Uji Heteroskedastisitas Uji Autokorelasi

error setiap koefisien regresi menjadi tidak terhingga.. Hasil pengujian multikolonieritas dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel IV.15. Hasil Uji Multikolonieritas Data Hipotesis Pertama Coefficients a -11505135 1351813 -8.511 .000 517472.832 140334.8 .374 3.687 .001 .438 2.285 387928.388 155215.8 .280 2.499 .016 .359 2.786 441414.293 149756.1 .337 2.948 .005 .344 2.907 Constant Modal Pasar Informasi Model 1 B Std. Error Unstandardized Coefficients Beta Standardi zed Coefficien ts t Sig. Tolerance VIF Collinearity Statistics Dependent Variable: Pendapatan setelah a. Coefficients Sumber: Hasil Penelitian, 2008 Data Diolah Berdasarkan pada Tabel IV.15 di atas, dapat dilihat bahwa nilai VIF untuk variabel permodalan, pemasaran dan informasi lebih kecil dari 10 VIF 10. Dengan demikian maka model atau persamaan regresi hipotesis pertama tersebut memenuhi asumsi multikolonieritas.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terajdi ketidaksamaan variance dari residual atau pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas, sebaliknya jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Hasil pengujian heteroskedastisitas dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Rohana Situmorang : Pengaruh Peran Business Development Service BDS Terhadap Pendapatan Pengusaha Pertenunan Di Kota Pematangsiantar, 2009 USU Repository © 2008 Scatterplot Dependent Variable: Pendapatan setelah Regression Standardized Predicted Value 2.0 1.5 1.0 .5 0.0 -.5 -1.0 -1.5 -2.0 Regression Studentized Residual 4 3 2 1 -1 -2 Sumber: Hasil Penelitian, 2008 Data Diolah Gambar IV.3. Hasil Uji Heteroskedastisitas Data Hipotesis Pertama Berdasarkan pada Gambar IV.3 di atas, dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu. dengan demikian dapat disimpulkan model atau persamaan regresi hipotesis pertama tersebut terbebas dari asumsi heteroskedastisitas.

d. Uji Autokorelasi

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ada korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan penganggu pada periode t-1 sebelumnya . Jika ada korelasi, maka terjadi masalah autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Autokorelas dapat dideteksi dengan melakukan uji Durbin-Watson Rohana Situmorang : Pengaruh Peran Business Development Service BDS Terhadap Pendapatan Pengusaha Pertenunan Di Kota Pematangsiantar, 2009 USU Repository © 2008 DW-test. Dasar pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi apabila nilai DW Test antara -2 dengan +2. Hasil pengujian autokorelasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel IV.16. Hasil Uji Autokorelasi Data Hipotesis Pertama Model Summary b .896 a .802 .789 1801500.46 1.875 Model 1 R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-W atson Predictors: Constant, Informasi, Modal, Pasar a. Dependent Variable: Pendapatan setelah b. Model Summary Sumber: Hasil Penelitian, 2008 Data Diolah Berdasarkan pada Tabel IV.16 di atas, dapat dilihat bahwa nilai Durbit- Watson variabel permodalan, pemasaran dan informasi 1,875 antara -2 dan +2. Dengan demikian maka model atau persamaan regresi hipotesis pertama tersebut tidak terjadi autokorelasi.

