Kerangka Pemikiran TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah, dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Paradigma Kinerja Penyuluh BP3K Terbanggi Besar sebagai BP3K Model CoE. Penyuluh Kinerja penyuluh Y 1 Tersusunnya programa penyuluhan pertanian di tingkat BPPKecamatan sesuai dengan kebutuhan petani. 2 Tersusunnya kinerja penyuluh pertanian di wilayah kerja masing-masing 3 Tersusunnya peta wilayah komoditas unggulan spesifik lokasi. 4 Terdiseminasinya informasi dan teknologi pertanian secara merata dan sesuai dengan kebutuhan petani. 5 Tumbuh kembangnya keberdayaan dan kemandirian petani, kelompok tani, usahaasosiasi petani dan usaha formal koperasi dan kelembagaan lainnya. 6 Terwujudnya kemitraan usaha antara petani dengan pengusaha yang saling menguntungkan. 7 Terwujudnya akses petani ke lembaga\keuangan, informasi, sarana produksi pertanian dan pemasaran. 8 M eningkatnya produktivitas agribisnis komoditas unggulan di masing-masing wilayah kerja. 9 Meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan petani di masing-masing wilayah kerja. 10 Meningkatnya penerapan cyber extension dalam kegiatan penyuluhan. 1. Umur X1 2. Tingkat Pendidikan formal X2 3. Peningkatan kualitas SDM X3 4. Masa kerja X4 5. Jarak tempat tinggal dengan tempat bertugas X5 6. Jumlah Petani Binaan X6 7. Fasilitas kerja X 7 BP3K BP3K Model BP3K Model CoE

C. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : 1. Umur mempengaruhi tingkat kinerja penyuluh di BP3K Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah. 2. Tingkat Pendidikan Formal mempengaruhi tingkat kinerja penyuluh di BP3K Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah. 3. Peningkatan Kualitas SDM mempengaruhi tingkat kinerja penyuluh di BP3K Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah. 4. Masa Kerja mempengaruhi tingkat kinerja penyuluh di BP3K Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah. 5. Jarak Tempat Tinggal dengan Tempat Bertugas mempengaruhi tingkat kinerja penyuluh di BP3K Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah. 6. Jumlah Petani Binaan mempengaruhi tingkat kinerja penyuluh di BP3K Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah. 7. Fasilitas Kerja mempengaruhi tingkat kinerja penyuluh di BP3K Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah.

III. METODE PENELITIAN

A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi

Definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti serta penting untuk memperoleh dan menganalisa data yang berhubungan dengan tujuan penelitian.

1. Variabel X Variabel Bebas

Variabel X merupakan variabel faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja penyuluh dalam melaksanakan tugas pokoknya, yaitu : a. Umur X1 adalah usia penyuluh dari awal kelahiran sampai pada saat penelitian dilakukan, pengukuran dilakukan dengan menggunakan satuan tahun. Indikator umur penyuluh ditunjukkan dengan akte kelahiran atau surat keterangan dari pemerintah setempat. Umur diklasifikasikan berdasarkan data lapangan menjadi muda, sedang, dan tua. b. Tingkat pendidikan formal X2 adalah tingkat pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh penyuluh. Tingkat pendidikan formal diukur berdasarkan jumlah tahun yang ditempuh penyuluh. Indikator tingkat pendidikan formal ditunjukkan dengan Ijazah. Tingkat pendidikan formal diklasifikasikan berdasarkan data lapangan menjadi rendah, sedang dan tinggi. c. Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia X3 adalah proses belajar yang pernah diikuti penyuluh berupa pelatihan yang sesuai dengan pekerjaan sebagai penyuluh pertanian yang diukur dengan kualitas dan kuantitas pelatihan, workshop, dan seminar yang diikuti penyuluh. Selanjutnya diklasifikasikan berdasarkan data lapangan menjadi tidak pernah, cukup sering, dan sering. Peningkatan kualitas SDM diukur menggunakan pertanyaan yang berdasarkan pada : 1 Kuantitas pelatihan, workshop, maupun seminar yang diikuti penyuluh. a Jika penyuluh pernah mengikuti pelatihan, workshop, dan seminar = 3 b Jika penyuluh pernah mengikuti dua kegiatan diantara ketiga kegiatan tersebut = 2 c Jika penyuluh hanya pernah mengikuti salah satu dari kegiatan tersebut = 1 2 Kualitas pelatihan, workshop, maupun seminar yang diikuti penyuluh. a Mengikuti pelatihan, workshop, maupun seminar tingkat provinsi = 3 b Mengikuti pelatihan, workshop, maupun seminar tingkat kabupaten = 2

Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Penyuluh pertanian di Kabupaten Mandailing Natal

12 173 90

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERUBAHAN PELAKSANAAN NGEDIYOU PADA MASYARAKAT LAMPUNG PEPADUN DI KAMPUNG TERBANGGI BESAR KECAMATAN TERBANGGI BESAR KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

0 10 48

EFEKTIVITAS PROGRAM PENGEMBANGAN BP3K SEBAGAI MODEL COE (CENTER OF EXCELLENCE) TERHADAP PENINGKATAN KINERJA PENYULUH DI BP3K BATANGHARI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

0 10 78

KINERJA PENYULUH BP3K MENGGALA SEBAGAI MODEL CENTER OF EXCELLENCE (COE) DI KECAMATAN MENGGALA KABUPATEN TULANG BAWANG

1 12 91

Identifikasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keseragaman Pembungaan Tanaman Nenas (Ananas comosus L.Merr) di PT.Great Pineapple, Terbanggi Besar, Lampung Tengah

0 7 6

Analisis Tingkat Kepuasan Petani Terhadap Kinerja Penyuluh Lapang di BP3K wilayah Ciawi Kabupaten Bogor

2 19 165

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PENYULUH PERTANIAN Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Penyuluh Pertanian (Studi Empiris di Kabupaten Boyolali).

1 4 16

Purnomojati Anggoroseto. S621008003.

0 2 193

PERSEPSI PETANI TERHADAP KINERJA PENYULUH DI BP3K SEBAGAI MODEL COE (CENTER OF EXCELLENCE) KECAMATAN METRO BARAT KOTA METRO (The Farmer’s Perception to the Extension Worker’s Performances in BP3K as a CoE (Center Of Excellence) Model, West Metro District

0 0 8

EFEKTIVITAS PROGRAM PENGEMBANGAN BP3K SEBAGAI MODEL CENTER OF EXCELENCE (CoE) DALAM PENINGKATAN KINERJA PENYULUH DI KECAMATAN BATANGHARI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR (The Effectiveness of BP3K Development Program As Center of Excellence (CoE) Model Toward Rais

0 1 8