Pengurusan Perusahaan oleh Direksi

54 melakukannya dengan penuh tanggung jawab. Sama halnya dengan direksi, apabila dewan komisaris lalai atau bersalah dalam menjalankan tanggung jawabnya, maka apabila kelak terjadi kerugian terhadap Perseroan Terbatas, dan kerugian tersebut disebabkan karena kesalahan atau kelalaian dewan komisaris, maka dewan komisaris tersebut harus bertanggung jawab secara pribadi terhadap kerugian tersebut. 86

D. Pengurusan Perusahaan oleh Direksi

Pada saat membahas mengenai organ-organ dari Perseroan Terbatas, telah dijelaskan bahwa didalam Perseroan Terbatas, terdapat tiga organ, yang memiliki kedudukan yang sejajar, dengan tugas dan kewenangan yang berbeda-beda, serta didalam menjalankan kewenangan tersebut, organ-organ Perseroan Terbatas tersebut bertindak untuk dan atas nama Perseroan Terbatas serta demi kepentingan Perseroan Terbatas, dalam batas-batas yang disebutkan didalam Anggaran Dasar dan peraturan perundang-undangan. Direksi sebagai salah satu organ didalam Perseroan Terbatas, memiliki kewenangan yang sangat penting dalam jalannya perusahaan, yakini sebagai organ perusahaan yang memiliki kewenangan untuk mengurus perusahaan serta menjadi perwakilan perusahan, didalam maupun diluar pengadilan. 87 Kewenangan yang dimiliki oleh direksi adalah kewenangan yang diberikan oleh undang-undang serta anggaran dasar, kepada direksi. Dari kewenangan yang dimilikinya tersebut, dapat diketahui bahwa yang berwenang serta 86 Pasal 114 Undang-Undang 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. 87 Pasal 1 angka 5 Undang-Undang 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. Universitas Sumatera Utara 55 bertanggungjawab penuh untuk melakukan pengurusan pada perusahaan adalah direksi. Kewenangan direksi untuk melakukan pengurusan perusahaan mencakup kewenangan direksi untuk mengurus Perseroan Terbatas sehari-hari. 88 Dalam mengurus Perseroan Terbatas sehari-hari, setiap anggota direksi dibatasi oleh ketentuan-ketuan yang terdapat didalam peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan Perseroan Terbatas, serta peraturan perundang-undang yang berhubungan dengan kegiatan usahan Perseroan Terbatas tersebut. Selain ketentuan peraturan perundang-undangan, hal selanjutnya yang harus diperhatikan oleh direksi yang juga merupakan ketentuan yang memberikan batasan kepada direksi adalah Anggaran Dasar Perseroan Terbatas. Dengan demikian, dalam melakukan pengurusan setiap anggota direksi, diberikan batasan-batasan yang harus diperhatikan oleh direksi, yang terdapat didalam peraturan perundang- undangan serta anggaran dasar Perseroan Terbatas. 89 Direksi dalam melakukan pengurusan Perseroan Terbatas sehari-hari, didasarkan kepada beberapa ketentuan, yang mana ketentuan-ketentuan ini menjadi dasar bagi direksi dalam menjalankan kewenangannya tersebut. Ketentuan-ketentuan tersebut adalah ; 1. Direksi dalam mengurus perusahaan, semata-mata melakukannya hanya untuk kepentingan Perseroan Terbatas, bukan demi kepentingan pribadi maupun kepentingan pemegang saham. 90 88 Penjalasan Pasal 92 ayat 1 Undang-Undang 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. 89 Pasal 92 ayat 2 Undang-Undang 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. 90 Pasal 92 ayat 1 Undang-Undang 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. Universitas Sumatera Utara 56 2. Direksi wajib menjalankan pengurusan sesuai dengan kebijakanyang dianggap tepat. 91 3. Tugas pengurusan yang diemban oleh direksi, wajib dilaksanakan dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab. 92 Ketiga ketentuan diatas juga merupakan prinsip-prinsip umum yang harus dilakukan oleh setiap anggota direksi dalam mengurus Perseroan Terbatas. Ketiga ketentuan tersebut akan dijelaskan satu persatu dalam uraian selanjutnya. 1. Direksi menjalankan pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan terbatas Direksi adalah satu-satunnya organ yang bertanggungjawab terhadap jalannya perseroan sehari-hari. Hal tersebut dikarenakan direksilah yang diberi kewenangan oleh undang-undang untuk mengurus Perseroan Terbatas. Sesungguhnya Perseroan Terbatas adalah sebab keberadaan direksi, karena apabila tidak ada Perseroan Terbatas, maka tidak ada juga direksi. Itu pula sebabnya sudah sepaptutnya direksi mengabdi kepada kepentingan Perseroan Terbatas, bukan kepada kepentingan satu atau beberapa pemegang saham. Direksi bukanlah wakil pemegang saham. Direksi adalah wakil perseroan selaku persona standi in judicio atau subjek hukum yang mandiri. Pengangkatan direksi oleh RUPS harus dipandang sebagai mandat kepada direksi untuk oversee management and return profits bagi pemegang saham. Dan hal inilah yang menyebabkan direksi sebagai organ perusahaan yang penting. 