Evaluasi Program Pengembangan Kawasan Integrasi Domba Dengan Perkebunan Di Kabupaten Langkat ( Studi Kasus : Desa Padang Brahrang Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat )

(1)

EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN INTEGRASI DOMBA DENGAN PERKEBUNAN DI KABUPATEN LANGKAT ( Studi Kasus : Desa Padang Brahrang Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat )

USULAN PENELITIAN

OLEH

YAN NGAPITSA PA 040309038

PKP

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN INTEGRASI DOMBA DENGAN PERKEBUNAN DI KABUPATEN LANGKAT ( Studi Kasus : Desa Padang Brahrang Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat )

USULAN PENELITIAN

OLEH

YAN NGAPITSA PA 040309038

PKP

Usulan penelitian Sebagai salah Satu Syarat Untuk Dapat Syarat Untuk Dapat Menyelesaikan Studi Pada

Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara

Diketahui Oleh

( Ir.Lily Fauzia, M.Si ) ( Emalisa, SP. M.Si ) Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengidentifikasi, mengolah dan menganalisis data. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis dengan Korelasi Rank Spearman dan analisis deskriptif. Adapun yang menjadi hasil analisis penelitian adalah, Proses pelaksanaan program dilakukan dengan persyaratan dan perjanjian yang disepakati bersama oleh peternak dan dinas peternakan yang sudah sepakati secara bersama sama. Terjadi perkembangan jumlah ternak dari 130 ekor pada awal pelaksanaan menjadi 724 ekor hingga akhir Tahun 2009. Program ini belum berhasil dinilai dari perjanjian yang sudah disepakati oleh Dinas Peternak dan Penerima bantuan (Peternak). Ada hubungan antara lama beternak dengan jumlah ternak terdapat hubungan yang signifikan. Masalah yang dihadapi peternak ialah penyediaan pakan tambahan dan tidak adanya forum diskusi. Upaya yang dilakukan oleh peternak dalam mengatasi masalah penyediaan pakan tambahan konsentrat ialah dengan memberikan sisa ampas tahu atau tempe bagi ternak domba dan untuk mengatasi masalah penyediaan forum komunikasi yang bisa membahas masalah masalah yang dihadapi peternak sampai saat ini peternak mengatasi masalah mereka dengan bertanya kepada sesama anggota yang mendapatkan bantuan yang lebih memiliki pengalaman.


(4)

RIWAYAT HIDUP

YAN NGAPITSA PERANGIN-ANGIN (040309038) dilahirkan di Langkat, 23 Januari 1986 sebagai anak keenam dari 6 bersaudara, dari keluarga bapak T. Perangin-angin dan S. Br. Ginting.

Pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut : 1. Sekolah Dasar (SD) Tahun 1992-1998 di SD 050593 Nambiki.

2. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Tahun 1998-2001 di SLTP N 2 Kuala.

3. Sekolah Menengah Atas (SMA) Tahun 2001-2004 di SMA Taman Siswa Binjai.

4. Tahun 2004 diterima di Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

5. Bulan Juni 2008 – Juli 2008 melaksanakan PKL di Desa Sipinggan, Kecamatan Saribu Dolok, Kabupaten Simalungun.

6. Bulan Oktober 2009 – April 2010 melaksanakan penelitian skripsi di Desa Padang Brahrang, Kecamatan Selesai, Kabupaten Langkat.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara dengan judul “ EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN INTERGASI DOMBA DENGAN PERKEBUNAN DI LANGKAT” (Studi kasus : Desa Brahrang, Kecamatan Selesai, Kabupaten Langkat).

Skripsi ini dapat selesai berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis dengan ketulusan dan kerendahan hati mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu maupun mendukung penulis baik dari segi moril maupu n materil.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Ir.Lily Fauziah.MSi sebagai Ketua Komisi Pembimbing. 2. Ibu Emalisa.Sp.MSi sebagai Anggota Komisi Pembimbing

3. Bapak Ir.Luhut Sihombing.Mp selaku Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian USU.

4. Ibu Ir.Salmiah sebagai sekertaris Deparetemen Agribisnis Fakultas Pertanian USU

5. Seluruh staf pengajar dan pegawai Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian USU.

6. Kepala desa beserta staff Desa Padang Brahrang, Kecamatan Selesai, Kabupaten Langkat yang telah memberikan data dan informasi dalam skripsi penulis.


(6)

7. Seluruh peternak Desa Padang Brahrang, Kecamatan Selesai, Kabupaten Langkat yang telah memberikan data dan informasi dalam skripsi penulis. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang tua tercinta Ayahanda T.Perangin-angin dan Ibunda S.Br.Ginting atas segala perhatian, kasih sayang, nasehat, serta dukungan secara materi dan doa-doa yang diberikan kepada penulis selama perkuliahan sampai pada penyelesaian skripsi ini. Juga buat semua teman-teman SEP ’04 terima kasih atas dukungan dan penerimaannya.

Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan akan tetapi penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna dimasa yang akan datang.

Medan, Juli 2010


(7)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK. ... i

RIWAYAT HIDUP. ... ii

KATA PENGANTAR. ... iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL. ... vii

PENDAHULUAN Latar Belakang. ... 1

Identifikasi masalah. ... 6

Tujuan Penelitian... 6

Kegunaan Penelitian. ... 7

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI , KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka. ... 8

Landasan Teori. ... 14

Kerangka Pemikiran. ... 18

Hipotesis penelitian. ... 20

METODOLOGI PENELITIAN Metode penentuan Daerah penelitian. ... 21

Metode Penentuan Subyek Penelitian. ... 21

Metode Pengumpulan Data. ... 21

Metode Analisis Data. ... 23

Definisi dan Batasan Operasional. ... 24

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN Deskripsi Daerah Penelitian... 27

HASIL DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan Program Pengembangan Kawasan Integrasi Domba Dengan Perkebunan. ... 30

Perkembangan Program Pengembangan Kawasan Integrasi Domba Dengan Perkebunan ... 35 Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Dengan Perkembangan


(8)

a. Hubungan Antara Umur Peternak Dengan Jumlah Ternak Dalam Pelaksanaan Program Pengembangan Kawasan Integrasi Domba Dengan Perkebunan ... 37 b. Hubungan Antara Lama Berternak Peternak Dengan

Jumlah Ternak Dalam Pelaksanaan Program Pengembangan Kawasan Integrasi Domba Dengan Perkebunan ... 38 c. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Peternak Dengan

Jumlah Ternak Dalam Pelaksanaan Program Pengembangan Kawasan Integrasi Domba Dengan Perkebunan ... 38 d. Hubungan Antara Tingkat Kosmopolitan Peternak

Dengan Jumlah Ternak Dalam Pelaksanaan Program Pengembangan Kawasan Integrasi Domba Dengan Perkebunan ... 39 e. Hubungan Antara Jumlah Tanggungan Keluarga

Peternak Dengan Jumlah Ternak Dalam Pelaksanaan Program Pengembangan Kawasan Integrasi Domba Dengan Perkebunan ... 40 Keberhasilan Program Pengembangan Kawasan Domba Dengan Perkebunan Dilokasi Penelitian ... 40 Masalah Masalah Yang Dihadapi Oleh Peternak Dalam ProgramPengembangan Kawasan Domba Dengan Perkebunan Dilokasi Penelitian ... 42

Upaya Upaya Yang Dilakukan Dalam Mengatasi Masalah Oleh Peternak Dalam Melaksanakan Program Pengembangan Kawasan Integrasi Domba Derngan Perkebunan ... 43

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 45 Saran ... 46 DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR TABEL

Hal 1. Perkembangan Populasi Kambing Perkecamatan di Kabupaten Langkat. . 5 2. Jenis dan Sumber Data yang Dikumpulkam. ... 22 3. Tata Guna Desa, 2008. ... 27 4. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Padang Brahrang

Kecamatan Selesai Tahun 2008. ... 28 5. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Padang Brahrang

Kecamatan Selesai Tahun 2008 ... 29 6. Distribusi Penduduk Menurut Agama di Desa Padang Brahrang Kecamatan Selesai Tahun 2008. ... 29 7. Data Penerimaan Dan Pengembalian Ternak Dalam Program

Pengembangan Kawasan Integrasi Domba Dengan Perkebunan. ... 34 8. Perkembangan Jumlah Ternak Domba per Tahun. ... 35


(10)

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengidentifikasi, mengolah dan menganalisis data. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis dengan Korelasi Rank Spearman dan analisis deskriptif. Adapun yang menjadi hasil analisis penelitian adalah, Proses pelaksanaan program dilakukan dengan persyaratan dan perjanjian yang disepakati bersama oleh peternak dan dinas peternakan yang sudah sepakati secara bersama sama. Terjadi perkembangan jumlah ternak dari 130 ekor pada awal pelaksanaan menjadi 724 ekor hingga akhir Tahun 2009. Program ini belum berhasil dinilai dari perjanjian yang sudah disepakati oleh Dinas Peternak dan Penerima bantuan (Peternak). Ada hubungan antara lama beternak dengan jumlah ternak terdapat hubungan yang signifikan. Masalah yang dihadapi peternak ialah penyediaan pakan tambahan dan tidak adanya forum diskusi. Upaya yang dilakukan oleh peternak dalam mengatasi masalah penyediaan pakan tambahan konsentrat ialah dengan memberikan sisa ampas tahu atau tempe bagi ternak domba dan untuk mengatasi masalah penyediaan forum komunikasi yang bisa membahas masalah masalah yang dihadapi peternak sampai saat ini peternak mengatasi masalah mereka dengan bertanya kepada sesama anggota yang mendapatkan bantuan yang lebih memiliki pengalaman.


(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara agraris dimana mata pencaharian penduduknya sebagian besar adalah disektor pertanian. Sektor ini menyediakan pangan bagi sebagian besar penduduk nya dan memberikan lapangan pekerjaan bagi semua angkatan kerja yang ada. Dengan menyempitnya lahan pertanian yang digarap petani mendorong para petani untuk berusaha meningkatkan pendapatan melalui kegiatan lain yang bersifat komplementer. Salah satu kegiatan itu adalah kegiatan usaha ternak yang secara umum memiliki beberapa kelebihan seperti: sebagai tambahan sumber pendapatan, untuk memanfaatkan limbah pertanian, sebagai penghasil daging dan susu, kotorannya dapat dimanfaatkan sebagai sumber pupuk organik dan kulitnya juga memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Di pedesaan, ternak kambing cukup populer sebagai usaha sampingan. Bahkan kambing dianggap sebagai tabungan keluarga, karena dapat dijual setiap saat, khususnya ditengah kebutuhan ekonomi yang mendesak ( Sudarmono, 2008 ).

