tertinggi yang dihasilkan sebesar 1,293 % dengan risiko portofolio sebesar 6,980 % dengan komposisi investasi sebesar 95 % pada saham dan 5 % pada emas. Return portofolio tersebut lebih besar dibandingkan jika investor hanya menanamkan dananya pada salah satu jenis aktiva saja. Hal ini membuktikan bahwa dengan melakukan diversifikasi portofolio, investor dapat meminimalisir risiko yang dihadapi oleh para investor tersebut pada tingkat pengembalian tertentu.

Kecendrungan investor yang menghindari risiko menyebabkan investor akan lebih memilih investasi yang memberikan keuntungan yang lebih besar dengan risiko yang sama atau investasi yang memberikan keuntungan sama dengan risiko yang lebih kecil. Maka investor yang rasional akan membentuk portofolio dengan proporsinya masing-masing.


(65)

1.2 Analisis Portofolio Dengan Adanya Aktiva Bebas Risiko

Adanya aktiva bebas risiko (SBI), investor memiliki pilihan untuk memasukkan aktiva ini ke dalam portofolionya. Suatu aktiva bebas risiko dapat didefinisikan sebagai aktiva yang mempunyai return ekspektasi tertentu dengan varian return

yang sama dengan nol. Berikut ini disajikan besarnya return ekspektasi dan risiko untuk portofolio baru hasil kombinasi aktiva berisiko dengan aktiva bebas risiko (Sertifikat Bank Indonesia).

Tabel 4.4 Return dan Risiko Portofolio Dengan Adanya Aktiva Bebas Risiko (Sertifikat Bank Indonesia)

Proporsi

Return Portofolio Baru (%)

Risiko Portofolio Baru (%) SBI Aktiva Berisiko

5 % 95 % 1,267 6,631

10 % 90 % 1,241 6,282

15 % 85 % 1,214 5,933

20 % 80 % 1,188 5,584

25 % 75 % 1,162 5,235

30 % 70 % 1,136 4,886

35 % 65 % 1,110 4,537

40 % 60 % 1,084 4,188

45 % 55 % 1,057 3,839

50 % 50 % 1,031 3,490

55 % 45 % 1,005 3,141

60 % 40 % 0,979 2,792

65 % 35 % 0,953 2,443

70 % 30 % 0,927 2,094


(66)

Lanjutan Tabel 4.4

80 % 20 % 0,875 1,396

85 % 15 % 0,848 1,047

90 % 10 % 0,822 0,698

95 % 5 % 0,796 0,349

Sumber : lampiran 6

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa dengan memasukkan Sertifikat Bank Indonesia sebagai aktiva bebas risiko ke dalam investasinya, investor dapat mengurangi risiko yang akan dihadapi pada tingkat pengembalian tertentu. Berdasarkan tabel 4.4 juga dapat dilihat bahwa proporsi dana yang diinvestasikan pada SBI sebesar 5 % dan aktiva berisiko sebesar 95 %, investor dapat mengurangi risiko menjadi sebesar 6,631 %dengan tingkat pengembalian sebesar 1,267 %. Hal ini

membuktikan bahwa dengan melakukan diversifikasi portofolio, investor dapat meminimalkan risiko yang dihadapi pada tingkat pengembalian tertentu.

Kecendrungan investor yang menghindari risiko menyebabkan investor akan lebih memilih investasi yang memberikan keuntungan yang lebih besar dengan risiko yang sama atau investasi yang memberikan keuntungan sama dengan risiko yang lebih kecil. Maka investor yang rasional akan membentuk portofolio dengan proporsinya masing-masing.


