Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Suami tentang Perawatan Kehamilan dengan Partisipasi Suami dalam Perawatan Kehamilan di Klinik Bersalin Mariani Medan
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN SUAMI
TENTANG PERAWATAN KEHAMILAN DENGAN
PARTISIPASI SUAMI DALAM PERAWATAN KEHAMILAN
DI KLINIK BERSALIN MARIANI MEDAN
SKRIPSI
olehMurni Sari Dewi Simanullang 061101076
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(2)
Judul : Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Suami tentang Perawatan Kehamilan dengan Partisipasi Suami dalam Perawatan Kehamilan di Klinik Bersalin Mariani Medan Nama Mahasiswa : Murni Sari Dewi Simanullang
NIM : 061101076
Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Tahun : 2010
==========================================================
ABSTRAK
Partisipasi yang diberikan suami dalam perawatan kehamilan akan mendukung kehamilan dan persalinan yang aman. Namun pada umumnya keterlibatan suami dalam perawatan kehamilan masih rendah. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yang salah satunya adalah tingkat pengetahuan suami itu sendiri tentang perawatan kehamilan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara tingkat pengetahuan suami tentang perawatan kehamilan dengan partisipasi suami dalam perawatan kehamilan di Klinik Bersalin Mariani Medan dengan menggunakan metode pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah suami yang mengantarkan istrinya periksa hamil ke Klinik Bersalin Mariani Medan. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik convenience sampling dengan jumlah sampel 40 orang. Untuk mengidentifikasi hubungan antara tingkat pengetahuan suami tentang perawatan kehamilan dengan partisipasi suami dalam perawatan kehamilan, digunakan uji spearman. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara tingkat pengetahuan suami tentang perawatan kehamilan dengan partisipasi suami dalam perawatan kehamilan di Klinik Bersalin Mariani Medan dengan kekuatan korelasi (r) = 0,418 dan tingkat signifikansi (p) = 0,007 yang menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang bermakna antara tingkat pengetahuan suami tentang perawatan kehamilan dengan partisipasi suami dalam perawatan kehamilan (p value < 0,05). Oleh karena itu perlu direkomendasikan untuk mempertahankan dan meningkatkan pengetahuan suami tentang perawatan kehamilan sehingga dapat meningkatkan partisipasi suami dalam perawatan kehamilan istrinya sebagai orang yang terdekat.
Kata kunci : tingkat pengetahuan, partisipasi suami dalam perawatan kehamilan
(3)
PRAKATA
Segala puji dan syukur kepada Allah Bapa atas segala berkat dan kasih karuniaNya sehingga saya dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Suami tentang Perawatan Kehamilan dengan Partisipasi Suami dalam Perawatan Kehamilan di Klinik Bersalin Mariani Medan”.
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan, dan dukungan dalam proses penyelesaian Skripsi ini, sebagai berikut :
1. Dekan Fakultas Keperawatan, dr. Dedi Ardinata, MKes, Ibu Erniyati, SKp, MNS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan, Ibu Evi Karota Bukit, SKp, MNS selaku Pembantu Dekan II Fakultas Keperawatan, dan Bapak Ikhsanuddin Ahmad Harahap, SKp, MNS selaku Pembantu Dekan III Fakultas Keperawatan.
2. Ibu Nur Afi Darti, SKp, MKep selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu dan memberikan saran serta kritik yang bermanfaat bagi skripsi ini, kepada Ibu Siti Saidah Nasution, SKp, MKep, Sp.Mat dan Ibu Nur Asiah, SKep, Ns selaku dosen penguji I dan II yang telah memberikan masukan yang berharga dalam penyusunan proposal penelitian dan sekaligus sebagai dosen penguji dalam sidang skripsi ini. 3. Bapak Ismayadi, SKep, Ns selaku dosen pembimbing akademik dan
(4)
USU yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat serta bantuan administrasi sebagai bekal dalam penyusunan skripsi ini.
4. Ibu Hj. Mariani, AM.Keb yang telah memberikan izin dan dukungan untuk melakukan penelitian ini, kepada seluruh perawat di Klinik Bersalin Mariani yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian serta kepada seluruh responden yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini. 5. Keluarga yang sangat saya cintai, Ayahanda Drs. S. Simanullang dan
Ibunda E. Harianja serta saudara-saudaraku (K’Yuni, B’Kalpin, K’Ika, B’Raja dan B’Nick) yang tidak pernah menyerah untuk memberikan semangat serta dukungan doa, daya, dan dana selama proses penyusunan skripsi ini.
6. Semua teman-teman FKep USU stambuk 2006 tanpa terkecuali, terimakasih buat dorongan semangat yang telah diberikan. Juga kepada semua kakak senior dan adik-adik junior di FKep USU, terimakasih buat perhatian yang diberikan.
7. Teman-teman Kelompok Kecil “Cremadonia” (K’Mega, K’Martha, Henokh, Mei, Yohana, dan Yunita) dan juga adik-adik KK ku yang aku sayangi (Sannesy, Siska, Riska, Erica, dan Novia), aku sangat bersyukur kepada Tuhan telah mempertemukanku dengan kalian. Terimakasih buat semua doa dan dukungan semangat yang kalian berikan untukku.
8. Buat teman-teman satu kost (K’Ulil, K’Rintul, K’Iyen, dan Lencong), terimakasih telah menjadi keluargaku di Medan ini. Terimakasih buat semua perhatian, kasih sayang, doa, dan semangat yang sudah kalian
(5)
berikan untukku. Juga kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu terimakasih atas dukungan yang telah diberikan. 9. Terimakasih buat seseorang yang aku sayangi, yang telah mengisi hatiku
dengan cintanya dan selalu memberikanku semangat untuk tetap berjuang dalam pengerjaan skripsi ini.
Biarlah Allah Bapa yang akan mencurahkan berkatNya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan informasi yang berharga bagi lingkup keperawatan.
Medan, Juni 2010
(6)
DAFTAR ISI
Lembar Persetujuan ... i
Abstrak ... ii
Prakata ... iii
Daftar Isi ... vi
Daftar Skema ... viii
Daftar Tabel ... ix
Bab 1. Pendahuluan 1. Latar Belakang ... 1
2. Pertanyaan Penelitian ... 3
3. Tujuan Penelitian ... 3
4. Manfaat Penelitian ... 4
Bab 2. Tinjauan Pustaka 1. Pengetahuan ... 6
1.1 Pengertian Pengetahuan ... 6
1.2 Tingkatan Pengetahuan ... 6
1.3 Sumber-Sumber Pengetahuan ... 8
1.4 Pengukuran Pengetahuan ... 10
1.5 Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 10
2. Konsep Perawatan Kehamilan ... 12
2.1 Pengertian ... 12
2.2 Tujuan Perawatan Kehamilan ... 12
2.3 Perawatan Kehamilan ... 13
3. Partisipasi Suami dalam Perawatan Kehamilan ... 20
Bab 3. Kerangka Penelitian 1. Kerangka Konseptual Penelitian ... 23
2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 25
3. Hipotesa Penelitian ... 27
Bab 4. Metodologi Penelitian 1. Desain Penelitian ... 28
2. Populasi dan Sampel ... 28
3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29
4. Pertimbangan Etik ... 30
5. Pengumpulan Data ... 30
6. Instrumen Penelitian ... 31
7. Analisa Data ... 33
Bab 5. Hasil dan Pembahasan 1.Hasil Penelitian ... 35
(7)
1.2Tingkat Pengetahuan Suami tentang Perawatan Kehamilan ... 37
1.3Partisipasi Suami dalam Perawatan Kehamilan ... 37
1.4Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Suami tentang Perawatan Kehamilan dengan Partisipasi Suami dalam Perawatan Kehamilan ... 38
2. Pembahasan ... 39
2.1Tingkat Pengetahuan Suami tentang Perawatan Kehamilan ... 39
2.2Partisipasi Suami dalam Perawatan Kehamilan ... 40
2.3Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Suami tentang Perawatan Kehamilan dengan Partisipasi Suami dalam Perawatan Kehamilan ... 44
Bab 6. Kesimpulan dan Rekomendasi 1. Kesimpulan ... 46
2. Rekomendasi ... 47
2.1Bagi Peneliti Selanjutnya ... 47
2.2Bagi Praktik Keperawatan ... 47
2.3Bagi Pendidikan Keperawatan ... 48
Daftar Pustaka ... 49
Lampiran ... 52 1. Lembar Persetujuan Menjadi Peserta Penelitian
2. Instrumen Penelitian 3. Hasil Analisa Data
4. Surat Izin Penelitian dari Fkep USU
5. Surat Izin Penelitian dari Klinik Bersalin Mariani Medan 6. Curiculum Vitae
(8)
DAFTAR SKEMA
1. Kerangka Konseptual Penelitian Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Suami tentang Perawatan Kehamilan dengan Partisipasi Suami dalam Perawatan Kehamilan
(9)
DAFTAR TABEL
1. Defenisi Operasional Kerangka Penelitian
2. Panduan Interpretasi Hasil Uji Hipotesis berdasarkan Kekuatan Korelasi, Nilai p, dan Arah Korelasi
3. Distribusi Frekuensi dan Persentase berdasarkan Karakteristik Responden (N=40)
4. Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Pengetahuan Suami tentang Perawatan Kehamilan (N=40)
5. Distribusi Frekuensi dan Persentase Partisipasi Suami dalam Perawatan Kehamilan (N=40)
6. Hasil Analisa Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Suami tentang Perawatan Kehamilan dengan Partisipasi Suami dalam Perawatan Kehamilan (N=40)
(10)
Judul : Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Suami tentang Perawatan Kehamilan dengan Partisipasi Suami dalam Perawatan Kehamilan di Klinik Bersalin Mariani Medan Nama Mahasiswa : Murni Sari Dewi Simanullang
NIM : 061101076
Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Tahun : 2010
==========================================================
ABSTRAK
Partisipasi yang diberikan suami dalam perawatan kehamilan akan mendukung kehamilan dan persalinan yang aman. Namun pada umumnya keterlibatan suami dalam perawatan kehamilan masih rendah. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yang salah satunya adalah tingkat pengetahuan suami itu sendiri tentang perawatan kehamilan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara tingkat pengetahuan suami tentang perawatan kehamilan dengan partisipasi suami dalam perawatan kehamilan di Klinik Bersalin Mariani Medan dengan menggunakan metode pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah suami yang mengantarkan istrinya periksa hamil ke Klinik Bersalin Mariani Medan. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik convenience sampling dengan jumlah sampel 40 orang. Untuk mengidentifikasi hubungan antara tingkat pengetahuan suami tentang perawatan kehamilan dengan partisipasi suami dalam perawatan kehamilan, digunakan uji spearman. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara tingkat pengetahuan suami tentang perawatan kehamilan dengan partisipasi suami dalam perawatan kehamilan di Klinik Bersalin Mariani Medan dengan kekuatan korelasi (r) = 0,418 dan tingkat signifikansi (p) = 0,007 yang menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang bermakna antara tingkat pengetahuan suami tentang perawatan kehamilan dengan partisipasi suami dalam perawatan kehamilan (p value < 0,05). Oleh karena itu perlu direkomendasikan untuk mempertahankan dan meningkatkan pengetahuan suami tentang perawatan kehamilan sehingga dapat meningkatkan partisipasi suami dalam perawatan kehamilan istrinya sebagai orang yang terdekat.