93 91 Pasal 92 ayat 2 Undang-Undang 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. 92 Pasal 97 ayat 2 Undang-Undang 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. 93 Hasbullah F. Sjawie, Op.Cit, hlm. 154. Universitas Sumatera Utara 57 Pada paham klasik, dikatakan bahwa sentral dari kebijakan pengurusan harus berkisar pada kepentingan pemegang saham karena pada akhirnya pemegang saham yang paling berkepentingan, namun paham tersebut sudah ditinggalkan, pada masa kini, direksi hanya terikat pada kepentingan Perseroan Terbatas secara keseluruham sebagai badan hukum bukan kepada pemegang saham, paham ini merupakan tndak lanjut dari paham institusional. 94 Direksi dalam menjalankan tugas pengurusan terhadap Perseroan Terbatas, selain harus mengedepankan kepentingan perseroan, juga harus mengurus perusahaan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan yang ditetapkan didalam Anggaran Dasar Perseroan Terbatas. 95 Menjalankan pengurusan perusahaan, dengan berpedoman kepada anggaran dasar, merupakan suatu kewajiban bagi direksi, hal tersebut dikarenakan didalam anggaran dasar disebutkan maksud dan tujuan dari perusahaan tersebut, dan berdasarkan maksud dan tujuan tersebut perusahaan menjalankan kegiatan usahanya. 96 Anggaran Dasar sebagai salah satu faktor yang tidak boleh diabaikan oleh direksi selain faktor hukum yang juga harus ditaati oleh direksi dalam menjalankan pengurusan Perseroan Terbatas. Anggaran Dasar serta faktor hukum dikatakan sebagai hal yang tidak boleh diabaikan oleh direksi dikarenakan direksi adalah organ Perseroan Terbatas yang bisa diidentikan sebagai Perseroan Terbatas itu sendiri. Oleh karena itu, tindakannya dianggap sebaga i “ directing mind and will” Perseroan Terbatas. 97 94 Ibid. 95 M. Yahya Harahap, Op.Cit, hlm. 372. 96 Pasal 18 Undang-Undang 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. 97 Hasbullah F. Sjawie, Op.Cit, hlm. 153. Universitas Sumatera Utara 58 2. Direksi wajib menjalankan pengurusan sesuai dengan kebijakan yang dianggap tepat Kewenangannya direksi untuk menjalankankan pengurusan Perseroan Terbatas sehari-hari sesuai dengan kebijakan yang dianggap tepat, dan dalam batas yang ditentukan dalam undang-undang danatau anggaran dasar. 98 Hal ini merupakan hal yang penting yang harus dilakukan oleh direksi, karena posisi direksi yang diangap sebagai directing mind Perseroan Terbatas. Artinya apa yang dilakukan oleh direksi, dianggap seolah-olah itu adalah perbuatan yang dilakukan oleh Perseroan Terbatas. Oleh karena itu, direksi harus menaati Anggaran Dasar Perseroan Terbatas agar setiap perbuatan hukum yang dilakukan direksi, hanya mengikat Perseroan Terbatas, tanpa harus mengikat direksi secara langsung. Sehingga dengan demikian, jelas direksi mempunyai kewajiban untuk menaati Anggaran Dasar Perseroan Terbatas dan peraturan perundang-undangan. Apabila dengan atau tanpa guality intent , direksi meletakan Perseroan Terbatas pada perbuatan melawan hukum atau melakukan suatu sifat ultra vires, secara pribadi direksi harus bertanggungjawab atas kerugian Perseroan Terbatas yang timbul. 99 Maksud dari kebijakan yang tepat yang harus diambil oleh direksi adalah kebijakan yang diambil yang didasarkan kepada keahlian, peluang yang tersedia dan kelaziman dalam dunia usaha. Namun pengertian dari kebijakan yang dianggap tepat yang dijelaskan oleh UUPT tersebut hanya sebagian kecil saja, karena penggunaan frase “antara lain”, artinya banyak faktor-faktor lain yang menentukan, untuk mengatakan suatu kebijakan yang diambil oleh direksi 98 Pasal 92 ayat 2 Undang-Undang 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. 99 Ibid, hlm. 111. Universitas Sumatera Utara 59 dipandang tepat. Sehingga dapat dikatakan bahwa kewenangan direksi melakukan perbuatan hukum tidak terbatas pada perbuatan yang secara tegas disebutkan dalam maksud dant tujuan, tetapi juga meliputi perbuatan lainnya yaitu perbuatan yang menurut kebiasaan,kewajaran dan kepatutan yang dapat disimpulkan dari maksud dan tujuan Perseroan Terbatas. 