BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Pelaksanaan Program Pengembangan Kawasan Integrasi Domba Dengan Perkebunan
Program pengembangan kawasan integrasi domba dengan perkebunan ini
dimulai tahun 2006 hingga sekarang. Tujuan dari program ini ialah untuk memamfaatkan gulma tumbuhan liar di perkebunan yang dapat digunakan
sebagai pakan ternak dan kotoran ternak dapat digunakan sebagai pupuk bagi perkebunan. Sehingga secara tidak langsung antara perkebunan dan peternakan
terdapat hubungan yang saling menguntungkan. Program ini adalah program yang dikembangkan oleh Dinas Peternakan
Provinsi yang pelaksanaannya diserahkan kepada Dinas Peternakan Kabupaten secara seutuhnya. Program yang dilakukan ialah pemberian bantuan ternak domba
kepada peternak dengan sistem pengembalian secara pengguliran. Kelompok Tani wajib mengajukan proposal untuk mendapatkan bantuan
tersebut. Sebelum mengajukan proposal ke Dinas Peternakan Kabupaten, Anggota kelompok tani wajib mengajukan proposal sebagai syarat untuk mendapatkan
bantuan tersebut. Proposal yang diajukan oleh anggota kelompok tani memiliki syarat syarat dan kewajiban yang harus dipenuhi yaitu :
Syarat syarat teknis diantaranya : 1.
Calon penerima harus memiliki ternak dan kelompok taninya diketahui dan diakui oleh Petugas Penyuluh Lapangan PPL setempat
Universitas Sumatera Utara
2. Calon penerima bantuan secara teknis memiliki lokasi dan sikap peternak
dalam berbudidaya layak ada seleksi lapangan untuk calon lokasi dan calon penerima
3. Calon penerima bukan Pegawai Negeri Sipil PNS
4. Calon penerima merupakan penduduk asli lokasi
5. Calon penerima memiliki pengalaman memelihara ternak domba sebelumnya.
6. Calon penerima bantuan tidak pernah bermasalah dengan kredit pertanian
7. Calon penerima bantuan bersedia mematuhi peraturan sesuai dengan yang
telah disepakati oleh penerima dan Dinas Peternakan 8.
Calon penerima harus bersedia menggulirkan ternak sesuai dengan kesepakatan.
Kewajiban yang harus disepakati ialah mengembalikan ternak domba sesuai dengan perjanjian yang sudah di sepakati secara bersama sama dengan
ketentuan sebagai berikut : setiap satu ekor jantan harus dikembalikan satu ekor jantandan setiap satu ekor betina harus dikembalikan dua ekor betina. Setiap
peternak mendapat bantuan sebanyak satu ekor jantan dan dua belas betina, Sehingga setiap peternak harus mengembalikan ternak sebanyak 25 ekor.
Peternak bisa mendapatkan bantuan apabila sudah memenuhi semua persyaratan dan bersedia mengembalikan turunan ternak bantuan sesuai dengan
kewajiban yang sudah ditentukan. Pemberian bantuan ini diawali dengan pengajuan proposal oleh peternak
kepada ketua kelompok tani. Proposal yang telah dibuat diajukan ke Dinas Peternakan setelah itu Dinas peternakan melakukan penilaian terhadap proposal
kelompok tani. Setelah itu peternak atau perwakilan dari peternak harus aktif
Universitas Sumatera Utara
dalam mencari informasi mendapatkan bantuan. Hal ini dilakukan untuk memudahkan mendapatkan bantuan tersebut. Setelah di evaluasi secara
administrasi dan dinyatakan lulus dalam seleksi, pihak dinas peternakan melakukan kunjungan ke lapangan. Bantuan diberikan setelah persyaratan
prosedur di lapangan dinyatakan layak. Peternak dalam memelihara ternak bantuan ini diwajibkan menggunakan
kandang yang memiliki kolong atau dengan kata lain memiliki ruang di bawahnya, dimana lantai kandang terbuat dari bilah bambu atau papan yang
dibuat agak renggang sehingga kotoran ternak dapat langsung jatuh kebawah tidak melekat pada lantai. Dengan demikian tingkat kebersihan dari ternak dapat dijaga
dan juga dapat terhindar dari penyakit yang berasal dari kuman kuman kotoran ternak. Pemerintah juga memberi bantuan kepada peternak dalam membuat
kandang ternak dengan memberikan bantuan dana sebesar tiga ratus ribu rupiah per peternak, sedangkan biaya pembuatan kandang seluruhnya membutuhkan
biaya tiga juta rupiah, kekurangan biaya ditanggung oleh peternak. Pada awal pelaksanaan program ini jumlah ternak yang diberikan kepada
peternak jumlahnya 130 ekor dan dibagikan kepada 10 anggota kelompok tani yang sudah mengajukan proposal dengan rincian per orangnya 12 ekor betina
ditambah 1 ekor jantan. Pembagian ternak bantuan kepada anggota kelompok tani menjadi tanggung jawab dari ketua kelompok tani.