Kata kunci : tingkat pengetahuan, partisipasi suami dalam perawatan kehamilan
(11)
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang
Kematian ibu menurut WHO adalah kematian yang terjadi saat hamil, bersalin, atau dalam 42 hari pasca persalinan dengan penyebab yang berhubungan langsung atau tidak langsung terhadap kehamilan. Organisasi kesehatan dunia (WHO) memperkirakan, di seluruh dunia lebih dari 585 ribu ibu meninggal tiap tahun saat hamil atau bersalin. Artinya, setiap menit ada satu perempuan yang meninggal (BKKBN, 2009). Sedangkan angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih tinggi di kawasan ASEAN, walaupun sudah terjadi penurunan dari 307 per 100 ribu kelahiran hidup (SDKI 2002-2003) menjadi 248 per 100 ribu kelahiran hidup pada tahun 2007 (Depkes RI, 2007).
Upaya pemerintah dalam rangka menurunkan AKI di Indonesia pada tahun 2000 dengan merancangkan Making Pregnancy Safer (MPS) yang merupakan strategi sektor kesehatan secara terfokus pada pendekatan dan perencanaan yang sistematis dan terpadu. Salah satu strategi MPS adalah mendorong pemberdayaan perempuan dan keluarga. Output yang diharapkan dari strategi tersebut adalah menetapkan keterlibatan suami dalam mempromosikan kesehatan ibu dan meningkatkan peran aktif keluarga dalam kehamilan dan persalinan (Depkes RI, 2001).
Peran suami dalam upaya meningkatkan kesehatan ibu selama hamil seperti mendukung istri agar mendapatkan pelayanan antenatal yang baik, menganjurkan ataupun memilihkan tempat pelayanan serta bidan atau dokter sekaligus mengantarkan istrinya ketika berkonsultasi. Ketika suami mengantarkan
(12)
istrinya untuk pemeriksaan dan konsultasi, suami dapat belajar untuk mengenal tanda-tanda komplikasi kehamilan sehingga ketika kondisi istri membutuhkan pertolongan kesehatan, suami dapat ikut berperan. Suami merupakan pemegang keputusan utama dalam keluarga yang memiliki peranan besar dalam penentuan perencanaan kesehatan istrinya agar tidak mengalami keterlambatan dalam mencari pertolongan, keterlambatan mendapatkan pelayanan pada fasilitas kesehatan, dan terlambat mendapatkan pertolongan yang memadai pada fasilitas kesehatan (BKKBN, 2008).
Ketidaktahuan suami dalam mengenal komplikasi, keterlambatan mengenal bahaya di rumah, keterlambatan fasilitas pelayanan kesehatan cukup berakibat fatal. Pada umumnya suami tidak mengetahui adanya tanda bahaya di rumah, walaupun suami atau anggota keluarga mengetahui adanya keluhan yang dirasakan oleh ibu hamil. Selama ANC suaminya tidak mengetahui jadwal ANC, sehingga suami terkadang mengantar istrinya periksa hamil jika kebetulan ia berada di rumah. Disamping itu suaminya tidak pernah bertanya atau mencari informasi kepada bidan, teman atau orangtua perihal kehamilan istrinya. Suami juga tidak mengetahui tanda bahaya yang terjadi di rumah dan kondisi ibu hamil serta risiko yang dapat muncul secara tiba-tiba, sebagai akibat dari faktor usia, jarak kehamilan, jumlah anak dan beban kerja (BKKBN, 2008).
Keikutsertaan pria secara aktif dalam masa kehamilan, menurut sebuah penelitian yang dimuat dalam artikel berjudul “What Your Partner Might Need From You During Pregnancy” terbitan Allina Hospitals & Clinics (tahun 2001), Amerika Serikat, keberhasilan istri dalam mencukupi kebutuhan ASI untuk si bayi
(13)
kelak sangat ditentukan oleh seberapa besar peran dan keterlibatan suami dalam masa-masa kehamilan istrinya (Bayikita, 2008).
Hasil survei awal yang dilakukan oleh peneliti di Klinik Bersalin Mariani Medan didapati bahwa banyak ibu hamil yang datang tanpa ditemani oleh suaminya. Peneliti juga melihat kurangnya keterlibatan suami selama masa kehamilan istrinya baik di lingkungan keluarga maupun di lingkungan sekitar peneliti sendiri.
Berdasarkan fenomena di atas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang hubungan antara tingkat pengetahuan suami tentang perawatan kehamilan dengan partisipasi suami dalam perawatan kehamilan di Klinik Bersalin Mariani Medan.
2. Pertanyaan Penelitian
Apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan suami tentang perawatan kehamilan dengan partisipasi suami dalam perawatan kehamilan?
3. Tujuan Penelitian
3.1Tujuan Umum
Mengidentifikasi hubungan antara tingkat pengetahuan suami tentang perawatan kehamilan dengan partisipasi suami dalam perawatan kehamilan di Klinik Bersalin Mariani Medan.
3.2Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan suami tentang perawatan kehamilan di Klinik Bersalin Mariani Medan.
(14)
b. Mengidentifikasi partisipasi suami dalam perawatan kehamilan di Klinik Bersalin Mariani Medan.
c. Mengidentifikasi hubungan antara tingkat pengetahuan suami tentang perawatan kehamilan dengan partisipasi suami dalam perawatan kehamilan di Klinik Bersalin Mariani Medan.
4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai data dasar atau informasi awal untuk penelitian keperawatan selanjutnya, terutama yang berhubungan dengan permasalahan perawatan kehamilan.
2. Bagi Praktik Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber pengetahuan dan strategi bagi perawat dalam perbaikan mutu pelayanan kesehatan khususnya pada pemeriksaan dan pemantauan antenatal dalam hal partisipasi suami dalam perawatan kehamilan.
3. Bagi Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada tenaga pendidik dan mahasiswa keperawatan mengenai pentingnya partisipasi suami dalam perawatan kehamilan untuk membantu menurunkan angka kematian ibu.
(15)
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengetahuan
1.1Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang (Notoatmodjo 2003). Menurut Taufik (2007), pengetahuan merupakan penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan lain sebagainya).
1.2Tingkatan Pengetahuan
Ada 6 (enam) tingkatan pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif, yaitu:
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari keseluruhan bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat
(16)
pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
(17)
Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2003).
1.3Sumber-Sumber Pengetahuan
Sumber pertama yaitu kepercayaan berdasarkan tradisi, adat dan agama, adalah berupa nilai-nilai warisan nenek moyang. Sumber ini biasanya berbentuk norma-norma dan kaidah-kaidah baku yang berlaku di dalam kehidupan sehari-hari. Di dalam norma dan kaidah itu terkandung pengetahuan yang kebenarannya boleh jadi tidak dapat dibuktikan secara rasional dan empiris, tetapi sulit dikritik untuk diubah begitu saja. Jadi, harus diikuti dengan tanpa keraguan, dengan percaya secara bulat. Pengetahuan yang bersumber dari kepercayaan cenderung bersifat tetap (mapan) tetapi subjektif.
Sumber kedua yaitu pengetahuan yang berdasarkan pada otoritas kesaksian orang lain, juga masih diwarnai oleh kepercayaan. Pihak-pihak pemegang otoritas kebenaran pengetahuan yang dapat dipercayai adalah orangtua, guru, ulama, orang yang dituakan, dan sebagainya. Apa pun yang mereka katakan
(18)
benar atau salah, baik atau buruk, dan indah atau jelek, pada umumnya diikuti dan dijalankan dengan patuh tanpa kritik. Karena, kebanyakan orang telah mempercayai mereka sebagai orang-orang yang cukup berpengalaman dan berpengetahuan lebih luas dan benar. Boleh jadi sumber pengetahuan ini mengandung kebenaran, tetapi persoalannya terletak pada sejauh mana orang-orang itu bisa dipercaya. Lebih dari itu, sejauh mana kesaksian pengetahuannya itu merupakan hasil pemikiran dan pengalaman yang telah teruji kebenarannya. Jika kesaksiannya adalah kebohongan, hal ini akan membahayakan kehidupan manusia dan masyarakat itu sendiri.
Sumber ketiga yaitu pengalaman indriawi. Bagi manusia, pengalaman indriawi adalah alat vital penyelenggaraan kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan mata, telinga, hidung, lidah, dan kulit, orang bisa menyaksikan secara langsung dan bisa pula melakukan kegiatan hidup.
Sumber keempat yaitu akal pikiran. Berbeda dengan panca indera, akal pikiran memiliki sifat lebih rohani. Karena itu, lingkup kemampuannya melebihi panca indera, yang menembus batas-batas fisis sampai pada hal-hal yang bersifat metafisis. Kalau panca indera hanya mampu menangkap hal-hal yang fisis menurut sisi tertentu, yang satu persatu, dan yang berubah-ubah, maka akal pikiran mampu menangkap hal-hal yang metafisis, spiritual, abstrak, universal, yang seragam dan yang bersifat tetap, tetapi tidak berubah-ubah. Oleh sebab itu, akal pikiran senantiasa bersikap meragukan kebenaran pengetahuan indriawi sebagai pengetahuan semu dan menyesatkan. Singkatnya, akal pikiran cenderung
(19)
memberikan pengetahuan yang lebih umum, objektif dan pasti, serta yang bersifat tetap, tidak berubah-ubah.
Sumber kelima yaitu intuisi. Sumber ini berupa gerak hati yang paling dalam. Jadi, sangat bersifat spiritual, melampaui ambang batas ketinggian akal pikiran dan kedalaman pengalaman. Pengetahuan yang bersumber dari intuisi merupakan pengalaman batin yang bersifat langsung. Artinya, tanpa melalui sentuhan indera maupun olahan akal pikiran. Ketika dengan serta-merta seseorang memutuskan untuk berbuat atau tidak berbuat dengan tanpa alasan yang jelas, maka ia berada di dalam pengetahuan yang intuitif. Dengan demikian, pengetahuan intuitif ini kebenarannya tidak dapat diuji baik menurut ukuran pengalaman indriawi maupun akal pikiran. Karena itu tidak bisa berlaku umum, hanya berlaku secara personal belaka (Suhartono, 2008).