IV.2.1.2. Hasil Uji Hipotesis Pertama Pengaruh Permodalan, Pemasaran dan Informasi

Hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah Business Development Services berpengaruh terhadap pendapatan pengusaha pertenunan di Kota Pematangsiantar yang terdiri dari: permodalan X 1 , pemasaran X 2 dan informasi X 3 . Berdasarkan pada Tabel IV.17, maka persamaan regresi linier berganda dalam penelitian adalah. 1 = 11505135,4 + 517472,8 X 1 + 387928,4 X 2 + 441414,3 X 3 Rohana Situmorang : Pengaruh Peran Business Development Service BDS Terhadap Pendapatan Pengusaha Pertenunan Di Kota Pematangsiantar, 2009 USU Repository © 2008 Dengan menggunakan persamaan regresi berganda, dibentuk fungsi persamaan pendapatan pengusaha industri pertenunan. Variabel-variabel yang dianggap memberikan pengaruh terhadap persamaan ini adalah modal variabel modal, pemasaran dan informasi. Seluruh variabel tersebut secara serentak dimasukkan kedalam persamaan regresi berganda untuk pendapatan pengusaha pertenunan Kota Pematangsiantar sebagai berikut: Tabel IV.17. Hasil Uji Determinasi Hipotesis Pertama Permodalan, Pemasaran dan Informasi Model Summary b .896 a .802 .789 1801500.46 1.875 Model 1 R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-W atson Predictors: Constant, Informasi, Modal, Pasar a. Dependent Variable: Pendapatan setelah b. Model Summary Sumber: Hasil Penelitian, 2008 Data Diolah Nilai R Square sebesar 0,802 menunjukkan 80,2 variabel permodalan, pemasaran dan informasi dapat menjelaskan variasi pendapatan pengusaha pertenunan di Kota Pematangsiantar.

IV.2.1.3. Uji Serempak Hipotesis Pertama

Model hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: H o : b 1, b 2, b 3 = 0 Business Development Services BDS tidak berpengaruh terhadap pendapatan pengusaha pertenunan di Kota Pematangsiantar H 1 : b 1, b 2, b 3 ≠ 0 Business Development Services BDS berpengaruh terhadap pendapatan pengusaha pertenunan di Kota Pematangsiantar Kriteria pengujian hipotesis untuk uji serempak adalah sebagai berikut Rohana Situmorang : Pengaruh Peran Business Development Service BDS Terhadap Pendapatan Pengusaha Pertenunan Di Kota Pematangsiantar, 2009 USU Repository © 2008 a. Ho diterima jika F hitung F tabel pada = 5. b. Ho ditolak Ha diterima jika F hitung F tabel pada = 5. Hasil pengujian hipotesis pertama secara serempak untuk pengaruh variabel permodalan, pemasaran dan informasi dapat dilihat pada Tabel IV.18 sebagai berikut: Tabel IV.18. Hasil Uji F Hipotesis Pertama Permodalan, Pemasaran dan Informasi ANOVA b 579394675617100 3 193131558539030.4 59.509 .000 a 142797772299576 44 3245403915899.450 722192447916667 47 Regression Residual Total Model 1 Sum of Squares df Mean Square F Sig. Predictors: Constant, Informasi, Modal, Pasar a. Dependent Variable: Pendapatan setelah b. ANOVA Sumber: Hasil Penelitian, 2008 Data Diolah Berdasarkan Tabel IV.18 di atas diperoleh bahwa nilai F hitung sebesar 59,509 lebih tinggi dibandingkan F tabel 3,20, artinya pendapatan pengusaha dipengaruhi variabel permodalan, pemasaran dan informasi. Hal ini mengindikasikan bahwa hasil penelitian menolak H dan menerima H 1 . Dengan demikian secara serempak peran BDS yang terdiri dari permodalan, pemasaran dan informasi mampu meningkatkan pendapatan pengusaha pertenunan di Kota Pematangsiantar, dengan tingkat pengaruh yang signifikan. Dalam hal ini, berarti pengusaha pertenunan setelah memanfaatkan layanan BDS melalui aspek permodalan, pemasaran dan pemberian informasi mampu meningkatkan kesejahteraan pengusaha pertenunan. Hal ini ditandai dengan meningkatkan pendapatan pengusaha pertenunan setelah memanfaatkan layanan BDS.

