keterikatan  dalam  pekerjaan  pada  suatu  perusahaan.  Seperti  yang  dikemukakan oleh Gesine Foljanty
– Jost 2003:83 : …“freeter” refers to those people  who do not actively seek employment
a nd enter society without ta king up fixed employment. …“freeters”  opt  for  a  free-and-easy  lifestyle,  supported  by  casual  work
with no more tha n 800 Yen income per hour.
Terjemahan : …freeter mengacu kepada orang-orang yang tidak secara aktif mencari
pekerjaan  dan  masuk  kedalam  masyarakat  tanpa  mengambil  pekerjaan tetap.
…freeters  memilih  gaya  hidup  bebas  dan  mudah,  didukung  oleh pekerjaan kasual dengan tidak lebih dari 800 Yen pendapatan per jam.
Penulis  melihat  adanya  perubahan  pola  pikir  dan  cara  pandang  pada masyarakat  muda  Jepang  terhadap  pekerjaan.  Masyarakat  Jepang  merupakan
masyarakat  pekerja  keras,  memiliki  keuletan  dan  loyalitas  tinggi  terhadap perusahaannya.  Hal  inilah  yang  mendasari  penulis  untuk  mendalami  dan
memahami  sejauh  mana  pergeseran  makna  pekerjaan  yang  terjadi  pada masyarakat muda Jepang hingga memunculkan istilah freeter.
2. Kerangka Teori
Dalam  pembahasan  skripsi  ini  penulis  menggunakan  beberapa  konsep mengenai  freeter  dan  pendekatan  fenomenologis.  Freeter  adalah  istilah  yang
banyak digunakan di Jepang untuk menyebut anak muda pekerja non-reguler, dan merupakan  kelompok  sasaran  utama  dari  berbagai  pangsa  pasar  pekerja  muda
terhitung  sejak  tahun 2000- an. Istilah yang merupakan singkatan dari ”freelance
Universitas Sumatera Utara
Arbeiter” pertama kali  muncul  diakhir 1980-an, ketika kaum muda  menghadapi kesempatan  kerja  yang  berlimpah  pada  saat  gelembung  ekonomi  OECD,
2009:55.  Sejak  tahun  1992,  ketika  gelembung  ekonomi  meningkat,  tiga  kata kunci seperti freeter, parasit tinggal, dan kompetensi sosial telah digunakan untuk
menggambarkan  fenomena  sosial  yang  luar  biasa  yang  diamati  pada  kalangan kaum muda Jepang Foljanty-Jost, 2003:83.
Pendekatan  fenomenologis penulis gunakan untuk menafsirkan  fenomena atau  gejala  yang  terjadi  mengenai  freeter  dalam  masyarakat  Jepang,  khususnya
pada masyarakat muda Jepang yang secara langsung mengalami polemik  freeter. Ada empat tahapan yang penulis gunakan dalam pendekatan fenomenologis yaitu
dengan  membaca  arti  dari  keseluruhan,  mengidentifikasi  unit-unit  arti,  menilai signifikansi  psikologis  unit  makna,  dan  menyintesis  arti  unit  dan  menyajikan
deskripsi  secara  struktur  Langdrige,  2007:88.  Dengan  empat  tahapan  tersebut penulis mencoba membaca dan memahami freeter melalui konsep-konsep freeter
yang telah ada sebelumnya dari beberapa buku dan jurnal, kemudian menentukan beberapa  pokok  permasalahan  yang  terpapar  dalam  ulasan  mengenai  freeter,
memilah  beberapa  hal  penting  dan  pokok  dalam  permasalahan  yang  muncul, hingga  pada  akhirnya  menggabungkan  keseluruhan  permasalahan  pokok  dan
memaparkan  secara jelas dan  terperinci kedalam  satu pokok pembahasan  freeter pada skripsi ini.
Fenomena  yang  terjadi  dalam objek  penilitian ini  memiliki aspek  sejarah didalamnya. Salah satu faktor pencetus munculnya  freeter adalah resesi ekonomi
Jepang  yang  berlangsung  dalam  waktu  lama  akibat  dari  kepanikan  atas gelembung ekonomi yang terjadi sejak awal tahun 1990an hingga dekade 2000an.
Universitas Sumatera Utara
Dampak  dari  resesi  ekonomi  terlihat  nyata  pada  meningkatnya  jumlah pengangguran dan beralihnya sistem perekrutan karyawan dengan mengacu pada
kinerja, kemampuan dan integritas hingga berubahnya model kerja seumur hidup menjadi  bekerja  berdasarkan  sistem  kontrak  yang  terjadi  dibanyak  perusahaan
Jepang  akibat  dari  kepanikan  resesi  ekonomi.  Hal  ini  yang  kemudian memunculkan  freeter  yang  menjadi  opsi  lain  sebagai  pekerja  tidak  tetap  atau
paruh waktu yang jumlahnya semakin bertambah dari tahun ketahun.
1.5 Tujuan Dan Manfaat Penelitian