1.4Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).
1.5Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, antara lain :
(20)
1. Pendidikan
Tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang makin semakin baik pula pengetahuanya (Wied Hary A, 1996 dalam Hendra AW, 2008).
2. Pengalaman
Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu (Notoadmojo, 1997).
3. Usia
Makin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun (Singgih, 1998 dalam Hendra AW, 2008). Selain itu Abu Ahmadi, 2001 dalam Hendra AW, 2008 juga mengemukakan bahwa memang daya ingat seseorang itu salah satunya dipengaruhi oleh umur. Dari uraian ini maka dapat kita simpulkan bahwa bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur tertentu atau
(21)
menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang.
4. Informasi
Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya TV, radio atau surat kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang (Wied Hary A, 1996 dalam Hendra AW, 2008).
2. Konsep Perawatan Kehamilan 2.1Pengertian
Perawatan kehamilan atau yang sering disebut dengan istilah antenatal care (ANC) adalah perawatan yang ditujukan kepada ibu hamil, yang bukan saja bila ibu sakit dan memerlukan perawatan, tetapi juga pengawasan dan penjagaan wanita hamil agar tidak terjadi kelainan sehingga mendapatkan ibu dan anak yang sehat (Mochtar, 1998).
2.2Tujuan Perawatan Kehamilan
Periode prenatal adalah periode persiapan, baik secara fisik, yakni pertumbuhan janin dan adaptasi maternal maupun secara psikologis, yakni antisipasi menjadi orangtua. Kunjungan prenatal regular dimulai segera setelah ibu pertama kali terlambat menstruasi, yang bertujuan untuk mengikuti pertumbuhan dan perkembangan janin dan untuk mengidentifikasi kelainan yang
(22)
dapat menganggu proses persalinan normal (Bobak, 2005). Dengan kata lain perawatan selama kehamilan bertujuan untuk mendapatkan kondisi kesehatan yang maksimal baik bagi ibu dan janin (Reeder, 1997).
Tujuan prenatal ini dipenuhi oleh tindakan sebagai berikut menentukan bahwa ibu tersebut benar-benar hamil, mengevaluasi dan menangani keadaan medis lain yang mungkin ada, mendiagnosa dan mengobati penyulit kehamilan, memberikan dukungan akan kebutuhan psikologis pada ibu untuk menurunkan stress yang berhubungan dengan penyulit, menjelaskan diet nutrisi, menyiapkan ibu untuk persalinan dan perawatan anak dengan pendidikan dan bantuan, menjelaskan dan memberikan perawatan post partum dan supervisi medis bagi neonates (Hamilton, 1995).
2.3Perawatan Kehamilan
Kunjungan prenatal dijadwalkan sekali sebulan selama tujuh bulan, sekali dua minggu pada bulan kedelapan, dan sekali seminggu pada bulan terakhir pada kehamilan yang normal (Burroughs, 2001). Menjaga dan meningkatkan kesehatan ibu dan janin selama kehamilan adalah merupakan aspek yang yang penting. Untuk mewujudkan hal ini dapat dilakukan perawatan mandiri seperti berikut :
1. Perawatan payudara
Payudara merupakan sumber air susu ibu yang akan menjadi makanan utama bagi bayi, karena itu jauh sebelumnya sudah harus dirawat. Perawatan ini mulai dilakukan setelah kehamilan memasuki trimester tiga yaitu pada usia
(23)
kehamilan tujuh bulan ke atas. Perawatan payudara pada masa kehamilan tidak diperkenankan sebagai upaya memperlancar pengeluaran ASI, tetapi bertujuan untuk menjaga kebersihan payudara, memperbaiki kondisi putting susu yang mengalami kelainan bentuk dan menstimulasi produksi ASI. Berat payudara akan bertambah selama hamil, karena itu ibu disarankan untuk memakai bra yang sesuai dengan pembesaran payudara yang sifatnya menyokong payudara dari bawah dan bukan menekan dari depan. Ketika mandi, daerah puting payudara tidak boleh disabuni karena dapat membuang lemak atau minyak alami yang diproduksi kelenjar Montgomery dan akan membuat puting payudara menjadi kering (Burroughs, 2001).
Ibu hamil juga harus diberitahu bahwa pada trimester akhir payudara akan mengeluarkan cairan berwarna kekuningan yang dinamakan kolostrum. Untuk mencegah penyumbatan, kolostrum harus dikeluarkan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara masase pada dua bulan terakhir (Mochtar, 1998).
2. Perawatan gigi
Perawatan gigi selama masa hamil merupakan hal yang sangat penting. Rasa mual dapat mengakibatkan perburukan higiene mulut dan karies gigi dapat timbul. Tidak ada perubahan fisiologis selama masa hamil yang dapat menimbulkan karies gigi karena kalsium dan fosfor di dalam gigi menetap di email. Karena itu pepatah kuno yang mengatakan “setiap anak mendapat satu gigi” adalah tidak benar (Bobak, 2005). Pentingnya kesehatan gigi sebagai bagian dari kesehatan tubuh secara umum harus ditegaskan, dan wanita hamil dianjurkan untuk memeriksakan gigi pada awal kehamilannya. Ia harus memberitahukan
(24)
kepada dokter gigi mengenai kehamilannya sehingga tindakan yang diperlukan dapat diatur, termasuk pemakaian obat-obatan selama kehamilan (Farrer, 1999). Membersihkan gigi dengan sikat gigi yang lembut sedikitnya dua kali sehari secara teratur sangat penting dilakukan untuk menjaga kesehatan gigi dan mengurangi perdarahan pada gusi (Browne, 1970).
3. Nutrisi
Wanita hamil harus mendapat perhatian dalam susunan dietnya, karena bila nutrisi yang diperoleh tidak mencukupi terutama pada tiga bulan terakhir dapat membahayakan ibu dan janin (Browne, 1970). Status nutrisi dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti kurang pendidikan, kemiskinan, lingkungan yang buruk, kebiasaan makan dan kondisi kesehatan yang buruk. Ibu harus memenuhi panduan makanan yang mengandung zat-zat gizi dalam jenis dan jumlah yang seimbang, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, kalsium, fosfor, zat besi dan air. Salah satu cara untuk mengetahui status gizi ibu adalah dengan peningkatan berat badan 9-13 kg (Hamilton, 1995).
4. Aktivitas fisik dan latihan
Wanita yang biasanya tidak berolahraga harus memulai kegiatan fisik yang intensitasnya rendah dan meningkatkan aktivitas secara bertahap. Aktivitas yang dilakukan terus-menerus sampai ibu hamil menjadi terlalu lelah atau letih membuat perfusi darah ke rahim berkurang dan pemberian oksigen ke fetoplasental juga menurun. Dengan bertambahnya usia kehamilan, titik berat ibu hamil akan berubah, dukungan tulang panggul melemah, koordinasi biasanya menurun, dan ia akan merasa tidak nyaman. Kelelahan pada jaringan
(25)
penyammbung meningkatkan risiko cedera pada sendi. Rasa tidak nyaman dapat menyebabkan ibu hamil kehilangan keseimbangan dan jatuh, sehingga melukai dirinya sendiri (Fishbein dan Phillips, 1990).
5. Aktivitas seksual
Pada kehamilan yang sehat tidak ada alasan yang kuat untuk membatasi aktivitas seksual kecuali bila ada sejarah sering abortus, perdarahan pervaginam, atau ketuban pecah dini. Pada minggu terakhir kehamilan, koitus harus dilakukan dengan berhati-hati (Mochtar, 1998).
6. Istirahat dan tidur
Disamping latihan, istirahat juga diperlukan oleh ibu hamil khususnya selama trimester kedua dari kehamilannya selama dua atau tiga jam setiap sore di tempat tidur dan ruangan yang tenang. Kaki sebaiknya dinaikkan sejajar dengan tubuh dan semua pakaian yang terlalu ketat dilonggarkan. Memasuki akhir bulan kehamilan, periode istirahat akan menjadi lebih banyak (Browne, 1970). Tidur siang adalah menguntungkan dan baik bagi kesehatan ibu. Tempat hiburan yang terlalu ramai, sesak dan panas lebih baik dihindari karena dapat menyebabkan ibu jatuh pingsan (Mochtar, 1998).
7. Berpakaian
Pakaian yang digunakan ibu hamil harus nyaman tanpa sabuk atau pita yang menekan di bagian perut atau pergelangan tangan. Pakaian juga tidak boleh terlalu ketat di bagian leher. Desain bra harus disesuaikan agar dapat menyangga payudara yang tumbuh menjadi besar pada kehamilan dan memudahkan ibu ketika akan menyusui bayinya. Bra yang digunakan harus mempunyai tali yang
(26)
lebar sehingga tidak terasa sakit pada bahu. Kaos kaki yang sering dikenakan oleh sebagian wanita tidak dianjurkan karena dapat menghambat sirkulasi darah. Sepatu harus terasa pas, enak dan aman. Sepatu bertumit tinggi dan berujung lancip tidak baik bagi kaki, khususnya pada saat kehamilan ketika stabilitas tubuh terganggu dan edema kaki sering terjadi. Sepatu yang alasnya licin atau berpaku juga bukan sepatu yang aman bagi wanita hamil (Farrer, 1999).
8. Pekerjaan
Kapan seorang wanita yang hamil harus berhenti bekerja di luar rumah sangat tergantung pada jenis pekerjaannya, bahaya apa yang mengancam dalam lingkungan pekerjaannya, dan seberapa besar energi fisik serta mental yang diperlukan dalam melaksanakan pekerjaan itu. Jika pekerjaannya tidak terlalu banyak menyita energi dan juga tidak banyak mempengaruhi kehamilan, dapat dianjurkan kepada wanita tersebut untuk terus bekerja selama ia menyukai pekerjaannya. Kepada wanita yang hamil biasanya diberitahukan bahwa cuti sebulan penuh sebelum melahirkan bayinya akan bermanfaat bagi ibu dan bayi (Farrer, 1999).
