Teori Industri TINJAUAN PUSTAKA

II.2. Teori Industri

Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri. Kelompok industri adalah bagian-bagian utama kegiatan industri yakni kelompok industri hulu kelompok industri dasar, kelompok industri hilir, dan kelompok industri kecil. Bidang usaha industri adalah lapangan kegiatan yang bersangkutan dengan cabang industri dan jenis industri. Sementara jenis industri adalah sutu cabang industri yang mempunyai ciri khusus yang sama dan atau hasilnya bersifat akhir dalam proses produksi UU RI No.5 Tahun 1984 tentang Perindustrian Ciri atau kriteria industri skala kecil adalah: a Bahan bakunya mudah diperoleh, utamanya karena tersedia di daerah. b Menggunakan teknologi sederhana sehingga mudah dilakukan alih teknologi. c Keterampilan dasar umumnya sudah dimiliki secara turun temurun. d Bersifat padat karya atau menyerap tenaga kerja yang cukup banyak. e Peluang pasar cukup luas, sebagian besar produknya terserap di pasar lokaldomestik dan tidak tertutup sebagian lainnya berpotensi untuk diekspor. f Beberapa komoditi tertentu memiliki ciri khas terkait dengan karya seni budaya daerah setempat g Melibatkan masyarakat ekonomi lemah setempat. h Secara ekonomis menguntungkan. Rohana Situmorang : Pengaruh Peran Business Development Service BDS Terhadap Pendapatan Pengusaha Pertenunan Di Kota Pematangsiantar, 2009 USU Repository © 2008 Misi serta tujuan industri skala kecil adalah : a Memanfaatkan potensi sumber daya alam SDA andalan lokal secara optimal, masyarakat IKM setempat dan sebagai pemasok utama pasar lokal. b Meningkatkan pendapatan masyarakat dan daerah. c Meningkatkan kesejahteraan masyarakat. d Memperluas kesempatan kerja mengurangi pengangguran. e Melestarikan dan mengembangkan seni tradisional budaya daerah. f Mengisi kebutuhan pasar lokal, domestik dan ekspor. g Meningkatkan perolehan devisa. h Memajukan daerah. II. 3. Teori Pertenunan Menurut Deperindag 2003 pertenunan dikategorikan dalam Industri Tenun Tradisional. Keadaan spesifik usaha pertenunan adalah 1 Sebagai bahan dasar adibusanabusana resmi dan kebutuhan interior serta cinderamata, 2 Desain didominasi corak tradisional yang cenderung bertahan dalam pola-pola tetap, 3 Sering terjadi kelangkaan bahan baku., dan 4 Memerlukan desainer yang cukup banyak. Beberapa lokasi pengembangan usaha pertenunan adalah 1 Songket dari Kota Palembang Sumatera Selatan; Kota Bukittinggi Sumatera Barat, 2 Tapis dari Kota Bandar Lampung, Kabupaten Agam Sumatera Barat, 3 Ulos dari Kota Pematangsiantar, Kabupaten. Tapanuli Utara, Kabupaten Toba Samosir Sumatera Utara, 4 Tenun cak-cak dari Kabupaten Gianyar Bali, 5 Tenun ikat dari NTT; Rohana Situmorang : Pengaruh Peran Business Development Service BDS Terhadap Pendapatan Pengusaha Pertenunan Di Kota Pematangsiantar, 2009 USU Repository © 2008 Kabupaten Jepara Jawa Tengah; Kabupaten Wajo; Kabupaten Luwu Utara; Kabupaten Toraja; Kabupaten Mamasa; Kabupaten Mamuju; Kabupaten GoaTakalar Sulawesi Selatan; Kabupaten Buton; Kabupaten Kendari Sulawesi Tenggara; Kabupaten Lombok Barat; Kabupaten Lombok Timur Nusa Tenggara Barat. Pertenunan pakaian tradisional diperkirakan telah dimulai sejak masa Neolitikum Prasejarah, dimana ditemukan bukti-bukti adanya temuan dari benda- benda prasejarah prehistoris yang umurnya lebih dari 3.000 tahun yang lalu. Bekas- bekas peninggalan pembuatan pakaian ini ditemukan pada situs Gilimanuk, Melolo, Sumba Timur, Gunung Wingko, Yogyakarta dan lain-lain. Di daerah ini ditemukan teraan cap tenunan, alat untuk memintal, kereweng-kereweng bercap kain tenun dan bahan yang terlihat jelas adanya tenunan kain terbuat dari kapas. Pada jaman prasejarah pakaian berfungsi sebagai pelindung badan dari panas dan dingin, serta gangguan serangga dan benda-benda tajam. Bahan yang digunakan masih sangat sederhana, seperti kulit kayu, kulit binatang, serat, daun-daunan serta akar tumbuh-tumbuhan. Alat yang digunakan