Ternak domba memiliki beberapa kelebihan dan potensi ekonomi yang bisa diandalkan dibandingkan usaha ternak besar yang lainnya yakni :

1. Badan ternak domba relatif lebih kecil dan cepat dewasa, sehingga usaha ternak domba memiliki keuntungan ekonomi yang cukup tinggi

2. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang dalam pemeliharaan tidak memerlukan lahan yang luas


(12)

3. Investasi usaha ternak domba membutuhkan modal relatif kecil, sehingga setiap investasi lebih banyak unit produksi dapat tercapai

4. Modal usaha ternak domba lebih cepat berputarnya, sebab ternak domba cepat dewasa kelamin dan lebih cepat dipotong dibandingkan dengan ternak ruminansia lain seperti kerbau ataupun sapi

5. Karkas domba yang kecil akan lebih mudah dijual, sehingga relatif lebih cepat dikonsumsi. Hal ini sangat penting bagi daerah yang peternakan domba yang sistem pemasarannya belum sempurna atau masih jauh dari keramaian konsumen

6. Domba memiliki sifat menggerombol sehingga memudahkan dalam pemeliharaan sistem gembala, terutama jika pemeliharaan diserahkan anggota keluarga yang belum dewasa atau sudah sangat tua

( Murtidjo, 1993 )

Pemeliharaan domba dan sapi telah dilakukan oleh manusia sejak tahun 7000 SM. Walaupun pada saat itu tujuan pemeliharaan hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan keluarga ( Subsistem ). Kegiatan pemeliharaan ternak ini masih berlangsung hingga sekarang dan telah mengalami banyak perubahan dan perkembangan yang mengarah pada bentuk usaha sebagai sumber pendapatan. Pemeliharaan ternak saat ini hanya domba dan sapi, tetapi telah berkembang pada pemeliharaan ayam, puyuh, itik, kelinci, babi dan kambing ( Rahardi, 2006 ).

Ternak domba di Indonesia kebanyakan diusahakan oleh petani ternak di daerah pedesaan. Domba yang diusahakan umumnya dalam jumlah kecil, 3-5 ekor per keluarga, dipelihara secara tradisional dan merupakan bagian dari usaha tani sehingga tingkat pendapatan yang diperoleh pun sangat kecil, kebanyakan petani


(13)

ternak memelihara domba dengan sistem sederhana, perkandangan sederhana, penyediaan pakan terbatas yang mengandalkan alam sekitar atau setengah digembalakan, dan tanpa ada pemilihan bibit secara terarah. Kesemuanya ini merupakan ciri ciri sistem pemeliharaan tradisional ( Sudarmono, 2008 ).

Di negara negara maju, seperti Australia dan Eropa, ternak domba itu memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi karena domba menghasilkan wool dan daging namun di Indonesia masih sebatas penghasil daging saja, namun demikian, pengusahaan domba di Indonesia memiliki prospek cerah, mengingat keuntungan sebagai berikut :

1. Daging domba seperti halnya daging ayam, dapat diterima oleh berbagai lapisan masyarakat dan agama, tidak seperti halnya dengan sapi dan babi 2. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan pendapatan yang cukup akan

mendorong penduduk untuk memenuhi kebutuhan gizi, khususnya protein hewani ( Sudarmono, 2008 ).

Pada tahun 2006 Pemerintah Dinas Peternakan Provinsi Sumatera utara mengembangkan satu program peternakan, dimana sepenuhnya pelaksanaan diserahkan kepada pemerintah daerah Kabupaten yang berwenang dalam hal ini ialah Dinas Peternakan Kabupaten yang akan menentukan dan menyelenggarakan seutuhnya pelaksanaan program tersebut baik dari segi pengawasan maupun pengevaluasian hasil yang dicapai program tersebut. Program ini di tujukan pada peternak domba, program tersebut bernama Pengembangan Kawasan Integrasi Domba Dengan Kawasan Perkebunan Di Kabupaten Langkat, Program ini bertujuan pemanfaatan areal perkebunan yang ada disekitar lokasi pelaksanaan program dengan memanfaatkan areal perkebunan sebagai sumber penyedia bahan


(14)

pangan dan juga mengambil manfaat dari domba bagi perkebunan yang menjadi areal pengembangan kawasan integrasi domba, sehingga ada hubungan yang sama sama menguntungkan bagi ternak yang di kembangkan maupun lokasi pelaksanaan program.

Kecamatan Selesai adalah salah satu Kecamatan yang ada di Kabupaten Langkat. Daerah ini memiliki potensi untuk membudidayakan ternak domba selain karena kesesuaian iklim, Kecamatan Selesai memiliki lahan untuk mengembangkan usaha ternak domba di karenakan sebagian besar wilayah Kecamatan Selesai merupakan areal perkebunan baik itu yang dikembangkan oleh perusahaan Pemerintah maupun masyarakat.

Gambaran penyebaran domba Perkecamatan nya di Kabupaten Langkat dapat di lihat pada tabel berikut :


(15)

Tabel 1 Perkembangan Populasi Kambing Perkecamatan di Kabupaten Langkat

No. Kecamatan

Tahun

2005 2006 2007

Jumlah

( ekor ) Persen(%)

Jumlah ( ekor )

Persen(%) Jumlah ( ekor )

Persen(%) 1 Bahorok 2.116 3,02 1.763 3,02 1.809 2,31 2 Salapian 1.877 2,68 1.564 2,68 1.379 1,76 3 Sei Bingei 2.424 3,46 1.504 2,58 2.363 3,02 4 Kuala 1.801 2,57 2.020 3,46 2.141 2,73 5 Selesai 4.376 6,26 2.647 4,54 4.877 6,23 6 Binjai 5.604 8,02 4.620 7,9 6.057 7,74 7 Stabat 12.004 17,17 10.003 17,17 11.617 14,85 8 Wampu 1.744 2,49 1.453 2,49 2.139 2,73 9 Batang

Serangan

3.354 4,79 2.489 4,27 2.044 2,61

10 Sawit Seberang

12.166 17,40 2.182 3,75 11.893 15,20

11 Padang Tualang

2.618 3,74 2.798 4,80 3.212 4,0

12 Hinai 6.990 10,02 10.438 17,92 10.582 13,53 13 Secanggang 2.987 4,27 5.822 9,9 4.377 5,59 14 Tanjung

Pura

2.627 3,75 2.189 3,7 3.209 4,10

15 Gebang 1.100 1,5 917 1,57 1.980 2,53 16 Babalan 2.026 2,89 1.688 2,89 3.647 4,66 17 Sei. Lepan 1.104 1,57 111 0,19 1.957 2,50 18 Brandan

Barat

133 0,19 920 1,57 239 0,30

19 Besitang 1.511 2,16 1259 2,16 1.690 2,16 20 Pangkalan

Susu

1.330 1,90 1.108 1,90 994 1.27

JUMLAH 69.896 100 58.247 100 78.206 100

Sumber Badan Pusat Statistik 2008.

Dari tabel dapat dilihat bahwa Kecamatan Selesai termasuk daerah peringkat nomor 5 yang paling banyak memiliki populasi ternak domba pada tahun 2005 sekitar 4.376 ekor (6,26%) dan tahun 2006 menempati urutan 6 sekitar 2.647 ekor (4,54%) serta tahun 2007 menempati urutan 5 sekitar 4.877 ekor (6,23%).

Kecamatan Selesai salah satu Kecamatan yang mendapat program pengembangan kawasan integrasi domba dengan perkebunan sejak tahun 2006 hingga sekarang.


(16)

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana Pelaksanaan Program Pengembangan Kawasan Integrasi Domba Dengan Perkebunan Di Lokasi Penelitian ?

2. Bagaimana Perkembangan Program Pengembangan Kawasan Integrasi Domba Dengan Perkebunan Di Lokasi Penelitian ?

3. Apakah program pengembangan kawasan integrasi domba dengan perkebunan dilokasi penelitian berhasil?

4. Bagaimana hubungan antara faktor sosial ekonomi yaitu umur, tingkat pendidikan, lamanya berternak, tingkat kosmopolitan, jumlah tanggungan keluarga, dari peternak terhadap jumlah ternak di lokasi penelitian ?

5. Kendala apa saja yang dihadapi peternak dalam menjalankan program pengembangan kawasan integrasi domba dengan perkebunan di lokasi penelitian ?

6. Upaya upaya apa yang telah dilakukan dalam mengatasi masalah masalah oleh peternak dalam melaksanakan program pengembangan kawasan integrasi domba dengan perkebunan di lokasi penelitian ?

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengidentifikasi, mengolah dan menganalisis data tentang :

1. Pelaksanaan program pengembangan kawasan integrasi domba dengan perkebunan di lokasi penelitian.


(17)

2. Perkembangan program pengembangan kawasan integrasi domba dengan perkebunan di lokasi penelitian.

3. Mengetahui hubungan faktor sosial ekonomi petani yaitu umur, tingkat pendidikan, lamanya bertani, tingkat kosmopolitan, jumlah tanggungan keluarga, dari peternak terhadap jumlah ternak di lokasi penelitian.

4. Untuk mengetahui keberhasilan program di lokasi penelitian.

5. Masalah masalah apa yang dihadapi oleh peternak dalam melaksanakan program pengembangan kawasan integrasi domba dengan perkebunan di lokasi penelitian.

6. Upaya upaya yang dilakukan dalam mengatasi masalah masalah yang dihadapi oleh peternak dalam melaksanakan program pengembangan kawasan integrasi domba dengan perkebunan di lokasi penelitian.

1.4. Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan informasi dan referensi yang dapat membantu pemerintah dalam menerapkan program yang serupa di daerah lain.

2. Sebagai bahan informasi bagi penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini.


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Bangsa domba secara umum diklasifikasikan berdasarkan atas hal hal tertentu diantaranya perbandingan persentase daging dan wool, ada tidaknya tanduk, atau asal usul ternak. Klasifikasi domba sebagai berikut :

Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Klas : Mamalia Ordo : Artiodactyla Family : Bovidae Genus : Ovis Spesies : Ovis aries ( Purbowati, 2009)

Jika kita hendak memelihara ternak, maka terlebih dahulu kita perlu mengetahui sifat sifat dan seluk-beluknya. Dengan memahami semua sifat itu, berarti peternak sudah belajar dari ternak-ternak tersebut. Jangan sekali-sekali peternak ingin memaksakan kehendaknya sendiri kepada ternaknya. Jika ia bertindak demikian, maka peternak tersebut akan mengalami kegagalan total terhadap peternaknya ( Sumoprastowo, 1993 ).

Peternak harus tahu dan yakin betul bagaimana dan apa keinginan ternaknya. Misalnya, dengan jalan mempelajari tentang makanan kesukaan ternak yang akan kita pelihara tersebut, kemudian tempat dan iklim manakah yang cocok bagi ternaknya. Bagaimanakah ternak tersebut berkembang biak dan


(19)

sebagainya. Semboyan peternak yang jitu sebenarnya adalah “Belajar dari ternak” bukan “Ternak belajar dari peternak”. Apabila semua sifat dan keinginan ternak yang akan dipelihara telah di tangan peternak, maka segalanya akan sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh ternak itu. Oleh karena itu peternak yang demikian berarti telah seia sekata menyatu dan serasi dalam memacu meningkatkan produksi peternakannya

( Sumoprastowo, 1993 ).

Domba seperti halnya kambing, kerbau dan sapi, tergolong dalam famili

Bovidae. Domba dan kambing pada hakikatnya merupakan 2 genus berdekatan

meskipun demikian ada perbedaan yang mencolok yakni domba dan kambing tidak dapat dikawin silangkan. Hal ini berkaitan dengan domba yang memiliki kelenjar yang terdapat dibawah mata yang terbuka serta menghasilkan sekresi yang ada kalanya berlebihan, sehingga domba sering mengeluarkan air mata. Disamping itu juga terdapat kelenjar dicelah celah kukunya yang menghasilkan bau yang khas. Kelenjar tersebut akan terus bereaksi apabila domba sedang berjalan. Kelenjar ini untuk memberi petunjuk bagi domba yang tersesat dari kawan kawannya. Ciri khas yang lain dari domba adalah tanduk berpenampang segitiga yang tumbuh melilit seperti spiral ( Murtidjo, 1993 ).