9. Bepergian dan perjalanan
Wanita hamil harus berhati-hati dalam membuat rencana perjalanan yang cenderung lama atau melelahkan. Duduk diam untuk waktu yang lama dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan mengakibatkan gangguan sirkulasi serta edema tungkai. Bepergian juga dapat menimbulkan masalah lain. Biasanya perjalanan jauhakan meletihkan, dan asupan makanan serta minuman cenderung berbeda dengan yang biasa dialami. Konstipasi atau diare sering terjadi dalam
(27)
perjalanan, dan juga dengan berada di tempat lain terdapat ketidakpastian dalam memperoleh pelayanan medis yang memuaskan. Sabuk pengaman pada kendaraan harus dikenakan tanpa menekan bagian perut yang menonjol (Farrer, 1999).
10.Konsumsi alkohol dan rokok
Sampai saat ini belum ada standar penggunaan alkohol yang aman untuk ibu hamil. Walaupun minum alkohol sesekali tidak berbahaya, baik bagi ibu maupun perkembangan janinnya, sangat dianjurkan untuk tidak minum alkohol sama sekali (Cook, dkk, 1990 dalam Bobak, 2005). Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat menimbulkan malformasi janin, retardasi pertumbuhan janin dan kemudian retardasi mental. Ibu hamil harus berhenti merokok segera setelah diagnosis kehamilannya ditegakkan. Tindakan ini sangat penting terutama jika terdapat faktor risiko atau kalau kebiasaan merokok tersebut disertai dengan iritasi pernapasan yang kronis (Farrer, 1999). Merokok juga meningkatkan frekuensi persalinan prematur, ketuban pecah dini, abrupsio plasenta, plasenta previa dan kematian janin (McDonal, Armstrong, Sloan, 1992 dalam Bobak, 2005).
11.Obat-obatan
Wanita hamil sebaiknya tidak mengkonsumsi obat-obatan selama hamil kecuali bila dengan resep dokter. Hal ini penting untuk menjaga embrio atau fetus terhadap bahaya atau efek dari obat-obatan tersebut (Burroughs, 2001). Bahaya terbesar yang menyebabkan defek pada perkembangan janin akibat penggunaan obat-obatan dapat muncul sejak fertilisasi sampai sepanjang trimester pertama. Upaya mengobati diri sendiri sebaiknya tidak dilakukan. Semua obat termasuk
(28)
aspirin, harus dibatasi dan setiap obat ynag digunakan harus dicatat dengan teliti (Dicke, 1998 dalam Bobak, 2005).
12.Imunisasi dan vaksinasi
Kehamilan bukan saat untuk memulai program imunisasi terhadap berbagai penyakit yang dapat dicegah. Setiap bahan (atau setiap kontak dengan mikroorganisme) yang dapat menaikkan suhu tubuh dengan tajam harus dihindari. Vaksinasi rubella, tifoid dan influenza tidak diberikan selama kehamilan karena kemungkinan adanya akibat yang membahayakan janin. Perlindungan terhadap polio dapat diberikan jika wanita tersebut belum pernah divaksin. Vaksin tetanus harus diberikan pada wanita hamil untuk mencegah kemungkinan tetanus neonatorum (Farrer, 1999). Untuk memilih imunisasi apa yang aman selama kehamilan sebaiknya ibu berkonsultasi dengan petugas pelayanan kesehatan. Wanita hamil sebaiknya memberitahukan kepada petugas pelayanan kesehatan bahwa dia sedang hamil sebelum imunisasi ditetapkan (Burroughs, 2001).
13.Kesehatan jiwa
Ketenangan jiwa penting dalam menghadapi persalinan, karena itu dianjurkan bukan saja melakukan latihan-latihan fisik namun juga latihan kejiwaan untuk menghadapi persalinan. Walaupun perstiwa kehamilan dan persalinan adalah suatu hal yang fisiologis namun banyak ibu-ibu yang tidak tenang dan merasa khawatir. Untuk menghilangkan cemas harus ditanamkan kerjasama antara pasien dengan yang menolong persalinan (Mochtar, 1998).
(29)
14.Tanda bahaya
Wanita hamil harus mengetahui tentang tanda-tanda bahaya yang harus dilaporkan kepada perawat ataupun dokter seperti perdarahan pervaginam, nyeri abdominal, kekakuan otot, nyeri dada, nafas pendek dan lain-lain. Setiap ibu harus diberikan daftar informasi tertulis mengenai tanda-tanda bahaya yang mungkin terjadi dan dituliskan dengan bahasa yang dapat dibaca dan dimengerti oleh ibu (Burroughs, 2001).
3. Partisipasi Suami dalam Perawatan Kehamilan
Partisipasi suami saat kehamilan sangat penting untuk membantu ketenangan jiwa istrinya. Suami yang baik adalah suami yang memenuhi kebutuhan istrinya, membantu perawatannya, dan terlibat secara dekat dengan segala sesuatu yang terjadi pada istrinya. Seorang ayah seharusnya bekerja keras, bertanggung jawab dan meluangkan waktu untuk istri yang akan menciptakan kesenangan, kepuasan dan kebahagiaan yang tak terukur. Selama kehamilan maupun persalinan, istri biasanya menggantungkan semangatnya pada suami. Istri membutuhkan dukungan dari suaminya, dan jika dia tidak mendapatkan hal itu dia akan merasa hidup sendiri (Stoppard, 2002).
Menurut BKKBN (2001), partisipasi suami dalam perawatan kehamilan dapat ditunjukkan dengan cara :
a. Memberikan perhatian dan kasih sayang kepada istri
b. Mendorong dan mengantar istri untuk memeriksakan kehamilan ke fasilitas kesehatan minimal empat kali selama kehamilan
(30)
c. Memenuhi kebutuhan gizi bagi istrinya
d. Menentukan tempat persalinan (fasilitas kesehatan) bersama istri sesuai dengan kemampuan dan kondisi masing-masing daerah
e. Menyiapkan biaya persalinan
f. Melakukan rujukan ke fasilitas kesehatan sedini mungkin bila terjadi hal-hal yang membahayakan kesehatan selama kehamilan seperti perdarahan dan lain-lain.
Menurut Cholil et all, 1998 dalam Nurul, 2009 ada beberapa faktor yang mempengaruhi partisipasi suami dalam perlindungan kesehatan reproduksi istrinya, antara lain :
a. Budaya
Di berbagai wilayah di Indonesia terutama pada masyarakat yang masih tradisional menganggap istri adalah seorang wanita yang tidak sederajat dengan kaum pria dan hanya bertugas untuk melayani kebutuhan dan keinginan suami saja. Anggapan seperti ini mempengaruhi perlakuan suami terhadap kesehatan reproduksi istri, misalnya suami akan mendapat kualitas dan kuantitas makanan yang lebih baik dibanding istri maupun anaknya karena dia beranggapan bahwa suamilah yang bekerja mencari nafkah dan sebagai kepala rumah tangga sehingga asupan asupan gizi untuk istri kurang.
b. Pendapatan
Pada masyarakat kebanyakan, 75-100% dari penghasilannya digunakan untuk membiayai keperluan rumah tangga sehari-hari, bahkan banyak keluarga yang setiap bulan mempunyai penghasilan yang rendah sehingga pada akhirnya
(31)
ibu hamil tidak diperiksakan ke pelayanan kesehatan karena tidak mampu untuk membayar. Pemberdayaan suami perlu dikaitkan dengan pemberdayaan ekonomi keluarga sehingga suami tidak mempunyai alas an untuk tidak memperhatikan kesehatan istrinya karena permasalahan keuangan.
c. Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan akan mempengaruhi wawasan dan pengetahuan suami sebagai kepala rumah tangga. Semakin rendah pengetahuan suami maka akses terhadap informasi tentang kesehatan istrinya akan berkurang sehingga suami akan kesulitan untuk mengambil keputusan secara efektif. Padahal sebenarnya suami mempunyai peranan yang sangat penting terutama dalam pengambilan keputusan berkenaan dengan kesehatan reproduksi pasangannya. Menurut BKKBN (2001), peningkatan partisipasi suami dalam perawatan kehamilan adalah perlu karena :
1. Suami merupakan pasangan dalam proses reproduksi, sehingga beralasan bila suami istri berbagi tanggung jawab dan peranan secara seimbang untuk mencapai kesehatan reproduksi dan berbagi beban untuk mencegah penyakit serta komplikasi kesehatan reproduksi dan kehamilan
2. Suami bertanggung jawab secara sosial, moral dan ekonomi dalam membangun keluarga
3. Suami secara nyata terlibat dalam fertilitas dan mereka mempunyai peran yang penting dalam mengambil keputusan
4. Partisipasi dan tanggung jawab suami baik secara langsung maupun tidak langsung dalam perawatan kehamilan masih rendah.
(32)
BAB 3
KERANGKA PENELITIAN
1. Kerangka Konseptual Penelitian
Kerangka konsep penelitian adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan digunakan (Notoatmodjo, 2003). Kerangka konseptual ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara tingkat pengetahuan suami tentang perawatan kehamilan dengan partisipasi suami dalam perawatan kehamilan. Tingkat pengetahuan suami tentang perawatan kehamilan akan berpengaruh pada partisipasinya dalam perawatan kehamilan. Semakin baik pengetahuan suami maka akan semakin baik pula partisipasinya dalam perawatan kehamilan.
Di samping itu, ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang antara lain pendidikan, pengalaman, usia, dan informasi yang diperoleh. Sedangkan faktor budaya, pendapatan dan tingkat pendidikan akan mempengaruhi partisipasi seseorang.
(33)
Keterangan : : variabel yang diteliti : variabel yang tidak diteliti
Skema 1. Kerangka konseptual penelitian hubungan antara tingkat pengetahuan suami tentang perawatan kehamilan dengan partisipasi suami dalam perawatan kehamilan.
Tingkat pengetahuan suami tentang perawatan kehamilan :
• Baik • Cukup • Kurang
Partisipasi suami dalam perawatan kehamilan :
• Baik • Cukup • Kurang
Faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan :
1. Pendidikan 2. Pengalaman 3. Usia
4. Informasi
Faktor yang mempengaruhi partisipasi :
1. Budaya 2. Pendapatan
(34)
2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
2.1Variabel Penelitian
Variabel adalah ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh anggota kelompok lain (Notoatmodjo, 1993). Dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yang bila ia berubah akan mengakibatkan perubahan variabel yang lain. Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah tingkat pengetahuan suami tentang perawatan kehamilan. variabel terikat adalah variabel yang berubah akibat perubahan variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah partisipasi suami dalam perawatan kehamilan.