Kelompok Tani ” MAJU ” adalah satu satu nya yang mendapatkan
kesempatan untuk mengelola usaha bantuan ternak domba di Kabupaten Langkat. Kelompok Tani ini berhasil mendapatkan bantuan dikarenakan lolos dari tahap
Universitas Sumatera Utara
seleksi yang diajukan oleh dinas pertanian dan dapat dipenuhi oleh Kelompok Tani.
Salah satu hal yang mendukung terpilihnya kelompok tani ini ialah lokasi yang cukup strategis dimana disekitar kawasan kelompok tani memang banyak
terdapat perkebunan kelapa sawit. Pemberian pakan ternak domba menjadi perhatian khusus peternak.
Peternak harus menyediakan langsung pakan ternak dengan mengaritkan pakan hijaun ternak, karena pada pada program ini domba yang diberikan kepada
peternak memang hanya selalu berada di kandang tanpa penggembalaan seperti biasanya. Selain pakan hijauan, ternak domba juga harus mendapatkan bantuan
pakan tambahan sejenis konsentrat seperti : ampas tahu, dimana pemberian pakan tambahan ini bertujuan untuk pemenuhan gizi bagi domba.
Sesuai dengan kontrak perjanjian yang sudah di sepakati sebelumnya antara peternak yang mendapatkan bantuan dengan dinas peternakan provinsi
maka tentunya peternak harus mengembalikan ternak mereka sebagai pelaksanaan tahap keberlangsungan pengembangan program. Karena dengan pengembalian
ternak yang di pinjam, maka ternak yang sudah dikembalikan itu dapat diberikan kembali kepada sesama anggota kelompok tani maju yang lain atau kepada
anggota kelompok tani yang lainnya yang sudah mengajukan proposal atau permohonan untuk mendapatkan bantuan. Namun berdasarkan pertimbangan
beberapa hal yang menghambat pelaksaan pengembangan kawasan integrasi domba dengan perkebunan batas pengembalian ternak di ulur menjadi empat
tahun hal ini dengan mempertimbangkan keadaan yang terjadi di Desa Padang Brahrang yaitu banyaknya ternak yang mati pada awal pelaksanaan, hingga
Universitas Sumatera Utara
sampai saat ini hampir empat tahun berlangsung, pengembalian ternak belum dapat terlaksana dengan baik bahkan bisa dikatakan jauh dari berhasil dimana rata
rata peternak hanya dapat mengembalikan ternak bantuan sebesar 48.4 atau setengah dari jumlah yang mereka pinjam.
Secara rinci pengembalian dan penerimaan ternak oleh peternak dapat dilihat seperti berikut :
Tabel 8 Data Penerimaan Dan Pengembalian Ternak Dalam Program
Pengembangan Kawasan Integrasi Domba Dengan Perkebunan
No Ternak Yang
Diterima 2006 Ekor
Ternak Yang Sudah di Kembalikan Tahun 2007
Ekor Tahun 2008
Ekor Tahun 2009
Ekor 1
13 4
4 4
2
13 4
4 4
3 13
3 4
4
4 13
3 4
2
5 13
4 4
4
6 13
6 4
5
7
13 4
4 4
8 13
5 4
6
9 13
5 4
5
10 13
2 4
3
Total 130
40 40
41
Sumber :Kelompok Tani Maju , 2009 Berdasarkan data dari Tabel terlihat bahwa pengembalian ternak sampai
tahun 2009 sebanyak 121 ekor atau setengah dari total ternak yang seharusnya di kembalikan berdasarkan perjanjian bersama yaitu sekitar 250 ekor. Hal ini
disebabkan kurang aktifnya ketua kelompok tani dalam menggalakan proses pengembalian ternak bantuan kepada anggota kelompok tani dan juga masalah
Universitas Sumatera Utara
yang datang dari peternak yang ingkar dari perjanjian. Peternak selalu beralasan setiap akan dilakukan pengutipan ternak dalam rangka pelaksanaan pengguliran
seperti anak domba yang masih kecil, atau membandingkan jumlah pengguliran nya dengan jumlah pengguliran peternak yang lain.
5.2 Perkembangan Program Pengembangan Kawasan Integrasi Domba Dengan Perkebunan