untuk membuat pakaian berupa alat pemukul dari bahan kayu atau batu, bentuknya persegi panjang dan terdapat beberapa garis di tengahnya. Pembuatan pakaian dari kulit kayu memerlukan pengalaman dan pengetahuan, setelah dipilih jenis pohon keras dan mempunyai serat kayu yang panjang, selanjutnya pohon kayu dikuliti, kemudian serat kayu direndam air agar lunak. Dengan pemukul batu maka kulit kayu dibentuk menjadi kain. Sisa tradisi pembuatan kain semacam ini masih ditemukan di daerah Sulawesi Tengah yang disebut Fuya dan di Irian disebut Capo. Rohana Situmorang : Pengaruh Peran Business Development Service BDS Terhadap Pendapatan Pengusaha Pertenunan Di Kota Pematangsiantar, 2009 USU Repository © 2008 Dilihat dari sejarahnya, tenun adalah hasil kerajinan berupa bahan kain yang dibuat dari benang serat kayu, kapas, sutera, dan lain-lain. Dengan cara memasukkan pakan secara melintang pada lungsin, yakni jajaran benang yang terpasang membujur. Kain tenunan ini dikerjakan dengan seperangkat alat tenun, umumnya dikerjakan oleh kaum wanita dan alat tersebut sampai sekarang masih digunakan dan sering disebut dengan nama ATBM atau Alat Tenun Bukan Mesin. Teknik pembuatan tenun dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu teknik dalam membuat kain dan teknik membuat hiasan. Ada dua hal lagi yang sangat penting yaitu mempersiapkan pembuatan benang dan pembuatan zat warna. Pembuatan benang secara tradisional dengan menggunakan pemberat yang diputar dengan jari tangan Jawa: diplintir, pemberat tersebut berbentuk seperti gasing terbuat dari kayu atau terakota. Di Indonesia bagian barat Sumatera, Jawa, Bali, Lombok ada cara lain membuat benang dengan menggunakan Antih, alat ini terdiri dari sebuah roda lebar yang bisa diputar berikut pengaitnya jawa: ontel untuk memutar roda tersebut. Bahan membuat benang selain kapas, kulit kayu, serat pisang, serat nanas, daun palem dan sebagainya. Pembuatan zat warna pada masa lalu terdiri dari dua warna biru dan merah. Warna biru didapatkan dari Indigo atau Mirinda Citrifonela atau mengkudu. Selain itu ada pewarna dari tumbuhan lain seperti kesumba sono keling. Ada dua wilayah pembagian alat tenun, pertama alat tenun Indonesia bagian timur, pada umumnya penenun duduk di atas tanah di luar rumah, di tempat teduh atau di lantai rumah, dengan mengaitkan salah satu alat tersebut pada tiang. Kedua alat tenun Indonesia Rohana Situmorang : Pengaruh Peran Business Development Service BDS Terhadap Pendapatan Pengusaha Pertenunan Di Kota Pematangsiantar, 2009 USU Repository © 2008 bagian barat Jawa-Bali, di daerah ini terdapat alat tenun disebut Cacak yaitu dua buah tiang pendek yang diberi belahan untuk menempatkan papan guna menggulung benang yang akan ditenun, alat ini biasanya ditempatkan pada sebuah amben yaitu balai-balai terbuat dari bambu. Tenun ikat adalah kain tenun yang dibuat dengan tehnik tenun di mana benang pakan, lungsi atau dua-duanya dicelup sebelum ditenun, benang-benang yang diikat tidak kena warna, sehingga setelah dilepas pengikatnya akan timbul pola-pola yang diinginkan. Kain ikat lungsi juga ada yang dikombinasikan dengan hiasan manik-manik. Hiasan pada kain adat mencerminkan unsur-unsur yang sangat erat hubungannya dengan kepercayaan, pemujaan kepada leluhur, pemujaan terhadap keagungan alam, serta dapat menunjukkan status sosial bagi pemakaiannya. Widodo 2006 menyatakan goncangan dibidang produksi kain tradisional terjadi pada waktu adanya revolosi pembuatan kain tradisional pada sekitar tahun 1911, ketika pemerintah Hindia Belanda mengintrodusir Alat Tenun bukan Mesin ATMB. Alat ini terbuat dari kayu, di mana digunakan torak- torak yang dihubungkan dengan tali, sehingga apabila salah satu alat tenun digerakkan, maka secara otomatis alat lainnya akan bergerak. Alat ini hanya dapat untuk membuat kain sederhana, seperti kain polos, lurik, ikat dan sebagainya.

II.4. Konsep Business Development Services BDS