IV.2.1.4. Uji Parsial Hipotesis Pertama

Rohana Situmorang : Pengaruh Peran Business Development Service BDS Terhadap Pendapatan Pengusaha Pertenunan Di Kota Pematangsiantar, 2009 USU Repository © 2008 Model hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: Pengaruh variabel permodalan terhadap pendapatan pengusaha pertenunan 1. H o : b 1 = 0 Variabel permodalan tidak berpengaruh terhadap pendapatan pengusaha pertenunan di Kota Pematangsiantar H 1 : b 1 ≠ 0 Variabel permodalan berpengaruh terhadap pendapatan pengusaha pertenunan di Kota Pematangsiantar 2. H o : b 1 = 0 Variabel pemasaran tidak berpengaruh terhadap pendapatan pengusaha pertenunan di Kota Pematangsiantar H 1 : b 1 ≠ 0 Variabel pemasaran berpengaruh terhadap pendapatan pengusaha pertenunan di Kota Pematangsiantar 3. H o : b 1 = 0 Variabel informasi tidak berpengaruh terhadap pendapatan pengusaha pertenunan di Kota Pematangsiantar H 1 : b 1 ≠ 0 Variabel informasi berpengaruh terhadap pendapatan pengusaha pertenunan di Kota Pematangsiantar Kriteria pengujian hipotesis untuk uji serempak adalah sebagai berikut a. Ho diterima jika t hitung t tabel pada = 5. b. Ho ditolak Ha diterima jika t hitung t tabel pada = 5. Hasil pengujian hipotesis pertama secara parsial untuk pengaruh variabel permodalan, pemasaran dan informasi dapat dilihat pada Tabel IV.19 sebagai berikut Tabel IV.19. Hasil Uji Parsial Hipotesis Pertama Permodalan, Pemasaran dan Informasi Rohana Situmorang : Pengaruh Peran Business Development Service BDS Terhadap Pendapatan Pengusaha Pertenunan Di Kota Pematangsiantar, 2009 USU Repository © 2008 Coefficients a -11505135 1351813 -8.511 .000 517472.832 140334.8 .374 3.687 .001 387928.388 155215.8 .280 2.499 .016 441414.293 149756.1 .337 2.948 .005 Constant Permodalan Pemasaran Informasi Model 1 B Std. Error Unstandardized Coefficients Beta Standardi zed Coefficien ts t Sig. Dependent Variable: Pendapatan setelah a. Coefficients Sumber: Hasil Penelitian, 2008 Data Diolah 1. Permodalan nilai t hitung untuk variabel permodalan lebih besar dari 3,387 lebih besar dibandingkan dengan pemasaran dan informasi t tabel 1,678, atau nilai sig.t untuk variabel permodalan 0,001 lebih kecil dari alpha 0,05, artinya variabel permodalan mempengaruhi pendapatan pengusaha pertenunan. 2. Pemasaran nilai t hitung untuk variabel pemasaran lebih besar dari 2,499 lebih besar dibandingkan t tabel 1,678, atau nilai sig.t untuk variabel pemasaran 0,016 lebih kecil dari alpha 0,05, artinya variabel pemasaran mempengaruhi pendapatan pengusaha pertenunan 3. Informasi nilai t hitung untuk variabel informasi lebih besar dari 2,948 lebih besar dibandingkan pemasaran t tabel 1,678, atau nilai sig.t untuk variabel informasi 0,005 lebih kecil dari alpha 0,05, artinya variabel informasi mempengaruhi pendapatan pengusaha pertenunan Rohana Situmorang : Pengaruh Peran Business Development Service BDS Terhadap Pendapatan Pengusaha Pertenunan Di Kota Pematangsiantar, 2009 USU Repository © 2008 Berdasarkan hasil yang diperoleh maka menolak H dan menerima H 1 . Dengan demikian secara parsial variabel permodalan, pemasaran dan informasi berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan pengusaha pertenunan. Usaha pertenunan merupakan usaha mikro tergolong jenis usaha marginal, yang antara lain ditunjukkan oleh penggunaan teknologi yang relatif sederhana, tingkat modal dan kadang akses terhadap kredit yang rendah, serta cenderung berorientasi pada pasar lokal. Studi-studi yang dilakukan di beberapa negara menunjukkan bahwa usaha mikro mempunyai peranan yang cukup besar bagi pertumbuhan ekonomi, penyerapan tenaga kerja melalui penciptaan lapangan pekerjaan, penyediaan barang dan jasa dengan harga murah, serta mengatasi masalah kemiskinan www.smeru.or.id . Berdasarkan perubahan pendapatan pengusaha pertenunan sebelum dan setelah memanfaatkan layanan BDS di Kota Pematangsiantar. Untuk mengetahui apakah terdapat perubahan peningkatan yang signifikan, dilakukan uji t-test sebagai berikut. IV.2.2. Hasil Uji Hipotesis Kedua Perbedaan Pendapatan Sebelum dan Setelah Memanfaatkan Layanan BDS Pengujian hipotesis kedua dilakukan menggunakan statistik non parametrik dengan teknik uji perbedaan rata-rata t-test. Karena kedua sampel bersifat terikat paired yaitu pengamatan dilakukan pada sampel pada kondisi saat yang berbeda, yaitu sebelum dan setelah memanfaatkan layanan BDS. Rohana Situmorang : Pengaruh Peran Business Development Service BDS Terhadap Pendapatan Pengusaha Pertenunan Di Kota Pematangsiantar, 2009 USU Repository © 2008