100 3. Tugas pengurusan oleh direksi, wajib dilaksanakan dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab Sebagai satu-satunya organ yang sangat bertanggungjawab terhadap jalannya perusahaan, direksi harus mengurus Perseroan Terbatas dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab. 101 Kedua faktor ini, yaitu itikad baik dan penuh tanggung jawab, merupakan dua hal yang sangat penting yang harus diperhatikan oleh direksi. Namun UUPT tidak menyebutkan secara jelas apa yang dimaksud dengan itikad baik serta penuh tanggungjawab tersebut. Namun dari beberapa literatur serta dalam praktik Perseroan Terbatas, dapat diketahui apa yang dimaksud dengan itikad baik serta penuh tanggung jawab tersebut. Pada umumnya, hal-hal yang mencakup mengenai itikad baik itu yaitu; a. Wajib dipercaya Fiduciary Duty Direksi sebagai pihak yang dipercayai oleh Perseroan Terbatas dalam mengurus Perseroan Terbatas menimbulkan suatu kewajiban fidusia atau fiduciary duty. Fiduciary duty dimiliki oleh direksi disebabkan adanya dua fungsi yang dimiliki oleh direksi yakni sebagai pengurus dan sebagai pihak yang mewakili 100 Hasbullah F. Sjawie, Op.Cit, hlm. 111. 101 Pasal 97 ayat 2 Undang-Undang 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. Universitas Sumatera Utara 60 Perseroan Terbatas, didalam dan diluar pengadilan. 102 Dalam menjalankan kewajibannya tersebut, direksi wajib dipercaya dalam melaksanakan setiap tanggungjawabnya terhadap Perseroan Terbatas. Hal ini berarti, bahwa setiap anggota direksi selamanya dapat dipercaya serta harus jujur dalam menjalankan pengurusan perusahaan. 103 Dengan prinsip fiduciary duties ini seorang direktur mengikatkan dirinya kepada perseroan untuk bertindak dengan itikad baik demi kepentingan Perseroan Terbatas. 104 Prinsip fiduciary duty adalah prinsip yang menjadikan direksi berkedudukan sebagai pihak yang diberikan amanah atau kepercayaan dalam mengurus perusahaan, memiliki kesempatan yang sangat besar untuk menghianati kepercayaan tersebut dan akan berpotensi merugikan perusahaan. Oleh sebab itu hubungan pemegang kepercayaan tersebut harus didasarkan kepada standar yang tinggi. Kata Fiduciary berakar dari kata fiducia , yang artinya “kepercayaan” atau “trust”, atau dengan kata kerja fidere , yang berarti “mempercayai” atau “ to trust ”. Istilah fiduciary d iartikan “memegang sesuatu dalam kepercayaan” atau “seseroang yang memegang sesuatu dalam kepercayaan untuk kepentingan orang lain”. 105 Fiduciary duty lahir dari suatu hubungan fidusia atau fiduciary relation . Fiduciary relation antara direksi dengan perseroannya merupakan sumber utama bagi terciptanya fiduciary duty bagi direksi, yang memberikan kewenangan bagi 102 Hasbullah F. Sjawie, Op.Cit, hlm. 163. 103 M. Yahya Harahap,Op.Cit, hlm. 374. 104 Hasbullah F. Sjawie, Op.Cit, hlm. 165. 105 Ibid, hlm.167. Universitas Sumatera Utara 61 direksi untuk mengelola perseroannya tersebut. Apabila direksi bersalah baik secara sengaja maupun lalai dalam menjalankan kewajibannya atau melakukan pelanggaran terhadap kewajiban fidusia, berkibat pada timbulnya tanggung jawab pribadi direksi. 106 b. Wajib saksama dan berhati-hati melaksanakan pengurusan duty of the due care Selain prinsip fiduciary duty prinsip selanjutnya yang harus dimiliki oleh direksi adalah setiap direksi dengan saksama melakukan pengurusan dan harus bersikap penuh kehati-hatian Duty of the due care . Direksi dalam mengelola persuahaan harus mengelolanya dengan kehati- hatian. 107 Dalam mengurus Perseroan Terbatas, anggota direksi tidak boleh bersikap “semberono” dan “lalai”. Apabila dia sembrono dan lalai dalam melaksanakan pengurusan, menurut hukum dia telah melanggar kewajiban berhati- hati atau bertentangan dengan “prudential duty” . 108 Duty of care ini timbul dari dan menunjuk pada sangat eratnya hubungan antara direksi dan perseroan yang diurusnya. Duty of care menuntut direksi melaksanakan tugas-tugasnya dengan rajin dan ulet diligence , penuh kehati- hatian care , serta pintar terampi skill , seperti seroang selalu bertindak hati-hati ordinary prudent person dalam melaksanakan suatu perbuatan hukum, atau dituntut untuk bertindak dalam situasi yang serupa dengan penuh kehati-hatian. 