2.2Definisi Operasional
No Variabel Indikator Definisi Alat Ukur Skala Skor
1 Tingkat
pengetahuan suami tentang perawatan kehamilan Jumlah jawaban responden yang benar terhadap 29 pertanyaan mengenai perawatan kehamilan Segala sesuatu yang diketahui oleh suami tentang perawatan kehamilan, meliputi : periksa kehamilan, perawatan
payudara dan gigi, nutrisi untuk ibu hamil, aktivitas fisik dan seksual, istirahat dan tidur, berpakaian untuk ibu hamil,
Kuesioner Ordinal 0-10 kurang 11-20 cukup 21-29 baik
(35)
bepergian, melakukan perjalanan, konsumsi rokok, alkohol dan obat-obatan, imunisasi dan vaksinasi, kesehatan jiwa serta mengenal tanda bahaya kehamilan
2 Partisipasi suami dalam perawatan kehamilan Jumlah jawaban responden yang benar terhadap 19 pertanyaan mengenai perawatan kehamilan Keikutsertaan suami dalam perawatan kehamilan, meliputi : pemberian perhatian dan kasih sayang, memenuhi kebutuhan gizi, mendorong dan mengantar istri memeriksakan kehamilannya, melakukan rujukan ke fasilitas kesehatan, menyiapkan biaya dan tempat persalinan
Kuesioner Ordinal 19-37 kurang 38-56 cukup 57-76 baik
(36)
2.3 Hipotesa Penelitian
Hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara tingkat pengetahuan suami tentang perawatan kehamilan dengan partisipasi suami dalam perawatan kehamilan.
(37)
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
1. Desain penelitian
Desain penelitian merupakan macam atau jenis penelitian tertentu yang dipilih untuk dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan (Azwar, 1987). Pada penelitian ini menggunakan metode pendekatan cross sectional yaitu penelitian untuk mempelajari korelasi antara variabel sebab atau risiko dan variabel terikat atau akibat yang terjadi pada objek penelitian diukur dan dikumpulkan secara simultan, sesaat atau satu kali saja dalam satu kali waktu (dalam waktu yang bersamaan) dan tidak ada follow up.
2. Populasi dan sampel
2.1Populasi
Populasi dalam penelitian adalah adalah setiap subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2003). Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang memeriksakan diri di Klinik Bersalin Mariani Medan. Dari studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti diketahui bahwa selama setahun jumlah ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya di Klinik Bersalin Mariani Medan adalah sebanyak 188 orang.
(38)
2.2Sampel
Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 1993 dalam Setiadi, 2007). Jumlah sampel ditentukan dengan ketentuan bila jumlah populasi lebih dari 100 maka jumlah sampel yang diambil 10-15% atau 20-25% (Arikunto, 2002). Sampel pada penelitian ini ditentukan 20% yaitu 40 orang. Dalam penelitian ini pengambilan sampel dilakukan dengan convenience sampling yaitu mengambil sampel yang ada atau tersedia dan memenuhi kriteria sampel. Sampel yang diambil adalah yang memenuhi kriteria sebagai berikut :
• Suami yang mempunyai istri yang sedang hamil dan memeriksakan kehamilannya di Klinik Bersalin Mariani Medan.
• Kehamilan istri dalam kondisi normal dan tidak mengalami komplikasi.
• Dapat membaca dan berkomunikasi dengan bahasa Indonesia. • Pada saat diteliti berada dalam keadaan sadar dan tidak mengalami
gangguan jiwa.
• Bersedia menjadi responden.
3. Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian dilakukan mulai bulan Februari sampai dengan April 2010 di Klinik Bersalin Mariani Medan dengan memberikan kuesioner kepada responden dan mendampinginya selama pengisian kuesioner. Selama penelitian ini peneliti mendapatkan beberapa kesulitan, diantaranya adalah calon responden yang tidak
(39)
bersedia menjadi responden penelitian, responden yang tidak bersedia dikunjungi ke rumahnya sehingga pengumpulan data hanya dilakukan dengan menggunakan kuesioner serta ditambah dengan keterbatasan peneliti dalam hal waktu dan dana.
4. Pertimbangan etik
Penelitian ini dilakukan setelah peneliti mendapat persetujuan dari Fakultas Keperawatan, selanjutnya mengirim surat tersebut kepada pimpinan Klinik Mariani Medan. Setelah mendapatkan ijin, peneliti menjelaskan maksud, tujuan dan prosedur penelitian. Responden diminta untuk berpartisipasi dalam penelitian yang akan dilakukan, kemudian peneliti menanyakan kesediaan menjadi responden dengan menandatangani lembar persetujuan (informed consent). Jika responden menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian ini maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-haknya. Selama proses pengambilan data tidak menimbulkan tekanan psikologis pada responden yang akan diteliti, sehingga tidak menimbulkan efek yang merugikan terhadap responden.
5. Pengumpulan data
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam, 2003). Pengumpulan data dimulai setelah peneliti menerima surat ijin pelaksanaan penelitian dari institusi pendidikan yaitu Fakultas Keperawatan USU dan surat ijin dari lokasi penelitian yaitu Klinik Bersalin Mariani Medan. Data
(40)
dikumpulkan dengan menanyakan lebih dulu kesediaan calon responden untuk menjadi responden penelitian. Peneliti memberikan lembar informed consent untuk dibaca terlebih dahulu dan kemudian ditandatangani apabila calon responden bersedia menjadi peserta penelitian. Selama pengisian kuesioner, peneliti mendampingi responden hingga selesai.
6. Instrumen Penelitian
Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner. Kuesioner adalah suatu cara pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengedarkan suatu daftar pertanyaan yang berupa formulir (Setiadi, 2007). Jenis kuesioner yang digunakan adalah angket langsung, dimana daftar pertanyaan diberikan langsung kepada responden yang dimintai pendapat tentang dirinya sendiri. Kuesioner yang digunakan terdiri dari tiga bagian, yang pertama (bagian A) untuk data demografi, yang kedua (bagian B) untuk variabel pengetahuan suami tentang perawatan kehamilan yang terdiri dari 29 pernyataan dimana semua pernyataan adalah merupakan pernyataan benar dengan dua pilihan jawaban yaitu benar diberi skor 2 dan salah diberi skor 1. Nilai tertinggi adalah 58 dan nilai terendah 29. Menurut Sudjana (1992), untuk menghitung jumlah total skor menggunakan rumus statistik p = , dimana p merupakan panjang kelas. Rentang kelas didapat dengan cara nilai tertinggi dikurangi nilai terendah sehingga diperoleh rentang adalah 29 dan banyak kelas adalah 3 sehingga didapat panjang kelas adalah 10. Batasan skor masing-masing kategori adalah sebagai berikut :
(41)
• Kurang : skor 29-38 • Cukup : skor 39-48 • Baik : skor 49-58
Yang ketiga (bagian C) untuk variabel partisipasi suami dalam perawatan kehamilan yang terdiri dari 19 pernyataan dimana 18 pernyataan (1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,16,17,18,19) adalah pernyataan benar dengan empat pilihan jawaban yaitu tidak pernah diberi skor 1, jarang diberi skor 2, sering diberi skor 3 dan selalu diberi skor 4 dan 1 pernyataan (15) adalah pernyataan salah dengan empat pilihan jawaban yaitu tidak pernah diberi skor 4, jarang diberi skor 3, sering diberi skor 2 dan selalu diberi skor 1. Nilai tertinggi adalah 76 dan nilai terendah 19. Menurut Sudjana (1992), untuk menghitung jumlah total skor menggunakan rumus statistik p = , dimana p merupakan panjang kelas. Rentang kelas didapat dengan cara nilai tertinggi dikurangi nilai terendah sehingga diperoleh rentang adalah 57 dan banyak kelas adalah 3 sehingga didapat panjang kelas adalah 19. Batasan skor masing-masing kategori adalah sebagai berikut :
• Kurang : skor 19-37 • Cukup : skor 38-56 • Baik : skor 57-76
Uji validitas instrumen penelitian ini dilakukan oleh dosen maternitas di Fakultas Keperawatan USU yaitu Ibu Siti Saidah Nasution, SKp, MKep, Sp.Mat. Sedangkan uji reliabilitas instrumen ini diujikan kepada sepuluh responden yang
(42)
memiliki kriteria yang sama dengan kriteria sampel penelitian yang telah ditetapkan oleh peneliti. Hasil uji dengan menggunakan SPSS versi 17.0 didapatkan nilai reliabilitas untuk variabel tingkat pengetahuan adalah 0,709 dan nilai reliabilitas untuk variabel partisipasi adalah 0,705. Menurut Arikunto (2006), instrumen penelitian dinyatakan reliabel adalah bernilai ≥0,648 dengan taraf
signifikansi 5% yang artinya instrumen tersebut dapat diterima dan layak digunakan untuk penelitian.
7. Analisa data
Setelah semua data terkumpul, maka dilakukan analisa data dengan memeriksa kembali semua kuesioner satu persatu yakni identitas serta data responden, dan memastikan bahwa semua jawaban telah diisi sesuai dengan petunjuk. Kemudian memberikan kode terhadap setiap pernyataan yang telah diajukan guna memudahkan peneliti untuk melakukan tabulasi dan analisa data.
Untuk melihat hubungan antara variabel independen dan variabel dependen digunakan uji spearman karena variabel independen (tingkat pengetahuan suami) menggunakan skala ordinal dan variabel dependen (partisipasi suami) juga menggunakan skala ordinal. Interpretasi hasil uji korelasi didasarkan pada nilai p, kekuatan korelasi, serta arah korelasinya (Dahlan, 2008).
(43)
Tabel 2. Panduan interpretasi hasil uji hipotesis berdasarkan kekuatan korelasi, nilai p, dan arah korelasi
NO PARAMETER NILAI INTERPRETASI
1 Kekuatan korelasi (r) 0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000
Sangat lemah Lemah Sedang Kuat Sangat kuat
2 Nilai p p < 0,05
p > 0,05
Terdapat korelasi yang bermakna antara dua variabel yang diuji.
Tidak terdapat korelasi yang bermakna antara dua variabel yang diuji.
3 Arah korelasi + (positif)
- (negatif)
Searah, semakin besar nilai satu variabel semakin besar pula nilai variabel lainnya.
Berlawanan arah. Semakin besar nilai satu variabel, semakin kecil nilai variabel lainnya.
(44)
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini menguraikan karakteristik demografi responden, tingkat pengetahuan suami tentang perawatan kehamilan, partisipasi suami dalam perawatan kehamilan, dan hubungan antara tingkat pengetahuan suami tentang perawatan kehamilan dengan partisipasi suami dalam perawatan kehamilan.