IV.2.2.1. Kriteria Pengujian Hipotesis Kedua

Hipotesis kedua yang diajukan adalah “Pendapatan pengusaha pertenunan berbeda sebelum dan setelah program Business Development Services BDS” dimana 1. H o : b 1, b 2 = 0, artinya bahwa tidak ada perbedaan pendapatan pengusaha pertenunan sebelum dan setelah memanfaatkan layanan Business Development Services BDS di Kota Pematangsiantar 2. H 1 : b 1, b 2, ≠ 0, artinya bahwa ada perbedaan pendapatan pengusaha pertenunan sebelum dan setelah memanfaatkan layanan Business Development Services BDS di Kota Pematangsiantar.

IV.2.2.2. Hasil Pengujian Hipotesis Kedua

Hasil uji statistik untuk melihat perbedaan tingkat pendapatan responden sebelum dan setelah memanfaatkan layanan BDS menunjukkan tingkat perbedaan yang bermakna t- hitung = 5,052 lebih besar dari t- tabel =1,678, artinya terdapat perbedaan yang positif dan signifikan pendapatan responden sebelum dan setelah memanfaatkan layanan BDS. Nilai sign sebesar 0,000 pada uji t-test menunjukkan bahwa pendapatan responden berbeda sebelum dan setelah memanfaatkan layanan BDS. Seperti yang tertera pada Tabel 4.20. Tabel. IV.20. Uji T-Test Hipotesis Kedua Paired Samples Test Rohana Situmorang : Pengaruh Peran Business Development Service BDS Terhadap Pendapatan Pengusaha Pertenunan Di Kota Pematangsiantar, 2009 USU Repository © 2008 Paired Samples Test 73958.33 512813.43 74018.24 25052.83 22863.83 5.052 47 .000 Pendapatan setela Pendapatan sebe Pair 1 Mean Std. Deviation Std. Error Mean Lower Upper 95 Confidence Interval of the Difference Paired Differences t df Sig. 2-tailed Berdasarkan Tabel IV.20 diketahui nilai t hitung 5,052 lebih besar dari t tabel 1,678, artinya ada perbedaan pendapatan pengusaha pertenunan sebelum dan setelah adanya peran BDS Perbedaan rata-rata tingkat pendapatan responden sebelum dan setelah memanfaatkan layanan BDS sebesar Rp.373.958bulan. Perbedaan tingkat pendapatan responden pada tingkat kepercayaan 95 dapat dilihat dari perbedaan rata-rata bagian bawah lower sebesar Rp.225,052bulan dan perbedaan rata-rata bagian atas upper sebesar Rp.522,863bulan, hal ini berarti perbedaan pendapatan responden berkisar antara Rp.225,052bulan sampai Rp.522,863bulan. Hasil perhitungan perbedaan tingkat pendapatan responden sebelum dan setelah memanfaatkan layanan BDS, dapat digambar dalam kurva sebagai berikut: t Terima Ha Terima Ho - 1,678 0 1,678 5,052 Sumber: Hasil Penelitian, 2008 Data Diolah Gambar IV.4. Kurva Uji Perbedaan Rata-Rata Pendapatan Responden Sebelum dan Setelah Memanfaatkan Layanan BDS Rohana Situmorang : Pengaruh Peran Business Development Service BDS Terhadap Pendapatan