Pengaruh Pengetahuan, Kepercayaan dan Adat Istiadat terhadap Partisipasi Suami dalam Perawatan Kehamilan Istri di Kelurahan Pintu Sona Kabupaten Samosir

(1)

PENGARUH PENGETAHUAN, KEPERCAYAAN DAN ADAT ISTIADAT TERHADAP PARTISIPASI SUAMI DALAM PERAWATAN

KEHAMILAN ISTRI DI KELURAHAN PINTU SONA KABUPATEN SAMOSIR

T E S I S

Oleh

FERRA YUSTISIA BR PURBA 097032133/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

THE INFLUENCE OF KNOWLEDGE, BELIEFS

AT PINTU SONA VILLAGE, SAMOSIR DISTRICT

AND CULTURE ON THE PARTICIPATION OF HUSBAND IN WIFE’S ANTENATAL CARE

T H E S I S

BY

FERRA YUSTISIA BR PURBA 097032133/IKM

MAGISTER OF PUBLIC HEALTH SCIENCE PROGRAM STUDY FACULTY OF PUBLIC HEALTH

UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

PENGARUH PENGETAHUAN, KEPERCAYAAN DAN ADAT ISTIADAT TERHADAP PARTISIPASI SUAMI DALAM PERAWATAN

KEHAMILAN ISTRI DI KELURAHAN PINTU SONA KABUPATEN SAMOSIR

T E S I S

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Prilaku pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

FERRA YUSTISIA BR PURBA 097032133/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(4)

Judul Tesis : PENGARUH PENGETAHUAN, KEPERCAYAAN DAN ADAT ISTIADAT TERHADAP

PARTISIPASI SUAMI DALAM PERAWATAN KEHAMILAN ISTRI DI KELURAHAN PINTU SONA KABUPATEN SAMOSIR

Nama Mahasiswa : Ferra Yustisia Br Purba Nomor Induk Mahasiswa : 097032133

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Promosi Kesehatan dan Ilmu Prilaku

Menyetujui Komisi Pembimbing :

(Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M)

Ketua Anggota

(Drs. Amru Nasution, M.Kes)

Ketua Program Studi Dekan

(Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si) ( Dr. Drs. Surya Utama, M.S)


(5)

Tanggal diuji

Pada Tanggal : 14 November 2011

PANITIA PENGUJI

Ketua : Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M. Anggota : 1. Drs. Amru Nasution, M.Kes

2. Drs. Agus Suriadi S.Sos, M.Si 3. Asfriyati, S.K.M, M.Kes


(6)

PERNYATAAN

PENGARUH PENGETAHUAN, KEPERCAYAAN DAN ADAT ISTIADAT TERHADAP PARTISIPASI SUAMI DALAM PERAWATAN

KEHAMILAN ISTRI DI KELURAHAN PINTU SONA KABUPATEN SAMOSIR

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, November 2011


(7)

ABSTRAK

Angka Cakupan kunjungan ibu hamil keempat (K4)

Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh pengetahuan, kepercayaan dan adat istiadat terhadap partisipasi suami dalam perawatan kehamilan istri di Kelurahan Pintu Sona Kabupaten Samosir. Jenis penelitian survey explanatory. Populasi dalam penelitian adalah suami-suami yang memiliki istri yang sedang hamil pada trimester ketiga. Sampel sebanyak 43 orang merupakan seluruh populasi. Data diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner, dianalisis dengan regresi logistik ganda dengan α = 0,05.

Kabupaten Samosir selama tiga tahun berturut-turut yaitu data tahun 2007 sebesar 52,77%, data tahun 2008 sebesar 48,69%, dan data tahun 2009 sebesar 67.05%, masih jauh dari diharapkan (90% target MDGs pada tahun 2015). Rendahnya pencapaian cakupan K4 tersebut diduga terkait dengan partisipasi suami yang masih kurang dalam perawatan kehamilan istrinya.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara statistik faktor pengetahuan, kepercayaan dan adat istiadat berpengaruh terhadap partisipasi suami dalam perawatan kehamilan istri. Variabel yang paling dominan adalah oleh variabel adat istiadat.

Disarankan kepada tenaga kesehatan khususnya bidan untuk meningkatkan sosialisasi dan penyuluhan rutin tentang perawatan kehamilan kepada suami melalui pendekatan kepada tokoh masyarakat.


(8)

ABSTRACT

Coverage numbers of mother was pregnant visits the fourth (K4) Samosir District for three consecutive years of data 2007 was 52.77%, data 2008 was 48.69%, and the data 2009 was 67.05%, it is still far from the expected (90 % target of the MDGs by 2015). The low achievement of the coverage of K4 was assumed to be cause of still less

The purpose of this explanatory survey study was to analyze the influence of knowledge,

participation of husband in wife’s antenatal care. beliefs

The result of this study showed that statistically the factors of knowledge, and culture on the participation of husband in wife’s antenatal care at Pintu Sona Village, Samosir District. The population of this study were 43 husbands, whose wives were at third trimester pregnancy. All of the 43 husbands were selected to be the samples for this study. The data for this study were obtained through questionnaire-based interview and the data obtained were analyzed through

multiple logistic regression tests with α = 0.05.

beliefs

It is recommended that the health officers, especially midwives should increase the routine socialization and counseling on the antenatal care to the husband through the approach to the public figure.

and culture had influence on the participation of husband in wife’s antenatal care. The most dominant influencing variable was culture.


(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat karuniaNya penulis telah dapat menyelesaikan tesis yang berjudul ”Pengaruh Pengetahuan, Kepercayaan dan Adat Istiadat terhadap Partisipasi Suami dalam Perawatan Kehamilan Istri di Kelurahan Pintu Sona Kabupaten Samosir”.

Dalam menyusun tesis ini penulis mendapat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan kepada:

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc. (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara;

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara;

3. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si. selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara;

4. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara;

5. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M. sebagai Ketua komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama proses penyelesaian tesis ini; 6. Drs. Amru Nasution, M.Kes. selaku Anggota komisi pembimbing yang telah


(10)

7. Drs. Agus Suriadi, M.Si. selaku Ketua komisi pembanding yang telah memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan tesis ini;

8. Asfriyati, S.K.M, M.Kes. selaku Anggota komisi pembanding yang telah memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan tesis ini;

9. Manigor Simbolon, S.K.M. Selaku Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Samosir yang telah memberikan saya kesempatan, dukungan dan saran bagi pendidikan saya, semoga bapak senantiasa diberikan kesehatan;

10.Tak lupa penulis sampaikan terimakasih kepada yang tak terhingga kepada kedua orang tua, Bapak S. Purba/ K br. Silalahi semoga Tuhan selalu memberkati;

11.Suami tercinta Dedis K Sagala, S.T dan Anak-anakku tersayang D.F. Andalan Sagala dan Frederick Master Sagala yang telah banyak memberikan Semangat, motivasi dan doa yang tulus sehingga dapat menyelesaikan tesis ini.

12.Seluruh rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan dukungan dan semangat dalam penulisan tesis ini hingga selesai saya mengucapkan terima kasih;

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini.

Medan, November 2011


(11)

RIWAYAT HIDUP

Ferra Yustisia Br Purba, lahir di Medan pada tanggal 13 September 1980 anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan S. Purba/ K br. Silalahi, menikah dengan Dedis K Sagala, S.T, dan telah dikaruniai dua orang putra yaitu D.F. Andalan Sagala dan Frederick Master Sagala.

Memulai pendidikan di SD Swasta Methodist 7 Medan dan Lulus Tahun 1993. Melanjutkan pendidikan di SMPN 25 Medan dan lulus tahun 1996. Melanjutkan pendidikan di SMUN 1 Medan dan lulus tahun 1999. Pada tahun 2002 menyelesaikan studi dari D-III Kebidanan Politekes Medan. Selanjutnya meneruskan pendidikan di Fakultas Kedokteran Jurusan D-IV Kebidanan Universitas Sumatera Utara dan lulus tahun 2004. Penulis memulai karir di Dinas Kesehatan Kabupaten Samosir sebagai PNS pada tahun 2006 sampai sekarang.


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Permasalahan ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Hipotesis ... 9

1.5. Manfaat Penelitian ... 9

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1. Konsep Perawatan Kehamilan ... 10

2.2. Tujuan Perawatan Kehamilan ... 10

2.3. Perawatan Kehamilan... 11

2.4. Partisipasi ... 23

2.5. Faktor Budaya Memengaruhi Partisipasi Suami dalam Perawatan Kehamilan ... 30

2.6. Landasan Teori ... 37

2.7. Kerangka Konsep ... 39

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 40

3.1. Jenis Penelitian ... 40

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 40

3.3. Populasi dan Sampel ... 41

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 41

3.5. Variabel dan Definisi Opersional ... 43

3.6. Metode Pengukuran ... 43

3.7. Metode Analisis Data ... 45

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 47

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 47


(13)

4.3. Analisis Univariat ... 52

4.4 Analisis Bivariat ... 63

4.5 Analisis Multivariat ... 66

BAB 5. PEMBAHASAN ... 69

5.1. Pengaruh Pengetahuan terhadap Partisipasi Suami dalam Perawatan Kehamilan Istri di Kelurahan Pintu Sona Kabupaten Samosir ... 69

5.2. Pengaruh Kepercayaan terhadap Partisipasi Suami dalam Perawatan Kehamilan Istri di Kelurahan Pintu Sona Kabupaten Samosir ... 73

5.3. Pengaruh Adat istiadat terhadap Partisipasi Suami dalam Perawatan Kehamilan Istri di Kelurahan Pintu Sona Kabupaten Samosir ... 76

5.4. Keterbatasan Penelitian ... 80

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 81

6.1. Kesimpulan ... 81

6.2. Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 83


(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Kebutuhan makanan sehari-hari ibu tidak hamil dan ibu hamil ... 15 4.1. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Di Kelurahan Pintu Sona

Kabupaten Samosir ... 48 4.2. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Di Kelurahan Pintu Sona

Kabupaten Samosir ... 48 4.3. Jenis Fasilitas Kesehatan Di Kelurahan Pintu Sona Kabupaten Samosir ... 49 4.4. Distribusi Karakteristik Responden di Kelurahan Pintu Sona Kabupaten

Samosir ... 50 4.5. Distribusi Responden berdasarkan Jawaban Pertanyaan Pengetahuan

tentang Perawatan Kehamilan di Kelurahan Pintu Sona Kabupaten Samosir Tahun 2011 ... 52 4.6. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden tentang Perawatan

Kehamilan di Kelurahan Pintu Sona Kabupaten Samosir Tahun 2011 ... 55 4.7. Distribusi Responden berdasarkan Jawaban Pertanyaan Kepercayaan

dalam Perawatan Kehamilan di Kelurahan Pintu Sona Kabupaten Samosir Tahun 2011 ... 56 4.8. Distribusi Frekuensi Kepercayaan Responden tentang Perawatan

Kehamilan di Kelurahan Pintu Sona Kabupaten Samosir Tahun 2011 ... 57 4.9. Distribusi Responden berdasarkan Jawaban Pertanyaan Adat istiadat

dalam Perawatan Kehamilan di Kelurahan Pintu Sona Kabupaten Samosir Tahun 2011 ... 58 4.10. Distribusi Frekuensi Adat Istiadat Responden tentang Perawatan


(15)