1.1Karakteristik Demografi Responden
Karakteristik responden penelitian ini menunjukkan bahwa 28 orang (70%) memiliki profesi sebagai wiraswasta dan 18 orang (45%) memiliki penghasilan per bulan sekitar satu sampai dua juta rupiah. Suku Jawa adalah suku terbanyak diantara responden (35%) atau sebanyak 14 orang, diikut i dengan suku Batak sebanyak 13 orang (32,5%), dengan pendidikan terakhir adalah diploma/sarjana sebanyak 27 orang (67,5%). Sebanyak 37 orang responden (92,5%) berusia dewasa awal dengan rentang usia 18-40 tahun dan umur kehamilan istri paling banyak pada trimester ketiga yaitu 22 orang (55%) serta merupakan kehamilan pertama sebanyak 17 orang (42,5%).
(45)
Tabel 3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Karakteristik Responden (N=40)
Karakteristik demografi Frekuensi %
1. Usia 18-40 tahun 41-50 tahun 2. Suku Batak Jawa Aceh Melayu Padang Lain-lain 3. Pekerjaan PNS Pegawai Swasta Wiraswasta Lain-lain
4. Umur kehamilan istri
Trimester 1 Trimester 2 Trimester 3
5. Kehamilan ke
Satu Dua Tiga Empat Lima
6. Pendapatan per bulan
Rp 500.000 - Rp 1.000.000 Rp 1.000.000 - Rp 2.000.000 Rp 2.000.000 - Rp 3.000.000 >Rp 3.000.000
7. Pendidikan terakhir ≤SMP SMA Diploma/Sarjana 37 3 13 14 3 3 4 3 2 5 28 5 6 12 22 17 11 8 3 1 5 18 11 6 2 11 27 92,5 7,5 32,5 35 7,5 7,5 10 7,5 5 12,5 70 12,5 15 30 55 42,5 27,5 20 7,5 2,5 12,5 45 27,5 15 5 27,5 67,5
(46)
1.2Tingkat Pengetahuan Suami tentang Perawatan Kehamilan
Dari hasil penelitian diperoleh hasil bahwa mayoritas responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik (87,5%) dan hanya 12,5% responden dengan tingkat pengetahuan cukup, sedangkan untuk responden dengan tingkat pengetahuan kurang tidak ada.
Tabel 4. Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Pengetahuan Suami tentang Perawatan Kehamilan (N-40)
NO Tingkat Pengetahuan (skor)
f % mean SD range
1 2 Tingkat pengetahuan cukup (39-48) Tingkat pengetahuan baik (49-58) 5 35 12,5 87,5
2,88 0,335 1
1.3Partisipasi Suami dalam Perawatan Kehamilan
Dari hasil penelitian diperoleh hasil bahwa mayoritas responden memiliki partisipasi yang baik (55%) dan sisanya (45%) responden dengan partisipasi cukup, sedangkan untuk responden dengan partisipasi kurang tidak ada.
Tabel 5. Distribusi Frekuensi dan Persentase Partisipasi Suami dalam Perawatan Kehamilan (N-40)
NO Partisipasi (skor) f % mean SD range
1 2
Partisipasi cukup (38-56) Partisipasi baik (57-76)
18 22
45 55
(47)
1.4Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Suami tentang Perawatan Kehamilan dengan Partisipasi Suami dalam Perawatan Kehamilan
Hasil uji statistik korelasi Spearman dengan komputerisasi diperoleh kekuatan korelasi (r) = 0,418 yang menunjukkan bahwa korelasi antara tingkat pengetahuan dan partisipasi adalah sedang, dan arah korelasi adalah positif yang menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan suami tentang perawatan kehamilan maka akan semakin tinggi pula partisipasinya dalam perawatan kehamilan. tingkat signifikansi (p) yang diperoleh dari hasil uji statistik korelasi Spearman adalah sebesar 0,007 dimana nilai ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang bermakna antara tingkat pengetahuan dan partisipasi (p<0,05).
Tabel 6. Hasil Analisa Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Suami tentang Perawatan Kehamilan dengan Partisipasi Suami dalam Perawatan Kehamilan (N=40)
Variabel r P
Tingkat Pengetahuan Partisipasi
0,418 0,007
(48)
2. Pembahasan
2.1Tingkat Pengetahuan Suami tentang Perawatan Kehamilan
Berdasarkan hasil penelitian terhadap tingkat pengetahuan suami tentang perawatan kehamilan, diperoleh data bahwa 35 responden (87,5%) dari 40 responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik, dimana lebih dari setengah responden (67,5%) adalah merupakan lulusan diploma/sarjana. Hal ini menunjukkan tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi tingkat pengetahuannya. Hary (1996 dalam Hendra 2008) menyatakan bahwa tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh dan pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin baik pula pengetahuannya.
Dari hasil penelitian juga diperoleh bahwa hampir seluruh responden (92,5%) berada pada rentang usia dewasa awal (18-40 tahun). Usia ternyata juga berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang. Makin tua umur seseorang maka proses perkembangan mentalnya bertambah baik dan juga dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya. Akan tetapi pada umur menjelang lansia, kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang (Ahmadi, 2001 dalam Hendra, 2008).
Menurut BKKBN (2008), pengetahuan suami terhadap tanda bahaya kehamilan sangatlah penting agar tidak sampai terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dan dapat 3 T (terlambat) yaitu : terlambat mengambil keputusan, terlambat ke tempat pelayanan dan terlambat memperoleh pertolongan medis. Sehingga suami hendaknya waspada dan bertindak jika melihat tanda-tanda
(49)
bahaya kehamilan seperti nyeri abdomen dan perdarahan. Seluruh responden dalam penelitian ini mengetahui bahwa perdarahan dan nyeri abdomen adalah merupakan salah satu tanda bahaya yang harus segera dilaporkan kepada perawat ataupun dokter.
Tingginya pengetahuan suami tentang perawatan kehamilan juga dipengaruhi oleh adanya informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan perawatan kehamilan yang didapatkan oleh suami itu sendiri melalui poster-poster yang ada di Klinik Bersalin Mariani. Menurut Hary (1996 dalam Hendra 2008), informasi melalui berbagai media seperti televisi, surat kabar ataupun poster akan memberikan pengaruh dan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang.
2.2Partisipasi Suami dalam Perawatan Kehamilan
Partisipasi adalah keikutsertaan, peran serta atau keterlibatan yang berkaitan dengan keadaaan lahiriahnya (Sastropoetro, 1995 dalam Turindra, 2010). Menurut Widayatun (2001), partisipasi laki-laki dalam mempromosikan keselamatan ibu dan kelangsungan hidup anak dapat dilakukan melalui perannya dalam mempersiapkan perawatan selama kehamilan.
Dari hasil penelitian didapatkan data bahwa mayoritas responden (55%) memiliki partisipasi baik yang dapat dilihat dari pemberian perhatian dan kasih sayang, memenuhi kebutuhan gizi, mendorong dan mengantarkan istri memeriksakan kehamilannya, melakukan rujukan ke fasilitas kesehatan serta
(50)
menyiapkan biaya dan tempat persalinan. Namun terdapat juga 45% responden yang partisipasinya cukup baik. Hal ini dipengaruhi oleh karakteristik demografi istri dengan kehamilan pertama. Dari hasil penelitian didapatkan data bahwa sebanyak 42,5% kehamilan istri adalah merupakan kehamilan pertama. Hal ini dapat berpengaruh pada partisipasi suami yang mungkin bingung dan tidak tahu perannya sebagai calon ayah untuk pertama kalinya serta kemampuannya memberikan dukungan kepada istrinya. Pernyataan ini didukung oleh Schott (2008), yang menyatakan bahwa pada masa kehamilan istrinya, suami juga menghadapi satu perubahan kehidupan terbesar yang mungkin belum pernah ia alami sebelumnya. Suami mungkin menjadi bingung akan kehamilan dan perannya menjadi seorang ayah, serta cemas akan kesejahteraan pasangannya, kesehatan bayinya, dan kemampuannya sendiri untuk memberikan dukungan. Kurangnya partisipasi suami dalam perawatan kehamilan dapat mempengaruhi kondisi kehamilan istri dan suami adalah orang yang paling dekat dan lebih memahami apa yang dibutuhkan istrinya. Sejumlah penelitian membuktikan, kurangnya dukungan dari suami selama kehamilan merupakan faktor yang paling sering menimbulkan post-partum blues atau kesedihan pasca persalinan (Nakita, 1999 dalam Dharma, 2010).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lebih dari setengah responden (67,5%) turut berpartisipasi dalam perawatan kehamilan istrinya dengan cara ikut mengantarkan istri mereka untuk periksa hamil ke puskesmas, bidan, atau dokter sehingga suami dapat mengetahui perkembangan kehamilan istrinya.
(51)
Hal ini sejalan dengan pendapat Widayatun (2001) yang mengatakan bahwa dalam konsultasi pada saat pemeriksaan antenatal, suami diharapkan dapat menemani istri dalam berkonsultasi sehingga suami dapat juga mempelajari mengenai gejala dan komplikasi kehamilan yang mungkin dialami karena menurut Iskandar (1996) penyebab klinis utama dan langsung kematian ibu adalah karena komplikasi.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa suami selalu mendorong dan mengantar istri memeriksakan kehamilannya ke klinik ataupun kepada bidan. Tindakan ini sangatlah penting apalagi pada saat akan dibutuhkan tindakan cepat untuk mengatasi masalah atau tanda bahaya selama kehamilan seperti eklamsia, perdarahan dan lain sebagainya. Hal ini didukung oleh Mahesarani (2010) yang menyatakan bahwa keikutsertaan suami mengantar istrinya sangat penting agar suami mengetahui kondisi istri dan janin yang ada di kandungan istrinya untuk bisa memberikan dukungan. Lebih lanjut dikatakan bahwa suami sebaiknya menemani istri hingga ke ruang periksa dan ikut aktif mendengar dan bertanya kepada dokter sehingga ibu akan merasa bahagia karena suami tercinta begitu setia mendampingi mulai dari saat kehamilan sampai persalinan.
Dalam hal peranan suami untuk pemenuhan kebutuhan gizi ibu selama hamil didapatkan bahwa suami selalu memenuhi kebutuhan gizi istrinya dengan menyediakan makanan yang bergizi dan yang mengandung zat besi seperti daging ayam, sayuran hijau, dan buah-buahan serta makanan yang
(52)
mengandung protein yang tinggi seperti ikan dan telur. Stoppard (2008) mengatakan bahwa selama kehamilan bayi mengambil simpanan zat besi ibu untuk membuat simpanannya sendiri untuk beberapa bulan kehidupan pertama sehingga zat besi penting untuk dikonsumsi oleh ibu selama hamil untuk memenuhi kebutuhan kehamilan yang meningkat. Hal ini menurut Admin (2010) haruslah disadari oleh suami sebagai tanggung jawabnya bahwa kualitas pertumbuhan si kecil ditentukan sejak dalam kandungan dan tergantung bagaimana memenuhi kebutuhan gizinya. Lebih lanjut dikatakan bahwa seorang ayah yang bijaksana akan mengontrol pola makan, menyediakan makanan ekstra berkualitas, memberikan motivasi untuk rutin mengkonsumsi makanan bergizi maupun vitamin dari dokter/bidan.
