Variabel yang diamati BAHAN DAN METODE

30 9 Bobot biji per malai Bobot biji per malai diukur dengan cara menimbang seluruh biji yang sudah dipipil dari malai tanaman sampel dengan menggunakan timbangan elektrik. Pengukuran dilakukan saat saat tanaman berumur 20 hsb dengan selang waktu 10 hari sampai tanaman berumur 40 hsb. Satuan ukur yang digunakan adalah gram g. 10 Laju pengisian biji LPB Laju pengisian biji diukur saat tanaman berumur 10 hsb dengan interval 10 hari sampai tanaman berumur 40 hsb dengan rumus berikut : LPB = x - y100 x 10 Keterangan : x = bobot kering 100 butir biji minggu sekarang y = bobot kering 100 butir biji minggu lalu satuan ukur yang digunakan adalah miligram per biji per hari mgbh 11 Daya kecambah Daya kecambah diukur saat tanaman berumur 20 hsb dengan interval 10 hari sampai tanaman berumur 40 hsb dengan rumus berikut : DK = bc x 100 Keterangan : DK = daya kecambah biji b = jumlah biji yang berkecambah setelah 10 hari 31 c = jumlah biji yang ditanam Pengecambahan dilakukan dengan metode uji daya kecambah diatas kertas didirikan dalam plastik UDKDDP dan disimpan dalam germinator tipe IPB 73-2AB.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitan pengaruh varietas dan tingkat kerapatan tanaman terhadap pertumbuhan biji dan kualitas benih sorgum dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Kerapatan tanaman rendah 1 dan 2 tanamanlubang menghasilkan keragaan daun dan pertumbuhan biji yang lebih tinggi dibandingkan dengan kerapatan tinggi 3 dan 4 tanamanlubang. 2. Varietas Numbu lebih tinggi dibandingkan dengan varietas Keller dan Wray dalam komponen pertumbuhan biji yaitu jumlah bijitanaman dan bobot bijitanaman. 3. Pengaruh kerapatan tanaman terhadap keragaan daun, pertumbuhan biji dan daya kecambah benih sorgum tergantung pada varietas. Pada kerapatan tanaman rendah 1 dan 2 tanamanlubang varietas Numbu memiliki jumlah bijitanaman tertinggi dibandingkan dengan varietas Keller dan Wray, sementara pada daya kecambah varietas Wray tertinggi dibandingkan dengan varietas Numbu dan Keller.