109 106 Hasbullah F. Sjawie, Op.Cit, hlm. 170. 107 Bismar Nasution,”Pertanggung Jawaban Direksi Dalam Mengelola Perseroan” http:bismar.wordpress.com, diakses pada hari Minggu 12 September 2014, pada pukul 11.09 WIB 108 M. Yahya Harahap, Op.Cit, hlm. 379. 109 Hasbullah F. Sjawie, Op.Cit, hlm. 202. Universitas Sumatera Utara 62 Prinsip duty of care dari direksi terhadap perseroan memiliki dua persyaratarn, yaitu ; a. Syarat Prosedural Seorang anggota direksi harus selalu menaruh perhatian yang sungguh- sungguh pada jalannya perseroan disamping selalu mempunyai pengetahuan lengkap terhadap perseroannya. b. Syarat Substantif Seorang anggota direksi dalam mengambil keputusan harus disandari dengan penuh pertimbangan yang rasional, tetapi tidak berarti dia harus mengambil keputusan yang benar-benar optimal. Hal yang dibutuhkan adalah keputusan diambil sebagai respons yang wajar terhadap situasi yang ada. Hal yang tidak dibenarkan adalah bertindak begitu sangat tidak bijaksana, tidak rasional dan diluar diskresi yang dibenarkan oleh hukum. 110 Pada dasarnya prinsip duty of care ini berangkat dari teori kelalaian. Melalui penerapan prinsip duty of care setiap anggota dirkesi diharapkan berbuat secara hati-hati sehingga terhindar dari kesalahan atau kelalaian yang merugikan pihak-pihak lain. 111 Direksi dianggap telah melanggar prinsip duty of care , jika direksi bertindak antara lain, sebagai berikut 112 : 1. Direksi tidak dapat melaksanakan kegiatan atas beban biaya Perseroan Terbatas jika tidak memberikan sama sekali atau memberikan sangat kecil manfaat kepada perseroan jika dibandingkan dengan manfaat pribadi yang 110 Ibid. 111 Hasbullah F. Sjawie, Op.Cit, hlm. 207. 112 Hasbullah F. Sjawie, Op.Cit, hlm. 208. Universitas Sumatera Utara 63 diperoleh direksi yang bersangkutan dari kegiatan atas beban biaya Perseroan Terbatas tersebut. 2. Direksi tidak boleh menjadi pesaing bagi Perseroan Terbatas yang dipimpinnya, seperti mengambil kesempatan bisnis yang seharusnya milik perseroan atau diberikan kepada Perseroan Terbatas lain untuk atau berdasrkan kepentingan pribadinya. 3. Direksi wajib menolak untuk mengambil keputusan tentang hal yang diketahuinya dapat melanggar undang-undang yang berlaku. 4. Direksi dengan sengaja atau kelalaiannya tidak melakukan atau tidak berupaya maksimal untuk mencegah timbulnya kerugian bagi Perseroan Terbatas. 5. Direksi dengan sengaja atau lalai tidak melakukan atau tidak berupaya maksimal untuk meningkatkan keuntungan Perseroan Terbatas. c. Wajib loyal terhadap perusahaan loyality duty Selain harus bersikap penuh hati-hati, setiap anggota direksi harus bertindak dengan itikad baik dan lebih mementingkan kepentingan Perseroan Terbatas serta kepentingan pemegang saham secar keseluruhan, hal ini disebut duty of loyalty. 113 Dalam menjalankan kewajibannya untuk bersikap loyal kepada perusahaan, setiap anggota diresi dalam menduduki posisi sebagai organ perusahaan, dilarang untuk menggunakan dana Perseroan Terbatas untuk dirinya atau untuk pribadinya, serta setiap anggota direksi, secara loyal wajib 113 Ibid, hlm. 186. Universitas Sumatera Utara 64 merahasiakan segala informasi Perseroan Terbatas, hal-hal tersebut merupakan bentuk sikap loyal anggota direksi kepada perusahaan. 114 Ketentuan didalam UUPT secara tegas dijelaskan bahwa seorang direksi harus bersikap loyal kepada Perseroan Terbatas, hal tersebut disebutkan didalam Pasal 92 ayat 1 UUPT yang mengatakan bahwa direksi menjalankan pengurusan Perseroan Terbatas untuk kepentingan Perseroan Terbatas dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan Terbatas. Duty of loyalty terdiri dari duty to act bona fide. 115 Duty to act bona fide adalah duty yang harus dimiliki oleh seorang anggota direksi untuk melakukan tugas pengurusan dan perwakilan Perseroan Terbatas semata-mata hanya untuk kepentingan Perseroan Terbatas. Akar dari duty to act bona fide adalah itikad baik dan kejujuran. Duty to act bona fide mencerminkan bahwa direksi dalam bertindak dalam mengurus Perseroan Terbatas harus beritikad baik. 116 d. Wajib melaksanakan pengurusan untuk tujuan yang wajar duty to act for a proper purpose Setiap anggota direksi dalam mengurus perseroan direksi harus melaksanakan fungsi dan kewenangannya untuk tujuan yang wajar for a proper purpose . Apabila anggota direksi dalam melaksanakan fungsi dan kewenangannya untuk tujuan yang tidak wajar, tindakan yang demikian dikategorikan sebagai pengurusan yang dilakukan dengan itikad buruk bad faith 117 . 