Perhatian dan kasih sayang dari suami sangat dibutuhkan oleh istri selama masa kehamilan dan persalinan. Seorang calon ayah sebaiknya mencoba mengerti dan ikut merasakan yang dialami istri saat mengandung serta bersabar untuk bisa menjadi pendengar yang baik dan teman setia yang selalu ada jika dibutuhkan oleh istrinya (Admin, 2010). Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa suami sering memberikan perhatian dan kasih sayang kepada istrinya dengan cara meluangkan waktu untuk menonton TV bersama-sama dan melakukan pijatan pada daerah kaki dan kepala istri bila istri mengeluh lelah dan pusing.
Dalam partisipasi suami terhadap perawatan kehamilan melalui membantu pekerjaan rumah yang berat didapatkan bahwa suami sering
(53)
membantu pekerjaan rumah tangga yang berat seperti menimba air, mengepel, mencuci dan lain-lain. Hal ini adalah merupakan salah satu bentuk perhatian dan kasih sayang suami kepada istrinya dan merupakan satu pertolongan yang cukup besar. Stoppard (2008) mengatakan bahwa dalam masa kehamilan istrinya terutama pada trimester ketiga seorang suami seharusnya menawarkan dirinya untuk melakukan pekerjaan sehari-hari yang sulit dilakukan oleh pasangan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa suami sering berkomunikasi dengan bayi yang ada di perut istrinya dengan cara mengelus perut ibu. Penelitian membuktikan bahwa janin dalam kandungan sudah bisa merasakan sentuhan kasih sayang orang tua yang mengelus perut bundanya dan dapat menikmati suara lembut penuh kasih yang diperdengarkan orang tuanya di dekat perut ibu. Para ahli mengatakan, kelak setelah lahir, bayi akan lebih aktif merespons jenis suara yang kerap ia dengar semasa dalam rahim (Mahesarani, 2010). Hal ini juga akan membahagiakan ibu yang mengandungnya, karena melihat hubungan yang baik antara ayah dan anaknya.
2.3Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Suami tentang Perawatan Kehamilan dengan Partisipasi Suami dalam Perawatan Kehamilan
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa 87,5% responden memiliki pengetahuan yang baik dan 55% responden memiliki partisipasi yang baik pula. Hal ini sesuai dengan hasil uji statistik korelasi Spearmen dengan arah korelasi positif yang menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan
(54)
suami tentang perawatan kehamilan maka akan semakin tinggi pula partisipasinya dalam perawatan kehamilan. Hal ini didukung oleh penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya oleh Rachman (2009) yang menjelaskan bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan suami tentang perawatan kehamilan maka semakin optimal pula partisipasinya dalam perawatan kehamilan.
Notoatmodjo (2005) mengatakan bahwa tingkat pengetahuan seseorang memiliki hubungan positif terhadap tingkah laku yang dilakukannya. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain perilaku yang sangat penting untuk terbentuknya suatu tindakan. Perilaku yang didasari pengetahuan yang baik akan langgeng dibandingkan dengan tidak didasari oleh pengetahuan. Secara statistik hasil penelitian ini menunjukkan bahwa korelasi antara tingkat pengetahuan dengan partisipasi adalah positif dengan tingkat signifikansi (p)=0,007 yang berarti bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan partisipasi dimana semakin baik tingkat pengetahuan maka akan semakin baik pula partisipasinya.
(55)
BAB 6
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
1. Kesimpulan
Karakteristik responden penelitian ini menunjukkan bahwa lebih dari setengah responden bekerja sebagai wiraswasta dan hampir setengah responden memiliki penghasilan per bulan sekitar satu sampai dua juta rupiah. Suku Jawa adalah suku terbanyak diikuti dengan suku Batak dengan pendidikan terakhir adalah diploma/sarjana. Hampir seluruh responden berusia dewasa awal dengan rentang usia 18-40 tahun dan umur kehamilan istri paling banyak pada trimester ketiga serta merupakan kehamilan pertama.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden sudah memiliki tingkat pengetahuan yang baik tentang perawatan kehamilan dan hanya sedikit yang memiliki tingkat pengetahuan yang cukup, sedangkan untuk responden dengan tingkat pengetahuan kurang tidak ada. Dalam hal partisipasi suami untuk perawatan kehamilan didapatkan bahwa mayoritas responden memiliki partisipasi yang baik dan sisanya dengan partisipasi cukup, sedangkan untuk responden dengan partisipasi kurang tidak ada.
Hasil analisa data menunjukkan adanya korelasi antara tingkat pengetahuan dan partisipasi yang kekuatannya adalah sedang (r) = 0,418, dengan arah korelasi positif yang menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan suami tentang perawatan kehamilan maka akan semakin tinggi pula partisipasinya dalam perawatan kehamilan dan terdapat korelasi yang bermakna antara tingkat pengetahuan dan partisipasi dengan tingkat signifikansi p = 0,007
(56)
(p<0,05). Sehingga dapat disimpulkan penelitian ini menolak Ho dan menerima Ha yaitu ada hubungan antara tingkat pengetahuan suami tentang perawatan kehamilan dengan partisipasi suami dalam perawatan kehamilan.
2. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian maka perlu diberikan rekomendasi kepada berbagai pihak, diantaranya :
2.1Bagi Peneliti Selanjutnya
Dalam penelitian selanjutnya sebaiknya dilakukan wawancara langsung kepada responden penelitian atau menggunakan metode penelitian kualitatif agar mendapatkan informasi yang lebih banyak dan lebih mendalam lagi khususnya mengenai hal-hal apa saja yang mempengaruhi partisipasi suami dalam perawatan kehamilan.
2.2Bagi Praktik Keperawatan
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan suami tentang perawatan kehamilan dengan partisipasinya dalam perawatan kehamilan. Oleh karena itu sebaiknya perawat dapat melihat hal ini sebagai salah satu strategi untuk perbaikan mutu pelayanan kesehatan dalam hal partisipasi suami yaitu dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada suami khususnya tentang kesehatan reproduksi.
(57)
Hasil penelitan menunjukkan bahwa pengetahuan dapat mempengaruhi partisipasi suami dalam melakukan perawatan kehamilan dan partisipasi tersebut sangat penting untuk membantu menurunkan angka kematian ibu. Hendaknya ini dapat digunakan oleh tenaga pendidik untuk menambahkan materi tentang asuhan kehamilan dan bentuk-bentuk partisipasi yang dapat dilakukan oleh suami pada masa kehamilan istrinya.
(58)
DAFTAR PUSTAKA
Admin. (2010). Istri Hamil, Kewajiban Suami Harus Berperan Aktif Menjaga Kehamilan. Diambil tanggal 24 Mei 2010 dari
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek, Edisi revisi V. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Ayurai. (2009). Tips Suami Menyambut Kehamilan Istri. Diambil tanggal 24 Mei 2010 dari
Azwar, S. (1997). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Bayikita. (2008). Bayi dan Anak. Diambil tanggal 9 September 2009 dari
Bobak, Lowdermilk, Jensen. (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4. Jakarta : EGC.
Browne, J. C. (1970). McClure. Antenatal Care, tenth edition. Longman Group Ltd.
Burroughs, Arlene dan Gloria Leifer. (2001). Maternity Nursing : an Introductory Text 8th edition. USA : W. B. Saunders Company.
Dahlan, M. S. (2008). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan, Edisi ketiga. Jakarta : Salemba Medika.
Depkes RI. (2007). Setiap Jam 2 Orang Ibu Bersalin Meninggal Dunia. Diambil
tanggal 11 September 2009 dari
Dharma, Iman. (2010). Dukungan Suami Menentramkan Calon Ibu. Diambil
tanggal 17 Mei 2010 dari
Farrer, Helen. (1999). Perawatan Maternitas, Edisi 2. Jakarta : EGC.
Hamilton, Persis Mary. (1995). Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, Edisi 6. Jakarta: EGC.
(59)
Handonowati, Anis. (2009).
September 2009 dari
Hendra, AW. (2008). Pengetahuan. Diambil tanggal 11 September 2009 dari Hurlock, E. B. (1997). Psikologi Perkembangan Edisi 5. Jakarta : Erlangga
Lucianawaty, Mercy. (2007). Keselamatan Ibu (Safe Motherhood) dan Perkembangan Anak: Bagaimana Peran Laki-laki ? Diambil tanggal 9 September 2009 dari
Mahesarani, Thamrin. (2010). Ketika Istri Hamil. Diambil tanggal 24 Mei 2010 dar
Mochtar, Rustam. (1998). Synopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi, Edisi 2. Jakarta : EGC.
Notoatmodjo, S. (1993). Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Yogyakarta : Andi Offset.
Notoatmodjo, S. (1997). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta.
Nursalam. (2003). Konsep Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : Salemba Medika.
Nurul, H. J. (2009). Hubungan tingkat pengetahuan suami tentang asuhan kehamilan dengan partisipasi suami dalam asuhan kehamilam. Diambil tanggal 25 September 2009 dari Copyright @ indoskripsi.com 2009
Rachman, Yuki Oktavia. (2009). Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Suami tentang Perawatan Kehamilan dengan Partisipasi Suami dalam Perawatan Kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas Purbalingga Kabupaten Purbalingga. Diambil tanggal 8 Mei 2010 dari
Reeder, S.J, Martin, L.L, Griffin, D.K. (1997). Maternity nursing family, newborn, and women’s health care (16th edition). Philadelphia: J.B Lippincott Company.
(60)
Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan, Edisi 1. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Schott, Judit dan Judy Priest. (2008). Kelas Antenatal Edisi 2. Jakarta : EGC Stoppard, Miriam. (2002). Panduan Mempersiapkan Kehamilan dan Kelahiran
untuk Calon Ibu dan Ayah. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset. Sudjana, M. A. (1992). Metode Statistika, Edisi ketiga. Bandung : Tarsito.
Taufik, M. (2007). Prinsip –Prinsip Promosi Kesehatan Dalam Bidang Keperawatan. Jakarta : CV. Infomedika.