Pengusaha Pertenunan Di Kota Pematangsiantar, 2009 USU Repository © 2008 Pengembangan industri pertenunan sebagai salah satu pilihan model usaha dapat meningkatkan kesempatan kerja dan pendapatan pengusaha. Untuk itu perumusan perencanaan pembangunan pertenunan, perlu disesuaikan dengan karakteristik wilayah dan ketersediaan teknologi tepat guna. Sehingga alokasi sumberdaya dan dana yang terbatas, dapat menghasilkan output yang optimal, yang pada gilirannya akan berdampak positif terhadap kesejahteraan masyarakat. Agar model pembangunan suatu perkotaan yang berkelanjutan dapat terwujud diperlukan pedoman pengelolaan sumberdaya melalui pemahaman wawasan agroekosistem secara bijak, yaitu pemanfaatan asset-aset untuk kegiatan ekonomi tanpa mengesampingkan aspek-aspek pelestarian lingkungan. Hal ini didukung oleh pendapat Munir 2002, bahwa perencanaan dan implementasi pengembangan ekonomi lokal dilaksanakan secara kolektif antara ketiga unsur: pemerintah, swasta dan masyarakat, dimana antara ketiganya saling terkait dalam menentukan keberhasilan kebijakan pengembangan ekonomi lokal yang pada gilirannya menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat. Studi Aminudin 2003 tentang industri kecil di Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi alternatif kegiatan ekonomi yang semakin berkembang. Studi ini menunjukkan bahwa peran industri kecil dalam perekonomian wilayah terutama dalam bentuk penyerapan tenaga kerja, meskipun kemampuan pembentukan- nilai tambah masih terbatas. Dan perspektif sektoral-spasial, studi ini menunjukkan bahwa pada wilayah yang kurang maju jenis industri kecil dengan bahan baku lokal perkembangannya lebih baik dibanding di wilayah yang lebih maju. Untuk Rohana Situmorang : Pengaruh Peran Business Development Service BDS Terhadap Pendapatan Pengusaha Pertenunan Di Kota Pematangsiantar, 2009 USU Repository © 2008 pengembangan wilayah, maka kegiatan industri kecil di masa datang masih cukup peospektif. Pengembangan industri kecil dilakukan secara komprehensif, pada sisi internal diperlukan strategi penguatan dan pemberdayaan industri kecil dalam aspek- aspek input produksi, permodalan, teknologi dan infrastruktur produksi, sistem pengelolaan, dan tenaga kerja. Pada sisi eksternal, diperlukan strategi pengembangan pada aspek-aspek aksesibilitas, keterkaitan, hirarki pemukiman, kultural-historis, dan strategi dan kebijakan pemerintah. Rohana Situmorang : Pengaruh Peran Business Development Service BDS Terhadap Pendapatan Pengusaha Pertenunan Di Kota Pematangsiantar, 2009 USU Repository © 2008

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN