Perkembangan Program Pengembangan Kawasan Integrasi Domba Dengan Perkebunan

yang datang dari peternak yang ingkar dari perjanjian. Peternak selalu beralasan setiap akan dilakukan pengutipan ternak dalam rangka pelaksanaan pengguliran seperti anak domba yang masih kecil, atau membandingkan jumlah pengguliran nya dengan jumlah pengguliran peternak yang lain.

5.2 Perkembangan Program Pengembangan Kawasan Integrasi Domba Dengan Perkebunan

Program pengembangan kawasan integrasi domba dengan perkebunan sudah berlangsung sekitar 4 tahun. Pada awal pelaksanaan program jumlah ternak yang dibagikan ialah 130 ekor kepada 10 anggota kelompok tani ” MAJU” dengan rincian per orangnya 12 ekor betina ditambah 1 ekor jantan. Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa ternak domba tiap tahunnya mengalami peningkatan walau pun tidak terlalu besar. Pada saat ini dapat dilihat perkembangan ternak domba tiap tahunnya yang dimiliki peternak domba pada tabel di bawah : Tabel 9 Perkembangan Jumlah Ternak Domba per Tahun Tahun Jumlah Ekor Perkembangan Jumlah yang telah dikembalikan Ekor Ekor 2006 130 90 69.23 - 2007 220 129 56.63 40 16 2008 349 182 52.14 80 16 2009 531 193 36.34 121 16.4 Sumber : Kelompok Tani Maju , 2009 Dari tabel dapat dilihat pada tahun 2006 diketahui pertambahan jumlah ternak 90 ekor namun disini belum ada pengembalian, sedangkan pada tahun 2007 pertambahan ternak 129 ekor dengan jumlah pengembalian ternak 40 ekor atau Universitas Sumatera Utara dengan persentase 16, kemudian pada tahun 2008 pertambahan yang terjadi adalah 182 ekor dengan jumlah pengembalian ternak 40 ekor atau dengan persentase 16 dan pertambahan ternak pada tahun 2009 ialah 193 ekor dengan jumlah pengembalian ternak 41 ekor dengan persentase pengembalian 16.4. jumlah ternak mengalami peningkatan setiap tahun dari tahun 2006 hingga 2009 pertambahan domba pada tiap tahunnya, sementara persentase pengembalian ternak tidak mengalami kenaikan jika dinilai dari total petambahan ternak pertahunnya bahkan mengalami penurunan. Hal ini terjadi karena pertambahan ternak pada masing masing peternak tidak seragam, yang juga disebabkan oleh beberapa faktor misalnya seperti ketidakserasian peternak yang mendapatkan bantuan dalam memelihara ternak, juga ternak yang pada awal program ada yang mati di akibatkan oleh ternak yang tidak mampu beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Hingga saat ini perkembangan jumlah peternak yang mendapatkan bantuan dihitung juga dari data awal sudah bertambah menjadi sembilan belas orang, tetapi penggulirannya tidak seragam jumlah ternak yang di dapat per peternak. Hal ini terjadi karena permintaan dari peternak yang akan mendapat guliran itu sendiri dan penilaian sendiri oleh ketua kelompok tani akan kemampuan calon penerima pengguliran dalam mengelola ternak guliran ini. Dari data diatas dapat diketahui bahwa di daerah penelitian program ini mengalami perkembangan selama empat tahun terakhir yang diamati dari segi jumlah pertambahan ternak dan juga jumlah anggota kelompok tani yang menerima pengguliran ternak. Universitas Sumatera Utara 5.3 Hubungan Faktor Faktor Sosial Ekonomi dengan Perkembangan Jumlah Ternak Pada Program Pengembangan Program Integrasi Domba Dengan Perkebunan Faktor faktor sosial ekonomi peternak yang diduga berhubungan dengan pertambahan jumlah ternak dalam penelitian ini adalah umur, tingkat pendidikan, lamanya berternak, tingkat kosmopolitan, jumlah tanggungan keluarga peternak. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada uraian berikut : a. Hubungan Antara Umur Peternak Dengan Jumlah Ternak Dalam Pelaksanaan Program Pengembangan Kawasan Integrasi Domba Dengan Perkebunan Umur dalam penelitian adalah umur peternak sampel yang merupakan peternak yang mendapat bantuan ternak domba dalam rangka pelaksanaan program pengembangan kawasan integrasi domba dengan perkebunan pada saat penelitian ini dilaksanakan. Umur peternak tersebut diduga memiliki hubungan dengan perkembangan jumlah ternak peternak pada pelaksanaan program pengembangan kawasan integrasi domba dengan perkebunan. Untuk melihat hubungan umur dengan jumlah ternak maka di uji dengan Korelasi Rank Spearman. Berdasarkan hasil analisis statistika diperoleh bahwa nilai r s = 0.1 sedang nilai T hit = 0.28 lebih kecil dari nilai T tabel ½α = 0.05 yaitu = 0.564 H o diterima, H 1 ditolak, artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara umur dengan jumlah ternak dalam pelaksanaan program pengembangan kawasan integrasi domba dengan perkebunan di lokasi penelitian. Hal ini disebabkan umur tidak begitu mempengaruhi pertambahan jumlah ternak karena walaupun umur semakin tua belum tentu peternak bisa lebih memiliki kemampuan yang lebih baik dari peternak yang berusia lebih muda dalam mengelola usaha ternak domba bantuan tersebut. Universitas Sumatera Utara b. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Peternak Dengan Jumlah Ternak Dalam Pelaksanaan Program Pengembangan Kawasan Integrasi Domba Dengan Perkebunan Tingkat pendidikan dalam penelitian ini adalah lamanya pendidikan formal yang diterima oleh peternak sampel. Tingkat pendidikan tersebut diduga memiliki hubungan dengan pertambahan jumlah ternak dalam pelaksanaan program pengembangan kawasan integrasi domba dengan perkebunan. Untuk melihat hubungan antara tingkat pendidikan dengan jumlah ternak maka di uji dengan Korelasi Rank Spearman. Berdasarkan hasil analisis statistika diperoleh bahwa nilai r s = -0.25 sedang nilai T hit = -0.73 lebih kecil dari nilai T tabel ½α = 0.05 yaitu = 0.564 H o diterima, H 1 ditolak, artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara Tingkat pendidikan dengan jumlah ternak dalam pelaksanaan program pengembangan kawasan integrasi domba dengan perkebunan di lokasi penelitian. Tingkat pendidikan tidak berpengaruh karena dalam mengelola ternak domba hanya di butuhkan keuletan dari peternak dalam mengelola ternak. c. Hubungan Antara Lama Berternak Peternak Dengan Jumlah Ternak Dalam Pelaksanaan Program Pengembangan Kawasan Integrasi Domba Dengan Perkebunan Lamanya berternak yang dimaksud dalam penelitian ini adalah lamanya berternak yang dilakukan oleh peternak sampel yang akan menambah pengalaman berternak. Lama berternak tersebut diduga memiliki hubungan dengan pertambahan jumlah ternak dalam pelaksanaan program pengembangan kawasan integrasi domba dengan perkebunan. Untuk melihat hubungan antara lama berternak dengan jumlah ternak maka di uji dengan Korelasi Rank Spearman. Berdasarkan hasil analisis statistika Universitas Sumatera Utara diperoleh bahwa nilai r s = 0.4 sedang nilai T hit = 1.23 lebih besar dari nilai T tabel ½α = 0.05 yaitu = 0.564 H o ditolak, H 1 diterima, artinya ada hubungan yang signifikan antara lama berternak dengan jumlah ternak dalam pelaksanaan program pengembangan kawasan integrasi domba dengan perkebunan di lokasi penelitian. Lama beternak tentunya berpengaruh karena semakin banyak pengalaman peternak dalam mengelola ternak domba bisa jadi pedoman peternak dalam mengelola usaha ternak dombanya. d. Hubungan Antara Tingkat Kosmopolitan Peternak Dengan Jumlah Ternak Dalam Pelaksanaan Program Pengembangan Kawasan Integrasi Domba Dengan Perkebunan Tingkat kosmopolitan dalam penelitian adalah seringnya peternak berhubugan dengan orang luar yang lebih luas tentunya dengan dukungan oleh fasilitas transportasi dan komunikasi dengan masyarakat yang lebih luas. Tingkat kosmopolitan tersebut diduga memilki hubungan dengan pertambahan jumlah ternak dalam pelaksanaan program pengembangan kawasan integrasi domba dengan perkebunan. Untuk melihat hubungan antara Tingkat kosmopolitan dengan jumlah ternak maka di uji dengan Korelasi Rank Spearman. Berdasarkan hasil analisis statistika diperoleh bahwa nilai r s = 0.04 sedang nilai T hit = 0.28 lebih kecil dari nilai T tabel ½α = 0.05 yaitu = 0.564 H o diterima, H 1 ditolak,artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara Tingkat kosmopolitan dengan jumlah ternak dalam pelaksanaan program pengembangan kawasan integrasi domba dengan perkebunan di lokasi penelitian. Tingkat ksmopolitan tidak berpengaruh karena semakin tinggi tingkat kosmopolitan peternak maka perhatian peternak juga semakin terbatas bagi ternaknya. Semakin tinggi tingkat kosmopolitan seorang Universitas Sumatera Utara peternak, peternak cenderung semakin sibuk atau peternak punya jadwal yang lebih banyak di luar rumah. e. Hubungan Antara Jumlah Tanggungan Keluarga Peternak Dengan Jumlah Ternak Dalam Pelaksanaan Program Pengembangan Kawasan Integrasi Domba Dengan Perkebunan Jumlah tanggungan keluarga dalam penelitian ini adalah banyaknya anggota keluarga yang menjadi beban tanggung jawab peternak sampel, terutama dalam hal pemenuhan hidup. Jumlah tanggungan keluarga tersebut diduga memilki hubungan dengan pertambahan jumlah ternak dalam pelaksanaan program pengembangan kawasan integrasi domba dengan perkebunan. Untuk melihat hubungan antara Jumlah tanggungan keluarga dengan jumlah ternak maka di uji dengan Korelasi Rank Spearman. Berdasarkan hasil analisis statistika diperoleh bahwa nilai r s = -0.24 sedang nilai T hit = -0.69 lebih kecil dari nilai T tabel ½α = 0.05 yaitu = 0.564 H o diterima, H 1 ditolak,artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara Jumlah tanggungan keluarga dengan jumlah ternak dalam pelaksanaan program pengembangan kawasan integrasi domba dengan perkebunan di lokasi penelitian. Hal ini terjadi karena jumlah tanggungan keluarga yang ada tidak semua ikut berpartisipasi dalam pengembangan usaha ternak domba tersebut.

5.4 Keberhasilan Program Pengembangan Kawasan Domba Dengan Perkebunan Dilokasi Penelitian