terdapat pengaruh antara varabel bebas air perasan jeruk nipis terhadap variabel terikat diameter zona hambat pertumbuhan Streptococcus pyogenes.
5.2. Pembahasan
Air perasan jeruk nipis Citrus aurantifolia diuji aktivitas antibakterinya terhadap bakteri Streptococcus pyogenes secara in vitro. Pengujian dilakukan
dengan metode difusi disk cakram. Metode difusi digunakan karena metode ini merupakan metode mempunyai keuntungan ekonomis dan sederhana mudah
dibuat. Prosedur yang paling sering digunakan dan dianjurkan oleh WHO World Health Organization dan NCCLS Nation Committee for Clinical Laboratory
Standards adalah metode difusi cakram modifikasi Kirby Bauer Depkes RI, 1999.
Setelah dilakukan penelitian, terdapat hasil pembentukan zona hambat disekitar disk yang telah berisi air perasan jeruk nipis. Zona hambat kemudian
diukur dengan menggunakan jangka sorong. Hasil yang didapatkan adalah ditemukannya zona hambat disekitar disk pada konsentrasi 12,5, 25, 50, dan
100. Kontrol negatif dengan aquabides tidak ditemukan zona hambat sedangkan kontrol positif dengan levofloxacin didapatkan rata-rata diameter zona hambat
35,25 mm. Pada hasil uji Kruskal-Wallis didapatkan hasil berupa terdapat perbedaan
efek antibakteri air perasan jeruk nipis terhadap pertumbuhan Streptococcus pyogenes. Selain itu, dilakukan perbandingan antara lima kelompok konsentrasi
air perasan jeruk nipis dengan kontrol positif dan kontrol negatif dengan uji Post Hoc Multiple Comparisons dengan metode Mann Whitney. Hasilnya didapatkan
pada lima kelompok konsentrasi terdapat perbedaan daya hambat yang signifikan apabila dibandingkan dengan kontrol positif maupun kontrol negatif. Hal ini
membuktikan bahwa air perasan jeruk nipis memiliki daya antibakteri terhadap Streptococcus pyogenes.
Hasil penelitian ini sesuai dengan kepustakaan yang mengatakan bahwa salah satu efek farmakologis yang dimiliki oleh jeruk nipis yaitu sebagai
antibakteri Hariana, 2006. Menurut Dalimarta 2000, daun jeruk dan bunga
Universitas Sumatera Utara
jeruk nipis dapat digunakan untuk pengobatan hipertensi, batuk, lendir tenggorokan, demam, panas pada malaria, jerawat, ketombe, dan lain
– lain. Daya antibakteri pada perasan jeruk nipis telah terbukti pada berbagai
penelitian. Dari penelitian yang dilakukan oleh Mukhitasari 2012, air perasan jeruk nipis dapat menghambat pertumbuhan S. dysentriae. Selain itu, berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Taiwo dkk. 2007, air perasan jeruk nipis Citrus aurantifolia dapat menghambat pertumbuhan bakteri E. Coli, Klebsiella sp.,
Proteus sp., Pseudomonas sp. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Razak dkk. 2013, air perasan jeruk nipis memiliki daya hambat terhadap pertumbuhan
Staphylococcus aureus pada konsentrasi 25 sampai dengan konsentrasi 100. Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 1, zona hambat yang terbentuk
dimulai pada konsentrasi 12,5 sampai dengan 100. Rata-rata diameter yang terbentuk pada konsentrasi 12,5 adalah 9,25 mm. Pada konsentrasi yang lebih
besar, yaitu 25 rata-rata diameter yang terbentuk semakin besar, yatu 11,25 mm. Peningkatan besar rata-rata diameter zona hambat terjadi sampai konsentrasi
100. Dari tabel ini dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi konsentrasi air perasan jeruk nipis maka semakin besar pula diameter zona hambat yang
dihasilkan. Hal ini juga didukung dengan hasil analisis regresi linier yang menyatakan bahwa ada pengaruh antara variabel bebas konsentrasi air perasan
jeruk nipis terhadap variabel terikat diameter zona hambat pertumbuhan Streptococcus pyogenes berupa terbentuknya zona hambat di sekitar disk.
Pengaruh konsentrasi dalam menghambat pertumbuhan bakteri telah dibuktikan oleh berbagai penelitian. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Pradani 2012, air perasan jeruk nipis mempunyai potensi aktivitas antibakteri terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus. Pada penelitian ini pembentukan
zona hambat pada Staphylococcus aureus mulai terbentuk pada konsentrasi 6,25 sampai 100. Rata-rata zona hambat pada konsentrasi 6,25 adalah 0,88 cm,
sedangkan pada konsentrasi 100 zona hambat yang terbentuk semakin luas, yaitu 1,89 cm. Dengan demikian, pada penelitian Pradani 2012 dapat
disimpulkan bahwa semakin tinggi konsentrasi air perasan jeruk nipis maka
Universitas Sumatera Utara
semakin besar daya antibakterinya dan semakin besar pula diameter zona hambatnya.
Pada penelitian ini, digunakan kontrol positif dan kontrol negatif. Fungsi kontrol positif adalah sebagai pembanding apakah zat uji air perasan jeruk nipis
sudah tepat dan dapat menghasilkan perubahan positif pada variabel terkontrol diameter zona hambat. Dari kelompok kontrol negatif aquabides dapat
dihasilkan suatu baseline sehingga perubahan pada variabel tergantung dapat terlihat. Dengan adanya kelompok kontrol, maka efek bias pada pembacaan hasil
akan semakin minimal. Secara in vitro, diameter zona hambat yang terbentuk setelah pemberian air
perasan jeruk nipis lebih kecil bila dibandingkan dengan kontrol positif levofloxacin. Hal ini dapat diakibatkan oleh jumlah kandungan bahan anti
bakteri dari perasan jeruk nipis tidak sebanding dengan jumlah kandungan bahan antibakteri pada levofloxacin. Selain itu, hambatan oleh mekanisme resistensi
Streptococcus pyogenes terhadap zat anti bakteri juga berpengaruh pada diameter zona hambat yang tebentuk pada pemberian air perasan jeruk nipis.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis pada penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan yaitu air perasan jeruk nipis memiliki daya antibakteri dalam
menghambat pertumbuhan Streptococcus pyogenes secara in vitro. Semakin tinggi konsentrasi air perasan jeruk nipis maka daya antibakteri dalam menghambat
pertumbuhan Streptococcus pyogenes semakin baik.
6.2. Saran
Setelah dilakukan penelitian, dapat disampaikan beberapa saran sebagai berikut:
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut seperti uji in vivo dan uji lainnya agar
air perasan jeruk nipis dapat diketahui pengaruhnya dari berbagai aspek pengujian.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh air perasan jeruk
nipis tidak hanya terhadap bakteri lainnya tetapi juga jamur dan parasit.
Universitas Sumatera Utara