114 M. Yahya Harahap, Op.Cit, hlm. 376. 115 Hasbullah F. Sjawie, Op.Cit, hlm. 186. 116 Ibid, hlm. 187. 117 M. Yahya Harahap, Op.Cit, hlm. 375. Universitas Sumatera Utara 65 e. Wajib patuh menaati peraturan-perundang-undangan statutory duty Prinsip selanjutnya yang berkaitan dengan itikad baik yang dimiliki oleh direksi pada saat mengurus Perseroan Terbatas adalah kewajiban bagi anggota direksi untuk patuh menaati peraturan perundang-undangan statutory duty . Kepatuhan anggota direksi dalam menaati peraturan perundangan-undang, terdiri dari dua arti, yaitu arti sempit dan arti luas. Dalam arti luas, setiap anggota direksi menaati semua peraturan perundang-undangan yang memiliki hubungannya dengan jalannya perseroan, sedangkan dalam arti sempit, setiap anggorta direksi harus mentaati anggaran dasar Perseroan Terbatas. 118 Ketaatan mematuhi peraturan perundang-undangan dalam rangka mengurus Perseroan Terbatas, mengandung arti, setiap anggota direksi dalam melaksanakan pengurusan Perseroan Terbatas, wajib melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Jika anggota direksi lalai atau secara sengaja tidak menaati peraturan yang berlaku, yang mengakibatkan pengurs tersebut melanggar peraturan perundang-undangan, maka tindakan pengurusan itu dikatergorikan sebagai perbuatan melawan hukum. Atau bisa juga dikategorikan sebagai tindakan ultra vires yakini melampaui batas kewenangan dan kapasitas Perseroan Terbatas. Dalam hal yang demikian direksi bertanggungjawab secara pribadi atas kerugian yang timbul kepada Perseroan Terbatas. 119 f. Menghindari konflik kepentingan avoid conflict of interest Prinsip selanjutnya yang harus diperhatikan oleh setiap anggota direksi adalah setiap anggota direksi harus menghindari benturan kepentingan avoid 118 Ibid. 119 Ibid. Universitas Sumatera Utara 66 conflict of interest . Benturan kepentingan atau confilct of ineterest antara Perseroan Terbatas dan direksi danatau karyawannya dapat muncul dalam berbagai macam bentuk. Setiap tindakan pengurusan yang mengandung benturan kepentingan dikategorikan sebagai tindakan melanggar kewajiban kepercayaan brach of his fiduciary duty dan kewajiban menaati peraturan perundang- undangan. 120 Prinsip duty to avoid conflicts of interests, pada dasarnya menjaga sekaligus mengaharuskan direksi untuk tidak menempatkan diri dalam posisi dimana bisa muncul pertentangan kepentingan antara kepentingan Perseroan Terbatas yang diurusnya dan kepentingan pribadinya atau dengan kepentingan pihak ketiga yang terkait dengan anggota direksi tersebut. Bilamana terjadi benturan kepentingan tersebut, direksi harus melakukan keterbukaan atau disclosure mengenai adanya benturan kepentingan tersebut. 121 Keterbukaan yang dilakukan oleh direksi pada saat terjadinya benturan kepentingan merupakan indikasi itikad baik dari anggota direksi yang mempunyai benturan kepentingan. Keterbukaan yang dilakukan oleh direksi haruslah dilakukan secara formal atau resmi, karena keterbukaan yang dilakukan secara tidak resmi, tidak menunjukan telah terpenuhinya persyaratan keterbukaan tersebut. 122 Timbulnya conflict of interest antara perseroan dengan anggota direksi, disebabkan adanya interlocking directorates , yaitu menjabatnya seorang sebagai 120 Ibid, hlm. 376. 121 Hasbullah F. Sjawie, Op.Cit, hlm. 218. 122 Ibid, hlm. 221. Universitas Sumatera Utara 67 anggota direksi pada lebih dari satu Perseroan Terbatas meskipun dalam kenyataannya hal ini sering terjadi. 123 Ruang lingkup kewajiban anggota direksi menghindari benturan kepentingan dalam melaksanakan pengurusan Perseroan Terbatas, meliputi 124 : a. Kewajiban untuk tidak menggunakan uang dan kekayaan Perseroan Terbatas untuk kepentingan pribadinya. b. Larangan mempergunakan informasi Perseroan Terbatas untuk kepentingan pribadi anggota direksi. c. Tidak menggunakan posisi untuk memperoleh keuntungan pribadi, seperti menerima sogokan, perbuatan yang dianggap breach of fiduciary duty . d. Tidak menahan atau mengambil sebagian atau seluruh dari keuntungan perusahaan untuk kepentingan pribadi. e. Dilarang melakukan transaksi dengan Perseroan Terbatas. f. Larangan bersaing dengan Perseroan Terbatas. g. Wajib melaksanakan pengurusan dengan tekud dan cakap Duty to be diligent and skill. Prinsip kepengurusan yang terakhir yang harus diperhatikan seorang direksi adalah setiap direksi dalam melaksanakan pengurusan harus melaksanakannya dengan tekun dan cakap duty tobe diligent and skill . Pasal 97ayat 2 UUPT dikatakan bahwa seorang direksi tersebut dalam menjalankan pengurusan perseroan harus melaksanakannya dengan itikad baik dan penuh tanggungjawab. Dalam penjelasan pasal tersebut tidak ditemukan pengertian 123 Ibid, hlm. 219. 