(67)

Gambar 4.1 Perbandingan Return Saham, Emas, SBI dan Portofolio


(68)

Gambar 4.1 dapat kita lihat bahwa ada perbedaan antara return yang dihasilkan antara saham, emas dan SBI dengan return yang dihasilkan dengan melakukan portofolio. Begitu pula dengan tingkat risiko yang akan dihadapi oleh investor. Berdasarkan gambar 4.2 dapat kita lihat bahwa tingkat risiko portofolio yang dihadapi investor lebih stabil bila dibandingkan dengan investor hanya menanamkan dananya pada salah satu aktiva saja. Berdasarkan uraian di atas maka dapat dilihat perbandingan return dan risiko dengan melakukan portofolio yang disajikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.5 Perbandingan Return Dan Risiko Dengan Melakukan Portofolio

Aktiva Return Risiko

Saham 1,29 % 7,32 %

Emas 1,27 % 4,10 %

Sertifikat Bank Indonesia 0,77 % 0 %

Portofolio aktiva berisiko 1,293 % 6,980 %

Portofolio dengan aktiva bebas risiko 1,267 % 6,631 %

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa dengan melakukan portofolio, investor dapat mengurangi tingkat risiko yang akan dihadapinya pada tingkat pengembalian tertentu. Investor dengan melakukan portofolio, memperoleh return sebesar 1,293 %. Return tersebut lebih besar dari return sebelumnya jika investor hanya menanamkan dananya pada salah satu aktiva dengan tingkat risiko yang dihadapi sebesar 6,980 %. Selain itu dengan memasukkan aktiva bebas risiko, investor dapat mengurangi risiko yang akan dihadapinya menjadi 6,631 % dengan return


(69)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis portofolio beberapa aktiva yaitu antara saham, emas dan Sertifikat Bank Indonesia selama periode 2004-2008. Berdasarkan hasil perhitungan maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Pembentukan portofolio efisien aktiva berisiko antara saham dan emas yang memberikan expected return tertinggi yaitu dengan proporsi 95 % pada saham dan 5 % pada emas. Expected return portofolio yang dihasilkan yaitu sebesar 1,293 % dengan tingkat risiko portofolio sebesar 6,980 %. Expected return portofolio tersebut lebih besar dibandingkan bila investor hanya menanamkan dananya pada salah satu aktiva saja. Hal ini membuktikan bahwa dengan melakukan diversifikasi portofolio lebih dari satu aktiva, investor dapat meminimalisir risiko yang dihadapi oleh para investor tersebut pada tingkat pengembalian tertentu.

2. Investor dengan memasukkan aktiva bebas risiko (Sertifikat Bank Indonesia)

pada portofolionya, investor dapat mengurangi risiko yang dihadapinya. Dengan memasukkan aktiva bebas risiko maka diperoleh return dan risiko portofolio baru hasil kombinasi aktiva berisiko dengan aktiva bebas risiko. Berdasarkan hasil perhitungan, pada proporsi 95 % dana diinvestasikan pada aktiva berisiko dan 5 % pada aktiva bebas risiko (Sertifikat Bank Indonesia)


(70)

diperoleh return sebesar 1,267 % dengan tingkat risiko lebih kecil dari risiko sebelumnya yaitu sebesar 6,631 %.

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan yaitu :

1. Para investor sebaiknya menanamkan modalnya tidak hanya pada satu aktiva saja, tetapi juga mananamkan modalnya pada aktiva-aktiva lainnya. Para investor dengan melakukan kombinasi portofolio diharapkan dapat memberikan return lebih dengan tingkat risiko minimal.

2. Para investor bila ingin memperoleh return terbesar pada tingkat risiko tertentu sebaiknya melakukan kombinasi dengan proporsi 95 % pada aktiva berisiko (saham dan emas) dan 5 % pada aktiva bebas risiko (SBI).

Sedangkan bila investor menginginkan risiko terkecil dengan return tertentu sebaiknya melakukan kombinasi dengan proporsi 5 % pada aktiva bebas risiko dan 95 % pada aktiva berisiko (saham dan emas).

3. Penelitian selanjutnya agar dapat dilakukan dengan menggunakan model-model pembentukan portofolio lainnya yang memperhitungkan aspek-aspek yang lebih luas agar dapat menjadi perbandingan dalam hal keakuratan analisis perhitungan return dan risiko portofolio.

