Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah mahluk hidup yang tumbuh dan berkembang dengan lingkungannya, dan hidup dengan saling berketergantungan satu sama lain. Oleh karena itu interaksi dan komunikasi terhadap sesamanya merupakan cara manusia untuk mewujudkan atau memenuhi kebutuhannya. Dengan adanya kebutuhan yang ingin dicapai maka terjadilah berbagai upaya atau kegiatan usaha untuk saling melengkapi. Yang dimana usaha itu disebut sebagai kegiatan usaha, dengan tujuan salingmemenuhi atau melengkapi kebutuhan sesama manusia yang menghasilkan keuntungan, salahsatunya melalui melakukan kegiatan usaha seperti perdagangan, industri, jasa dan termasuk usaha kecil menengah didalamnya. Usaha Kecil Menengah UKM memegang peranan yang sangat besar dalam memajukan perekonomian Indonesia. Selain sebagai salah satu alternatif lapangan kerja baru, Usaha Kecil Menengah juga berperan dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi pasca krisis Moneter tahun 1997 di saat perusahaan- perusahaan besar mengalami kesulitan dalam mengembangkan usahanya. Saat ini, UKM telah berkontribusi besar pada pendapatan daerah maupun pendapatan Negara Indonesia. Dalam melakukan kegiatan usaha tersebut setiap manusia mempunyai hak yang sama, sebagaimana pemerintah mengaturnya dengan dikeluarkan berbagai peraturan yang berkaitan dengan persoalan tersebut. Sebagimana dijelaskan dalam Universitas Sumatera Utara pasal 27 ayat 2 Undang-Undang Dasar 1945 Negara Kesatuan Republik Indonesia, bahwa tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Artinya hak-hak manusia tidak dibeda-bedakan dalam melakukan suatu kegiatan usaha. Namun untuk mencapai suatu keadilan seperti yang tertuang dalam sila kelima Pancasila “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” maka pemerintah menetapkan suatu hukum sebagai upaya mengatur dan menciptakan berbagai prosedur untuk dapat melakukan kegiatan usaha tersebut. Dalam menjalankan fugsinya hukum memerlukan berbagai perangkat dengan tujuan agar hukum memiliki kierja yang baik. Salah satu kinerja yang membedakan dengan yang lain adalah bahwa hukum memiliki kaidah yang bersifat memaksa, artinya apabila kaidah hukum dituangkan kedalam sebuah perundang-undangan maka setiap orang harus melaksanakannya. Selain itu untuk mengendalikan setiap kegiatan atau prilaku individu atau kolektivitas yang bersifat preventif adalah melalui izin. Izin adalah suatu keputusan adminstrasi negara yang memperkenankan suatu perbuatan yang pada umumnya dilarang, tetapi diperkenankan dan bersifat kongkrit. Izin disini dimaksudkan sebagai hal yang bisa memberikan kontribusi positif terhadap ektivitas ekonomi terutama dalam upaya menggali Pendapatan Asli Daerah PAD dan mendorong laju investasi. Suatu izin yang diberikan pemerintah memiliki maksud untuk menciptakan kondisi aman dan tertib agar setiap kegiatan sesuai dengan peruntukannya. Disisi lain tujuan dari perizinan bagi pemerintah seringkali dihubungkan dengan PAD, karena pendapatan Universitas Sumatera Utara merupakan hal yang penting dalam kerangka mewujudkan otonomi daerah. Tanpa pendapatan yang memadai, mustahil otonomi daerah itu bisa terwujud. 2 perkenanizin dari pemerintah berdasarkan undang-undang atau peraturan pemerintah yang disyaratkan untuk perbuatan yang pada umumnya memerlukan pengawasan khusus, tetapi yang pada umunya tidaklah dianggap sebagai hal-hal yang sama sekali tidak dikehendaki. Didalam kamus Hukum, izin Vergunning di jelaskan sebagai: “Overheidstoestemming door wet of verordening vereist gesteld voor tal van handeling waarop in het algemeen,belang speciaal toezicht vereist is, maar die, in het algemeen, niet als onwenselijk worden beschouwd” 3 Paling penting dalam proses penerbitan izin ini adalah persoalan siapa yang paling berwewenang memberikan izin. Ini sangat penting karena izin merupakan bentuk keputusan tata usaha negara. Izin dapat dikatakan sebagai Izin pada prinsipnya memuat larangan, persetujuan, yang merupakan dasar pengecualian. Pengecualian itu harus diberikan oleh undang-undang untuk menunjukkan legalitas sebagai suatu ciri negara hukum yang demokratis.Izin diterapkan oleh pejabat negara, sehingga dilihat dari penempatannya maka izin adalah instrumen pengendalian dan alat pemerintah untuk mencapai apa yang menjadi sasarannya. 2 Ridwan Juniarso dan Sodik Achmad, Hukum Administrasi Negara danKebijakan Pelayanan publik, Bandung: Nuansa, catakan I, 2010, hlm 90. 3 HR Ridwan, Hukum Administrasi Negara, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, Edisi I, 2007, hlm 207. Universitas Sumatera Utara keputusan tata usaha negara karena ia dikeluarkan oleh pejabat tata usaha negara, yaitu pemerintah atas permohonan yang diajukan oleh badan hukum perdata atau perorangan. Pemerintah merupakan pejabat tata usaha negara, kerena ia melaksanakan fungsi untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan baik di tingkat pusat dan daerah dengan berdasarkan peraturan perundang-undangan. 4 Dalam Penyelenggaraan otonomi daerah yang demikian tentu saja berimplikasinegatif terhadap sektor pelayanan administrasi publik. Salah satu bentukpelayanan publik adalah pelayanan berupa perizinan usaha. Era otonomi yang diharapkan dapat menumbuhkembangkan iklim usaha yang kondusif ternyatabelum berjalan seperti yang diharapkan. Pola birokrasi yang dibangun justru menyebabkan ekonomi biaya tinggi high cost economy karena kompleksnya pola perizinan yang diterapkan. Peningkatan efisiensi, efektivitas, transparansidan akuntabilitas dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan mutlakdibutuhkan karena kemajuan teknologi komunikasi dan informasi yang pesatserta potensi pemanfaatannya secara luas, membuka peluang bagipengaksesan, pengelolaan dan pendayagunaan informasi dalam volume yangbesar secara cepat dan akurat. 5 4 Ridwan Juniarsodan Sodik Achmad, Op Cit, hlm 92 dan 93. 5 Konsideran menimbang huruf c Inpres Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-Government Dalam aspek perizinan usaha, ternyata otonomi daerah belum secara signifikan mmemperbaiki kualitas pelayanan dalam perizinan usaha. Bahkan, ada kecenderungan pasca penerapan otonomi daerah jumlah biayanya meningkat. Universitas Sumatera Utara Ironisnya, tingginya biaya perizinan tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas pelayanan. Banyak pelaku usaha yang mengeluh karena kekecewaan mereka terhadap kualitas pelayanan yang diberikan oleh birokrasi perizinan, seperti tidak adanya transparansi biaya dan prosedur, prosedur yang berbelit-belit, tingginya biaya yang harus dikeluarkan, sampai diskriminasi terhadap golongan tertentu. Implikasi ekonomis dari prosedur yang panjang dan berbelit-belit adalah pengusaha harus membayar biaya dalam jumlah yang lebih besar. Dengan kata lain, semakin panjang jalur birokrasi atau prosedur yang harus dilalui,semakin besar pula biaya yang harus dikeluarkan. Keberhasilan pelayanan perizinan dilihat dari jumlah izin yang dikeluarkan dan retribusi yang diterima. Seringkali para birokrat mengkaitkan izin dengan retribusi. Dimana penerimaan retribusi ditetapkan sebagai target pendapatan asli daerah PAD dalam penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD. Sehingga pada saat itu pemerintah daerah memandang bahwa izin usaha sebagai sumber pendapatan. Dengan demikian, agar bisa dikatakan sukses, birokrasi pelayanan perizinan harus mampu memenuhi atau bahkan lebih besar dari target yang telah ditetapkan. sehingga target penerimaan lebih penting dari kualitas pelayanan yang diberikan. Sementara esensi fungsi utama dari pemberian izin tersebut bagi pemerintah daerah sangat penting, seperti untuk fungsi pengendalian, pengawasan, dan pembinaan. Universitas Sumatera Utara

