mempunyai sifat agresivitas dan habitus yang tinggi akan mempunyai daya saing yang kuat.
2.5 Varietas
Rubatzky dan Yamaguchi 1998 menyatakan bahwa varietas adalah sub divisi spesies yang terdiri atas suatu populasi yang memiliki perbedaan karakter
11 morfologi dari spesies lain dan diberi nama latin menurut aturan kode tata nama botanis internasional.
Berdasarkan bentuk malai dan tipe spiklet, sorgum diklasifikasikan ke dalam 5 ras yaitu ras Bicolor, Guenia, Caudatum, Kafir, dan Durra. Ras Durra yang
umumnya berbiji putih merupakan tipe paling banyak dibudidayakan sebagai sorgum biji grain sorgum dan digunakan sebagai sumber bahan pangan.
Diantara ras Durra terdapat varietas yang memiliki batang dengan kadar gula tinggi disebut sebagai sorgum manis sweet sorghum. Sedangkan ras-ras lain
pada umumnya digunakan sebagai biomassa dan pakan ternak. Program pemuliaan sorgum telah berhasil memperoleh varietas dengan kandungan gula
yang tinggi sweet sorghum sehingga dapat menggantikan tanaman tebu sebagai penghasil bahan pemanis. Sorgum manis tersebut telah berhasil dibudidayakan di
China sebagai bahan pembuat biofuel Kusuma dkk., 2008.
2.6 Tumpangsari
Tumpang sari adalah kegiatan penanaman dua jenis tanaman atau lebih di lahan dan waktu yang bersamaan dengan alasan utama adalah untuk meningkatkan
produktivitas per satuan luas Francis, 1986 dan Sullivan, 2003. Ketika dua atau lebih jenis tanaman tumbuh bersamaan akan terjadi interaksi, masing-masing
tanaman harus memiliki ruang yang cukup untuk memaksimumkan kerjasama cooperation dan meminumkan kompetisi competition. Oleh karena itu, dalam
tumpang sari perlu dipertimbangkan berbagai hal yaitu 1 pengaturan jarak tanam, 2 populasi tanaman, 3umur panen tiap-tiap tanaman Sullivan, 2003.
Pola tanam berganda merupakan sistem pengelolaan lahan pertanian dengan mengkombinasikan intensifikasi dan diversifikasi tanaman Francis,1989. Pada
umumnya sistem tumpangsari lebih menguntungkan dibandingkan sistem monokultur karena produktivitas lahan menjadi lebih tinggi, jenis komoditas yang
dihasilkan beragam, hemat dalam pemakaian sarana produksi dan resiko kegagalan dapat diperkecil Beets, 1982.
Keuntungan secara agronomis dari pelaksanaan sistem tumpangsari dapat dievaluasi dengan cara menghitung Nisbah Kesetaraan Lahan NKL. Nilai ini
menggambarkan efisiensi lahan, yaitu jika nilainya 1 berarti menguntungkan. Beets,1982. Sistem tumpangsari dapat meningkatkan produktivitas lahan
pertanian jika jenis jenis tanaman yang dikombinasikan dalam sistem ini membentuk interaksi saling menguntungkan Vandermeer,1989.
Penanaman tumpangsari menciptakan agroekosistem pertanaman yang komplek, yang mencakup interaksi antara tanaman sejenis maupun berbeda jenis.
Persaingan terjadi apabila masing-masing dua atau lebih spesies tanaman memerlukan kebutuhan hidup yang sama Haryadi, 1996. Menurut Odum