Metabolisme Kolesterol Aloksan PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI JENGKOL (Pithecellobium lobatum Benth.) TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL DARAH TIKUS PUTIH (Rattus novergicus) GALUR SPRAGUE DAWLEY DIABETES YANG DIINDUKSI ALOKSAN

2. Klasifikasi

Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Bangsa : Fabales Suku : Mimosaceae Marga : Pithecellobium Spesies : Pithecellobium lobatum Benth Pandey, 2003

3. Kandungan

Biji, kulit batang, kulit buah dan daun jengkol mengandung beberapa senyawa kimia, diantaranya saponin, flavonoid dan tannin Hutapea,1994. a Saponin, menghambat absorpsi glukosa sehingga dapat berguna sebagai agen terapi diabetes mellitus sebagai agen preventif diabetes Mikito et al., 1995. b Flavonoids, sebagai antioksidan, dapat melindungi kerusakan progresif sel β pankreas oleh karena stress oksidatif, sehingga dapat menurunkan kejadian diabetes mellitus tipe 2 Song et al., 2005. c Tanin, senyawa ini diketahui memacu uptake glukosa dengan meningkatkan sensitivitas jaringan terhadap insulin dan mencegah adipogenesis Muthusamy et al., 2008 sehingga timbunan kedua sumber kalori ini dalam darah dapat dihindari. Berdasarkan percobaan analisis fitokimia oleh Elysa pada tahun 2011, didapatkan bahwa terdapat kandungan senyawa saponin, flavonoids dan tanin dari biji jengkol. Tabel 2. Hasil Skrining Fitokimia Simplisia Biji Jengkol Elysa, 2011 No Skrining Hasil 1. Alkaloid + 2. Flavonoid + 3. Glikosida + 4. Saponin + 5. Tanin + 6. Triterpenoid steroid + Keterangan : + = mengandung golongan senyawa - = tidak mengandung golongan senyawa

4. Kandungan dan Manfaat Lainnya

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman jengkol banyak mengandung zat, antara lain adalah sebagai berikut: protein, kalsium, fosfor, asam jengkolat, vitamin A dan B1, karbohidrat, minyak atsiri, saponin, alkaloid, terpenoid, steroid, tanin, dan glikosida. Karena kandungan zat-zat tersebut di atas, maka jengkol memberikan petunjuk dan peluang sebagai bahan obat, seperti yang telah dimanfaatkan orang pada masa lalu Pitojo, 1994.

G. Aloksan

Aloksan 2,4,5,6-tetraoksipirimidin; 5,6-dioksiurasil merupakan senyawa hidrofilik dan tidak stabil. Waktu paruh pada suhu 37°C dan pH netral adalah 1,5 menit dan bisa lebih lama pada suhu yang lebih rendah. Sebagai diabetogenik, aloksan dapat digunakan secara intravena, intraperitoneal dan subkutan. Dosis intravena yang digunakan biasanya 65 mgkg BB, sedangkan intraperitoneal dan subkutan adalah 2-3 kalinya Nugroho, 2006. Aloksan merupakan bahan kimia yang digunakan untuk menginduksi diabetes pada binatang percobaan. Pemberian aloksan adalah cara yang cepat untuk menghasilkan kondisi diabetik eksperimental hiperglikemik pada binatang percobaan Watkins et al., 2008. Thiol intraselular seperti glutathione pada aloksan akan membentuk reactive oxygen species ROS pada reaksi siklik bersama dengan produk hasil reduksinya, asam dialurik. Toksisitas yang disebabkan oleh aloksan dimulai dengan terbentuknya radikal bebas dari reaksi redoks. Autooksidasi dari asam dialurik akan membentuk radikal superoksida O 2- , hidrogen peroksida H2O2, dan radikal hidroksil OH - . Radikal hidroksil inilah yang memiliki peran penting pada kerusakan sel beta pankreas. Sel beta pankreas memiliki kemampuan antioksidan yang sangat rendah dibanding hati, sehingga dengan mudah terjadi nekrosis yang membuat menurunnya kemampuan untuk mensekresikan insulin. Aloksan juga secara selektif menghambat sekresi insulin pada sel beta pankreas melalui penghambatan pada glukokinase, yang merupakan sensor adanya glukosa pada sel beta pankreas, melalui oksidasi thiol pada enzim sehingga merusak metabolisme oksidatif dan fungsi sensor glukosa pada sel beta pankreas Lenzen, 2007. III. METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan post test only control group design . Pengambilan data dilakukan hanya pada saat akhir penelitian setelah dilakukannya perlakuan dengan membandingkan hasil pada kelompok kontrol negatif dengan kontrol positif dan membandingkan hasil pada kelompok kontrol positif dengan kelompok perlakuan. Penelitian ini menggunakan 25 ekor tikus putih Rattus norvegicus jantan galur Sprague Dawley dengan berat badan 200-250 gram, berumur 2 - 3 bulan yang dibagi menjadi 5 grup untuk digunakan sebagai penelitian.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Lampung pada bulan Oktober sampai November 2013.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi Penelitian

Populasi menurut Notoadmodjo 2012 adalah keseluruhan objek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah adalah tikus putih Rattus norvegicus jantan galur Sprague Dawley dengan berat badan 200-250 gram, berumur 2 - 3 bulan yang diperoleh berasal dari IPB Institut Pertanian Bogor.