4.11. Distribusi Responden berdasarkan Jawaban Pertanyaan Partisipasi terhadap Perawatan Kehamilan di Kelurahan Pintu Sona Kabupaten Samosir Tahun 2011 ... 60 4.8 Distribusi Frekuensi Partisipasi Suami dalam Perawatan Kehamilan Istri

di Kelurahan Pintu Sona Kabupaten Samosir Tahun 2011 ... 63 4.9. Hubungan Pengetahuan dengan Partisipasi Suami dalam Perawatan

Kehamilan Istri di Kelurahan Pintu Sona Kabupaten Samosir Tahun 2011 .. 64 4.10 Hubungan Kepercayaan dengan Partisipasi Suami dalam Perawatan

Kehamilan Istri di Kelurahan Pintu Sona Kabupaten Samosir Tahun 2011 .. 65 4.11. Hubungan Adat Istiadat dengan Partisipasi Suami dalam Perawatan

Kehamilan Istri di Kelurahan Pintu Sona Kabupaten Samosir Tahun 2011 .. 66 4.12. Hasil Akhir Analisis Regresi Logistik Ganda Pengaruh Pengetahuan,

Kepercayaan dan Adat Istiadat Terhadap Partisipasi Suami dalam Perawatan Kehamilan Istri di kelurahan Pintusona Kabupaten Samosir Tahun 2011 ... 67


(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 87

2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 96

3. Master Data Penelitian ... 103

4. Hasil Pengolahan Data ... 111

5. Surat izin Penelitian ... 122


(18)

ABSTRAK

Angka Cakupan kunjungan ibu hamil keempat (K4)

Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh pengetahuan, kepercayaan dan adat istiadat terhadap partisipasi suami dalam perawatan kehamilan istri di Kelurahan Pintu Sona Kabupaten Samosir. Jenis penelitian survey explanatory. Populasi dalam penelitian adalah suami-suami yang memiliki istri yang sedang hamil pada trimester ketiga. Sampel sebanyak 43 orang merupakan seluruh populasi. Data diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner, dianalisis dengan regresi logistik ganda dengan α = 0,05.

Kabupaten Samosir selama tiga tahun berturut-turut yaitu data tahun 2007 sebesar 52,77%, data tahun 2008 sebesar 48,69%, dan data tahun 2009 sebesar 67.05%, masih jauh dari diharapkan (90% target MDGs pada tahun 2015). Rendahnya pencapaian cakupan K4 tersebut diduga terkait dengan partisipasi suami yang masih kurang dalam perawatan kehamilan istrinya.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara statistik faktor pengetahuan, kepercayaan dan adat istiadat berpengaruh terhadap partisipasi suami dalam perawatan kehamilan istri. Variabel yang paling dominan adalah oleh variabel adat istiadat.

Disarankan kepada tenaga kesehatan khususnya bidan untuk meningkatkan sosialisasi dan penyuluhan rutin tentang perawatan kehamilan kepada suami melalui pendekatan kepada tokoh masyarakat.


(19)

ABSTRACT

Coverage numbers of mother was pregnant visits the fourth (K4) Samosir District for three consecutive years of data 2007 was 52.77%, data 2008 was 48.69%, and the data 2009 was 67.05%, it is still far from the expected (90 % target of the MDGs by 2015). The low achievement of the coverage of K4 was assumed to be cause of still less

The purpose of this explanatory survey study was to analyze the influence of knowledge,

participation of husband in wife’s antenatal care. beliefs

The result of this study showed that statistically the factors of knowledge, and culture on the participation of husband in wife’s antenatal care at Pintu Sona Village, Samosir District. The population of this study were 43 husbands, whose wives were at third trimester pregnancy. All of the 43 husbands were selected to be the samples for this study. The data for this study were obtained through questionnaire-based interview and the data obtained were analyzed through

multiple logistic regression tests with α = 0.05.

beliefs

It is recommended that the health officers, especially midwives should increase the routine socialization and counseling on the antenatal care to the husband through the approach to the public figure.

and culture had influence on the participation of husband in wife’s antenatal care. The most dominant influencing variable was culture.


(20)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Partisipasi suami menjadi salah satu faktor dalam menyukseskan program kesehatan reproduksi. Sebaik apapun program yang dilakukan Pemerintah tetapi tanpa peran aktif masyarakat, program tersebut tidak akan mencapai hasil yang diharapkan. Peningkatan partisipasi suami dalam perawatan kehamilan salah satu isu penting dalam kesehatan ibu dan anak.

Angka Kematian Ibu (AKI) Berdasarkan data resmi Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, terus mengalami penurunan. Pada tahun 2004 yaitu 270 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2005 yaitu 262 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2006 yaitu 255 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2007 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup. Menurut Profil Kesehatan Indonesia (2010), walaupun sudah terjadi penurunan AKI di Indonesia, namun angka tersebut masih menempatkan Indonesia pada peringkat 12 dari 18 negara ASEAN dan SEARO

(South East Asia Region, yaitu: Bangladesh, Bhutan, Korea Utara, India, Maladewa,

Myanmar, Nepal, Timor Leste, dan lain-lain).

Negara- negara didunia memberikan perhatian cukup besar terhadap AKI sehingga menempatkan diantara delapan tujuan yang tertuang Millenium

Development Goals (MDGs) yang harus dicapai sebelum 2015, AKI di Indonesia


(21)

189 negara pada September 2000, pada prinsipnya bertujuan meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan manusia (Yustina, 2007).

Penyebab kematian ibu secara langsung adalah perdarahan pasca persalinan, infeksi dan eklampsia. Penyebab tidak langsung yaitu status gizi, 4 (empat) terlalu (terlalu muda, terlalu tua, terlalu dekat dan terlalu sering), latar belakang pendidikan perempuan, pemberdayaan perempuan yang kurang baik, masalah ketidaksetaraan gender, nilai budaya, perekonomian serta rendahnya perhatian laki-laki terhadap ibu hamil dan melahirkan. Hal ini melatar belakangi kematian ibu yang mengalami komplikasi obsterik dalam tiga terlambat, terlambat mencapai tempat kesehatan, terlambat mengambil keputusan dan terlambat mendapat penanganan yang memadai di tempat pelayanan kesehatan (Prawirohardjo, 2009).

Angka Kematian Ibu di Provinsi Sumatera Utara dalam 4 tahun terakhir menunjukkan kecenderungan penurunan, dari 360 per 100.000 kelahiran hidup tahun 2005, menjadi 320 per 100.000 kelahiran hidup, pada tahun 2006 menjadi 315 per 100.000 kelahiran hidup, pada tahun 2007 menjadi 275 per 100.000 kelahiran hidup dan pada tahun 2008 sebesar 260 per 100.000 kelahiran hidup (Dinkes Propsu, 2009).

Angka Kematian Ibu di Kabupaten Samosir pada tahun 2010 yaitu 238 per 100.000 kelahiran hidup, Dari kematian ibu tersebut 2 ibu terjadi pada masa kehamilan, masa bersalin 1 ibu dan 3 ibu terjadi pada masa nifas. Penyebab kematian masih disebabkan oleh trias klasik (perdarahan, infeksi dan eklamsi), dan non medis (faktor ekonomi, sosial budaya) yaitu dari masyarakat (Dinkes Kab. Samosir, 2010).


(22)

Upaya pemerintah dalam rangka menurunkan AKI di Indonesia pada tahun 2000 dengan merancangkan Making Pregnancy Safer (MPS) yang merupakan strategi sektor kesehatan secara terfokus pada pendekatan dan perencanaan yang sistematis dan terpadu. salah satu dari strategi MPS adalah memberdayakan dan melibatkan peran serta perempuan, suami dan masyarakat oleh pemeritah yaitu dengan Program Desa Siaga (Desa Siap Antar Jaga) yang dilakukan sejak tahun 2006 termasuk didalamnya Program Suami Siaga. (Prawirohardjo, 2009).

Dalam konsep suami siaga, seorang suami dengan istri yang sedang hamil diharapkan siap mewaspadai setiap risiko kehamilan yang muncul, menjaga agar istri tidak melakukan hal-hal yang mengganggu kesehatan dan kehamilannya, serta segera mengantar ke rujukan terdekat bila ada tanda-tanda komplikasi kehamilan. Jika peran SIAGA ini dijalankan, diharapkan keterlambatan yang kerap menjadi penyebab kematian ibu melahirkan tidak terjadi. Keterlambatan yang dimaksud mencakup terlambat mengetahui kelainan kehamilan dan persalinan, terlambat memutuskan untuk segera ke fasilitas pelayanan kesehatan, terlambat menerima perawatan yang tepat (Lukman, 2009).

Peran suami dalam upaya meningkatkan kesehatan ibu selama hamil seperti mendukung istri agar mendapatkan pelayanan antenatal yang baik, menganjurkan ataupun memilihkan tempat pelayanan serta bidan atau dokter sekaligus mengantarkan istrinya ketika berkonsultasi. Ketika suami mengantarkan istrinya untuk pemeriksaan dan konsultasi, suami dapat belajar untuk mengenal tanda-tanda komplikasi kehamilan sehingga ketika kondisi istri membutuhkan pertolongan


(23)

kesehatan, suami dapat ikut berperan. Suami merupakan pemegang keputusan utama dalam keluarga yang memiliki peranan besar dalam penentuan perencanaan kesehatan istrinya agar tidak mengalami keterlambatan dalam mencari pertolongan (BKKBN, 2008).

Ketidaktahuan suami dalam mengenal komplikasi, keterlambatan mengenal bahaya di rumah, keterlambatan membawa istri ke fasilitas pelayanan kesehatan cukup berakibat fatal. Pada umumnya suami tidak mengetahui adanya tanda bahaya di rumah, walaupun suami atau anggota keluarga mengetahui adanya keluhan yang dirasakan oleh ibu hamil. Selama antenatal care suaminya tidak mengetahui jadwal

antenatal care, sehingga suami terkadang mengantar istrinya periksa hamil jika

kebetulan ia berada di rumah. Disamping itu suaminya tidak pernah bertanya atau mencari informasi kepada bidan, teman atau orangtua perihal kehamilan istrinya. Suami juga tidak mengetahui tanda bahaya yang terjadi di rumah dan kondisi ibu hamil serta risiko yang dapat muncul secara tiba-tiba, sebagai akibat dari faktor usia, jarak kehamilan, jumlah anak dan beban kerja (BKKBN, 2008).

Partisipasi adalah suatu proses aktif, yang bermakna bahwa orang ataupun kelompok terkait mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk melakukan sesuatu. Adanya keterlibatan masyarakat dalam upaya pembangunan diri, kehidupan, dan lingkungan mereka (Mikkelsen, 2003).

Partisipasi suami saat kehamilan sangat penting untuk membantu ketenangan jiwa istrinya. Suami yang baik adalah suami yang memenuhi kebutuhan istrinya, membantu perawatannya, dan terlibat secara dekat dengan segala sesuatu yang terjadi


(24)

pada istrinya. Seorang ayah seharusnya bekerja keras, bertanggung jawab dan meluangkan waktu untuk istri yang akan menciptakan kesenangan, kepuasan dan kebahagiaan yang tak terukur. Selama kehamilan maupun persalinan, istri biasanya menggantungkan semangatnya pada suami. Istri membutuhkan dukungan dari suaminya, dan jika dia tidak mendapatkan hal itu dia akan merasa hidup sendiri (Stoppard, 2002).

Mikkelsen (2003) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi partisipasi masyarakat yaitu faktor sosial, faktor budaya dan faktor politik. Adapun yang menjadi perhatian untuk menelaah tingkat partisipasi masyarakat adalah faktor budaya (pengetahuan, kepercayaan dan adat istiadat).