Seekor induk mampu melahirkan satu, dua, tiga, bahkan lebih dari tiga ekor anak dalam sekali beranak. Dua ekor anak adalah hal yang paling sering terjadi. Pada pengelolaan yang sedang sedang saja hasil kelahiran suatu peternakan berkisar 150% dari jumlah induk. Induk yang melahirkan dua ekor anak memerlukan perawatan yang lebih intensif dan dituntut keterampilan yang lebih. Kelebihan lainnya anak dapat dititipkan kepada induk lain yang bersamaan


(20)

melahirkan yang hanya memiliki anak tunggal atau dirawat tersendiri oleh peternak dengan memberikan tambahan air susu sapi. Cara yang pertama adalah cara yang peling banyak ditempuh orang ( Sumoprastowo,1993 ).

Dalam pelaksanaan program ini domba yang diberikan kepada peternak ialah domba kampung yang merupakan domba asli Indonesia, domba ini memiliki tubuh kecil, lambat dewasa, warna bulu maupun karakteristiknya tidak seragam dan hasil dagingnya relatif kecil atau sedikit. Dalam usaha melaksanakan program ketahanan pangan Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Utara melaksanakan berbagai sasaran, sasaran itu diantaranya seperti dibawah ini :

1. Meningkatkan produksi bahan pangan serta berkelanjutan untuk memantapkan ketahanan pangan.

2. Meningkatkan produksi pangan sumber protein untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat.

3. Meningkatkan keanekaragaman dan kuantitas konsumsi pangan

Untuk memenuhi sasaran yang sudah ditetapkan seperti di atas Dinas Peternakan Provinsi melakukan berbagai program diantaranya adalah program pengembangan agribisnis peternanakan. Pengembangan agribisnis peternakan memerlukan berbagai strategi pendekatan alternatif serta variasi teknologi, hal tersebut tergantung kepada situasi dan kematangan usaha, juga menyangkut masalah selera konsumen, pasar dan pemasaran, kualitas produk serta tujuan usaha peternakan. Selanjutnya pengembangan ternak ruminansia besar (sapi potong, sapi perah dan kerbau) memerlukan dukungan ketersediaan pakan hijauan yang berkualitas dan berkesinambungan


(21)

Sasaran yang diharapkan dari pengembangan agribisnis adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan produktifitas, kualitas dan produksi komoditas peternakan yang dapat dipasarkan sebagai bahan baku industri pengelolaan dan ekspor 2. Meningkatkan volume dan penerimaan ekspor serta berkurangnya

pengeluaran volume dari impor ternak/hasil ternak

3. Meningkatkan kesempatan kerja produktif di pedesaan pada "on farm" dan "off farm" yang memberikan imbalan yang layak

4. Berkembangnya berbagai kegiatan usaha berbasiskan peternakan dengan wawasan agribisnis yang mampu memberikan keuntungan yang wajar 5. Meningkatkan partisipasi masyarakat dan investasi swasta dalam

pengembangan agribisnis dan memajukan perekonomian pedesaan

6. Terpeliharanya produktifitas sumber daya alam, berkembangnya usaha peternakan, konservasi dan terjaganya kualitas lingkungan hidup

Pengembangan program serupa juga dilakukan Dinas Peternakan di daerah daerah yang dilakukan dengan perencanaan dan penentuan sasaran, dalam pemilihan sasaran juga Dinas Peternakan lebih selektif agar penerapan suatu inovasi yang diterapkan tidak salah sasaran sehingga dapat meminimalisir kesalahan dalam tujuan untuk mendapatkan hasil yang diharapkan. Dalam rangka mendukung perkembangan usaha dan investasi di sektor peternakan, pemerintah telah menyusun berbagai langkah kebijakan. Antara lain memacu pembangunan peternakan dengan meningkatkan perannya sebagai penghasil protein hewani bernilai tinggi melalui peningkatan produksi ternak, pengamanan ternak,


(22)

penyediaan kredit, dan penyuluhan. Meningkatkan kesehjahteraan peternak melalui peningkatan pendapatan yang diperoleh dari peningkatan kualitas dan produktivitas sumber daya masyarakat peternak ( Rahardi, 2006 ).

Daerah yang cocok untuk mengembangbiakan domba sebagai sumber bibit adalah di daerah pegunungan, sedangkan bila ingin menggemukkan domba untuk segera dipasarkan adalah di daerah dataran rendah. Untuk kebutuhan pasar domba dapat dijual pada umur masih muda. Domba yang cocok untuk keperluan ini adalah hasil persilangan antara dua bangsa atau lebih keturunannya lebih cepat pertumbuhannya dan lebih subur ( Sodiq, 2009 ).

Setelah lokasi peternakan ditentukan sesuai dengan persyaratan teknis, langkah berikutnya adalah membangun kandang. Kandang mempunyai fungsi yang sangat vital sebagai berikut :

1. Melindungi ternak dari hewan pemangsa

2. Melindungi ternak dari panasnya sinar matahari , hujan, udara yang dingin dan angin kencang

3. Mencegah ternak merusak tanaman lain yang ada disekitar peternakan 4. Membuat ternak dapat istirahat dan tidur dengan tenang

5. Menampung ternak piaraan kawin dan beranak dengan baik

6. Menampung kotoran ternak dengan baik sehingga dapat dibersihkan dan dikumpulkan untuk dijadikan pupuk kandang bagi tanaman

7. Memudahkan pemeliharaan sehari hari misalnya memberi pakan, minum, pengawasan terhadap penyakit dan seleksi (Cahyono, 1998 )

Hal hal yang harus diperhatikan didalam sistem perkandangan intensif adalah sebagai berikut :


(23)

1. Kandang harus dibuat yang kuat sehingga dapat dipakai dalam waktu yang lama

2. Ukuran kandang harus disesuaikan dengan jumlah ternak yang dipelihara 3. Bila terdapat bagian kandang yang rusak harus segera diperbaiki

4. Kebersihan kandang harus selalu tetap terjaga, baik didalam maupun diluar kandang

5. Kandang harus cukup meperoleh sinar matahari pagi agar organisme pengganggu seperti kutu dan parasit parasit lainnya tidak dapat hidup

6. Ventilasi kandang harus cukup agar pertukaran udara berjalan dengan baik sehingga udara didalam kandang tetap sejuk dan tidak pengap

7. Kandang harus dibangun ditempat yang dekat dengan sumber air yang cukup agar kebutuhan air minum ternak tercukupi dan keperluan membersihkan kandang dan peralatan dapat tercukupi juga (Cahyono, 1998 ).

Model kandang yang dapat diterapkan dalam beternak domba dan kambing adalah model kandang panggung dan model kandang berlantai tanah. Kandang sistem panggung memiliki kolong yang berfungsi menampung kotoran dan air kencing ternak, maka konstruksi lantai dibuat berjarak dengan permukaan tanah. Sistem kandang berlantai tanah tidak terdapat kolong sehingga konstruksi lantai langsung pada permukaan tanah yang sekaligus berfungsi menampung kotoran dan air kencing ternak. (Cahyono, 1998 ).

Landasan Teori

Cepat tidaknya mengadopsi inovasi bagi petani sangat tergantung faktor faktor ekstern dan intern. Faktor intern itu sendiri yaitu faktor sosial dan ekonomi petani. Faktor sosial diantaranya : umur, tingkat pendidikan, dan pengalaman


(24)

bertani sedangkan faktor ekonomi diantaranya adalah tingkat pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, luas lahan yang dimiliki oleh peternak dan ada tidaknya usaha tani yang dimiliki oleh petani. Faktor sosial ekonomi ini mempunyai peranan yang cukup penting dalam pengelolaan usaha tani ( Soekartawi, 1998).

Adopsi teknologi baru adalah merupakan proses yang terjadi dari petani untuk menerapkan teknologi tersebut pada usahataninya. Hal ini biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor faktor sebagai berikut :

1. Tingkat Pendidikan Petani

Pendidikan merupakan sarana belajar, dimana selanjutnya akan menanamkan pengertian sikap yang menguntungkan menuju penggunaan praktek pertanian yang lebih modern. Petani yang berpendidikan tinggi akan lebih cepat dalam melaksanakan adopsi.

2. Umur Petani

Makin muda petani biasanya mempunyai semangat ingin tahu apa yang belum diketahui, sehingga dengan demikian petani berusaha untuk lebih cepat melakukan adopsi inovasi walaupun sebenarnya belum berpengalaman soal adopsi inovasi tersebut.

3. Luas Pemilikan Lahan

Petani yang mempunyai lahan yang luas akan lebih mudah menerapkan inovasi dari pada petani yang berlahan sempit, hal ini dikarenakan keefisienan penggunaan sarana produksi.

4. Jumlah Tanggungan

Petani dengan jumlah tanggungan semakin tinggi akan semakin lamban dalam mengadopsi inovasi karena jumlah tanggungan yang besar akan


(25)

mengharuskan petani untuk memikirkan dalam ppemenuhan kebutuhan hidup keluarganya. Petani yang memiliki jumlah tanggungan yang besar harus mampu mengambil keputusan yang tepat agar tidak mengalami resiko yang fatal, bila kelak inovasi yang diadopsi mengalami kegagalan. 5. Tingkat Kosmopolitan

Petani dengan tingkat kosmopolitan yang semakin tinggi biasanya akan semakin cepat dalam mengadopsi inovasi, karena seorang petani dalam mengadopsi inovasi dipengaruhi oleh beberapa faktor luar ( lingkungan ) dan faktor dalam diri ( pribadi ) petani.

6. Pengalaman Bertani

Petani yang sudah lebih lama bertani akan lebih mudah menerapkan inovasi daripada petani pemula, hal ini dikarenakan pengalaman lebih banyak sehingga sudah dapat membuat perbandingan dalam mengambil keputusan ( Soekartawi, 1998 )

Berdasarkan cepat lambatnya para petani menerapkan teknologi melalui penyuluh dan informasi informasi lain, dapat dikemukakan beberapa golongan petani yang terlibat di dalamnya yaitu :

2. Golongan Inovator

Dengan adanya inovasi, golongan inovator yang selalu merintis, mencoba, dan menerapkan teknologi baru dalam pertanian menjadi terpenuhi kebutuhannya dan menjadi inovator dalam menerima para penyuluh pertanian, bahkan mengajak / menganjurkan petani lainnya untuk mengikuti penyuluhan.


(26)

Petani yang termasuk golongan ini pada umumnya adalah termasuk petani yang berada, yang memiliki lahan pertanian yang lebih luas dari petani yang rata rata memiliki sebidang lahan yang sempit ( 0,5 sampai 2,5 ) Ha di desanya. Oleh karena itu menanggung resiko dalam menghadapi kegagalan dalam setiap percobaannya, dan mampu membiayai sendiri dalam mencari infomasi informasi guna melakukan inovasi teknologi tersebut.