2. Sampel Penelitian

Sampel menurut Notoadmodjo 2012 adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap memiliki seluruh populasi. Sampel penelitian sebanyak 25 ekor yang dipilih secara acak yang dibagi dalam 5 kelompok dengan pengulangan sebanyak 5 kali. Menurut Frederer, rumus penentuan sampel untuk uji eksperimental adalah : Dimana t merupakan jumlah kelompok percobaan dan n merupakan jumlah pengulangan atau jumlah sampel setiap kelompok. Penelitian ini menggunakan 5 kelompok perlakuan sehingga perhitungan sampel menjadi : 5-1n- 1 ≥15 4n- 1 ≥15 4n-4 ≥ 15 t-1n- 1 ≥15 4 n ≥ 19 n ≥ 4,75 Jadi, sampel yang digunakan tiap kelompok percobaan sebanyak 5 ekor n ≥ 4,75 dan jumlah kelompok yang digunakan adalah 5 kelompok sehingga penelitian ini menggunakan 25 ekor tikus dari populasi yang ada. Untuk mengantisipasi hilangnya unit eksperimen maka dilakukan koreksi dengan: N = n1-f Keterangan: N = Besar sampel koreksi n = Besar sampel awal f = Perkiraan proporsi drop out sebesar 10 Sehingga, N = n1-f N = 51-10 N = 51-0,1 N = 50,9 N = 5,55 N = 6 Jadi, sampel yang digunakan tiap kelompok percobaan sebanyak 6 ekor. Oleh karena itu, penelitian kali ini menggunakan 30 ekor tikus yang dibagi ke dalam 5 kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok kontrol negatif. Kelompok yang kedua adalah kelompok kontrol positif. Kelompok yang ketiga, keempat, dan kelima adalah kelompok perlakuan.

D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

1. Kriteria Inklusi

a. Sehat. b. Memiliki berat badan antara 200-250 gram c. Jenis kelamin jantan. d. Berusia sekitar 2 – 3 bulan.

2. Kriteria Eksklusi

a. Sakit penampakan rambut kusam, rontok atau botak dan aktivitas kurang atau tidak aktif, keluarnya eksudat yang tidak normal dari mata, mulut, anus atau genital. b. Terdapat penurunan berat badan lebih dari 10 setelah masa adaptasi di laboratorium.

Dokumen yang terkait

Uji Efek Ekstrak Etanol Biji Jengkol (Pithecellobium lobatum Benth) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Tikus Putih Jantan Galur Wistar Yang Diinduksi Aloksan

5 51 113

Isolasi Senyawa Flavonoida Dari Kulit Buah Tumbuhan Jengkol (Pithecollobium lobatum Benth.)

46 164 73

Pengaruh Hormon Testosteron Undekanoat (TU) Dan Medroksiprogesteron Asetat (MPA) Terhadap Konsentrasi Spermatozoa dan Histologi Spermatogenesis Tikus Jantan (Rattus Novergicus L) Galur Sprague Dawley

4 46 157

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL BIJI JENGKOL (Pithecellobium lobatum Benth.) TERHADAP KADAR LDL DARAH TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR SPRAGUE DAWLEY YANG DIINDUKSI ALOKSAN

4 32 62

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL BIJI JENGKOL (Pithecellobium lobatum Benth.) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH DAN PENINGKATAN KADAR UREUM DAN KREATININ TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR Sprague Dawley YANG DIINDUKSI ALOKSAN

5 49 55

Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Biji Jengkol (Pithechellobium lobatum Benth.) Terhadap Kadar Trigliserida pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan Galur Sprague Dawley yang Diinduksi Aloksan

1 25 63

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL BIJI JENGKOL (Pithecellobium lobatum Benth.) TERHADAP KADAR HDL TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR SPRAGUE DAWLEY YANG DIINDUKSI ALOKSAN.

1 10 59

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL 96% BIJI JENGKOL (Pithecollobium lobatum) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI JARINGAN GINJAL SERTA PENINGKATAN KADAR UREUM KREATININ TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR Sprague dawley

4 45 67

PENGARUH EKSTRAK ETANOL 96 % BIJI JENGKOL (Pithecellobium lobatum Benth.) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI PANKREAS TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR Sprague dawley

1 8 50

PENGARUH EKSTRAK BATANG BROTOWALI (Tinospora crispa) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS PUTIH (Rattus novergicus) YANG DIINDUKSI ALOKSAN.

0 1 11