Pengambilan keputusan berkaitan erat dengan faktor sosial budaya terutama yang terkait dengan kesehatan reproduksi. Swasno (1998) menyatakan bahwa respon masyarakat terhadap perawatan kehamilan dan pasca persalinan bagi ibu dan bayinya sesuai dengan nilai-nilai, landasan pemikiran, keyakinan dan kepercayaan serta norma-norma yang mendasari prilaku pertolongan dan prilaku perawatan ibu dan anak.

Menurut Bobak (2004), ibu hamil yang mendapat perhatian, dukungan suami dan keluarga cenderung lebih mudah menerima dan mengikuti nasihat yang diberikan petugas kesehatan dibandingkan ibu hamil yang kurang mendapat dukungan dan perhatian dari suami dan keluarganya.

Menurut Cholil et all, (1998) bahwa tingkat pendidikan akan memengaruhi wawasan dan pengetahuan suami sebagai kepala rumah tangga. Semakin rendah


(25)

pengetahuan suami maka akses terhadap informasi tentang kesehatan istrinya akan berkurang sehingga suami akan kesulitan untuk mengambil keputusan secara efektif. Padahal sebenarnya suami mempunyai peranan yang sangat penting terutama dalam pengambilan keputusan berkenaan dengan kesehatan reproduksi pasangannya.

Hasil penelitian Ishak, dkk (2005) menemukan bahwa keterlibatan suami dalam menjaga kehamilannya dengan melakukan tindakan-tindakan memperhatikan gizi/makanan ibu hamil, pemeriksaan kehamilan dan mengusahakan agar persalinan ditolong tenaga kesehatan. Dipengaruhi oleh umur suami, pendidikan dan pekerjaannya.

Hasil penelitian Suryawati (2007) menemukan bahwa keterlibatan suami selama kehamilan istri cukup besar baik dalam bentuk aktivitas mengantar istri memeriksa kandungan ke bidan/dokter berusaha memenuhi keinginan istri yang sedang ngidam maupun mengingatkan istri lebih banyak makan makanan yang bergizi

Menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (2001), peningkatan partisipasi suami dalam perawatan kehamilan adalah perlu karena : (1). Suami merupakan pasangan dalam proses reproduksi, sehingga beralasan bila suami istri berbagi tanggung jawab dan peranan secara seimbang untuk mencapai kesehatan reproduksi dan berbagi beban untuk mencegah penyakit serta komplikasi kesehatan reproduksi dan kehamilan, (2). Suami bertanggung jawab secara sosial, moral dan ekonomi dalam membangun keluarga, (3). Suami secara nyata terlibat dalam fertilitas dan mereka mempunyai peran yang penting dalam mengambil keputusan (4).


(26)

Partisipasi dan tanggung jawab suami baik secara langsung maupun tidak langsung dalam perawatan kehamilan masih rendah.

Angka Cakupan kunjungan ibu hamil keempat (K4)

Hasil studi pendahuluan di Kelurahan Pintu Sona Kabupaten Samosir data tahun 2009 cakupan K4 sebesar 53,79% dan data 2010 cakupan K4 hanya 66,89% (masih jauh dari data cakupan yang diharapkan oleh Departemen Kesehatan yaitu 90%). Dari kunjungan ibu hamil ke pelayanan kesehatan terdeteksi 3 ibu hamil yang berisiko tinggi dengan keadaan 2 ibu hamil menderita anemia dan seorang ibu hamil dengan preeklamsi. Ditemukan juga ibu hamil dengan faktor risiko tinggi antara lain; jarak kehamilan kurang dari 2 tahun, anak lebih dari lima dan hamil diatas usia 35 tahun.

Kabupaten Samosir selama tiga tahun berturut-turut yaitu tahun 2007 adalah 52,77%, tahun 2008 adalah 48,69%, tahun 2009 adalah 67.05% (Profil Dinkes Kab. Samosir, 2010). Angka tersebut masih jauh dari diharapkan (90% target MDGs pada tahun 2015). Seluruh wilayah Puskesmas di Kabupaten Samosir angka cakupan K4 nya masih ketinggalan jauh, seperti wilayah kerja Puskesmas Buhit termasuk di Kelurahan Pintu Sona.

Di Kelurahan Pintu Sona sebagian besar suku Batak, pada budaya Batak anggapan istri adalah seorang wanita yang tidak sederajat dengan kaum pria. Di wilayah ini masih banyak suami yang setuju dengan hal tersebut, dimana suami akan mendapat kualitas dan kuantitas makanan yang lebih baik dibanding istri maupun anaknya karena dia beranggapan bahwa suamilah yang bekerja mencari nafkah dan sebagai kepala rumah tangga sehingga asupan asupan gizi untuk istri kurang. Hal ini


(27)

sangat berakibat buruk untuk kesehatan ibu jika dalam keadaan hamil. Hasil wawancara kepada 5 (lima) orang suami, terdapat 3 orang suami tidak tahu kapan istrinya mulai hamil dan tidak tahu tanda-tanda kehamilan sehingga dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi tidak berbeda dengan sebelum hamil. Berdasarkan hasil wawancara tersebut penulis berasumsi ada kemungkinan partisipasi suami dalam perawatan kehamilan rendah jika suami tidak mengetahui istri sedang hamil dan juga tanda-tanda kehamilan.

Dari fenomena tersebut terlihat bahwa ada masalah yang memengaruhi partisipasi suami dalam perawatan kehamilan, sehingga perlu dilakukan penelitian pengaruh pengetahuan, kepercayaan dan adat istiadat terhadap partisipasi suami dalam perawatan kehamilan istri di Kelurahan Pintu Sona Kabupaten Samosir.

1.2. Permasalahan

Apakah ada pengaruh pengetahuan, kepercayaan dan adat istiadat terhadap partisipasi suami dalam perawatan kehamilan istri di Kelurahan Pintu Sona Kabupaten Samosir.

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk menganalisis pengaruh pengetahuan, kepercayaan dan adat istiadat terhadap partisipasi suami dalam perawatan kehamilan istri di Kelurahan Pintu Sona Kabupaten Samosir.


(28)

1.4. Hipotesis

Ada pengaruh pengetahuan, kepercayaan dan adat istiadat terhadap partisipasi suami dalam perawatan kehamilan istri di Kelurahan Pintu Sona Kabupaten Samosir.

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Samosir; sebagai bahan masukan dalam upaya meningkatkan Partisipasi masyarakat khususnya para suami dalam perawatan kehamilan sebagai salah satu upaya menyukseskan Program Kesehatan Ibu dan anak.

1.5.2. Bagi para suami sebagai bahan masukan untuk meningkatkan pengetahuan tentang perawatan kehamilan dalam kaitanya untuk meningkatkan kepercayaan dan adat istiadat yang mendukung perawatan kehamilan sehingga partisipasi suami dalam perawatan kehamilan dilakukan secara tepat. 1.5.3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan pengaruh pengetahuan, kepercayaan dan adat istiadat terhadap partisipasi suami dalam perawatan kehamilan.


(29)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Perawatan Kehamilan

Perawatan kehamilan adalah perawatan selama kehamilan sebelum bayi lahir yang lebih ditekankan pada kesehatan ibu (Manuaba, 2007).

Perawatan kehamilan harus segera dimulai sesegera mungkin setelah diduga kuat terjadi kehamilan dengan tujuan utama untuk mengetahui status kesehatan ibu dan janin, menentukan usia kehamilan dan memulai rencana untuk perawatan obstetri berkelanjutan (Leveno, 2009).

2.2 Tujuan Perawatan Kehamilan

Periode prenatal adalah periode persiapan, baik secara fisik, yakni pertumbuhan janin dan adaptasi maternal maupun secara psikologis, yakni antisipasi menjadi orangtua. Kunjungan prenatal reguler dimulai segera setelah ibu pertama kali terlambat menstruasi, yang bertujuan untuk mengikuti pertumbuhan dan perkembangan janin dan untuk mengidentifikasi kelainan yang dapat menganggu proses persalinan normal (Bobak, 2005).

Tujuan perawatan kehamilan antara lain; (1) Mempromosikan dan menjaga kesehatan fisik dan mental ibu serta bayi dengan pendidikan, nutrisi, kebersihan diri, dan proses kelahiran bayi, (2) Mendeteksi dan penatalaksanaan komplikasi medis, bedah atau obstetri selama kehamilan, (3) Mengembangkan persiapan persalinan serta kesiapan menghadapi komplikasi (4) Membantu menyiapkan ibu untuk menyusui


(30)

dengan sukses menjalankan nifas normal dan merawat anak secara fisik, psikologi dan sosial (Kusmiyati, 2009).

2.3 Perawatan Kehamilan

Menjaga dan meningkatkan kesehatan ibu dan janin selama kehamilan adalah merupakan aspek yang yang penting. Untuk mewujudkan hal ini dapat dilakukan perawatan mandiri seperti berikut (Prawirohardjo, 2009) :

1. Perawatan Payudara

Payudara perlu dipersiapkan sejak sebelum bayi lahir sehingga dapat berfungsi dengan baik pada saat diperlukan. Payudara merupakan sumber air susu ibu yang akan menjadi makanan utama bagi bayi, karena itu jauh sebelumnya sudah harus dirawat. Kutang yang dipakai harus sesuai dengan pembesaran buah dada, yang sifatnya adalah menyokong buah dada dari bawah suspension, bukan menekan dari depan. Dua bulan terakhir dilakukan massage. Bila putting susu masuk kedalam, hal ini diperbaiki dengan menarik-narik keluar. (Prawirohardjo, 2009).

Pengurutan payudara untuk mengeluarkan sekresi dan membuka duktus dan sinus lateferus sebaiknya dilakukan secara hati-hati dan benar karena pengurutan yang salah dapat menimbulkan kontraksi pada rahim sehingga terjadi kondisi seperti pada uji kesejahteraan janin menggunakan uterotonika. Basuhan lembut setiap hari pada areola dan puting susu akan dapat mengurangi retak dan lecet pada area tersebut. Untuk sekresi yang mengering pada puting susu, lakukan pembersihan dengan menggunakan campuran gliserin dan alkohol, karena payudara menegang,


(31)

sensitif dan menjadi lebih berat maka sebaiknya gunakan penopang payudara yang sesuai (brassiere) (Stephenson, 1986).

2. Perawatan Gigi

Perawatan gigi selama masa hamil merupakan hal yang sangat penting. Rasa mual dapat mengakibatkan perburukan higiene mulut dan karies gigi dapat timbul. Tidak ada perubahan fisiologis selama masa hamil yang dapat menimbulkan karies gigi karena kalsium dan fosfor di dalam gigi menetap di email. Karena itu pepatah kuno yang mengatakan “setiap anak mendapat satu gigi” adalah tidak benar (Bobak, 2004).

Pemeriksaan gigi selama kehamilan minimal dua kali yang dilakukan pada trimester pertama karena terkait dengan hiperemesis dan ptialisme (reproduksi liur yang berlebihan) sehingga kebersihan rongga mulut harus terjaga. Sementara itu pada trimester ketiga terkait adanya kebutuhan kalsium untuk pertumbuhan janin sehingga perlu diketahui apakah terdapat pengaruh merugikan pada gigi ibu hamil. Dianjurkan untuk selalu menyikat gigi setelah makan karena ibu hamil rentan terhadap terjadinya

carries dan gingivitis (Prawirohardjo, 2009) 3. Istirahat dan Tidur

Wanita hamil dianjurkan untuk merencanakan istirahat yang teratur khusus seiring kemajuan kehamilan. Tidur pada malam hari selama lebih kurang 8 jam dan istirahat dalam keadaan rilaks pada siang hari selama 1 jam. Disamping latihan, istirahat juga diperlukan oleh ibu hamil khususnya selama trimester kedua dari kehamilannya selama dua atau tiga jam setiap sore di tempat tidur dan ruangan yang


(32)

tenang. Kaki sebaiknya dinaikkan sejajar dengan tubuh dan semua pakaian yang terlalu ketat dilonggarkan. Memasuki akhir bulan kehamilan, periode istirahat akan menjadi lebih banyak (Prawirohardjo, 2009).