4. Penelitian selanjutnya agar dapat dilakukan dengan menggunakan data-data historis yang terbaru dengan rentang waktu yang lebih diperpanjang untuk meningkatkan keakuratan perhitungan.


(1)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 4 Desember 1988, anak keenam dari enam bersaudara dari pasangan Syarifudin dan Asniwati.

Pendidikan penulis dimulai dari Sekolah Dasar Negeri 3 Gunung Terang Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2000, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama diselesaikan di SLTP N 22 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2003 dan Sekolah Menengah Umum di SMU Negeri 9 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2006.

Tahun 2006 penulis diterima sebagai Mahasiswa di Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SMPTN).


(2)

MOTTO

Syukur adalah kunci kebahagian hidup, Sabar adalah kunci menguatkan hidup, Ikhlas adalah kunci untuk melapangkan hidup,

Ikhtiar adalah kunci alasan hidup, dan

Tawakal adalah kunci ketenangan hidup

Kerendahan hati adalah samudra kesabaran yang mampu membuat cita-cita yang paling sulit bisa tercapai


(3)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan bagi:

Allah SWT, segala puji bagi-Nya Papa dan mama tercinta

Ayuk qu, kk2 qu (a iyan, a ilik, a didi dan a ugi) serta keponakan ku (ifie) yang ku sayang


(4)

SANWACANA

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini dilakukan sesuai dengan persyaratan akademis guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi, jurusan Manajemen pada Universitas Lampung, Bandarlampung.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan dorongan, bimbingan, petunjuk serta motivasi dalam proses penyusunan skripsi ini. Penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S., selaku Pj Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Lampung.

2. Ibu Aida Sari, S.E., M.Si., selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Lampung.

3. Bapak Hi. M. Syatibi Ch, S.E., selaku Pembimbing Utama skripsi yang telah memberikan pengarahan, gagasan, saran serta sumbangan pemikiran dalam penulisan skripsi ini.


(5)

4. Bapak Prakarsa Panji N., S.E., M.E. selaku Pembimbing Pendamping skripsi yang telah meluangkan waktu dan pikiran untuk memberikan bimbingan, saran serta motivasi selama penulisan skripsi ini.

5. Bapak Iban Sofyan, S.E., M.M., selaku Penguji Utama skripsi yang memberikan masukan dan saran demi perbaikan skripsi ini.

6. Ibu Yuningsih, S.E., M.M., selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah meluangkan waktunya.

7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi yang telah membagi ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis.

8. Papa dan mama yang selalu ada dan terus memberikan cinta kasih, doa dan motivasi yang membangun serta dukungan moril dan materil selama ini. Lup u pa, ma...

9. Ayuk qu tersayang, kk2 qu (a iyan yang paling bae, a ilik yang perhatian, kk didi yang bae, kk ugi yang nakal) & keponakan qu ifie si tembem, makasi banget atas semua yang diberikan sama enci. Lup u...

10.Sahabat-sahabatku: Tata, Cynthia, Meri dan Ririn, terima kasih untuk bantuan dan persahabatan kita selama ini, melewati segala suka dan duka kampus bersama.

11.Untuk sobat-sobat ku : Dama (nunumi), Desta (niput), Yessi (nonta) serta teman-teman lain yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terima kasih untuk persahabatan dan kebersamaannya yang indah.

12.Teman – teman seperjuangan jurusan manajemen angkatan 2006 (mbak umee, liz, rani dora, ari, hatri, erni, juni, rahma, lisa, novri, rudy, reza, praz, bayu, sasa, ani, meli, iren dll )


(6)

13.Seluruh staf, karyawan dan karyawati Fakultas Ekonomi Universitas Lampung, terima kasih untuk semua bantuannya.

14.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut mendukung penulis menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan karena

keterbatasan kemampuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata penulis mangharapkan agar skripsi ini dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan bagi semua pihak.

Bandar Lampung, April 2010 Penulis