21 d.
Harus ada ancaman hukumannya. Dengan kata lain, ketentuan hukum yang dilanggar itu dicantumkan sanksinya.
23
Berdasarkan pendapat para sarjana mengenai pengertian tindak pidanaperistiwa pidana dapat diketahui unsur-unsur tindak pidana adalah harus ada sesuatu
kelakuan, kelakuan itu harus sesuai dengan uraian undang-undang, kelakuan itu adalah kelakuan tanpa hak, kelakuan itu dapat diberatkan kepada pelaku, dan
kelakuan itu diancam dengan hukuman.
2. Jenis-Jenis Tindak Pidana
Menurut J.B. Daliyo,
24
perbuatan pidana dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu:
a. Perbuatan pidana delik formal adalah suatu perbuatan yang sudah
dilakukan dan perbuatan itu benar-benar melanggar ketentuan yang dirumuskan dalam Pasal undang-undang yang bersangkutan.
b. Delik material adalah suatu pebuatan pidana yang dilarang, yaitu
akibat yang timbul dari perbuatan itu. c.
Delik dolus adalah suatu perbuatan pidana yang dilakukan dengan sengaja.
d. Delik culpa adalah perbuatan pidana yang tidak sengaja, karena
kealpaannya mengakibatkan matinya seseorang. e.
Delik aduan adalah suatu perbuatan pidana yang memerlukan pengaduan orang lain. Jadi sebelum ada pengaduan belum merupakan
delik.
J.B. Daliyo,
25
lebih lanjut menyatakan bahwa tiga jenis peristiwa pidana di dalam KUHP yang berlaku di Indonesia sebelum tahun 1918 yaitu:
1. Kejahatan Crimes
2. Perbuatan buruk Delict
23
J.B. Daliyo. Op cit. hlm. 93
24
Ibid. hlm. 94.
25
Moeljatno. Op cit. hlm 40.
22 3.
Pelanggaran Contravention Sedangkan menurut KUHP yang berlaku sekarang, peristiwa pidana
itu ada dua jenis yaitu “Misdrijf” kejahatan dan “Overtreding”
pelanggaran.
Selain dibedakan dalam kejahatan dan pelanggaran, biasanya dalam teori dan praktek dibedakan pula antara lain dalam:
1 Delik Commissionis dan Delikta Commissionis.
Delik Commissionis adalah delik yang terdiri dari melakukan sesuatu berbuat sesuatu perbuatan yang dilarang oleh aturan-aturan pidana.
Delikta Commissionis adalah delik yang terdiri dari melakukan sesuatu berbuat sesuatu perbuatan yang dilarang oleh aturan-aturan pidana.
Delikta Commissionis adalah delik yang terdiri dari tidak berbuat atau melakukan sesuatu padahal mestinya berbuat.
2 Ada pula yang dinamakan delikta Commissionis Peromissionem
Commissa, yaitu delik-delik yang umumnya terdiri dari berbuat sesuatu, tetapi dapat pula Delik Dolus dan Delik Culpa
Bagi delik dolus harus diperlukan adanya kesengajaan, misalnya Pasal 338 KUHP, sedangkan pada delik culpa, orang juga sudah dapat
dipidana bila kesalahannya itu berbentuk kealpaan, misalnya menurut Pasal 359 KUHP, dilakukan dengan tidak berbuat.
3 Delik Biasa dan Delik yang dapat dikualifisir Dikhususkan
4 Delik menerus dan tidak Menerus.
26
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat diketahui ada beberapa pengertian tindak pidana maupun perbuatan pidana, tetapi pada dasarnya memmpunyai
pengertian, maksud yang sama yaitu perbuatan yang melawan hukum pidana dan diancam dengan hukumansanksi pidana yang tegas.
D. Tugas dan Fungsi Jaksa
Tugas dan wewenang Jaksa, sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 30 Undang- Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia, mengenai
tugas dan wewenang Kejaksaan, antara lain :
26
Ibid. hlm. 75-77
23 1 Di bidang pidana, Kejaksaan mempunyai tugas dan wewenang :
a. Melakukan penuntutan;
b. Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap; c.
Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat, putusan pidana pengawasan, dan keputusan lepas
bersyarat; d.
Melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan undang- undang;
e. Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan
pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik.
2 Di bidang perdata dan tata usaha negara, kejaksaan dengan kuasa khusus dapat bertindak baik di dalam maupun di luar pengadilan untuk
dan atas nama negara atau pemerintah. 3 Dalam bidang ketertiban dan ketenteraman umum, kejaksaan turut
menyelenggarakan kegiatan: a.
Peningkatan kesadaran hukum masyarakat; b.
Pengamanan kebijakan penegakan hukum; c.
Pengawasan peredaran barang cetakan; d.
Pengawasan aliran kepercayaan yang dapat membahayakan masyarakat dan negara;
e. Pencegahan penyalahgunaan danatau penodaan agama;
f. Penelitian dan pengembangan hukum serta statistik kriminal.
Pasal 14 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana menentukan bahwa Penuntut umum mempunyai wewenang :
a. Menerima dan memeriksa berkas perkara penyidikan dari penyidik
atau penyidik pembantu; b.
Mengadakan pra penuntutan apabila ada kekurangan pada penyidikan dengan memperhatikan ketentuan Pasal 110 ayat 3 dan ayat 4,
dengan memberi petunjuk dalam rangka penyempurnaan penyidikan dari penyidik;
c. Memberikan perpanjangan penahanan, melakukan penahanan atau
penahanan lanjutan dan atau mengubah status tahanan setelah perkaranya dilimpahkan oleh penyidik;
d. Membuat surat dakwaan;
e. Melimpahkan perkara ke pengadilan;
f. Menyampaikan pemberitahuan kepada terdakwa tentang ketentuan hari
dan waktu perkara disidangkan yang disertai surat panggilan, baik kepada terdakwa maupun kepada saksi, untuk datang pada sidang yang
telah ditentukan;
g. Melakukan penuntutan;