Tidur siang menguntungkan dan baik bagi kesehatan ibu. Tempat hiburan yang terlalu ramai, sesak dan panas lebih baik dihindari karena dapat menyebabkan ibu jatuh pingsan (Mochtar, 1998).

4. Nutrisi

Wanita hamil harus betul-betul mendapat perhatian susunan dietnya, terutama mengenai jumlah kalori, protein yang berguna bagi pertumbuhan janin dan kesehatan ibu. Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan anemia, abortus, partus prematurus,

inertia uteri, perdarahan pasca persalinan, sepsis puerperalis, dan lain-lain.

Sedangkan makan berlebihan, karena dianggap untuk ibu dan janin, dapat mengakibatkan komplikasi seperti gemuk, pre-eklamsi, janin besar, dan sebagainya. Zat-zat yang diperlukan: protein, karbohidrat, zat lemak, mineral atau bermacam-macam garam terutama kalsium, Fosfor, Asam folat dan zat besi (Fe); vitamin dan air. semua zat tersebut kita peroleh dari makanan yang kita makan sehari-hari dan pengobatan tambahan yang diberikan jika terjadi kekurangan (Mochtar, 1998).

Banyak wanita berpendapat bahwa selagi hamil makan dikurangi, karena mereka takut janin menjadi besar sehingga sulit melahirkan. Pendapat ini tidak mempunyai dasar; sebenarnya ibu hamil memerlukan tambahan zat-zat untuk pertumbuhan janinnya agar sehat dan ini hanya bisa diperoleh dari makanan. Sebagai pengawasan kecukupan gizi ibu hamil dan pertumbuhan kandungannya dapat diukur


(33)

berdasarkan kenaikan berat badannya. Kenaikan berat badan rata-rata antara 10 – 12 Kg. Kenaikan berat badan yang berlebihan atau bila berat badan turun setelah kehamilan trimester kedua, haruslah menjadi perhatian (Prawirohardjo, 2009)

Jumlah kalori yang diperlukan bagi ibu hamil untuk setiap harinya adalah 2500 kalori. Pengetahuan tentang berbagai jenis makanan yang dapat memberikan kecukupan kalori tersebut sebaiknya dapat dijelaskan secara rinci dan bahasa yang dimengerti oleh para ibu hamil dan keluarganya. Jumlah kalori yang berlebih dapat menyebabkan obesitas dan hal ini merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya

preeklampsia. Jumlah pertambahan berat badan sebaiknya tidak melebihi 10-12 kg

selama hamil. Jumlah protein yang diperlukan oleh ibu hamil adalah 85 gram per hari. Sumber protein tersebut dapat diperoleh dari tumbuh-tumbuhan (kacang-kacangan) atau hewani (ikan, ayam, keju, susu, telur). Defisiensi protein dapat menyebabkan kelahiran prematur, anemia dan edema. Kebutuhan kalsium ibu hamil adalah 1,5 gram per hari. Kalsium dibutuhkan untuk pertumbuhan janin, terutama bagi pengembangan otot dan rangka. Sumber kalsium yang mudah diperoleh adalah susu, keju, yogurt, dan kalsium karbonat. Defisiensi kalsium dapat menyebabkan

riketsia pada bayi atau osteomalasia pada ibu. Metabolisme yang tinggi pada ibu

hamil memerlukan kecukupan oksigenasi jaringan yang diperoleh dari pengikatan dan pengantaran melalui hemoglobin di dalam sel-sel darah merah. Untuk menjaga konsentrasi hemoglobin yang normal, diperlukan asupan zat besi bagi ibu hamil dengan jumlah 30 mg/hari. Zat besi yang diberikan dapat berupa ferfous gluconate,


(34)

menyebabkan anemia defisiensi zat besi. Selain zat besi, sel-sel darah merah juga memerlukan asam folat bagi pematangan sel. Jumlah asam folat yang dibutuhkan oleh ibu hamil adalah 400 mikrogram per hari. Kekurangan asam folat dapat menyebabkan anemia megaloblastik pada ibu hamil (Stephenson, 1986).

Table 2.1. Kebutuhan makanan sehari-hari ibu tidak hamil dan ibu hamil

Kalori dan zat makanan Tidak hamil Hamil

Kalori 2000 2500

Protein 55 g 85 g

Kalsium (Ca) 0,5 g 1,5 g

Zat besi (Fe) 12 mg 30 mg

Vitamin A 5000 IU 6000 IU

Vitamin D 400 IU 600 IU

Tiamin 0,8 mg 1 mg

Riboflavin 1,2 mg 1,3 mg

Niasin 13 mg 15 mg

Vitamin C 60 mg 90 mg

Sumber: Mochtar, Sinopsis Obstetri, Ed ke-2, Jakarta, ECG, 1998

5. Aktivitas Fisik dan Latihan

Ibu hamil boleh melakukan kegiatan/aktifitas fisik biasa selama tidak terlalu melelahkan. Ibu hamil dapat melakukan pekerjaan seperti menyapu, mengepel, memasak dan mengajar. Semua pekerjaan tersebut harus sesuai dengan kemampuan wanita tersebut dan mempunyai cukup waktu istirahat. Sikap tubuh yang perlu diperhatikan ibu hamil: sikap duduk, berdiri, berjalan, tidur, bangun dari berbaring dan membungkuk dan mengangkat (Kusmiyati, 2009)


(35)

Lakukan gerak tubuh ringan, misalnya berjalan kaki, terutama pada pagi hari. Jangan melakukan pekerjaan rumah tangga yang berat dan hindarkan kerja fisik yang dapat menimbulkan kelelahan yang berlebihan (Stephenson, 1986).

Gerak badan berguna untuk sirkulasi darah menjadi baik, nafsu makan bertambah, pencernaan lebih baik, dan tidur lebih nyenyak. Gerak badan yang melelahkan dilarang. Dianjurkan jalan-jalan di pagi hari dalam udara yang masih segar. Gerak badan ditempat; berdiri lalu jongkok, terlentang dengan kaki diangkat, terlentang perut dengan diangkat dan melatih pernafasan (Prawirohardjo, 2009)

6. Aktivitas Seksual

Jika ada ancaman abortus atau persalinan premature maka koitus dihindari. Diluar itu, umumnya diterima bahwa wanita hamil yang sehat dapat dengan aman melakukan hubungan kelamin sebelum sekitar 4 minggu terakhir kehamilan (Leveno, 2009)

Selama kehamilan berjalan normal, koitus diperbolehkan sampai akhir kehamilan, koitus tidak dibenarkan bila; terdapat perdarahan pervaginam, terdapat riwayat abortus berulang, riwayat prematur, ketuban pecah, servik telah membuka.

Orgasme pada kehamilan trimester tiga dapat menyebabkan kontraksi uterus yang

meningkatkan kejadian partus prematurus, pada minggu terakhir kehamilan, koitus harus hati-hati (Mochtar, 1998)

The National Family Planning and Reproductive Health Assosiation, Washington, DC menyatakan untuk beberapa wanita, pemakaian kondom harus tetap


(36)

dilanjutkan sepanjang masa hamil. Tujuannya ialah mencegah penularan penyakit menular seksual (Kusmiyati, 2009).

7. Kebersihan dan Pakaian

Kebersihan tubuh harus terjaga selama kehamilan. Perubahan anatomi pada perut, area genitalia/lipat paha dan payudara menyebabkan lipatan-lipatan kulit menjadi lebih lembab dan mudah terinvestasi oleh mikroorganisme. Sebaiknya gunakan pancuran atau gayung pada saat mandi, tidak dianjurkan berendam dalam

bathtub dan melakukan vaginal douche. Gunakan pakaian yang longgar, bersih dan

nyaman dan hindarkan sepatu bertongkat tinggi (high heels) dan alas kaki yang keras (tidak elastis) serta korset penahan perut (Stephenson,1989).

Pada dasarnya pakaian apa saja bisa dipakai, dari bahan yang mudah menyerap keringat. Ada dua hal yang harus diperhatikan dan dihindari yaitu; (1) stoking yang terlalu ketat, karena dapat menggangu aliran darah; (2) sepatu dengan hak tinggi, akan menambah lordosis sehingga sakit pinggang akan bertambah (Prawirohardjo, 2009).

8. Pekerjaan

Bagi wanita pekerja, boleh tetap masuk kantor sampai menjelang partus. Pekerjaan jangan dipaksa sehingga istirahat cukup selama lebih kurang 8 jam sehari. Pada keadaan tertentu seperti partus prematur imminens, ketuban pecah dini, menderita kelainan jantung, aktivitas sehari-hari harus dibatasi (kusmaiyati, 2009)

Pembatasan jumlah kerja selama kehamilan dianjurkan untuk menghindari rasa lelah. Bentuk pekerjaan rumah yang berat atau pekerjaan berat diluar rumah


(37)

harus dihindari. Wanita yang benar-benar bekerja, dianjurkan untuk beristirahat untuk mengurangi kemungkinan rasa lelah. Pekerjaan penuh selama kehamilan akan disertai dengan resiko yang lebih besar terhadap kelahiran kurang bulan dan pertumbuhan janin buruk (Stoppard, 2002).

9. Bepergian dan Perjalanan

Perjalanan yang dilakukan oleh wanita sehat tidak berefek buruk pada kehamilan. Bepergian dengan menggunakan pesawat udara (yang tekanan udaranya dapat dikendalikan). Juga tidak menimbulkan resiko khusus. Tanpa adanya penyulit obstetri atau medis, wanita hamil dapat bepergian dengan pesawat terbang yang aman hingga gestasi 36 minggu (Mochtar, 1998).

Wanita hamil harus berhati-hati dalam membuat rencana perjalanan yang cenderung lama atau melelahkan. Duduk diam untuk waktu yang lama dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan mengakibatkan gangguan sirkulasi serta edema tungkai. Bepergian juga dapat menimbulkan masalah lain. Biasanya perjalanan jauh akan meletihkan, dan asupan makanan serta minuman cenderung berbeda dengan yang biasa dialami. Konstipasi atau diare sering terjadi dalam perjalanan, dan juga dengan berada di tempat lain terdapat ketidakpastian dalam memperoleh pelayanan medis yang memuaskan. Sabuk pengaman pada kendaraan harus dikenakan tanpa menekan bagian perut yang menonjol (Lenovo, 2009).

10.Konsumsi Alkohol dan Rokok

Alkohol yang dikomsumsi ibu hamil dapat membahayakan jantung ibu hamil dan merusak menimbulkan kecacatan dan kelainan pada janin dan menyebabkan


(38)

kelahiran premature. Wanita hamil seharusnya tidak mengkonsumsi atau mengurangi pemakaian alkohol sebelum atau selama hamil. Efek pemakaian alkohol dalam kehamilan adalah pertumbuhan janin terhambat, retardasi mental, kecacatan dan kelainan jantung dan kelainan neonatal (Kusmiyati, 2009).

Zat-zat kimia yang diserap dari asap rokok langsung membatasi pertumbuhan janin karena mereduksi jumlah sel yang dihasilkan didalam tubuh dan otak janin. Khusus selama kehamilan karena alasan apapun tidak boleh merokok sebab dengan merokok berarti dia menambah satu faktor kesulitan yang memperbesar kemungkinan terjadinya kematian bayi dalam kandungan (Stoppard 2002).

Ibu tidak dianjurkan untuk melakukan kebiasaan untuk merokok selama hamil karena dapat menimbulkan vasospasme yang berakibat pada anoksia bayi, berat badan lahir rendah (BBLR), prematuritas, kelainan kongenital dan solusio plasenta (Stephenson,1989).

11. Obat-obatan

Wanita hamil sebaiknya tidak mengkonsumsi obat-obatan selama hamil kecuali bila dengan resep dokter. Hal ini penting untuk menjaga embrio atau fetus terhadap bahaya atau efek dari obat-obatan tersebut (Kusmiyati, 2009).

Prinsipnya jika mungkin dihindari pemakaian obat-obatan selama kehamilan terutama triwulan pertama. Perlu dipertanyakan mana yang lebih besar manfaatnya dibandingkan bahayanya terhadap janin, oleh karena itu dipertimbangkan pemakaian obat-obatan tersebut (Mochtar, 1998).


(39)

12.Imunisasi dan Vaksinasi

Kehamilan bukan saat untuk memulai program imunisasi terhadap berbagai penyakit yang dapat dicegah. Setiap bahan (atau setiap kontak dengan mikroorganisme) yang dapat menaikkan suhu tubuh dengan tajam harus dihindari. Vaksinasi rubella, tifoid dan influenza tidak diberikan selama kehamilan karena kemungkinan adanya akibat yang membahayakan janin. Perlindungan terhadap polio dapat diberikan jika wanita tersebut belum pernah divaksin. Vaksin tetanus harus diberikan pada wanita hamil untuk mencegah kemungkinan tetanus neonatorum (Lenovo, 2009). Untuk memilih imunisasi apa yang aman selama kehamilan sebaiknya ibu berkonsultasi dengan petugas pelayanan kesehatan. Wanita hamil sebaiknya memberitahukan kepada petugas pelayanan kesehatan bahwa dia sedang hamil sebelum imunisasi ditetapkan (Stoppard 2002).

13.Kesehatan Jiwa

Ketenangan jiwa penting dalam menghadapi persalinan, karena itu dianjurkan bukan saja melakukan latihan-latihan fisik namun juga latihan kejiwaan untuk menghadapi persalinan. Walaupun peristiwa kehamilan dan persalinan adalah suatu hal yang fisiologis namun banyak ibu-ibu yang tidak tenang dan merasa khawatir. Untuk menghilangkan cemas harus ditanamkan kerjasama antara pasien dengan yang menolong persalinan (Prawirohardjo, 2009).

Agar proses psikologis dalam kehamilan berjalan normal dan baik maka ibu hamil perlu mendapatkan dukungan dan kenyamanan dalam psikologisnya.


(40)

Dukungan bisa berasal dari berbagai pihak baik itu dari suami, orang tua, anak, teman dan orang-orang sekeliling (Kusmiyati 2009).

14.Tanda Bahaya

Pada umumnya, 80-90% kehamilan akan berlangsung normal dan hanya 10-12% kehamilan yang disertai dengan penyulit atau berkembang menjadi kehamilan patologis. Kehamilan patologis sendiri tidak terjadi secara mendadak karena kehamilan dan efeknya terhadap organ tubuh berlangsung secara bertahap dan berangsur-angsur. Deteksi dini dari gejala dan tanda bahaya selama kehamilan merupakan upaya terbaik untuk mencegah terjadinya gangguan yang serius terhadap kehamilan maupun keselamatan ibu hamil. Faktor predisposisi dan adanya penyakit penyerta sebaiknya juga dikenali sejak awal sehingga dapat dilaklukan berbagai upaya maksimal untuk mencegah gangguan yang berat terhadap kehamilan dan keselamatan ibu maupun bayi yang dikandungnya (Lenovo,2009).

Tanda bahaya yang perlu diperhatikan dan diantisipasi dalam kehamilan adalah; perdarahan pervaginam, sakit kepala yang hebat, penglihatan kabur, bengkak diwajah dan jari-jari tangan, keluar cairan dari vagina dan gerakan janin tidak terasa (Prawirohardjo, 2009).

Beberapa gejala dan tanda lain yang terkait dengan gangguan serius selama kehamilan adalah: Muntah berlebihan yang berlangsung selama kehamilan, disuria, menggigil atau demam, ketuban Pecah Dini atau Sebelum Waktunya, Uterus lebih besar atau lebih kecil dari usia kehamilan yang sesungguhnya (Kusmaiyati, 2009).


(41)

15.Pemeriksaan kehamilan

Pemeriksaan kehamilan merupakan bagian terpenting dari seluruh rangkaian perawatan ibu hamil. Melalui pengawasan tersebut dapat ditetapkan kesehatan ibu hamil kesehatan janin dan hubungan keduanya sehingga dapat direncanakan pertolongan persalinan yang tepat (Manuaba, 2007).

Kunjungan prenatal dijadwalkan sekali sebulan selama tujuh bulan, sekali dua minggu pada bulan kedelapan, dan sekali seminggu pada bulan terakhir pada kehamilan yang normal. Pada kehamilan tanpa penyulit, kunjungan dapat lebih jarang dilakukan. Sebaliknya, wanita dengan kehamilan berpenyulit sering memerlukan kunjungan ulang dengan interval 1-2 minggu (Leveno, 2009).

Pemeriksaan dan pematauan antental setiap wanita hamil memerlukan minimal empat (4) kali kunjungan selama priode antenatal; satu kali kunjungan selama trimester pertma (sebelum 12 minggu), satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14-28) dan dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara 28-36 dan sesudah minggu ke 36) (Meilani, 2009).

Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan secara berkala dan teratur. Hal ini dapat memberikan peluang yang lebih besar bagi petugas kesehatan untuk mengenali secara dini berbagai penyulit atau gangguan kesehatan yang terjadi pada ibu hamil. Beberapa penyakit atau penyulit tidak segera timbul bersamaan dengan terjadinya kehamilan (misalnya, hipertensi dalam kehamilan) atau baru akan menampakkan gejala pada usia kehamilan tertentu (misalnya, perdarahan antepartum yang disebabkan oleh plasenta previa). Selain itu, upaya memberdayakan ibu hamil dan


(42)

keluarganya tentang proses kehamilan dan masalahnya melalui penyuluhan atau konseling dapat berjalan efektif apabila tersedia cukup waktu untuk melaksanakan pendidikan kesehatan yang diperlukan. Dari satu kunjungan ke kunjungan berikutnya sebaiknya dilakukan pencatatan (Lenovo, 2009)

2.4. Partisipasi

Partisipasi masyarakat merupakan suatu bentuk peran serta atau keterlibatan masyarakat dalam program pembangunnan. Partisipasi masyarakat ini menunjukkan bahwa masyarakat merasa terlibat dan merasa bagian dari pembangunan. Hal ini akan sangat berdampak positif terhadap keberhasilan pelaksanaan suatu program pembangunan (Soetomo, 2006).

Mikkelsen (2003), mengatakan bahwa pembangunan pada dasarnya merupakan proses perubahan sikap dan prilaku. Partisipasi masyarakat yang semakin meningkat baik secara kualitatif maupun kuantitatif merupakan salah satu perwujudan dari perubahan sikap dan prilaku tersebut. Ada enam tafsiran dan makna berbeda tentang partisipasi yaitu:

1. Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat dalam suatu proyek pembangunan, tetapi mereka tidak ikut terlibat dalam pengambilan keputusan. 2. Partisipasi adalah proses untuk membuat masyarakat menjadi lebih peka untuk

meningkatkan kemauan menerima dan kemampuan untuk menanggapi proyek pembangunan.


(43)

3. Partisipasi adalah suatu proses aktif, yang bermakna bahwa orang ataupun kelompok terkait mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk melakukan sesuatu.

4. Partisipasi adalah pemantapan dialog antara komunitas lokal dan pihak penyelenggara, pengimplementasian, pemantauan, dan pengevaluasian staf agar dapat memperoleh informasi tentang konteks sosial ataupun dampak sosial.

5. Partsisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan yang ditentukan oleh dirinya sendiri.

6. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam upaya pembangunan diri, kehidupan, dan lingkungan mereka.

Partisipasi adalah keadaan dimana individu, keluarga, maupun masyarakat umum ikut serta bertanggungjawab terhadap kesehatan diri, keluarga ataupun kesehatan lingkungannya. Dalam suatu masyarakat bagaimanapun sederhananya, selalu ada suatu stimulus. Mekanisme ini disebut pemecahan masalah atau proses pemecahan masalah (Depkes, 2006).

Partisipasi adalah peran serta aktif anggota masyarakat dalam berbagai jenjang kegiatan. Dilihat dari konteks pembangunan kesehatan, partisipasi adalah keterlibatan masyarakat yang diwujudkan dalam bentuk menjalin kemitraan diantara berbagai aktivitas program kesehatan, mulai dari pendidikan kesehatan, kemandirian dalam kesehatan, sampai dengan mengontrol perilaku masyarakat dalam menanggapi teknologi dan infrastrusktur kesehatan (Notoatmodjo, 2005).


(44)

2.4.1. Nilai-nilai Partisipasi Masyarakat

Partisipasi masyarakat adalah suatu pendekatan atau jalan yang terbaik untuk pemecahan masalah-masalah kesehatan dinegara-negara yang sedang berkembang, karena hal-hal berikut (Notoatmodjo, 2007):

1. Partisipasi masyarakat adalah cara paling murah, dengan ikut berpartisipasi masyarakat dalam program-program kesehatan, itu berarti diperoleh sumber daya dan dana dengan mudah untuk melengkapi fasilitas kesehatan mereka sendiri. 2. Bila partisipasi itu berhasil, bukan hanya salah satu bidang saja yang dapat

dipecahkan, tetapi dapat menghimpun dana dan daya.

3. Partisipasi masyarakat membuat semua orang bertanggung jawab untuk kesehatannya sendiri.

4. Partisipasi masyarakat didalam pelayanan kesehatan adalah rangsangan dan bimbingan dari atas, bukan sesuatu yang dipaksakan dari atas. Ini adalah suatu pertumbuhan yang alamiah, bukan yang semu.

5. Partisipasi masyarakat akan menjamin suatu perkembangan yang langsung, karena dasarnya adalah kebutuhan dan kesadaran masyarakat.

6. Melalui partisipasi, setiap anggota masyarakat dirangsang untuk belajar berorganisasi, mengambil peran yang sesuai dengan kemampuan masing-masing

2.4.2. Faktor –faktor Menumbuhkan Partisipasi Masyarakat

Menurut Cary dalam Notoatmodjo (2005), mengatakan bahwa partisipasi dapat tumbuh jika tiga kondisi berikut terpenuhi:


(45)

a. Merdeka untuk berpartisipasi, berarti ada kondisi yang memungkinkan anggota masyarakat untuk berpartisipasi.

b. Mampu untuk berpatisipasi, adanya kapasitas dan kompetensi anggota masyarakat sehingga mampu untuk memerikan sumbangan saran yang kontruksif untuk program.

c. Mau berpartisipasi, kemauan atau kesediaan anggota masyarakat untuk berpatisipasi dalam program

Ketiga kondisi ini harus hadir secara bersama-sama. Apabila orang mau dan mampu tetapi tidak merdeka untuk partisipasi, maka orang tidak akan berpatisipasi.

Menurut Ross dalam Notoatmodjo(2005), terdapat tiga prakondisi tumbuhnya partisipasi, yaitu;

a. Mempunyai pengetahuan yang luas dan latar belakang yang memadai sehingga dapat mengidentifikasi masalah, prioritas masalah dan melihat permasalahan secara komprehensif.

b. Mempunyai kemampuan untuk belajar cepat tentang permasalahan, dan belajar mengambil keputusan,

c. Kemampuan mengambil tindakan dan bertindak efektif

Batasan diatas sebenarnya menuntut persyaratan bahwa orang-orang yang akan berpartisipasi akan harus memenuhi persyaratan tertentu, yaitu kognisi tertentu.

Menurut Notoatmodjo (2005), yang mengutip pendapat Chapin, partipasi dapat diukur dari tinggi rendah sampai yang tertinggi, yaitu:


(46)

2. Memberikan bantuan dan sumbangan keuangan 3. Keanggotaan dalam kepanitiaan

4. Posisi kepemimpinan.

Menurut Mikkelsen (2003), rendahnya partisipasi masyarakat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:

1. Adanya penolakan secara internal dikalangan anggota masyarakat dan penolakan eksternal terhadap pemerintah

2. Kurang dana

3. Terbatasnya informasi, pengetahuan atau pendidikan masyarakat; dan 4. Kurang sesuai dengan kebutuhan

2.4.3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Partisipasi Masyarakat

Mikkelsen (2003) mengemukanan bahwa faktor-faktor yang memegaruhi patisipasi masyarakat itu yaitu:

1. Faktor sosial yaitu dilihat adanya ketimpangan sosial masyarakat untuk berpartisipasi

2. Faktor budaya yaitu adanya kebiasaan atau adat istiadat yang bersifat tradisional statis dan tertutup terhadap pembaharuan

3. Faktor politik yaitu apabila proses pembangunan yang dilaksanakan kurang melibatkan masyarakat pada awal dan akhir proses pembangunan sehingga terkendala untuk berpatisipasi dan pengambilan keputusan


(47)

Menurut Cholil et all, (1998), ada beberapa faktor yang memengaruhi partisipasi suami dalam perlindungan kesehatan reproduksi istrinya, antara lain : a. Budaya

Di berbagai wilayah di Indonesia terutama pada masyarakat yang masih tradisional menganggap istri adalah seorang wanita yang tidak sederajat dengan kaum pria dan hanya bertugas untuk melayani kebutuhan dan keinginan suami saja. Anggapan seperti ini memengaruhi perlakuan suami terhadap kesehatan reproduksi istri, misalnya suami akan mendapat kualitas dan kuantitas makanan yang lebih baik dibanding istri maupun anaknya karena dia beranggapan bahwa suamilah yang bekerja mencari nafkah dan sebagai kepala rumah tangga sehingga asupan asupan gizi untuk istri kurang.

b. Pendapatan

Pada masyarakat kebanyakan, 75-100% dari penghasilannya digunakan untuk membiayai keperluan rumah tangga sehari-hari, bahkan banyak keluarga yang setiap bulan mempunyai penghasilan yang rendah sehingga pada akhirnya ibu hamil tidak diperiksakan ke pelayanan kesehatan karena tidak mampu untuk membayar. Pemberdayaan suami perlu dikaitkan dengan pemberdayaan ekonomi keluarga sehingga suami tidak mempunyai alasan untuk tidak memperhatikan kesehatan istrinya karena permasalahan keuangan.

c. Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan akan memengaruhi wawasan dan pengetahuan suami sebagai kepala rumah tangga. Semakin rendah pengetahuan suami maka akses


(48)

terhadap informasi tentang kesehatan istrinya akan berkurang sehingga suami akan kesulitan untuk mengambil keputusan secara efektif. Padahal sebenarnya suami mempunyai peranan yang sangat penting terutama dalam pengambilan keputusan berkenaan dengan kesehatan reproduksi pasangannya.

2.5. Faktor Budaya yang Memengaruhi Partisipasi Suami dalam Perawatan Kehamilan

Kata budaya berasal dari bahasa sansekerta budhaya, bentuk jamak dari

bhudi, yang berarti budi atau akal. Dengan demikian kebudayaan diartikan sebagai

hal-hal yang bersangkutan dengan akal. Budaya sebagai segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam (Setiadi, 2002)

Menurut Taylor dalam Notoatmodjo (2005) kebudayaan sebagai keseluruhan yang kompleks yang didalamnya terkandung nilai ilmu pengetahuan, kepercayaan, dan kemampuan seni, moral hukum, adat-istiadat dan kemampuan lain serta kebiasaan yang didapat manusia sebagai anggota masyarakat.

Menurut Linton dalam Setiadi (2002) kebudayaan dapat dipandang sebagai konfigurasi tingkah laku yang dipelajari dan hasil tingkah laku yang dipelajari, dimana unsur pembentukannya didukung dan diteruskan oleh anggota masyarakat lainnya.

Soemardjan dan Soemardi dalam Setiadi (2009) merumuskan kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah


(49)

(material culture) yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya agar kekuatan serta hasilnya dapat diabadikan untuk keperluan masyarakat.

Menurut Koentjaranigrat (1997) kebudayaan adalah seluruh kelakuan dan hasil kelakuan manusia yang teratur oleh tata kelakuan yang harus didapatkan dalam belajar dan yang semua tersusun dalam kehidupan masyarakat.

Menurut Koentjaranigrat (1997) wujud dari suatu budaya dapat dikelompokkan dalam 3 (tiga) hal yaitu: (1) wujud dari suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma dan peraturan, (2) wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat dan (3) wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.

Menurut Setiadi, (2002), subtansi/isi utama kebudayaan merupakan wujud abstrak dari segala macam ide dan gagasan manusia yang muncul di masyarakat dalam bentuk pengetahuan, nilai pandangan hidup, kepercayaan, persepsi dan etos kebudayaan.

Faktor-faktor sosial budaya mempunyai peranan penting dalam memahami sikap dan prilaku menanggapi kehamilan, kelahiran serta perawatan bayi dan ibunya. Sebagian pandangan budaya tentang hal-hal tersebut telah diwariskan turun-temurun dalam budaya masyarakat yang bersangkutan. Oleh karena itu, meskipun petugas kesehatan mungkin menemukan suatu bentuk prilaku atau sikap yang terbukti kurang menguntungkan bagi kesehatan, seringkali tidak mudah bagi mereka untuk mengadakan perubahan terhadapnya, akibat telah tertanamnya keyaninan yang melandasi sikap dan prilaku secara kebudayaan dan warga komuniti tertentu.


(50)

Terbentuknya janin dan kelahiran bayi merupakan suatu fenomena yang wajar dalam kelangsungan hidup manusia, namun berbagai kelompok masyarakat dengan kebudayaannya diseluruh dunia memiliki aneka persepsi, interpretasi dan respon prilaku dalam menghadapinya, dengan berbagai implikasinya terhadap kesehatan. Menurut pendekatan biososiokultural dalam kanjian antropologi ini, kehamilan dan kelahiran bukan semata-mata dilihat dari aspek biologis dan fisiologisnya saja. Lebih dari itu, fenomena ini juga harus dilihat sebagai suatu proses yang mencakup pemahaman dan pengaturan hal-hal seperti pandangan budaya mengenai kahamilan dan kelahiran, persiapan kelahiran, para pelaku dan pertolongan persalinan, wilayah tempat kelahiran berlangsung, car-cara pencegahan bahaya, penggunaaan ramu-ramuan dan obat-obatan dalam proses kelahiran, cara-cara menolong persalinan dan pusat kekuatan dalam pengambilan keputusan mengenai pertolongan serta bayi dan ibunya ( Jordan, 1993 dikutip dalam Swasno, 1998).

2.5.1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Berdasarkan pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan ( Notoadmodjo, 2007).


(51)

Pengetahuan menurut Mustopadidjaj (2008), pengetahuan adalah informasi yang dimiliki oleh seorang dalam suatu bidang tertentu dan keterampilan adalah kemapuan untuk melaksanakan tugas tertentu baik secara mental maupun fisik.

Tingkat pengetahuan didalam domain kognitif menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu: a. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tantang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

b. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

c. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi-materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

d. Sintesis (syntesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk melakukan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Merujuk pada beberapa teori dan pendapat yang mendefinisikan tentang pengetahuan yang dijabarkan diatas maka pengetahuan suami adalah kemampuan suami terhadap semua tingkatan pengetahuan, mulai dari tahu, memahami hingga


(52)

dapat mengevaluasi materi-materi yang telah ditetapkan sebagai pengetahuan tentang perawatan kehamilan.

2.5.1.1. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).

2.5.1.2. Faktor yang Memengaruhi Pengetahuan

Ada beberapa faktor yang memengaruhi pengetahuan seseorang, antara lain :

1. Pendidikan

Tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang makin semakin baik pula pengetahuannya (Wied Hary A, 1996 dalam Hendra AW, 2008).

2. Pengalaman

Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu (Notoatmodjo, 1997).


(53)

3. Usia

Makin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun (Singgih, 1998 dalam Hendra AW, 2008). Selain itu Abu Ahmadi, 2001 dalam Hendra AW, 2008 juga mengemukakan bahwa memang daya ingat seseorang itu salah satunya dipengaruhi oleh umur. Dari uraian ini maka dapat kita simpulkan bahwa bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang.

4. Informasi

Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya TV, radio atau surat kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang (Wied Hary A, 1996 dalam Hendra AW, 2008). 2.5.2. Kepercayaan

Menurut Kamus besar bahasa Indonesia (2005) kepercayaan adalah

Kepercayaan sering diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek. Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu (Notoatmodjo 2007).

anggapan atau keyakinan bahwa sesuatu yg dipercayai itu benar atau nyata.


(54)

Menurut Fishbein dan Azjen dalam Dahniar (2009) kepercayaan atau keyakinan dengan kata”Belief” memiliki pengertian inti dari setiap tingkah laku manusia. Aspek kepercayaan tersebut merupakan acuan bagi seseorang untuk menentukan persepsi terhadap suatu objek.

Masyarakat mulai menghubungi sarana kesehatan sesuai dengan pengalaman atau informasi yang diperoleh dari orang lain tentang tersedianya jenis-jenis pelayanan kesehatan. Pilihan terhadap sarana pelayanan kesehatan tersebut dengan sendirinya atas kepercayaan atau keyakinan akan kemajuan sarana tersebut (Notoatmodjo, 2003).

Hasil penelitian Swasno (1998), terdapat kepercayaan yang menyebabkan prilaku keliru berupa pantangan makan yang bergizi (misalnya konsumsi dari protein hewani), pantangan perbuatan (makan dari piring besar), tata cara makan menurut adat setempat yang membedakan urutan dan alokasi makanan yang menempatkan ibu pada urutan belakang sekalipun dalam keadaan sedang hamil, yang keseluruhannya memberikan konsekuensi pada kurang kecukupan gizi wanita hamil.

Hasil penelitian Priantina dalam Swasno (1998), bahwa wanita hamil dilarang makan jenis tertentu seperti belut karena akan melahirkan anak dengan sifat ”licik” dan makan daging dan buah nenas muda yang dapat mengakibatkan kematian janin.

