semua umur, tetapi 90 dari serangan pertama terdapat pada umur 5-15 tahun. Pada umur dibawah 5 tahun, jarang terjadi.
Demam rematik atau rheumatic fever merupakan gejala sisa sequale yang terberat dari infeksi Streptococcus hemolyticus. Timbul kerusakan pada otot dan
katup jantung. Kemungkinan terjadi reaksi silang antara otot jantung dengan antibodi terhadap streptokokus Tim Mikrobiologi FK Unibraw, 2003.
Timbulnya demam rematik biasanya didahului oleh infeksi S. pyogenes 1 –
4 minggu sebelumnya. Infeksinya mungkin hanya ringan tanpa memberikan gejala. Namun, pada umumnya, pasien dengan nyeri tenggorok streptokokus yang
berat memiliki resiko lebih besar untuk berkembang menjadi demam rematik Brooks et al., 2012.
2.4. Pengaruh Jeruk Nipis Terhadap Bakteri
Minyak atsiri dan flavonoid merupakan kandungan pada jeruk nipis yang memiliki efek hambatan terhadap pertumbuhan bakteri. Daya antibakteri minyak
atsiri jeruk nipis yang berasal dari senyawa fenol dan turunannya dapat mendenaturasi protein sel bakteri. Salah satu senyawa turunan itu adalah klavikol
yang memiliki daya bakterisida lima kali lebih kuat dibandingkan fenol. Fenol merupakan senyawa toksik, mengakibatkan struktur tiga dimensi protein
terganggu dan terbuka menjadi struktur acak tanpa adanya kerusakan pada struktur kerangka kovalen. Hal ini menyebabkan bakteri terdenaturasi. Fenol dan
beberapa senyawa fenolik mempunyai kegunaan sebagai antiseptik, desinfektan, atau bahan pengawet Brooks et al., 2005.
Senyawa flavonoid bersifat antioksidan, antidiabetik, antikanker, antiseptik, dan antiinflamasi. Sifat antibakteri flavonoid secara umum disebabkan senyawa
ini mempunyai kemampuan mengikat protein ekstraseluler dan protein integral yang bergabung dinding sel bakteri Murphy, 1999. Akibat mekanisme tersebut,
permeabilitas dinding sel pecah karena tidak mampu menahan tekanan sitoplasma Lasmayanty, 2007. Kandungan flavonoid dapat menekan sitokin, yakni
penyebab peradangan dalam saluran pencernaan serta bertindak sebagai antioksidan dan antikarsinogenik dalam lambung Utami dan Puspaningtyas,
2013.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Poedjiadi 1994 dalam Ambarwati 2012, selain mengandung minyak atsiri dan flavonoid, jeruk nipis juga mempunyai kandungan asam sebesar
7-7,6. Asam dapat mendenaturasi protein sel bakteri dengan cara mengacaukan jembatan garam dengan adanya muatan ionik. Denaturasi ditandai dengan adanya
kekeruhan yang meningkat dan timbulnya gumpalan. Pengaruh jeruk nipis sebagai antibakteri telah dibuktikan oleh banyak
penelitian, terutama terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa minyak atsiri daun jeruk nipis mempunyai aktivitas
hambatan terhadap pertumbuhan S. aureus pada kadar 20, 40, dan 80 serta Escherichia coli pada kadar 40 dan 80 Dalimartha, 2000. Penelitian
terhadap S. aureus juga dilakukan oleh Pradani 2012 dan Razak dkk. 2013. Pada penelitian Pradani 2012, terbentuk zona hambat dimulai pada konsentrasi
6,25 hingga konsentrasi 100. Pada penelitian Razak dkk. 2013, air perasan jeruk nipis memiliki daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri S. aureus dengan
berbagai konsentrasi yaitu 25, 50, 75, dan 100 dan terdapat pengaruh lama kontak terhadap pertumbuhan bakteri. Pada penelitian tersebut dinyatakan
bahwa semakin tinggi konsentrasi air perasan jeruk nipis, maka daya hambatnya semakin baik.
Selain Staphylococcus aureus, air perasan jeruk nipis juga berpengaruh terhadap bakteri-bakteri lainnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Putra 2011, dari rata-rata zona hambat ekstrak etanol buah jeruk nipis terhadap Streptococcus
pneumonia, Pseudomonas
aeruginosa, Corynebacterium
diphtheriae, Klebsiella pneumoniae, Staphylococcus aureus adalah resisten sampai intermediate. Pemberian ekstrak jeruk nipis pada S. dysenteriae yang
diteliti oleh Mukhitasari 2012 menunjukkan zona hambat pertumbuhan S. dysenteriae mulai terbentuk pada konsentrasi 6,25 hingga 100. Hal ini
menunjukkan bahwa perasan jeruk nipis mempunyai aktivitas antibakteri terhadap S. dysenteriae. Penelitian lain yang dilakukan oleh Ambarwati 2010, pemberian
ekstrak jeruk nipis 65 dapat menghambat pembentukan plak pada gigi. Pemberian larutan ekstrak jeruk nipis diberikan per oral pada subjek dengan
rentang usia 12 – 18 tahun.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS
3.1. Kerangka Konsep
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka kerangka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 5. Kerangka Konsep Penelitian
3.2. Definisi Operasional
Batasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Konsentrasi air perasan jeruk nipis a.
Definisi operasional: Konsentrasi air perasan jeruk nipis merupakan perbandingan massa atau volume air perasan jeruk nipis terhadap massa
atau volume larutan atau pelarut. b.
Kategori : 6,25, 12,5, 25, 50, dan 100 c.
Skala pengukuran: Ordinal 2.
Pertumbuhan Streptococcus pyogenes a.
Definisi operasional: Pertumbuhan Streptococcus pyogenes dilihat dengan menghitung zona hambat. Zona hambat adalah zona atau daerah
jernih yang terbentuk disekitar cakram antimikroba yang tidak ditumbuhi oleh koloni bakteri daerah bebas koloni.
b. Alat ukur: Jangka sorong
c. Cara ukur: Difusi cakram
Konsentrasi Air Perasan Jeruk Nipis Citrus
Aurantifolia Pertumbuhan
Streptococcus Pyogenes secara in vitro
Universitas Sumatera Utara