3. Penerapan Inovasi Teknologi Lebih Dini ( Early Adopter )

Golongan inovator mengusahakan sendiri pembaharuan teknologi pertanian itu dan lebih yakin setelah adanya PPL, maka golongan Early adopter adalah orang orang yang lebih dini mau menyambut kedatangan para penyuluh ke desa yang akan menyebarkan dan menerapkan teknologi pertanian.

Golongan ini kadang kadang mengundang kedatangan para penyuluh dan mendampingi para penyuluh dalam mengadakan pembaharuan atau mengusahakan perubahan.

4. Penerapan Inovasi Teknologi Awal ( Early Mayority )

Sifat dari golongan Early msyority merupakan sifat yang dimiliki kebanyakan para petani. Penetapan teknologi baru dapat dikatakan lebih lambat dari kedua golongan di atas, akan tetapi lebih mudah terpengaruh dalam hal teknologi baru itu telah meyakinkan dapat lebih dapat meningkatkan pendapatan usahataninya. Yaitu lebih meningkatkan pendapatan dan lebih memperbaiki cara kerja dan cara hidupnya.


(27)

Termasuk dalam golongan ini petani yang pada umumnya kurang mampu, lahan pertanian yang dimiliki sangat sempit, rata rata di bawah 0,5 Ha, oleh karena itu petani selalu berbuat dengan waspada lebih hati hati karena takut mengalami kegagalan. Petani ini baru akan mau mengikuti dan menerapkan teknologi apabila kebanyakan para petani di lingkungan telah menerapkan dan benar benar dapat meningkatkan per kehidupannya 6. Penolak Inovasi ( Laggard )

Para petani yang termasuk golongan ini adalah petani yang berusia lanjut, berumur sekitar 50 tahun keatas, biasanya fanatik terhadap tradisi dan sulit untuk memberi pengertian yang dapat mengubah cara berfikir, cara bekerja, dan cara hidupnya, petani ini berfikir apatis terhadap adanya teknologi baru ( Kartasapoetra, 1988 ).


(28)

Kerangka Pemikiran

Program Pengembangan Kawasan Integrasi Domba Dengan Perkebunan merupakan suatu program yang dibuat oleh Dinas Peternakan Provinsi yang kemudian diserahkan kepada Dinas Peternakan Kabupaten. Dinas Peternakan Kabupaten menjadi pelaksana dan pemantau yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan program di lapangan.

Dinas Peternakan Kabupaten memilih Kelompok Tani yang berhak untuk mendapatkan bantuan dengan penilain berdasarkan proposal yang telah diajukan. Kelompok Tani memilih anggota yang berhak untuk mendapatkan bantuan apabila anggota tersebut sudah memenuhi persyaratan sesuai keputusan Dinas Peternakan.

Dalam pelaksanaan program tentunya ada masalah yang dihadapi dan upaya upaya untuk mengatasi masalah tersebut. Selain hal hal tersebut juga ada faktor yang dapat mempengaruhi pelaksanaan program yaitu karakteristik sosial ekonomi peternak. Karakteristik sosial ekonomi peternak seperti umur, tingkat pendidikan, lama bertani, tingkat kosmopolitan dan jumlah tanggungan keluarga.

Evaluasi program perlu dilakukan agar diketahui berhasil atau tidak program berdasarkan pencapaian sasaran yang dicapai dari pelaksanaan program, seperti pertambahan ternak, ternak bisa menjadi sumber pendapatan tambahan peternak, dan sisa ternak bisa dikelola oleh peternak sebagai usaha keluarga.


(29)

Tidak berhasil

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Keterangan :

Menyatakan Pengaruh

Program Pengembangan Kawasan Integrasi Domba

Dengan Perkebunan Dinas Peternakan Provinsi

Dinas Peternakan Kabupaten

Kelompok Tani

Anggota Karakteristik Sosial Ekonomi

- Umur

- Tingkat Pendidikan

- Lama Bertani

- Tingkat Kosmopolitan

- Jumlah Tanggungan

Keluarga

Pelaksanaan Program Masalah

Upaya

Evaluasi Perkembangan Program Pengembangan Kaswasan Integrasi Domba

Dengan Perkebunan


(30)

Hipotesis Penelitian

Untuk mengarahkan penelitian sesuai dengan identifikasi masalah dan tujuan maka dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :

Faktor sosial ekonomi peternak yaitu umur, tingkat pendidikan, lamanya bertani, tingkat kosmopolitan, jumlah tanggungan keluarga mempunyai hubungan dengan pertambahan jumlah ternak.

Program pengembangan kawasan integrasi domba dengan perkebunan di daerah penelitian berhasil.


(31)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penetuan Daerah Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Padang Brahrang Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat yang ditentukan secara ‘Purposive’. Penentuan Desa ini karena desa ini salah satu yang mendapat bantuan Program Pengembangan Kawasan Integrasi Domba Dengan Perkebunan dan satu satunya di Kabupaten Langkat.

3.2 Metode Penentuan Subyek Penelitian

Populasi dari penelitian ini adalah peternak domba yang mendapatkan bantuan dari program pengembangan kawasan integrasi domba dengan perkebunan yaitu sejumlah 10 responden. Penelitian ini adalah penelitian sensus karena semua populasi dalam penelitian menjadi subyek penelitian.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan para responden dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi yang ada atau terkait dengan penelitian

Jenis dan sumber data yang dikumpulkan dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini :


(32)

Tabel 2. Jenis dan Sumber Data yang Dikumpulkam NO Tujuan

Penelitian

Data Yang Dikumpulkan Sumber Metode Pengumpulan

Data 1 Mengetahui

pelaksaan program

- Kapan di mulainya Program?

- Tujuan dilaksanakannya Program?

- Apa saja bantuan pemerintah selama pelaksanaan program pengembangan kawasan integrasi domba dengan perkebunan

- Dinas Peternakan - Dinas

Peternakan - Peternak

- Wawancara

- Wawancara - Wawancara

2 Mengetahui perkembangan program

- Berapa pertambahan jumlah ternak sekarang secara keseluruhan ? - Berapa pertambahan

jumlah ternak dari masing-masing

peternak?

- Peternak - Wawancara

3 Mengetahui hubungan faktor sosial ekonomi petani dengan perkembangan program

- Apakah ada pengaruh yang faktor sosial ekonomi peternak terhadap pelaksanaan program?

- Peternak - Wawancara

4 Mengehtahui masalah

masalah yang dihadapi

peternak?

- Apa saja masalah yang

dihadapi oleh peternak?

- Peternak - Wawancara

5 Mengetahui

upaya apa yang dilakukan dalam mengatasi masalah oleh peternak selama pelaksanaan program?

- Apa saja upaya yang

dilakukan oleh peternak untuk mengatasi masalah yang dihadapi peternak?


(33)

3.4 Metode Analisis Data

Tujuan penelitian 1 diuji dengan menggunakan analisis deskriptif, yaitu dengan mengumpulkan data tentang bagian bagian program pengembangan kawasan integrasi domba dengan perkebunan yang sudah terlaksana ataupun belum terlaksana.

Tujuan penelitian 2 diuji dengan menggunakan analisis deskriptif, yaitu dengan mengumpulkan data selama 3 tahun terakhir tentang jumlah ternak yang dikembangkan oleh peternak.

Tujuan penelitian 3 diuji dengan menggunakan analisis deskriptif.

Hipotesis 1 diuji dengan menggunakan Korelasi Rank Spearman dengan rumus sebagai berikut :

N N di r N i s − − =

= 3 1 2 6 1 Dimana :

rs = Koefisien Korelasi Rank Spearmen

di = Selisih antara rangking nilai X dengan Metode Spearman n = Jumlah sampel

Dan uji signifikansi, dengan rumus sebagai berikut :

2 1 2 s s hit r n r t −− = Dimana :

Jika thit ≤ tα ; terima Ho, tolak H1


(34)

Hipotesis 2 diuji dengan analisis deskriptif yaitu dengan melihat pertambahan jumlahan ternak.

Tujuan penelitian 5 dan 6 dianalisis dengan deskriptif terhadap masalah masalah yang dihadapi peternak dalam melaksanakan program pengembangan kawasan integrasi domba dengan perkebunan dan upaya upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut.

Definisi Dan Batasan Operasional Definisi

Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan dalam mengartikan hasil penelitian ini, maka dibuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut : 1. Pelaksanaan Program adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh Dinas

Peternakan yang diteruskan ke Kelompok Tani

2. Perkembangan Program adalah suatu pertambahan atau pergerakan angka pada jumlah ternak yang di kelola oleh peternak

3. Evaluasi adalah penilaian terhadap suatu kegiatan yang dilakukan dengan maksud mengetahui apakah suatu kegiatan yang direncanakan memenuhi harapan atau tidak.

4. Usaha ternak domba adalah suatu usaha yang dilakukan peternak,terhadap domba yang dikembangkan dengan tujuan untuk memperbanyak jumlah atau meningkatkan hasil dari jumlah ternak awal.

5. Peternak sampel ialah peternak yang ada di Desa Padang Brahrang dan mengikuti program pengembangan kawasan integrasi domba dengan perkebunan.


(35)

6. Faktor sosial dan ekonomi adalah faktor yang ada dalam diri peternak sebagai responden yang dapat mempengaruhi sikap petani terhadap pelaksanaan program pengembangan kawasan integrasi domba dengan perkebunan yang meliputi, umur, tingkat pendidikan, lamanya bertani, dan tingkat kosmopolitan.

7. Faktor ekonomi adalah faktor yang ada dalam diri peternak yang dapat mempengaruhi sikap peternak terhadap terhadap pelaksanaan program pengembangan kawasan integrasi domba dengan perkebunan yang meliputi jumlah tanggungan keluarga.

8. Umur peternak adalah usia peternak diukur bedasarkan usia peternak sejak lahir hingga saat penelitian dilakukan

9. Tingkat pendidikan peternak adalah pendidikan formal terakhir yang pernah ditempuh oleh peternak

10. Pengalaman peternak adalah pengalaman peternak dalam berusaha ternak domba diukur dengan jalan meghitung lamanya peternak yang bersangkutan dalam mengusahakan ternak dombanya.

11. Jumlah anggota keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang menjadi tanggungan orang tua

12. Tingkat kosmopolitan adalah seringnya berhubungan dengan orang luar dan dunia yang didukung oleh fasilitas transportasi dan komunikasi dengan masyarakat yang lebih luas


(36)

Batasan Operasional

1. Penelitian dilakukan di Desa Padang Brahrang Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat

2. Sampel adalah peternak domba yang ikut dalam pelaksanaan program pengembangan kawasan integrasi domba dengan perkebunan


(37)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian a. Luas dan Kondisi Penelitian

Desa Padang Brahrang berada di Kecamatan Selesai, Kabuapten Langkat Sumatera Utara. Desa ini mempunyai luas Desa 1342 Ha dengan batas wilayah sebagai berikut :

• Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Pekan Selesai.

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Padang Cermin.

• Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Lau Mulgap.

• Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tanjung Merahe.

Desa ini berjarak 5 km dari Pemerintahan Kecamatan Selesai dan berjarak 15 km dari Ibukota Kabupaten Langkat dan berjarak 25 km dari Ibukota Provinsi Sumatera Utara

b. Tata Guna Lahan

Berdasarkan penggunaan tanah Desa Padang Brahrang dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 4. Tata Guna Desa, 2008

NO Jenis Penggunaan Lahan Luas ( Ha ) Persentase ( %)

1 Tanah Pemukiman 65 5,69

2 Tanah Sawah 36,4 3,21

3 Tanah Perkebunan 1032 90,20

4 Lainnya 10 0,90

Jumlah 1143,4 100,00


(38)

Dari Tabel dapat dilihat bahwa penggunaan lahan produktif terbesar adalah pertanian ( tanah sawah dan tanah perkebunan ) sekitar 93,41 %, hal ini dikarenakan desa penelitian merupakan daerah pertanian dengan mata pencaharian sebagai petani.

c. Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk Desa Padang Brahrang adalah sekitar 11701 jiwa dengan jumlah kepala keluarga ( kk ) sebanyak 2876 kk. Jumlah penduduk menurut kelompok umur dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 5 Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Padang Brahrang Kecamatan Selesai Tahun 2008

Kelompok Umur ( Tahun)

Jumlah ( Jiwa)

Persentase ( % )

0 - 4 1265 10.80

5 - 9 1170 9.95

10 – 14 1090 9.34

15 – 64 6942 59.34

65 + 1234 10.57

Jumlah 11701 100,00

Sumber : Monografi Desa Padang Brahrang,

Dari Tabel dapat dilihat bahwa penduduk usia sekolah relatif besar sekitar 19,29 % dan lansia sekitar 10,57 % serta usia produktif didaerah penelitian relatife besar yaitu sekitar 59,34 % ( usia 10 s/d 64 tahun ) yang merupakan modal dasar yang dimiliki desa untuk mengadakan pembangunan dengan mengggali potensi desa yang ada.

Selanjutnya keadaan penduduk menurut mata pencaharian dapat dilihat pada tabel berikut :


(39)

Tabel 6 Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Padang Brahrang Kecamatan Selesai Tahun 2008

No Jenis Mata Pencaharian Jumlah ( Jiwa ) Persentase ( % )

1 Bidang Pertanian 1.512 68.04

2 Bidang Industri 589 26.50

3 Pegawai Negeri & Swasta 108 4.86

4 Bidang Jasa 13 0.60

Jumlah 2.222 100

Sumber : Monografi Desa Padang Brahrang, 2009

Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk desa yaitu 1512 jiwa ( 68.04% ) adalah sebagai petani dan 26.50 % mata pencaharian industri dan 5.46% mata pencaharian sebagai pegawai negeri / swasta dan jasa. Dilihat dari jenis mata pencaharian penduduk di daerah ini maka sektor pertanian merupakan sektor yang paling potensial untuk dikembangkan.

Untuk melihat keadaan penduduk menurut agama yang dianut dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 7 Distribusi Penduduk Menurut Agama di Desa Padang Brahrang Kecamatan Selesai Tahun 2008

No Agama Jumlah ( Jiwa ) Persentase ( % )

1 Islam 11623 99.35

2 Kristen 58 0.49

3 Hindu 8 0.06

4 Budha 12 0.10

Jumlah 11701 100

Sumber : Monografi Desa Padang Brahrang, 2009

Berdasarkan Tabel dapat dilihat bahwa sebagian besar penduduk Desa penelitian ber Agama Islam yaitu sebesar 11623 jiwa ( 99.35% ), Agama kristen sebanyak 58 jiwa ( 0.49% ), Agama Hindu sebanyak 8 jiwa ( 0.06% ) dan Agama Budha 12 jiwa ( 0.10% ).


(40)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Pelaksanaan Program Pengembangan Kawasan Integrasi Domba Dengan Perkebunan

Program pengembangan kawasan integrasi domba dengan perkebunan ini dimulai tahun 2006 hingga sekarang. Tujuan dari program ini ialah untuk memamfaatkan gulma ( tumbuhan liar ) di perkebunan yang dapat digunakan sebagai pakan ternak dan kotoran ternak dapat digunakan sebagai pupuk bagi perkebunan. Sehingga secara tidak langsung antara perkebunan dan peternakan terdapat hubungan yang saling menguntungkan.

Program ini adalah program yang dikembangkan oleh Dinas Peternakan Provinsi yang pelaksanaannya diserahkan kepada Dinas Peternakan Kabupaten secara seutuhnya. Program yang dilakukan ialah pemberian bantuan ternak domba kepada peternak dengan sistem pengembalian secara pengguliran.

Kelompok Tani wajib mengajukan proposal untuk mendapatkan bantuan tersebut. Sebelum mengajukan proposal ke Dinas Peternakan Kabupaten, Anggota kelompok tani wajib mengajukan proposal sebagai syarat untuk mendapatkan bantuan tersebut. Proposal yang diajukan oleh anggota kelompok tani memiliki syarat syarat dan kewajiban yang harus dipenuhi yaitu :

Syarat syarat teknis diantaranya :

1. Calon penerima harus memiliki ternak dan kelompok taninya diketahui dan diakui oleh Petugas Penyuluh Lapangan ( PPL) setempat


(41)

2. Calon penerima bantuan secara teknis memiliki lokasi dan sikap peternak dalam berbudidaya layak ( ada seleksi lapangan untuk calon lokasi dan calon penerima )

3. Calon penerima bukan Pegawai Negeri Sipil ( PNS ) 4. Calon penerima merupakan penduduk asli lokasi

5. Calon penerima memiliki pengalaman memelihara ternak domba sebelumnya. 6. Calon penerima bantuan tidak pernah bermasalah dengan kredit pertanian 7. Calon penerima bantuan bersedia mematuhi peraturan sesuai dengan yang

telah disepakati oleh penerima dan Dinas Peternakan

8. Calon penerima harus bersedia menggulirkan ternak sesuai dengan kesepakatan.

Kewajiban yang harus disepakati ialah mengembalikan ternak domba sesuai dengan perjanjian yang sudah di sepakati secara bersama sama dengan ketentuan sebagai berikut : setiap satu ekor jantan harus dikembalikan satu ekor jantandan setiap satu ekor betina harus dikembalikan dua ekor betina. Setiap peternak mendapat bantuan sebanyak satu ekor jantan dan dua belas betina, Sehingga setiap peternak harus mengembalikan ternak sebanyak 25 ekor.

Peternak bisa mendapatkan bantuan apabila sudah memenuhi semua persyaratan dan bersedia mengembalikan turunan ternak bantuan sesuai dengan kewajiban yang sudah ditentukan.

Pemberian bantuan ini diawali dengan pengajuan proposal oleh peternak kepada ketua kelompok tani. Proposal yang telah dibuat diajukan ke Dinas Peternakan setelah itu Dinas peternakan melakukan penilaian terhadap proposal kelompok tani. Setelah itu peternak atau perwakilan dari peternak harus aktif


(42)

dalam mencari informasi mendapatkan bantuan. Hal ini dilakukan untuk memudahkan mendapatkan bantuan tersebut. Setelah di evaluasi secara administrasi dan dinyatakan lulus dalam seleksi, pihak dinas peternakan melakukan kunjungan ke lapangan. Bantuan diberikan setelah persyaratan prosedur di lapangan dinyatakan layak.

Peternak dalam memelihara ternak bantuan ini diwajibkan menggunakan kandang yang memiliki kolong atau dengan kata lain memiliki ruang di bawahnya, dimana lantai kandang terbuat dari bilah bambu atau papan yang dibuat agak renggang sehingga kotoran ternak dapat langsung jatuh kebawah tidak melekat pada lantai. Dengan demikian tingkat kebersihan dari ternak dapat dijaga dan juga dapat terhindar dari penyakit yang berasal dari kuman kuman kotoran ternak. Pemerintah juga memberi bantuan kepada peternak dalam membuat kandang ternak dengan memberikan bantuan dana sebesar tiga ratus ribu rupiah per peternak, sedangkan biaya pembuatan kandang seluruhnya membutuhkan biaya tiga juta rupiah, kekurangan biaya ditanggung oleh peternak.

Pada awal pelaksanaan program ini jumlah ternak yang diberikan kepada peternak jumlahnya 130 ekor dan dibagikan kepada 10 anggota kelompok tani yang sudah mengajukan proposal dengan rincian per orangnya 12 ekor betina ditambah 1 ekor jantan. Pembagian ternak bantuan kepada anggota kelompok tani menjadi tanggung jawab dari ketua kelompok tani.

Kelompok Tani ” MAJU ” adalah satu satu nya yang mendapatkan kesempatan untuk mengelola usaha bantuan ternak domba di Kabupaten Langkat. Kelompok Tani ini berhasil mendapatkan bantuan dikarenakan lolos dari tahap


(43)

seleksi yang diajukan oleh dinas pertanian dan dapat dipenuhi oleh Kelompok Tani.

Salah satu hal yang mendukung terpilihnya kelompok tani ini ialah lokasi yang cukup strategis dimana disekitar kawasan kelompok tani memang banyak terdapat perkebunan kelapa sawit.

Pemberian pakan ternak domba menjadi perhatian khusus peternak. Peternak harus menyediakan langsung pakan ternak dengan mengaritkan pakan hijaun ternak, karena pada pada program ini domba yang diberikan kepada peternak memang hanya selalu berada di kandang tanpa penggembalaan seperti biasanya. Selain pakan hijauan, ternak domba juga harus mendapatkan bantuan pakan tambahan sejenis konsentrat seperti : ampas tahu, dimana pemberian pakan tambahan ini bertujuan untuk pemenuhan gizi bagi domba.

Sesuai dengan kontrak perjanjian yang sudah di sepakati sebelumnya antara peternak yang mendapatkan bantuan dengan dinas peternakan provinsi maka tentunya peternak harus mengembalikan ternak mereka sebagai pelaksanaan tahap keberlangsungan pengembangan program. Karena dengan pengembalian ternak yang di pinjam, maka ternak yang sudah dikembalikan itu dapat diberikan kembali kepada sesama anggota kelompok tani maju yang lain atau kepada anggota kelompok tani yang lainnya yang sudah mengajukan proposal atau permohonan untuk mendapatkan bantuan. Namun berdasarkan pertimbangan beberapa hal yang menghambat pelaksaan pengembangan kawasan integrasi domba dengan perkebunan batas pengembalian ternak di ulur menjadi empat tahun hal ini dengan mempertimbangkan keadaan yang terjadi di Desa Padang Brahrang yaitu banyaknya ternak yang mati pada awal pelaksanaan, hingga


(44)

sampai saat ini hampir empat tahun berlangsung, pengembalian ternak belum dapat terlaksana dengan baik bahkan bisa dikatakan jauh dari berhasil dimana rata rata peternak hanya dapat mengembalikan ternak bantuan sebesar 48.4 % atau setengah dari jumlah yang mereka pinjam.