Hasil penelitian Anggorodi dalam Swasno (1998), kebiasaan memantangkan makan bagi wanita hamil merupakan hal yang umum di berbagai kebudayaan di nusantara. Pantangan makan dilakukan untuk bermacam-macam tujuan yang dimaksud untuk kepentingan sang bayi dan wanita hamil itu sendiri. Buah durian


(55)

dianggap berkualitas panas, sementara wanita hamil juga dianggap memiliki kualitas panas maka perpaduan dua unsur panas ini dianggap bisa menimbulkan bahaya berupa keguguran.

Demikian juga hasil penelitian Sudriana dalam Swasno (1998), pantangan yang harus dipatuhi suami yang menyiratkan pula pandangan keselamatan anak bukanlah semata-mata menjadi tanggung jawab istri, melainkan juga suaminya, di Bali kesulitan seorang wanita saat melahirkan dikaitkan dengan perbuatan suaminya semasa wanita itu hamil seperti sering memukul binatang dan mencukur rambut.

2.5.3. Adat istiadat

Tata kelakuan yang berintegrasi secara kuat dengan pola-pola prilaku masyarakat dapat mengikat menjadi adat istiadat (custom). Anggota masyarakat yang melanggar adat istiadat akan mendapat sanksi keras (Syafrudin, 2009)

Menurut Koenjaranigrat (1997), adat istiadat adalah pedoman yang bernilai dan memberikan arah atau norma yang terdiri dari aturan-aturan untuk bertindak yang apabila dilanggar menjadi tertawaan, ejekan dan celaan sesaat oleh masyarakat di sekitarnya.

Adat istiadat adalah suatu kaidah yang timbul dari masyarakat sesuai dengan kebutuhannya pada suatu saat lazimnya. Adat istiadat disuatu tempat berbeda dengan adat istiadat ditempat lain, demikian pula adat istiadat disuatu tempat berbeda menurut kurun waktunya (Soekanto, 2008).

Bentuk kepedulian dan keterlibatan suami dalam kehamilan istrinya itu dimanifestasikan dalam tindakan-tindakan seperti memperhatikan gizi/makanan ibu


(56)

hamil, memeriksakan kehamilan sejak dini, menjaga kesehatan fisik dan mental ibu, berdoa kepada Tuhan, mengusahakan agar persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan dan mengikuti trasidi (Beni, 2000).

Hasil penelitian Keumalahayati (2008), dukungan suami kepada ibu hamil dapat berupa dukungan fisik, emosional dan finansial, tetapi proses pengambilan keputusan dalam perawatan kehamilan dan persalinan disesuaikan dengan adat budaya Aceh, dan pengaruh budaya masyarakat Aceh menjadi hambatan dalam mengambil keputusan untuk memberi dukungan terhadap ibu hamil.

Hasil penelitian Priantina dalam Swasno (1998), pada masyarakat jawa barat, upacara-upacara yang berkenaan dengan daur hidup, sejak kehamilan, kelahiran, perkawinan hingga kematian. Dilakukan mulai dari upacara tujuh bulan ketika ia masih berupa janin dalam kandungan ibunya, yang ditujukan untuk keselamatan bayi selanjutnya upacara kelahiran yang antara lain terdiri dari upacara penanaman ari-ari dan upacara kelahiran bayi, kemudian setelah ia 40 hari diadakan upacara pengesahan keberadaan bayi sebagai anggota keluarga dimulai dari pembacaan doa keselamatan bagi bayi dan diakhiri dengan pemberian berkah berupa nasi lauk pauk kepada para tetangga.

Demikian juga hasil penelitian Napitupulu (2008), pada masyarakat Batak Toba upacara adat yang dilakukan pada saat usia kehamilan tujuh bulan di lakukan pada anak pertama dari seorang wanita yang bertujuan untuk keselamatan bagi janin sampai pada proses saat kelahirannya.


(57)

Demikian juga hasil penelitian Swasno (1998), pada masyarakat Jawa yang sering menitik beratkan perhatian pada aspek krisis kehidupan dari peristiwa kehamilan, kelahiran sehingga dalam adat istiadat mereka terdapat berbagai upacara adat yang cukup rinci untuk menyambut kelahiran bayi yang bertujuan mengupayakan keselamatan bagi janin dalam proses menjadi bayi hingga saat kelahirannya.

2.6. Landasan Teori

Partisipasi adalah suatu proses aktif, yang bermakna bahwa orang ataupun kelompok terkait mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk melakukan sesuatu. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam upaya pembangunan diri, kehidupan, dan lingkungan mereka (Mikkelsen, 2003).

Partisipasi suami saat kehamilan sangat penting untuk membantu ketenangan jiwa istrinya. Suami memenuhi kebutuhan istrinya, membantu perawatannya, dan terlibat secara dekat dengan segala sesuatu yang terjadi pada istrinya selama kehamilan serta mendukung istri agar mendapat pelayanan antenatal yang baik.

Menurut Mikkelsen (2003), faktor-faktor yang memengaruhi partisipasi masyarakat itu yaitu: faktor sosial, faktor budaya dan faktor politik. Salah satu faktor yang menjadi perhatian untuk menelaah tingkat partisipasi masyarakat adalah faktor budaya. Faktor budaya yaitu adanya kebiasaan atau adat istiadat yang bersifat tradisional statis dan tertutup terhadap pembaharuan.


(58)

Menurut Setiadi, dkk (2002), subtansi/isi utama kebudayaan merupakan wujud abstrak dari segala macam ide dan gagasan manusia yang muncul di masyarakat dalam bentuk pengetahuan, nilai pandangan hidup, kepercayaan, persepsi dan etos kebudayaan.

Menurut Taylor dalam Notoatmodjo (2005), kebudayaan sebagai keseluruhan yang kompleks yang didalamnya terkandung nilai ilmu pengetahuan, kepercayaan, dan kemampuan seni, moral hukum, adat-istiadat dan kemampuan lain serta kebiasaan yang didapat manusia sebagai anggota masyarakat.

Menurut Mikkelsen (2003), Setiadi, dkk (2002), dan Taylor dalam Notoatmodjo (2005), faktor budaya yang dimaksud adalah pengetahuan, kepercayaan dan adat istiadat.

2.7. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian dan landasan teori tersebut, maka peneliti dapat merumuskan kerangka konsep penelitian seperti pada Gambar 2.1

Variabel Independen (X) Variabel Dependen (Y)

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

Partisipasi Suami dalam Perawatan Kehamilan Istri Faktor Budaya

- Pengetahuan

- Kepercayaan


(59)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survei dengan tipe explanatory research yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengetahuan, kepercayaan dan adat istiadat terhadap partisipasi suami dalam perawatan kehamilan istri di Kelurahan Pintu Sona Kabupaten Samosir.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Pintu Sona Kabupaten Samosir dengan pertimbangan rendahnya partisipasi suami dalam perawatan kesehatan ibu dan anak di Kelurahan Pintu Sona. Berdasarkan survei pendahuluan suami tidak tahu kapan istrinya mulai hamil dan tidak tahu tanda-tanda kehamilan sehingga dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi tidak berbeda dengan sebelum hamil. Hasil laporan bidan desa Kelurahan Pintu Sona di Kabupaten Samosir dari kunjungan ibu hamil ke pelayanan kesehatan terdeteksi ibu hamil yang beresiko tinggi dengan keadaan ibu hamil menderita anemia dan preeklamsi, dimana komplikasi ini merupakan penyebab kematian ibu secara langsung. Penelitian direncanakan berlangsung dari bulan Januari 2011 sampai dengan Oktober 2011.


(60)

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua suami yang memiliki istri sedang hamil pada trimester ketiga di Kelurahan Pintu Sona Kabupaten Samosir tahun 2011 yang berjumlah 43 orang (Dinas Kesehatan Kab. Samosir).

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh responden yang memiliki istri sedang hamil pada trimester ketiga di Kelurahan Pintu Sona Kabupaten Samosir yang berjumlah 43 orang.

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari responden (sampel) langsung melalui wawancara berpedoman pada kuesioner yang telah disiapkan. kuesioner yang telah dibuat kemudian dilakukan ujicoba terhadap 30 orang suami (Dahlan, 2008) pada lokasi yang menyerupai karakteristik wilayah penelitian yaitu di Kelurahan Pasar Pangururan.

Sebelum dilakukan pengumpulan data primer, terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap kuesioner yang akan digunakan, agar layak digunakan sebagai alat pengumpul data primer, yaitu mengetahui atau mengukur sejauh mana kuesioner dapat dijadikan sebagai alat ukur terhadap kuesioner yang mewakili variabel terikat dan variabel bebas pada suatu penelitian. Kelayakan


(61)

menggunakan instrumen yang akan dipakai untuk penelitian diperlukan uji validitas dan reliabilitas. Uji dilakukan kepada 30 responden di Kelurahan Pasar Pangururan Kabupaten Samosir.

3.4.2. Data sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari catatan atau dokumen dari dari Puskesmas Buhit yaitu jumlah kunjungan ibu hamil dan Bidan Desa Kelurahan Pintu Sona yaitu identitas ibu hamil (usia kehamilan dan alamat ibu hamil), gambaran umum kelurahan Pintu Sona dan data lainnya yang mendukung data hasil penelitian.

3.4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dan reliabilitas terhadap kuesioner yang akan digunakan, agar layak digunakan sebagai alat pengumpul data primer, yaitu mengetahui atau mengukur sejauh mana kuesioner dapat dijadikan sebagai alat ukur terhadap kuesioner yang mewakili variabel terikat dan variabel bebas pada suatu penelitian. Kelayakan menggunakan instrumen yang akan dipakai untuk penelitian diperlukan uji validitas dan reliabilitas. Uji dilakukan kepada 30 responden di Kelurahan Pasar Pangururan Kabupaten Samosir. Uji validitas dilakukan dengan mengukur korelasi antara variabel dengan skor total variabel menggunakan rumus teknik Person Product

Moment Correlation Cooficient (r), dengan ketentuan koefisien korelasi > 0,3 (valid)

dan nilai Alpha Cronbach > 0,6 (reliable)

Setelah dilakukan uji coba kuesioner diketahui bahwa item-item pertanyaan pada variabel pengetahuan, kepercayaan, adat istiadat dan partisipasi suami, hasilnya valid dan reliable untuk digunakan pada penelitian ini, hasil perhitungan (lampiran 2)


(62)

3.5. Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1. Variabel terikat

Variabel terikat (dependent variabel) adalah variabel yang dialami dan diukur yang disebabkan oleh pengaruh variabel bebas, yaitu partisipasi suami dalam perawatan kehamilan.

3.5.2.Variabel bebas

Variabel bebas (Independent variabel) adalah variabel yang memengaruhi objek penelitian yaitu pengetahuan, kepercayaan dan adat istiadat.

3.5.3. Definisi operasional

1. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden tentang perawatan Kehamilan.

2. Kepercayaan adalah anggapan/ keyakinan yang dimiliki responden yang dijadikan acuan untuk menentukan persepsi terhadap perawatan kehamilan.