B. Rumusan Permasalahan

Dokumen yang terkait

Prosedur Perolehan Izin Tempat Hiburan Ditinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara (Studi Peraturan Daerah Kota Medan Peraturan Daerah (Perda) Kota Medan No 37 Tahun 2002, Tentang Pendirian Lokasi Usaha Rekreasi Dan Hiburan Umum)

3 63 92

Prosedur Pemberian Izin Usaha Peternakan Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2004 Ditinjau dari Perspektif Hukum Administrasi Negara (Studi Pemerintah Kota Medan)

6 115 84

Prosedur Izin Pengelolaan Pelataran Parkir Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 7 Tahun 2002

1 2 7

Prosedur Izin Pengelolaan Pelataran Parkir Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 7 Tahun 2002

0 0 12

Prosedur Izin Pengelolaan Pelataran Parkir Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 7 Tahun 2002

0 0 18

Prosedur Izin Pengelolaan Pelataran Parkir Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 7 Tahun 2002

0 1 3

Prosedur Pemberian Izin Usaha Industri Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 10 Tahun 2002 Oleh Pemerintah Kota Medan

0 0 9

BAB II IZIN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ADMINISTRASI NEGARA A. Pengertian dan Fungsi Izin 1. Pengertian Izin - Prosedur Perolehan Izin Usaha Kecil Menengah Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2002 Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara ( Studi Di Kota

0 0 16

BAB II IZIN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ADMINISTRASI NEGARA BAB III PENGATURAN IZIN USAHA KECIL MENENGAH DALAM PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 10 TAHUN 2002 DITINJAU DARI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA - Prosedur Perolehan Izin Usaha Kecil Menengah Berdasarkan Pe

0 0 15

Prosedur Perolehan Izin Tempat Hiburan Ditinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara (Studi Peraturan Daerah Kota Medan Peraturan Daerah (Perda) Kota Medan No 37 Tahun 2002, Tentang Pendirian Lokasi Usaha Rekreasi Dan Hiburan Umum)

0 0 10