Secara rinci pengembalian dan penerimaan ternak oleh peternak dapat dilihat seperti berikut :

Tabel 8 Data Penerimaan Dan Pengembalian Ternak Dalam Program Pengembangan Kawasan Integrasi Domba Dengan Perkebunan

No Ternak Yang

Diterima (2006) ( Ekor )

Ternak Yang Sudah di Kembalikan Tahun 2007

( Ekor )

Tahun 2008 ( Ekor )

Tahun 2009 ( Ekor )

1 13 4 4 4

2 13 4 4 4

3 13 3 4 4

4 13 3 4 2

5 13 4 4 4

6 13 6 4 5

7 13 4 4 4

8 13 5 4 6

9 13 5 4 5

10 13 2 4 3

Total 130 40 40 41

Sumber :Kelompok Tani Maju , 2009

Berdasarkan data dari Tabel terlihat bahwa pengembalian ternak sampai tahun 2009 sebanyak 121 ekor atau setengah dari total ternak yang seharusnya di kembalikan berdasarkan perjanjian bersama yaitu sekitar 250 ekor. Hal ini disebabkan kurang aktifnya ketua kelompok tani dalam menggalakan proses pengembalian ternak bantuan kepada anggota kelompok tani dan juga masalah


(45)

yang datang dari peternak yang ingkar dari perjanjian. Peternak selalu beralasan setiap akan dilakukan pengutipan ternak dalam rangka pelaksanaan pengguliran seperti anak domba yang masih kecil, atau membandingkan jumlah pengguliran nya dengan jumlah pengguliran peternak yang lain.

5.2 Perkembangan Program Pengembangan Kawasan Integrasi Domba Dengan Perkebunan

Program pengembangan kawasan integrasi domba dengan perkebunan sudah berlangsung sekitar 4 tahun. Pada awal pelaksanaan program jumlah ternak yang dibagikan ialah 130 ekor kepada 10 anggota kelompok tani ” MAJU” dengan rincian per orangnya 12 ekor betina ditambah 1 ekor jantan. Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa ternak domba tiap tahunnya mengalami peningkatan walau pun tidak terlalu besar. Pada saat ini dapat dilihat perkembangan ternak domba tiap tahunnya yang dimiliki peternak domba pada tabel di bawah :

Tabel 9 Perkembangan Jumlah Ternak Domba per Tahun

Tahun Jumlah

(Ekor)

Perkembangan Jumlah yang telah dikembalikan

Ekor % Ekor %

2006 130 90 69.23 - 0

2007 220 129 56.63 40 16

2008 349 182 52.14 80 16

2009 531 193 36.34 121 16.4

Sumber : Kelompok Tani Maju , 2009

Dari tabel dapat dilihat pada tahun 2006 diketahui pertambahan jumlah ternak 90 ekor namun disini belum ada pengembalian, sedangkan pada tahun 2007 pertambahan ternak 129 ekor dengan jumlah pengembalian ternak 40 ekor atau


(46)

dengan persentase 16%, kemudian pada tahun 2008 pertambahan yang terjadi adalah 182 ekor dengan jumlah pengembalian ternak 40 ekor atau dengan persentase 16% dan pertambahan ternak pada tahun 2009 ialah 193 ekor dengan jumlah pengembalian ternak 41 ekor dengan persentase pengembalian 16.4%. jumlah ternak mengalami peningkatan setiap tahun dari tahun 2006 hingga 2009 pertambahan domba pada tiap tahunnya, sementara persentase pengembalian ternak tidak mengalami kenaikan jika dinilai dari total petambahan ternak pertahunnya bahkan mengalami penurunan. Hal ini terjadi karena pertambahan ternak pada masing masing peternak tidak seragam, yang juga disebabkan oleh beberapa faktor misalnya seperti ketidakserasian peternak yang mendapatkan bantuan dalam memelihara ternak, juga ternak yang pada awal program ada yang mati di akibatkan oleh ternak yang tidak mampu beradaptasi dengan lingkungan yang baru.

Hingga saat ini perkembangan jumlah peternak yang mendapatkan bantuan dihitung juga dari data awal sudah bertambah menjadi sembilan belas orang, tetapi penggulirannya tidak seragam jumlah ternak yang di dapat per peternak. Hal ini terjadi karena permintaan dari peternak yang akan mendapat guliran itu sendiri dan penilaian sendiri oleh ketua kelompok tani akan kemampuan calon penerima pengguliran dalam mengelola ternak guliran ini.

Dari data diatas dapat diketahui bahwa di daerah penelitian program ini mengalami perkembangan selama empat tahun terakhir yang diamati dari segi jumlah pertambahan ternak dan juga jumlah anggota kelompok tani yang menerima pengguliran ternak.


(47)

5.3 Hubungan Faktor Faktor Sosial Ekonomi dengan Perkembangan Jumlah Ternak Pada Program Pengembangan Program Integrasi Domba Dengan Perkebunan

Faktor faktor sosial ekonomi peternak yang diduga berhubungan dengan pertambahan jumlah ternak dalam penelitian ini adalah umur, tingkat pendidikan, lamanya berternak, tingkat kosmopolitan, jumlah tanggungan keluarga peternak. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada uraian berikut :

a. Hubungan Antara Umur Peternak Dengan Jumlah Ternak Dalam Pelaksanaan Program Pengembangan Kawasan Integrasi Domba Dengan Perkebunan

Umur dalam penelitian adalah umur peternak sampel yang merupakan peternak yang mendapat bantuan ternak domba dalam rangka pelaksanaan program pengembangan kawasan integrasi domba dengan perkebunan pada saat penelitian ini dilaksanakan. Umur peternak tersebut diduga memiliki hubungan dengan perkembangan jumlah ternak peternak pada pelaksanaan program pengembangan kawasan integrasi domba dengan perkebunan.

Untuk melihat hubungan umur dengan jumlah ternak maka di uji dengan Korelasi Rank Spearman. Berdasarkan hasil analisis statistika diperoleh bahwa nilai rs = 0.1 sedang nilai T hit = 0.28 lebih kecil dari nilai T tabel ½(α = 0.05) yaitu

= 0.564 ( Ho diterima, H1 ditolak), artinya tidak ada hubungan yang signifikan

antara umur dengan jumlah ternak dalam pelaksanaan program pengembangan kawasan integrasi domba dengan perkebunan di lokasi penelitian. Hal ini disebabkan umur tidak begitu mempengaruhi pertambahan jumlah ternak karena walaupun umur semakin tua belum tentu peternak bisa lebih memiliki kemampuan yang lebih baik dari peternak yang berusia lebih muda dalam mengelola usaha ternak domba bantuan tersebut.


(48)

b. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Peternak Dengan Jumlah Ternak Dalam Pelaksanaan Program Pengembangan Kawasan Integrasi Domba Dengan Perkebunan

Tingkat pendidikan dalam penelitian ini adalah lamanya pendidikan formal yang diterima oleh peternak sampel. Tingkat pendidikan tersebut diduga memiliki hubungan dengan pertambahan jumlah ternak dalam pelaksanaan program pengembangan kawasan integrasi domba dengan perkebunan.

Untuk melihat hubungan antara tingkat pendidikan dengan jumlah ternak maka di uji dengan Korelasi Rank Spearman. Berdasarkan hasil analisis statistika diperoleh bahwa nilai rs = -0.25 sedang nilai T hit = -0.73 lebih kecil dari nilai T tabel ½(α = 0.05) yaitu = 0.564 ( Ho diterima, H1 ditolak), artinya tidak ada

hubungan yang signifikan antara Tingkat pendidikan dengan jumlah ternak dalam pelaksanaan program pengembangan kawasan integrasi domba dengan perkebunan di lokasi penelitian. Tingkat pendidikan tidak berpengaruh karena dalam mengelola ternak domba hanya di butuhkan keuletan dari peternak dalam mengelola ternak.

c. Hubungan Antara Lama Berternak Peternak Dengan Jumlah Ternak Dalam Pelaksanaan Program Pengembangan Kawasan Integrasi Domba Dengan Perkebunan

Lamanya berternak yang dimaksud dalam penelitian ini adalah lamanya berternak yang dilakukan oleh peternak sampel yang akan menambah pengalaman berternak. Lama berternak tersebut diduga memiliki hubungan dengan pertambahan jumlah ternak dalam pelaksanaan program pengembangan kawasan integrasi domba dengan perkebunan.

Untuk melihat hubungan antara lama berternak dengan jumlah ternak maka di uji dengan Korelasi Rank Spearman. Berdasarkan hasil analisis statistika


(49)

diperoleh bahwa nilai rs = 0.4 sedang nilai T hit = 1.23 lebih besar dari nilai T tabel

½(α = 0.05) yaitu = 0.564 ( Ho ditolak, H1 diterima), artinya ada hubungan yang

signifikan antara lama berternak dengan jumlah ternak dalam pelaksanaan program pengembangan kawasan integrasi domba dengan perkebunan di lokasi penelitian. Lama beternak tentunya berpengaruh karena semakin banyak pengalaman peternak dalam mengelola ternak domba bisa jadi pedoman peternak dalam mengelola usaha ternak dombanya.

d. Hubungan Antara Tingkat Kosmopolitan Peternak Dengan Jumlah Ternak Dalam Pelaksanaan Program Pengembangan Kawasan Integrasi Domba Dengan Perkebunan

Tingkat kosmopolitan dalam penelitian adalah seringnya peternak berhubugan dengan orang luar yang lebih luas tentunya dengan dukungan oleh fasilitas transportasi dan komunikasi dengan masyarakat yang lebih luas. Tingkat kosmopolitan tersebut diduga memilki hubungan dengan pertambahan jumlah ternak dalam pelaksanaan program pengembangan kawasan integrasi domba dengan perkebunan.

Untuk melihat hubungan antara Tingkat kosmopolitan dengan jumlah ternak maka di uji dengan Korelasi Rank Spearman. Berdasarkan hasil analisis statistika diperoleh bahwa nilai rs = 0.04 sedang nilai T hit = 0.28 lebih kecil dari nilai T tabel

½(α = 0.05) yaitu = 0.564 ( Ho diterima, H1 ditolak),artinya tidak ada hubungan

yang signifikan antara Tingkat kosmopolitan dengan jumlah ternak dalam pelaksanaan program pengembangan kawasan integrasi domba dengan perkebunan di lokasi penelitian. Tingkat ksmopolitan tidak berpengaruh karena semakin tinggi tingkat kosmopolitan peternak maka perhatian peternak juga semakin terbatas bagi ternaknya. Semakin tinggi tingkat kosmopolitan seorang


(50)

peternak, peternak cenderung semakin sibuk atau peternak punya jadwal yang lebih banyak di luar rumah.

e. Hubungan Antara Jumlah Tanggungan Keluarga Peternak Dengan Jumlah Ternak Dalam Pelaksanaan Program Pengembangan Kawasan Integrasi Domba Dengan Perkebunan

Jumlah tanggungan keluarga dalam penelitian ini adalah banyaknya anggota keluarga yang menjadi beban tanggung jawab peternak sampel, terutama dalam hal pemenuhan hidup. Jumlah tanggungan keluarga tersebut diduga memilki hubungan dengan pertambahan jumlah ternak dalam pelaksanaan program pengembangan kawasan integrasi domba dengan perkebunan.

Untuk melihat hubungan antara Jumlah tanggungan keluarga dengan jumlah ternak maka di uji dengan Korelasi Rank Spearman. Berdasarkan hasil analisis statistika diperoleh bahwa nilai rs = -0.24 sedang nilai T hit = -0.69 lebih kecil dari

nilai T tabel ½(α = 0.05) yaitu = 0.564 ( Ho diterima, H1 ditolak),artinya tidak ada

hubungan yang signifikan antara Jumlah tanggungan keluarga dengan jumlah ternak dalam pelaksanaan program pengembangan kawasan integrasi domba dengan perkebunan di lokasi penelitian. Hal ini terjadi karena jumlah tanggungan keluarga yang ada tidak semua ikut berpartisipasi dalam pengembangan usaha ternak domba tersebut.