3. Adat istiadat adalah pedoman yang bernilai dan memberi arah bagi responden dalam perawatan kehamilan

4. Partisipasi dalam perawatan kehamilan adalah keikutsertaan responden dalam perawatan kehamilan

3.6. Metode Pengukuran

3.6.1 Pengukuran variabel independen

3.6.1.1. Pengukuran variabel pengetahuan didasarkan pada skala ordinal dari 20 (dua puluh) pertanyaan tertutup yang diajukan dengan alternatif jawaban benar


(63)

dan salah, penilaian untuk benar diberi nilai 1 dan untuk jawaban salah diberi nilai 0. Total skor dalam pengukuran ini adalah (1 x 20=20). Kemudian variabel pengetahuan dikategorikan menjadi 2 (dua) yaitu:

1. Baik, Jika responden memperoleh skor ≥ median(11-20) 2. Kurang, jika responden memperoleh skor < median (0-10)

3.6.1.2. Pengukuran kepercayaan didasarkan pada skala Likert dari 10 pertanyaan tertutup dengan pilihan jawaban sangat percaya, percaya, kurang percaya dan tidak percaya. Jawaban sangat percaya diberi skor 4, Jawaban percaya diberi skor 3 jawaban kurang percaya diberi skor 2, Jawaban tidak percaya diberi skor 1. Total skor dalam pengukuran ini adalah (4x10=40). Kemudian dikategorikan menjadi 2 (dua) yaitu:

1. Mendukung , Jika responden memperoleh skor ≥ median (26-40) 2. Tidak mendukung, jika responden memperoleh skor < median (10-25) 3.6.1.3. Pengukuran adat istiadat didasarkan pada skala likert dari 5 pertanyaan

tertutup dengan pilihan jawaban sangat setuju, setuju, kurang setuju dan tidak setuju. Jawaban sangat setuju diberi skor 4, Jawaban setuju diberi skor 3, Jawaban kurang setuju diberi skor 2, Jawaban tidak setuju diberi skor 1. Total skor dalam pengukuran ini adalah (4x5=20). Kemudian dikategorikan menjadi 2 (dua) yaitu:

1. Mendukung , Jika responden memperoleh skor ≥ median (13-20) 2. Tidak mendukung, jika responden memperoleh skor < median (5-12)


(1)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Dilihat dari pengetahuan suami didapatkan hasil mayoritas suami mengetahui tentang perawatan kehamilan istrinya (53,5%), secara statistik memiliki pengaruh bermakna (p= 0.000). Mayoritas suami pernah mendapat informasi tentang perawatan kehamilan dari petugas kesehatan, media massa dan kerabat.

2. Suami mayoritas memiliki kepercayaan yang mendukung dalam perawatan kehamilan istrinya (55,8%), secara statistik memiliki pengaruh bermakna (p=

0.000). Mayoritas suami cenderung melarang istrinya berpantang makanan

tertentu atau bertingkah laku tertentu selama hamil.

3. Suami mayoritas memiliki adat istiadat yang tidak mendukung dalam perawatan kehamilan istrinya (51,2%), secara statistik memiliki pengaruh bermakna (p=

0.000). Tradisi upacara tujuh bulanan, periksa hamil ke sibasso masih mereka

jalankan.

4. Adat istiadat merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap partisipasi suami dalam perawatan kehamilan di Kelurahan Pintu Sona.


(2)

6.2. Saran

1. Kepada tenaga kesehatan khususnya bidan melakukan:

a. Promosi /KIE (komunikasi, informasi dan edukasi) kepada para suami tentang Pengetahuan perawatan kehamilan khusunya perawatan payudara dan kebutuhan nutrisi selama kehamilan.

b. KIE yang terus menerus kepada para suami yang bertujuan untuk mempertahankan kepercayaan dan adat istiadat yang positif/ mendukung perawatan kehamilan dan mengurangi/ menghilangkan pemahaman nilai-nilai yang tidak mendukung dalam perawatan kehamilan.

c. Melakukan binasuana serta memberdayakan tokoh masyarakat khususnya tokoh agama dan sibasso dalam upaya mendorong para suami melakukan perawatan kehamilan istrinya.

2. Diharapkan Peran serta tokoh masyarakat mengingat masyarakat setempat masih sangat menghormati tokoh masyarakat, untuk meningkatkan partisipasi suami khususnya dalam hal kepercayaan dan adat istiadat yang mendukung perawatan kehamilan .

3. Diharapkan dilakukan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan partisipasi suami dalam perawatan kehamilan dengan variabel lainnya. Misalnya karakteristik suami, sosial budaya dan sosial ekonomi agar dapat memberikan kontribusi terhadap pengetahuan dan khazanah riset ilmiah di masa yang akan datang.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto,S., 2002, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Edisi Revisi V, Rineka Cipta.

Afiyanti, Y,. 2004, Studi Fenomenologi tentang Pengalaman Wanita di daerah Pedesaan dalam Menjalani Masa Kehamilan Pertama, Jurnal Keperawatan Indonesia, 2, 62-68.

Beni, R, 2000, Keterlibatan Suami Pada Masa Kehamilan: Menuju Kesetaraan Gender Dalam Proses Reproduksi Sehat. Jurnal Warta Demografi Vol.30. N

BKKBN, 2001, Pedoman Kebijakan Teknis keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi, BKKBN,Jakarta.

________, 2008, Peningkatan Partisipasi Pria dalam Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi di Indonesia, BKKBN, Jakarta.

Bobak, Jensen dan Lowdermilk., 2004, Maternity Nursing, 7th ed. St Louis; Mosby

Dahlan, S., 2008. Langkah-langkah membuat proposal penelitian bidang kedokteran dan kesehatan, Jakarta; seri tiga, cetakan I, CV. Sagung Seto.

Cholil, A,. Meiwita B. Iskandar, Sciortino,R,. 1998, “The Life Saver : The Mother Friendly Movement in Indonesia”, The State Ministry for the Role of Women, Republic of Indonesia and the Ford Foundation, Jakarta.

Depkes RI, 2001, Rencana Strategis Nasional Making Pregnancy Safer (MPS) di Indonesia Tahun 2001-2010, Jakarta

_________, 2006, Pedoman Teknis Pemberian Profilaksis Injeksi Vitamin K1 pada Bayi Baru Lahir di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Direktorat Bina Kesehatan Anak Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat. Jakarta.

Depdikbud RI, 2005, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Perum Balai Pustaka, Jakarta Dinas Kesehatan Kab. Samosir , 2010, Propil Kesehatan Kabupaten Samosir Tahun


(4)

Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara, 2009, Propil Kesehatan Propinsi Sumatera Utara tahun 2008, Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara, Medan.

Hidayat,A.; Mufdlilah., 2009, Konsep Kebidanan Plus Materi Bidan Delima, Yogyakarta: Edisi Ke-2, Penerbit Mitra Cendikia Press.

Hendra A.W., 2008, Ilmu Keperawatan Dasar, Yogyakarta: Edisi Ke-2, Penerbit Mitra Cendikia Press.

Ishak S, Wiludjeng,L,K., TM Maimuna, 2005. Keterlibatan Suami Dalam Menjaga Di Puskesmas Kecamatan Kuta Alam Banda Aceh Propinsi Nagroe Aceh Darusalam. Jurnal Penelitian System Kesehatan –Vol 8 No. 2 Desember

2005: 100-106 Http://www.Google.com. 14/06/2011

Keumalahayati, 2008, Dukungan Suami Terhadap Kesiapan Ibu Primigravida Menghadapi Persalinan di Daerah Pedesaan di Langsa Nangroe Aceh Darusalam, Jakarta: Program Magister Keperawatan S2 FIK-UI.

Koentjaranningrat, 1997, Pengantar Antropologi, Jakarta: Rineka Cipta.

Kusmiyati, dkk, 2009, Perawatan Ibu Hamil (Asuhan Ibu Hamil), Yogyakarta; Cetakan kw-3, Penerbit Fitramaya.

Leveno, Kenneth, J., 2009, Obstetri Williams; Panduan Ringkas (Williams Manual Of

Obstetrics, 21st

Lukman 2009, Suami Siaga

ed. Jakarta; ECG

http://www. Google/ duniagtm.com

Marimbi H., 2008. Etika dan Kode Etik Profesi Kebidanan, Yogyakarta: Penerbit Mitra Cendikia Press.

14/06/2011

Mikkelsen, B., 2003. Metode Penelitian partisipatoris dan upaya-upaya pemberdayaan, Jakarta; yayasan Obor Indonesia.

_____________., 1995, Methods for development work and research: a new guide for practitioners, 2nd

Maramis, W.F., 2006, Ilmu Prilaku dalam Pelayanan Kesehatan, Surabaya: Cetakan Pertama, Airlangga, University Press Sumbagus .

ed. USA.


(5)

Meilani, N., Setiyawati, N., Estiwidani,D., 2009, Kebidanan Komunitas, Yogyakarta: Cetakan Pertama, Penerbit Fitramaya.

Mustopodidjaja., 2008, Berbagai Dimensi Dan Dinamika Kepemimpinan Abad 21. http;/aparatur Negara. Bappenas. go.id/data/paper_makalah/pelayanan public/dimensi dinamika KEPIM ABAD 21. Pdf (diakses tanggal 12 Februari 2011. 20.35)

Mochtar, R., 1998, Sinopsis Obsteri, Jakarta; Edisi ke-2, ECG

Napitupulu, R, 2008, Adat istisadat batak dalam perawatan kehamilan, http//www.ibudan bayi.com/ diakses tanggal 16/06/2011

Notoatmodjo,S., 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Jakarta: Rineka Cipta. ---, 2002. Metodelogi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta.

---, 2003. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Prilaku, Jakarta : Rineka Cpita.

---, 2005, Promosi Kesehatan dan Ilmu Prilaku Teori dan Aplikasinya, Jakarta: Rineka Cpita.

---, 2007, Promosi Kesehatan dan Ilmu Prilaku, Jakarta: Rineka Cpita.

Prawiharjo, S, Wiknyosastro, H., Saifuddin, A, B., Rakhimhadhi, T. (Eds), 2009, Ilmu Kebidanan 5th

Panjaitan, B., 2009

ed. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo

Rachman, O.Y., 2007, Pendidikan Pasca Sarjana Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat UNDIP Semarang, Magister Administrasi Kesehatan.

Setiadi, 2002, Ilmu Sosial Budaya Dasar, Jakarta: Edisi Kedua, Predana Media Group.


(6)

Soetomo, 2006, Strategi-strategi Pembangunan Masyarakat, Yogyakarta: Cetakan I, Pustaka Pelajar.

Stephenson, J. N. Pregnancy Testing And Counseling. Ped. Clin. North Am. 36(3): 681-696, 1989

Stoppard, M,. 2002, Panduan Mempersiapkan kehamilan dan kelahiran untuk calon ibu dan ayah, Yogyakarta , Penerbit Pustaka Pelajar

Suryawati Chriswardani, 2007. Faktor Sosial Budaya Dalam Praktik Kehamilan, Persalinan Dan Pasca Persalinan (Studi Dikecamatan Bangsri Kabupaten Jepara). Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia –Vol 2 No.1 Januari 2007 Http://www.Google.com. 14/06/2011

Swasno, M, F., 1998, Kehamilan, Kelahiran, Perawatan Ibu dan Bayi dalam konteks budaya, Jakarta; UI. Press

Syafrudin, 2009, Sosiologi Budaya Dasar Untuk Mahasiswa Kebidanan, Jakarta: CV.Trans Info Media.

Varney, H., 1997, Varneys Midwifery 3nd

Yasril, 2009, Analisis Multivariat untuk Penelitian Kesehatan, Jogyakarta; Mitra CendikaOff Set.

ed. New York. Jones and Barttlett Publishers.

Yustina, I, (2007), Upaya Strategis Menurunkan AKI dan AKB, Jurnal Wawasan