Turindra. (2010). Pengertian Partisipasi. Diambil tanggal 10 Mei 2010 dari
(61)
Lampiran 1
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Suami tentang Perawatan Kehamilan dengan Partisipasi Suami dalam Perawatan Kehamilan
di Klinik Bersalin Mariani Medan
Oleh:
Murni Sari Dewi Simanullang
Saya adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi hubungan antara tingkat pengetahuan suami tentang perawatan kehamilan dengan partisipasi suami dalam perawatan kehamilan di Klinik Bersalin Mariani Medan.
Saya mengharapkan jawaban/tanggapan yang saudara berikan sesuai dengan pendapat saudara sendiri tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Saya menjamin kerahasiaan pendapat dan identitas saudara. Informasi yang saudara berikan hanya akan dipergunakan untuk pengembangan Ilmu Keperawatan dan tidak akan dipergunakan untuk maksud-maksud lain.
Partisipasi saudara dalam penelitian ini bersifat bebas untuk ikut menjadi peserta penelitian atau menolak, tanpa ada sanksi apapun. Jika saudara bersedia menjadi peserta penelitian ini, silahkan saudara menandatangani kolom di bawah ini.
Medan, Februari 2010
Peneliti, Responden,
(62)
Lampiran 2
Instrumen Penelitian
A. DATA DEMOGRAFI
Nama (Inisial) : ………..
Umur : ………..
Suku : ………..
Pekerjaan : ………..
Alamat : ………..
Umur kehamilan istri : ………..
Kehamilan ke : ………..
Pendapatan per bulan : ………..
Pendidikan terakhir : 1. ≤ SMP 2. SMA 3. Diploma/Sarjana (lingkari salah satu)
B. PENGETAHUAN SUAMI TENTANG PERAWATAN KEHAMILAN
NO INDIKATOR JAWABAN
BENAR SALAH
1
Periksa kehamilan
Ibu hamil sebaiknya memeriksakan kehamilannya sekali sebulan selama tujuh bulan, sekali dua minggu pada bulan kedelapan, dan sekali seminggu pada bulan terakhir pada kehamilan normal.
2
Perawatan payudara dan gigi
Ibu hamil sebaiknya memakai bra yang sifatnya menyokong payudara dari bawah dan bukan menekan dari depan.
3 Untuk menjaga kebersihan areola (daerah di sekitar puting payudara) dapat digunakan minyak bayi atau baby oil.
4 Ketika mandi, daerah puting payudara ibu tidak boleh disabuni karena dapat membuang minyak alami yang dapat menyebabkan puting payudara ibu menjadi kering.
5 Untuk merawat gigi ibu hamil diperlukan konsumsi kalsium yang tinggi untuk pembentukan tulang janin agar kebutuhan kalsium ibu tetap dapat terpenuhi sehingga gigi ibu hamil tidak mudah copot/tanggal.
(63)
6
Nutrisi untuk ibu hamil
Makan berlebihan karena dianggap untuk dua orang (ibu dan janin) dapat mengakibatkan komplikasi seperti obesitas, pre eklamsi dan lain-lain.
7 ibu hamil harus banyak mengkonsumsi sayur-sayuran hijau dan buah-buahan yang berwarna karena nilai gizinya tinggi untuk kesehatan. 8 Setiap kali makan, ibu hamil sebaiknya mengkonsumsi sepiring nasi,
ikan, sayuran hijau dan buah-buahan.
9
Aktifitas fisik dan seksual
Ibu hamil dianjurkan untuk berjalan-jalan pada pagi hari dalam udara yang masih segar agar sirkulasi darahnya menjadi baik.
10 Gerakan badan pada ibu hamil yang dapat dilakukan di tempat antara lain berdiri-jongkok, telentang-kaki diangkat, telentang-perut diangkat, dan melatih pernapasan.
11 Hubungan suami istri atau koitus tidak dihalangi kecuali bila ada sejarah sering abortus, perdarahan, dan bila ketuban sudah pecah.
12
Istirahat dan tidur
Istirahat diperlukan oleh ibu hamil selama dua atau tiga jam setiap sore di ruangan yang tenang.
13 Pada saat istirahat, kaki sebaiknya dinaikkan sejajar dengan tubuh dan semua pakaian yang ketat dilonggarkan.
14 Tidur siang adalah menguntungkan dan baik bagi kesehatan ibu hamil.
15
Berpakaian untuk ibu hamil
Pakaian yang digunakan ibu hamil harus nyaman tanpa sabuk atau pita yang menekan di bagian leher, perut atau pergelangan tangan.
16 Sepatu yang alasnya licin dan bertumit tinggi tidak aman untuk dipakai oleh ibu hamil karena meningkatkan risiko untuk terjatuh.
17
Bepergian dan melakukan perjalanan
Ketika bepergian dengan mengendarai mobil, sabuk pengaman harus dikenakan tanpa menekan bagian perut yang menonjol.
18 Duduk diam dalam perjalanan yang lama dapat menimbulkan
ketidaknyamanan dan mengakibatkan gangguan sirkulasi serta bengkak pada kaki.
19
Pekerjaan
Ibu hamil dibolehkan untuk tetap bekerja apabila pekerjaannya itu tidak terlalu banyak menyita energy dan juga tidak banyak mempengaruhi
(64)
kehamilannya.
20 Ibu hamil sebaiknya tidak boleh melakukan pekerjaan yang terlalu berat menjelang persalinan atau selama minggu-minggu terakhir
kehamilannya.
21
Konsumsi rokok, alkohol, dan obat-obatan
Ibu hamil harus berhenti merokok segera setelah diagnosis
kehamilannya ditegakkan terutama jika terdapat faktor risiko atau kalau kebiasaan merokok tersebut disertai dengan iritasi pernafasan yang kronis.
22 Ketergantungan alkohol dan konsumsi alkohol dengan dosis yang tinggi (tiga gelas alkohol atau lebih dalam sehari) dapat mengakibatkan abortus spontan.
23 Ibu hamil perlu mengkonsumsi suplemen penambah darah (zat besi) selama hamil.
24
Imunisasi dan vaksinasi
Untuk memilih imunisasi yang aman selama hamil sebaiknya berkonsultasi dengan petugas pelayanan kesehatan.
25 Kehamilan bukanlah saat untuk memulai program imunisasi terhadap berbagai penyakit yang dapat dicegah.
26 Vaksin tetanus harus diberikan kepada ibu hamil untuk mencegah kemungkinan tetanus neonatorum.
27
Kesehatan jiwa
Ketenangan jiwa penting bagi ibu hamil dalam menghadapi persalinan, karena itu dianjurkan untuk latihan kejiwaan untuk menghadapi persalinan misalnya dengan berdiskusi tentang peristiwa persalinan fisiologis.
28 Stress karena kondisi rumah tangga yang tidak baik (suami marah-marah, tidak memberi uang belanja dan tidak perhatian) akan berpengaruh pada kehamilan ibu.
29
Mengenal tanda bahaya kehamilan
Perdarahan dan nyeri dada adalah merupakan salah satu tanda bahaya yang harus segera dilaporkan kepada perawat ataupun dokter.
(1)
Frequencies
Statistics
Frequency Table
umur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid 18-40
tahun 37 92.5 92.5 92.5
41-50
tahun 3 7.5 7.5 100.0
Total 40 100.0 100.0
suku
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid batak 13 32.5 32.5 32.5
jawa 14 35.0 35.0 67.5
aceh 3 7.5 7.5 75.0
melayu 3 7.5 7.5 82.5
padang 4 10.0 10.0 92.5
nias 1 2.5 2.5 95.0
cina 1 2.5 2.5 97.5
palemban
g 1 2.5 2.5 100.0
Total 40 100.0 100.0
umur suku pekerjaan
umurkeham
ilanistri kehamilanke pendapatan pendidikan
N Valid 40 40 40 40 40 40 40
Missing 0 0 0 0 0 0 0
Mean 1.08 2.58 2.33 2.40 2.00 2.45 2.63
Median 1.00 2.00 2.00 3.00 2.00 2.00 3.00
Mode 1 2 2 3 1 2 3
Std. Deviation .267 1.810 .764 .744 1.086 .904 .586
Range 1 7 3 2 4 3 2
Minimum 1 1 1 1 1 1 1
Maximum 2 8 4 3 5 4 3
(2)
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid PNS 2 5.0 5.0 5.0
wiraswasta 28 70.0 70.0 75.0
pegawai
swasta 5 12.5 12.5 87.5
lain-lain 5 12.5 12.5 100.0
Total 40 100.0 100.0
umurkehamilanistri
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid trimester
1 6 15.0 15.0 15.0
trimester
2 12 30.0 30.0 45.0
trimester
3 22 55.0 55.0 100.0
Total 40 100.0 100.0
kehamilanke
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 17 42.5 42.5 42.5
2 11 27.5 27.5 70.0
3 8 20.0 20.0 90.0
4 3 7.5 7.5 97.5
5 1 2.5 2.5 100.0
Total 40 100.0 100.0
pendapatan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid Rp 500.000
- Rp 1.000.000
5 12.5 12.5 12.5
Rp
1.000.000 - Rp
2.000.000
18 45.0 45.0 57.5
Rp
2.000.000 - Rp
3.000.000
11 27.5 27.5 85.0
> Rp
3.000.000 6 15.0 15.0 100.0
(3)
pendidikan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid <SMP 2 5.0 5.0 5.0
SMA 11 27.5 27.5 32.5
Diploma/Sarj
ana 27 67.5 67.5 100.0
Total 40 100.0 100.0
Frequencies
Statistics
pengetahuan partisipasi
N Valid 40 40
Missing 0 0
Mean 2.88 2.55
Median 3.00 3.00
Mode 3 3
Std. Deviation .335 .504
Range 1 1
Minimum 2 2
Maximum 3 3
Sum 115 102
Frequency Table
pengetahuan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid
cukup=39-48 5 12.5 12.5 12.5
baik=49-58 35 87.5 87.5 100.0
Total 40 100.0 100.0
partisipasi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid
cukup=38-56 18 45.0 45.0 45.0
baik=57-76 22 55.0 55.0 100.0
(4)
Nonparametric Correlations
Correlations
pengetahuan partisipasi
Spearman's rho pengetahuan Correlation
Coefficient 1.000 .418(**)
Sig. (2-tailed) . .007
N 40 40
partisipasi Correlation
Coefficient .418(**) 1.000
Sig. (2-tailed) .007 .
N 40 40
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Reliability Pengetahuan
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 10 100.0
Excludeda 0 .0
Total 10 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.709 29
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
(5)
Reliability Partisipasi
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 10 100.0
Excludeda 0 .0
Total 10 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.705 19
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
(6)