5.4 Keberhasilan Program Pengembangan Kawasan Domba Dengan Perkebunan Dilokasi Penelitian

Program pengembangan kawasan integrasi domba dengan perkebunan di lokasi penelitian dapat dikatakan belum berhasil atau belum sesuai dengan harapan hal ini dapat di nilai dari berbagai unsur. Jika di lihat dari unsur sasaran perjanjian yang disepakati oleh peternak dan dinas peternakan yang menyatakan


(51)

dimana selama empat tahun peternak wajib memenuhi kewajibannya yaitu menyerahkan turunan ternak domba kepada pemerintah atau instansi terkait sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati seperti berikut : satu ekor jantan yang dipinjamkan kembali satu ekor jantan dan satu ekor betina yang diberikan kembali dua ekor betina. Berdasarkan ketentuan tersebut maka program ini dapat dikatakan belum berhasil.

Beberapa hal yang menjadi penyebab belum berhasilnya program ini ialah: 1. Pemilihan peternak pada awal pelaksanaan program mengalami kesalahan,

seperti adanya peternak yang bisa medapatkan bantuan walaupun peternak tersebut tidak pernah punya pengalaman memelihara ternak domba. melainkan hanya berdasarkan pengalaman mengembangkan ternak sapi, ayam, kerbau dan kambing.

2. Pengguliran ternak yang seharusnya sudah berjalan seutuhnya ternyata baru terlaksana sekitar 50% atau baru sebahagian dari sebagaimana semestinya. Bahkan pada pelaksanaan yang langsung dilaksanakan oleh kelompok tani juga mengalami beberapa keganjilan diantaranya yaitu pada saat pengguliran dimana seharusnya setiap peternak hanya mengembalikan satu ekor jantan namun ada beberapa peternak sudah mengembalikan ternak domba jantan lebih dari satu ekor, hal ini terjadi karena ketidaktahuan dari anggota atau peternak yang mendapatkan bantuan. 3. Peternak yang ingkar dari perjanjian dalam hal pengembalian ternak

bantuan.

Namun jika penilaian keberhasilan program dinilai dari pertambahan jumlah ternak domba bantuan dalam program pengembangan kawasan integrasi


(52)

domba yang dimiliki oleh peternak maka program ini dapat dinyatakan berhasil meski pertambahan ternak dari setiap anggota kelompok tani memiliki jumlah pertambahan yang tidak sama. Bahkan ada yang jauh di bawah rata rata pertambahan jumlah ternak domba per peternak. Tentunya hal ini dipengaruhi oleh beberapa penyebab yang menyebabkan pertambahan ternak pada peternak tidak sama. Penyebab tersebut diantaranya yaitu :

1. Kurangnya pengalaman ataupun pengetahuan peternak dalam mengembangkan ternak domba.

2. Matinya indukan pada awal pelaksanaan program pengembangan kawasan integrasi domba dengan perkebunan.

3. Ada faktor ketidak serasian peternak yang mendapat bantuan ternak domba dalam mengelola ternak domba tersebut.

5.5 Masalah Masalah Yang Dihadapi Oleh Peternak Dalam ProgramPengembangan Kawasan Domba Dengan Perkebunan Dilokasi Penelitian

Masalah masalah yang dihadapi oleh peternak ialah diantaranya sebagai berikut :

1. Masalah Penyediaan Pakan Tambahan

Pakan tambahan yang dimaksud pada awal pelaksanaan program sempat diberikan oleh instansi terkait namun berdasarkan pengakuan peternak tanpa sebab yang jelas dan tanpa pemberitahuan bantuan itu dihentikan. Penyediaan pakan tambahan bagi ternak menjadi masalah bagi peternak dikarenakan oleh ketersediaan pakan tambahan yang terbatas dan tidak adanya pelatihan bagi peternak mengenai cara pembuatan pakan tambahan bagi ternak domba.


(53)

2. Kurangnya Komunikasi Antara Anggota dan Instansi Terkait

Di daerah penelitian tidak terdapat forum diskusi untuk antara anggota dan instansi terkait sehingga saran atau pun keluhan dari petani tidak dapat dicari pemecahan secara bersama sama. Peternak juga mengaku banyak hal yang mereka tidak ketahui namun mereka juga tidak dapat berbuat apa apa disebabkan oleh hal tersebut.

5.6 Upaya Upaya Yang Dilakukan Dalam Mengatasi Masalah Oleh Peternak Dalam Melaksanakan Program Pengembangan Kawasan Integrasi Domba Derngan Perkebunan

Dalam mengahadapi masalah tersebut upaya upaya yang dilakukan diantaranya :

1. Mengatasi Masalah Penyediaan Pakan Tambahan

Guna mengatasi masalah penyediaan bahan pakan tambahan bagi ternak domba, peternak biasanya memanfaatkan ampas tahu atau tempe dan juga sisa sisa makanan sebagai pengganti pakan konsentrat yang seharusnya mereka berikan namun sebahagian peternak lebih dominan menerapkan peternakannnya tanpa menggunakan pakan tambahan bagi ternak mereka. Selain karena ketersediaan pakan tambahan juga terbatas, hal ini juga dipengaruhi oleh kebiasaan masyarakat yang masih menggunakan sistem peternakan tradisional yang masih mengandalkan pakan hijauan.

2. Mengatasi Masalah Minimnya Komunikasi Antara Anggota Dan Juga Intansi Terkait

Khusus mengenai masalah minimnya komunikasi yang terjalin antara peternak/anggota dengan instansi terkait tidak ada upaya untuk menyelesaikannya.


(54)

Sedangkan untuk komunikasi antara peternak umumnya hanya bersifat pribadi, dimana peternak yang mengalami masalah bisa bertanya kepada peternak mana yang mereka anggap lebih berpengalaman. Sehingga peternak dapat saling membantu dan menyelesaikan masalah yang mereka hadapi dalam proses pelaksanaan program pengembangan kawasan integrasi domba dengan perkebunan dilokasi penelitian.


(55)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Proses pelaksanaan program dilakukan dengan persyaratan dan perjanjian yang disepakati bersama oleh peternak dan dinas peternakan yang sudah sepakati secara bersama sama.

2. Terjadi perkembangan jumlah ternak dari 130 ekor pada awal pelaksanaan menjadi 724 ekor hingga akhir Tahun 2009.

3. Program ini belum berhasil dinilai dari perjanjian yang sudah disepakati oleh Dinas Peternak dan Penerima bantuan (Peternak).

4. Ada hubungan antara lama beternak dengan jumlah ternak terdapat hubungan yang signifikan.

5. Masalah yang dihadapi peternak ialah penyediaan pakan tambahan dan tidak adanya forum diskusi.

6. Upaya yang dilakukan oleh peternak dalam mengatasi masalah penyediaan pakan tambahan konsentrat ialah dengan memberikan sisa ampas tahu atau tempe bagi ternak domba dan untuk mengatasi masalah penyediaan forum komunikasi yang bisa membahas masalah masalah yang dihadapi peternak sampai saat ini peternak mengatasi masalah mereka dengan bertanya kepada sesama anggota yang mendapatkan bantuan yang lebih memiliki pengalaman.


(56)

6.2 Saran

a. Bagi Dinas Peternakan

1. Sebaiknya Dinas peternakan mengadakan pelatihan lebih bagi peternak yang akan atau yang telah mendapatkan bantuan

2. Mengadakan evaluasi terhadap program yang sudah dilaksanakan oleh dinas peternakan agar program dapat terkontrol dengan baik dan sebagaimana semestinya

b. Bagi Peternak

1. Sebaiknya peternak lebih rutin dan sering untuk mencari informasi yang berhubungan dengan peternakan yang mereka kembangkan.

2. Sebaiknya para peternak lebih aktif dalam usaha pengembangan program kawasan integrasi domba dengan perkebunan di daerah penelitian agar sasaran yang telah direncanakan secara bersama sama dapat tercapai sesuai dengan harapan, khususnya dalam proses pengembalian ternak sebagai lanjutan pelaksanaan program.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya agar diteliti tentang proses pemberian bantuan bagi peternak ataupun petani dan pemilihan penerima bantuan.


(57)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik 2008, Kabupaten Langkat Dalam Angka.

Dinas Peternakan Kabupaten Langkat. 2006 Proposal Pengembangan Kawasan Integrasi Domba Dengan Perkebunan.

Cahyono, B., 1998. Beternak Domba Dan Kambing, Kanisius.Yogyakarta. Kartasapoetra, 1988. Teknologi Penyuluh Pertanian, Bumi Angkasa, Jakarta Murtidjo, A.B., 1993. Memelihara Domba , Kanisius, Yogyakarta.

Purbowati,E., 2009. Usaha Penggemukan Domba, Penebar Swadaya, Jakarta. Rahardi, F dan

Soekartawi., 1998. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian, UI Press, Jakarta.

Hartono, R., 2006. Agribisnis Peternakan, Penebar Swadaya, Jakarta.

Sodiq.A dan

Sudarmono, A.S

Abidin.Z., 2009. Sukses Menggemukkan Domba, Agromedia, Jakarta.

dan

Sumoprastowo, R.M., 1993. Beternak Domba Pedaging Dan Wol, Bhratara, Jakarta.

Sugeng,Y.B., 2008. Beternak Domba, Penebar Swadaya, Jakarta.