124 M. Yahya Harahap, Op.Cit, hlm. 377. Universitas Sumatera Utara 68 maupun maksud dari itikad baik, namun yang hanya dijelaskan adalah mengenai penuh tanggung jawab. Penjelasan Pasal 97 ayat 2 UUPT mengatakan bahwa yang dimaksud dengan penuh tanggung jawab adalah memperhatikan Perseroan Terbatas dengan saksama dan tekun. Kewajiban ini dalam hukum korporasi disebut duty to be diligent atau bisa juga disebut wajib tekun dan ulet. 125 Menentukan seorang direksi cakap atau memiliki keahlian dalam bidangnya tersebut, digunakan patokan yang sesuai dengan jabatan yang dimilikinya, dan kecakapan dan keahlian yang dimilikinya harus berdasarkan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya according ti his knowledge and experience . 126 Untuk dapat dikatakan seorang direksi dapat cakap mengemban tugas yang dimilikinya, didasarkan pada ilmu pengetahuan serta pengalaman yang dimilikinya. Karena apabila seorang direksi tidak memiliki latar belakang ilmu pengetahuan dan pengalaman pada bidang yang diembannya, sangat sulit bagi direksi tersebut untuk menguasai pekerjaan yang dipercayakan kepadanya. Seorang anggota direksi tidak cukup hanya cakap dan jujur saja dalam menjalankan pengurusan perusahaan. Akan tetapi setiap anggota direksi harus cakap, jujur dan tekun, serta ulet skill, honest, and diligent secara wajar dalam semua keadaan dan kondisi yang dihadapi Perseroan Terbatas. 127 Patokan atau standar ketekunan dan keuletan anggota direksi yang dituntut dari segi hukum dan bisnis adalah ketekunan dan keuletan yang wajar dalam segala keadaan. Namun pengertian tekun dan ulet, tidak dapat ditemukan didalam UUPT, pengertian tekun dan ulet yang sering dikemukakan, antara lain : 125 Ibid, hlm. 381. 126 Ibid. 127 Ibid, hlm. 382. Universitas Sumatera Utara 69 a. Anggota direksi wajib terikat terus-menerus secara wajar dan layang menumpahkan perhatian atas kejadian yang menimpa Perseroan Terbatas the affair of the company . b. Wajib terikat secara wajar menghadiri semua rapat direksi. Ketentuan didalam UUPT telah memberikan suatu pedoman yang jelas bagi setiap organ perseroan dalam menjalankan tugas dan kewajibannya termasuk kepada direksi, agar setiap tindakan dan kebijakan yang diambilnya masih sesuai dengan hukum yang berlaku. Namun apabila terjadi penyimpangan dari kewajiban yang diberikan oleh undang-undang sehingga mengakibatkan Perseroan Terbatas mengalami kerugian hukum memberikan beberapa ketentuan yang menjadi solusi. Universitas Sumatera Utara 70 BAB III PERTANGGUNGJAWABAN DIREKSI ATAS KESALAHAN DAN KELALAIAN DALAM PENGURUSAN PERUSAHAAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS A. Ketentuan Mengenai Tanggung Jawab Direksi yang Diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas Sebagaimana yang telah dibahas pada pembahasan bab sebelumnya, bahwa Perseroan Terbatas, sebagai badan usaha yang berbadan hukum memiliki sifat artifisial. Selain memiliki sifat artifisal, berdasarkan teori fiksi, bahwa Perseroan Terbatas merupakan suatu badan hukum yang bersifat abstrak, sehingga memerlukan organ-organ perseroan, yang bekerja untuk dan atas nama Perseroan Terbatas. Direksi sebagai salah satu organ Perseroan Terbatas, merupakan satu- satunya organ yang dipercayakan untuk mengurus dan mengelola Perseroan Terbatas. Sebagai pihak yang diberi kepercayaan, direksi memiliki beberapa hak dan tanggung jawab kepada Perseroan Terbatas. UUPT secara jelas menjelaskan mengenai tanggung jawab direksi terhadap Perseroan Terbatas. Tanggung jawab yang dimiliki oleh direksi tersebut diberikan oleh undang-undang, dan Anggaran Dasar Perseroan. Tanggung jawab direksi pada dasarnya beriringan dengan keberadaan, tugas, kewenangan, hak dan kewajiban yang melekat pada dirinya. 