5.2 Saran

Dari hasil penelitian penulis menyarankan beberapa hal yaitu : 1. Untuk Produksi benih penulis menyarankan menggunakan kerapatan tanaman rendah 1 dan 2 tanamanlubang karena memberikan hasil yang lebih baik dalam pertumbuhan biji sorgum pada sistem tumpangsari dengan ubikayu. 2. Untuk Produksi benih penulis menyarankan penggunaan varietas Numbu untuk mendapatkan potensi pertumbuhan biji tertinggi dibandingkan dengan Varietas Keller dan Wray yang telah diuji. PUSTAKA ACUAN Atus’sadiyah, M. 2004. Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Buncis Phaseolus vulgaris L Tipe Tegak Pada Berbagai Variasi Kepadatan Tanaman dan Waktu Pemangkasan Pucuk. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang. Balai Penelitian Tanaman Serealia, 2013. Varietas Numbu Sorgum. http:balitsereal.litbang.pertanian.go.idindindex.php?option=com_content view=articelid=117:numbu-sorgumcatid=47:database-gandum-dan-sorgum. Diakses pada tanggal 8 Agustus 2015. Beets, W.C. 1982. Plant interrelationship and competition. In: Multiple Cropping and Tropical Farming Systems. Westerview Press. 178p. Beti, Y. A., A. Ispandi dan Sudaryono. 1990. Sorgum. Monografi Balai Penelitian Tanaman. Malang No. 5. Malang. Bouman, G. 1985. Developments in Agricultural Engineering : 4. Grain Handling and Storage. Elsevier Science Publishers; New York, USA. Copeland, L. O. 1976. Principles of Seed Science and Technology.Burgess Publishing Company.Minnesota. 369p. Departemen Kesehatan RI Direktorat Gizi. 1992. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Penerbit Bhratara-Jakarta. Hal. 57. Departemen Pertanian, 2009. Sekilas Kebun Percobaan Natar. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Lampung. Dicko MH, Gruppen H, Traore AS, Voragen AGJ, Van Berkel WJH. 2006. Sorghum grain as human food in Africa, relevance of content of starch and amylase activities. African Journal of Biotechnology 5 5:384-395 Dogget, H. 1970. Sorghum. Longmans Green Co. Ltd. Cambridge, USA. 73 FAO, Agricultural Departement.2002. Sweet Sorghum in China. World Food Summit,10-13 june 2002.http:www.fao.orgagl. Diakses tanggal 28 Agustus 2014 Farnhamm, D.E.2001. Row Spacing, Plant Density, and Hybrid Effects on Corn Grain Yield and Moisture.J. Agron.93:1049-1053 Francis, C. A. 1986. Introduction: Distribution and importance of multiple cropping. In: Francis C.A. ed.. Multiple Cropping System. p. 82 – 95. Macmillan Publ. Co. New York. Gardner, F.P., R.B. Pearce, dan R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya Terjemahan Herawati Susilo. Universitas Indonesia Press. Jakarta. 428 hal. Hamim, H., R. Larasati dan M. Kamal. 2012. Analisis komponen hasil sorgum yang ditanam tumpang sari dengan ubi kayu dan waktu tanam berbeda. Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI PERIPI- HIGI Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan.p 91- 94. Bogor, 1-2 Mei 2012. Hanafi, M.A. 2005. Pengaruh Kerapatan Tanam Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tiga Kultivar Jagung Zea mays L. Untuk Produksi Jagung Semi. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang. Hal 6-9. Haryadi.S.S., 1996. PengantarAgronomi. PT. GramediasPustakaUtama. Jakarta. 1997. Hatta, M.2011. Pengaruh Tipe Jarak Tanam Terhadap Anakan, Komponen Hasil dan Hasil Dua Varietas Padi pada Metode SRI.J. Floratek. 6:104-113. Irwan, W., A. Wahyudin, R. Susilawati dan T. Nurmala, 2004. Interaksi jarak tanam dan jenis pupuk kandang terhadap komponen hasil dan kadar tepung sorgum Sorghum bicolor L. Moench pada Inseptisol di Jatinangor. Jurnal Budidaya Tanaman. 4 :128-136. Ismail, G. I. dan A. Kodir. 1977. Cara bercocok tanam sorgum. Buletin teknik lembaga pusat penelitian pertanian Bogor 2. 1-9. Kamal,M.2011. Kajian Sinergi Pemanfaatan Cahaya dan Nitrogen Dalam Produksi Tanaman Pangan. Pidato ilmiah dalam rangka pengukuhan guru besar dalam bidang ilmu tanaman Fakultas Pertanian Univeritas Lampung di Bandar Lampung tanggal 23 Febuari 2011. Penerbit Universitas Lampung, Bandar Lampung. 68 hlm. Kamal, M., M.S. Hadi, E. Heriyanto, Jumarko dan Ashadi. 2014. Grain Yield, and Nutrient and Starch Content of Sorghum Sorghum bicolor L. Moench

Dokumen yang terkait

DISTRIBUSI BAHAN KERING BEBERAPA GENOTIPE SORGUM (Sorghum bicolor [L.] Moench) YANG DITUMPANGSARIKAN DENGAN UBIKAYU (Manihot esculenta Crantz.)

0 4 23

Pengaruh Kerapatan Tanaman terhadap Produksi Biomassa dan Nira Beberapa Varietas Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) Ratoon I

3 19 60

PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA VARIETAS SORGUM (Sorghum bicolor (L.) Moench) RATOON I PADA TINGKAT KERAPATAN TANAMAN YANG BERBEDA

1 12 57

PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA VARIETAS SORGUM (Sorghum bicolor (L.) Moench) RATOON I PADA TINGKAT KERAPATAN TANAMAN YANG BERBEDA

4 33 57

PENGARUH KERAPATAN TANAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA VARIETAS SORGUM (Sorghum bicolor (L.) Moench)

1 18 55

PENGARUH KERAPATAN TANAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA VARIETAS SORGUM (Sorghum bicolor (L.) Moench)

2 13 55

RESPONS BEBERAPA GENOTIPE SORGUM (Sorgum bicolor [L.] Moench) TERHADAP SISTEM TUMPANGSARI DENGAN UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz)

8 37 27

KAJIAN INTERSEPSI CAHAYA MATAHARI PADA TIGA VARIETAS SORGUM (Sorghum bicolor (L.) Moench) DENGAN KERAPATAN TANAMAN BERBEDA PADA SISTEM TUMPANGSARI DENGAN UBIKAYU (Manihot esculenta Crantz)

2 17 45

PENGARUH KERAPATAN TANAMAN SORGUM (Sorghum bicolor (L.) Moench) TERHADAP PRODUKSI BIOMASSA SORGUM, PERTUMBUHAN, DAN HASIL UBIKAYU (Manihot esculenta Crantz) PADA SISTEM TUMPANGSARI SORGUM DENGAN UBIKAYU

5 30 67

PENGARUH TINGKAT KERAPATAN TANAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SORGUM (Sorghum bicolor (L.) Moench) PADA SISTEM TUMPANGSARI DENGAN UBIKAYU (Manihot esculenta Crantz)

0 8 65