(58)

Lampiran 1. Hubungan Umur Dengan Jumlah Ternak

No sampel

Umur (Thn)

Jumlah Ternak (Ekor)

Rank

Beda B2

Umur (Thn)

Jumlah Ternak (Ekor)

1 51 88 6 3 3 9

2 41 81 10 5 5 25

3 52 44 4.5 8 -.5 12.25

4 52 37 4.5 9 -4.5 20.25

5 50 92 7 2 5 25

6 57 108 3 1 2 4

7 47 37 8 10 -2 4

8 43 77 9 6 3 9

9 65 87 2 4 -2 4

10 69 73 1 7 -6 36

Jumlah 148.5

Rs

= 0.1 Thit = 0.28


(59)

Lampiran 2. Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Jumlah Ternak

No sampel

Tingkat Pendidika

n (Thn)

Jumlah Ternak (Ekor)

Rank

Beda B2 Umur

(Thn)

Jumlah Ternak (Ekor)

1 6 88 9.5 3 6.5 42.25

2 12 81 3 5 -2 4

3 9 44 7 8 -1 1

4 9 37 7 9 -2 4

5 12 92 3 2 1 1

6 6 108 9.5 1 8.5 72.25

7 12 37 3 10 -7 49

8 12 77 3 6 -3 9

9 9 87 7 4 -3 9

10 12 73 3 7 -4 16

Jumlah 207.5

Rs

= - 0.25 Thit = - 0.73


(60)

Lampiran 3. Hubungan Lama Beternak Dengan Jumlah Ternak

No sampel

Lama Beternak

(Thn)

Jumlah Ternak (Ekor)

Rank

Beda B2

Lama Beternak

(Thn)

Jumlah Ternak (Ekor)

1 20 88 3.5 3 0.5 0.25

2 20 81 3.5 5 -2.5 6.25

3 20 44 3.5 8 -5.5 30.25

4 5 37 8 9 -1 1

5 10 92 7 2 5 25

6 50 108 1 1 0 0

7 15 37 6 10 -4 16

8 4 77 9 6 3 9

9 20 87 3.5 4 -1.5 2.25

10 3 73 10 7 3 9

Jumlah 99

Rs

= 0.4 Thit = 1.23


(61)

Lampiran 4. Hubungan Tingkat Kosmopolitan Dengan Jumlah Ternak

No sampel

Tingkat Kosmopolitan

)

Tingkat Kosmopolitan

Rank

Beda B2

Jumlah Tanggunga

n Keluarga ( Orang)

Jumlah Ternak (Ekor)

1 32 88 5.5 3 2.5 6.25

2 23 81 7 5 2 4

3 59 44 1 8 -7 49

4 15 37 9 9 0 0

5 44 92 3 2 1 1

6 14 108 10 1 9 81

7 18 37 8 10 -2 4

8 32 77 5.5 6 -0.5 0.25

9 56 87 2 4 -2 4

10 35 73 4 7 -3 9

Jumlah 158.5

Rs

=0.04 Thit = 0.28


(62)

Lampiran 5 Hubungan Jumlah Tanggungan Keluarga Dengan Jumlah Ternak

No sampel

Jumlah Tanggunga

n Keluarga ( Orang )

Jumlah Ternak (Ekor)

Rank

Beda B2

Jumlah Tanggunga

n Keluarga ( Orang)

Jumlah Ternak (Ekor)

1 2 88 6.5 3 3.5 12.25

2 4 81 2.5 5 -2.5 6.25

3 1 44 9 8 1 1

4 2 37 6.5 9 --3.5 12.25

5 3 92 4.5 2 -2.5 6.25

6 1 108 9 1 8 64

7 3 37 4.5 10 -5.5 30.25

8 4 77 2.5 6 -3.5 12.25

9 1 87 9 4 5 25

10 5 73 1 7 -6 36

Jumlah 205.5

Rs

= - 0.24 Thit = - 0.69


(63)

Lampoiran 6. Total Perkembangan Jumlah Ternak Pada Program Kawasan Integrasi Domba Dengan Perkebunan

Nama Peternak

JUMLAH PERKEMBANGAN TERNAK PER TAHUN T

O T A L

2006 2007 2008 2009

Indukan Anakan Indukan Anakan Indukan Anakan Indukan Anakan

J B T J B T J B T J B T J B T J B T J B T J B T Misdi 1 12 13 1 12 13 2 24 26 4 8 12 6 32 38 6 12 18 12 50 62 10 15 25 87 Sukarman 1 12 13 4 7 11 5 19 24 6 10 16 11 29 40 10 21 31 21 50 71 6 15 21 92 Rianto 1 12 13 8 4 12 9 16 25 6 7 13 15 23 38 12 9 21 27 32 59 10 12 22 81 Winto 1 12 13 5 5 10 6 17 23 6 9 15 12 23 35 11 7 18 33 30 63 12 13 25 88 Paidi 1 12 13 6 0 6 7 12 19 8 4 12 15 16 31 10 6 16 25 22 47 13 7 30 77 Wagino 1 12 13 4 0 4 5 12 17 2 3 5 7 14 21 2 4 6 9 18 27 4 6 10 37 Aji Santoso 1 12 13 4 5 9 5 17 22 2 4 6 6 21 27 4 5 9 10 26 36 4 4 8 44 Sofian 1 12 13 2 5 7 3 17 20 3 5 8 4 21 25 0 6 6 4 27 31 2 4 6 37 Katimin PA 1 12 13 2 0 2 3 12 15 3 12 15 4 24 28 4 15 19 8 39 47 4 22 26 73 Sikin 1 12 13 6 10 16 7 22 29 10 17 27 17 39 56 12 20 32 29 59 88 10 10 20 108 TOTAL 10 120 130 42 48 90 52 168 220 50 79 129 97 242 339 71 105 176 178 353 531 75 108 193 724

Keterangan :

J : Jantan T : Total B : Betina


(64)

Lampiran 7. Skor Pengukuran Tingkat Kosmopolitan Peternak

No Sampel

Skoring Pertanyaan Tingkat Kosmopolitan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21

Total Skor

1 4 4 0 0 0 0 0 0 0 2 3 1 3 0 1 4 2 4 2 0 2 32

2 4 4 1 0 0 0 1 1 2 0 0 4 1 0 0 0 1 4 0 0 0 23

3 4 4 1 2 2 2 3 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 0 0 0 59

4 4 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 4 1 0 0 1 15

5 4 4 0 3 4 1 1 0 0 4 0 0 4 1 1 4 4 1 4 0 4 44

6 4 4 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 1 0 0 0 14

7 4 4 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 4 1 1 0 0 0 18

8 4 4 1 0 0 0 4 0 4 1 4 1 1 2 1 0 4 1 0 0 0 32

9 4 4 1 4 4 0 1 0 4 4 4 4 1 4 0 4 4 1 4 0 4 56


(1)

Lampiran 2. Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Jumlah Ternak

No sampel

Tingkat Pendidika

n (Thn)

Jumlah Ternak (Ekor)

Rank

Beda B2 Umur

(Thn)

Jumlah Ternak (Ekor)

1 6 88 9.5 3 6.5 42.25

2 12 81 3 5 -2 4

3 9 44 7 8 -1 1

4 9 37 7 9 -2 4

5 12 92 3 2 1 1

6 6 108 9.5 1 8.5 72.25

7 12 37 3 10 -7 49

8 12 77 3 6 -3 9

9 9 87 7 4 -3 9

10 12 73 3 7 -4 16

Jumlah 207.5

Rs

= - 0.25 Thit = - 0.73


(2)

Lampiran 3. Hubungan Lama Beternak Dengan Jumlah Ternak

No sampel

Lama Beternak

(Thn)

Jumlah Ternak (Ekor)

Rank

Beda B2 Lama

Beternak (Thn)

Jumlah Ternak (Ekor)

1 20 88 3.5 3 0.5 0.25

2 20 81 3.5 5 -2.5 6.25

3 20 44 3.5 8 -5.5 30.25

4 5 37 8 9 -1 1

5 10 92 7 2 5 25

6 50 108 1 1 0 0

7 15 37 6 10 -4 16

8 4 77 9 6 3 9

9 20 87 3.5 4 -1.5 2.25

10 3 73 10 7 3 9

Jumlah 99

Rs

= 0.4 Thit = 1.23


(3)

Lampiran 4. Hubungan Tingkat Kosmopolitan Dengan Jumlah Ternak

No sampel

Tingkat Kosmopolitan

)

Tingkat Kosmopolitan

Rank

Beda B2 Jumlah

Tanggunga n Keluarga

( Orang)

Jumlah Ternak (Ekor)

1 32 88 5.5 3 2.5 6.25

2 23 81 7 5 2 4

3 59 44 1 8 -7 49

4 15 37 9 9 0 0

5 44 92 3 2 1 1

6 14 108 10 1 9 81

7 18 37 8 10 -2 4

8 32 77 5.5 6 -0.5 0.25

9 56 87 2 4 -2 4

10 35 73 4 7 -3 9

Jumlah 158.5

Rs

=0.04 Thit = 0.28


(4)

Lampiran 5 Hubungan Jumlah Tanggungan Keluarga Dengan Jumlah Ternak

No sampel

Jumlah Tanggunga

n Keluarga ( Orang )

Jumlah Ternak (Ekor)

Rank

Beda B2 Jumlah

Tanggunga n Keluarga

( Orang)

Jumlah Ternak (Ekor)

1 2 88 6.5 3 3.5 12.25

2 4 81 2.5 5 -2.5 6.25

3 1 44 9 8 1 1

4 2 37 6.5 9 --3.5 12.25

5 3 92 4.5 2 -2.5 6.25

6 1 108 9 1 8 64

7 3 37 4.5 10 -5.5 30.25

8 4 77 2.5 6 -3.5 12.25

9 1 87 9 4 5 25

10 5 73 1 7 -6 36

Jumlah 205.5

Rs

= - 0.24 Thit = - 0.69


(5)

Lampoiran 6. Total Perkembangan Jumlah Ternak Pada Program Kawasan Integrasi Domba Dengan Perkebunan

Nama Peternak

JUMLAH PERKEMBANGAN TERNAK PER TAHUN T

O T A L

2006 2007 2008 2009

Indukan Anakan Indukan Anakan Indukan Anakan Indukan Anakan

J B T J B T J B T J B T J B T J B T J B T J B T

Misdi 1 12 13 1 12 13 2 24 26 4 8 12 6 32 38 6 12 18 12 50 62 10 15 25 87

Sukarman 1 12 13 4 7 11 5 19 24 6 10 16 11 29 40 10 21 31 21 50 71 6 15 21 92

Rianto 1 12 13 8 4 12 9 16 25 6 7 13 15 23 38 12 9 21 27 32 59 10 12 22 81

Winto 1 12 13 5 5 10 6 17 23 6 9 15 12 23 35 11 7 18 33 30 63 12 13 25 88

Paidi 1 12 13 6 0 6 7 12 19 8 4 12 15 16 31 10 6 16 25 22 47 13 7 30 77

Wagino 1 12 13 4 0 4 5 12 17 2 3 5 7 14 21 2 4 6 9 18 27 4 6 10 37

Aji Santoso 1 12 13 4 5 9 5 17 22 2 4 6 6 21 27 4 5 9 10 26 36 4 4 8 44

Sofian 1 12 13 2 5 7 3 17 20 3 5 8 4 21 25 0 6 6 4 27 31 2 4 6 37

Katimin PA 1 12 13 2 0 2 3 12 15 3 12 15 4 24 28 4 15 19 8 39 47 4 22 26 73

Sikin 1 12 13 6 10 16 7 22 29 10 17 27 17 39 56 12 20 32 29 59 88 10 10 20 108

TOTAL 10 120 130 42 48 90 52 168 220 50 79 129 97 242 339 71 105 176 178 353 531 75 108 193 724 Keterangan :

J : Jantan T : Total B : Betina


(6)

Lampiran 7. Skor Pengukuran Tingkat Kosmopolitan Peternak

No Sampel

Skoring Pertanyaan Tingkat Kosmopolitan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21

Total Skor

1 4 4 0 0 0 0 0 0 0 2 3 1 3 0 1 4 2 4 2 0 2 32

2 4 4 1 0 0 0 1 1 2 0 0 4 1 0 0 0 1 4 0 0 0 23

3 4 4 1 2 2 2 3 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 0 0 0 59

4 4 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 4 1 0 0 1 15

5 4 4 0 3 4 1 1 0 0 4 0 0 4 1 1 4 4 1 4 0 4 44

6 4 4 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 1 0 0 0 14

7 4 4 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 4 1 1 0 0 0 18

8 4 4 1 0 0 0 4 0 4 1 4 1 1 2 1 0 4 1 0 0 0 32

9 4 4 1 4 4 0 1 0 4 4 4 4 1 4 0 4 4 1 4 0 4 56