128 Tanggung jawab yang dimiliki direksi secara jelas disebutkan pada Pasal 1 angka 5 UUPT secara jelas menerangkan bahwa direksi adalah organ Perseroan Terbatas yang 128 Try Widiyono,Direksi Perseroan TerbatasBogor : Ghalia Indonesia,2008, hlm. 113. Universitas Sumatera Utara 71 berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan Perseroan Terbatas untuk kepentingan Perseroan Terbatas sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan serta mewakili Perseroan Terbatas baik didalam maupun diluar pengadilan sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar Perseroan Terbatas. Selain Pasal 1 ayat 5 UUPT, kewenangan dan tanggung jawab direksi, juga dijelaskan dalam Pasal 92 ayat 1, ayat 2 dan ayat 6, Pasal 94 ayat 7, Pasal 97 ayat 1, ayat 2, ayat 3, dan ayat 4, Pasal 98 ayat 1, ayat 2, dan ayat 3. 129 Dari ketentuan tersebut, diketahui terdapat dua tanggung jawab pokok yang dimiliki oleh direksi, yakini ; 1. Bertanggung jawab penuh atas pengurusan Perseroan Terbatas; serta 2. Mewakili Perseroan baik didalam maupun diluar pengadilan. Direksi dalam menjalankan tangggung jawabnya, harus mengacu kepada beberapa hal, sebagaimana yang diatur UUPT, antara lain ; 1. Pasal 2 UUPT yang mengatakan bahwa kegiatan Perseroan Terbatas harus sesuai dengan maksud dan tujuan nya serta tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undanganm ketertiban umum dan atau kesusilaan; 2. Pasal 92 ayat 1 UUPT mengatakan bahwa direksi menjalankan pengurusan Perseroan Terbatas untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan Terbatas; 3. Pasal 97 ayat 2 UUPT mengatakan bahwa pengurusan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 wajib dilaksanakan setiap anggota direksi dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab; 129 Ibid, hlm. 115. Universitas Sumatera Utara 72 4. Adanya perbuatan-perbuaan hukum tertentu yang harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari komisaris dan atau RUPS yang diatur dalam Anggaran Dasar. Berdasarkan hal-hal yang dikemukan diatas, diketahui bahwa dalam menjalankan tanggung jawabnya, setiap anggota direksi tunduk dan harus sesuai dengan; 1. Peraturan perundang-undangan 2. Maksud dan tujuan Perseroan Terbatas terbatas sebagaimana dirumuskan dalam Anggaran Dasar Perseroan Terbatas; 3. Pembatasan lain yang ditegaskan dalam Anggaran Dasar Perseroan Terbatas. 130 Pembahasan dalam penelitian ini, hanya akan membahas mengenai tanggung jawab direksi yang diatur didalam UUPT. Berdasarkan pengaturan yang terdapat didalam UUPT tanggung jawab yang yang pertama yang diberikan kepada setiap anggota direksi ialah tanggung jawab untuk melakukan pengurusan terhadap Perseroan Terbatas. Tanggung jawab untuk melakukan pengurusan yang diberikan kepada anggota direksi harus harus dijalankan oleh direksi semata-mata untuk kepentingan perseroan dan harus sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan Terbatas. 131 Tanggung jawab yang diberikan kepada direksi untuk mengurus Perseroan Terbatas, disertai dengan beberapa kewajiban yang harus dijalankan 130 Ibid, hlm. 119. 131 Pasal 92 ayat 1 Undang-Undang 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. Universitas Sumatera Utara 73 oleh direksi. Kewajiban tersebut dibagi atas kewajiban administrasi dan kewajiban yuridis. 132 Kewajiban administrasi yang dimiliki oleh direksi, diatur didalam Pasal 100 UUPT, dalam pasal tersebut disebutkan beberapa kewajiban administrasi yang dimiliki oleh direksi, yaitu ; 1. Membuat daftar pemegang saham, daftar khusus, risalah RUPS, sebagaimana yang dijelaskan didalam Pasal 50 ayat 1, ayat 2 UUPT; 2. Membuat risalah rapat RUPS, serta risalah rapat direksi, yang harus memuat perihal pokok pembahasan yang dibicarakan dalam rapat tersebut, serta mengenai keputusan yang dicapai dari rapat tersebut: 133 3. Membuat laporan tahunan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 66 ayat 2 UUPT dan dokumen keuangan Perseroan Terbatas sebagaiman dimaksud dalam undang-undang tentang Dokumen Perusahaan. Dimana penyampaian laporan tahunan tersebut dilaksanakan paling lama enam bulan setelah tahun buku Perseroan Terbatas berakhir. 134 4. Memelihara seluruh daftar, risalah dan dokumen keuangan Perseroan Terbatas sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b dan dokumen Perseroan Terbatas lainnya. Kewajiban selanjutnya yang dimiliki oleh direksi, yang berhubungan dengan tugas pengurusan sehari-hari Perseroan Terbatas adalah kewajiban yuridis. Kewajiban yuridis ini diatur didalam Pasal 102 UUPT. Kewajiban yang termasuk 132 M. Yahya Harahap, Op.Cit, hlm. 396. 133 Ibid. 134 Pasal 66 ayat 1 Undang-Undang 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. Universitas Sumatera Utara 74 kedalam kewajiban yuridis ini adalah kewajiban direksi meminta persetujuan RUPS, untuk ; 1. Mengalihkan kekayaan Perseroan Terbatas, atau 2. Menjadikan jaminan utang kekayaan Perseroan Terbatas. 135 Tindakan direksi yang meminta persetujuan RUPS ini, dalam teori disebut sebai beschikingdaden. 136 Fungsi persetujuan RUPS dalam tindakan hukum yang dilakukan oleh direksi semata-mata sebagai fungsi kontrol yang dimiliki oleh RUPS. 137 Terdapat suatu asas yang berkaitan dengan tanggung jawab yang dimiliki oleh setiap anggota Direksi untuk mengurus Perseroan Terbatas, asas tersebut ialah asas kolegial. 138 Akibat dari prinsip kolegial tersebut adalah setiap keputusan yang diambil oleh masing-masing direksi, mengikat seluruh anggota direksi. 139 Selain memiliki tanggung jawab untuk mengurus Perseroan Terbatas, setiap anggota direksi memiliki tanggung jawab untuk mewakili Perseroan Terbatas, baik didalam maupun diluar pengadilan. 140 Keabsahan seorang direksi mewakili Perseroan Terbatas didapatkan pada saat Perseroan Terbatas tersebut telah memperoleh Keputusan Pengesahan dari Kementrian Hukum dan HAM. Barulah sejak saat itu direksi memiliki kewenangan dan kapasitas mewakili Perseroan Terbatas di dalam dan di luar pengadilan. 141 135 M. Yahya Harahap, Op.Cit, hlm. 400. 136 Nindyo Pramono, Hukum PT Go Public dan Pasar Modal, Yogyakarta : Andi Offset, 2013 hlm.148. 137 Try Widiyono, Op.Cit. hlm. 121. 138 Ibid, hlm. 116. 139 Ibid, hlm. 117. 140 Pasal 98 ayat 1 Undang-Undang 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. 141 M. Yahya Harahap, Op.Cit, hlm. 390. Universitas Sumatera Utara 75 Tanggung jawab yang dimiliki direksi untuk mewakili Perseroan Terbatas, tidak memerlukan kuasa sebagaimana yang dimaksud Pasal 1792 sampai dengan 1819 KUHPerdata, tetapi kuasa direksi yang bertindak untuk dan atas nama Perseroan Terbatas adalah kuasa yang melekat dalam diri direksi sebagai salah satu organ Perseroan Terbats. Dengan demikian dalam tindakan hukum perdata, tidak memerlukan kuasa khusus sebagaimana yang dimaksud dalam KUHPerdata 142 . Kapasitas direksi bertindak mewakili Perseroan Terbatas didasarkan kepada undang-undang, sebagaimana yang terdapat dalam Pasal 98 ayat 1 jo. Pasal 1 angka 5 UUPT. Itu sebabnya kuasa yang dimiliki oleh direksi disebut kuasa atau wakil menurut undang-undang. 143 Anggota direksi dalam hal sebagai perwakilan Perseroan Terbatas, memiliki kesamaan prinsip dengan tanggung jawab pengurusan yang dimiliki oleh direksi. Persamaan prisip tersebut ialah terdapatnyadiakuinya prinsip kolegial. Dimana setiap anggota direksi berwenang mewakili Perseroan Terbatas, kecuali dutentukan dalam Anggaran Dasar Perseroan. 144 Hal ini memberikan suatu penjelasan, bahwa setiap anggota direksi berwenang untuk mewakili Perseroan Terbatas. Namun untuk kepentingan perseroan, Anggaran Dasar dapat menentukan perseroan hanya diwakili oleh anggota direksi tertentu saja. 145 Kewenangan yang dimiliki direksi untuk mewakili Perseroan Terbatas selain tanpa memerlukan surat kuasa khusus, kewenangan tersebut juga tidak 142 Try Widiyono, Op.Cit, hlm. 61. 143 M.Yahya Harahap,Op.Cit, hlm. 389. 144 Pasal 98 ayat 2 Undang-Undang 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. 145 M.Yahya Harahap,Op.Cit, hlm 393. Universitas Sumatera Utara 76 terbatas dan tidak bersyarat. 146 Maksud dari kewenangan direski yang mewakili Perseroan Terbatas yang berbentuk tidak terbatas dan tidak bersyarat tersebut adalah bahwa perwakilan yang dimiliki oleh anggota direksi, pada dasarnya meliputi semua hal atau peristiwa yang berkenaan dengan pelaksanaan menjalankan pengurusan Perseroan Terbatas. 147 Direksi sebagai organ Perseroan Terbatas, dalam melaksanakan setiap tanggung jawabnya, harus bertindak sesuai dengan batas kewenangan yang diberikan. Apabila setiap tindakan maupun keputusan yang diambil oleh direksi berada diluar batas kewenangan yang diberikan, maka tindakan direksi tersebut dianggap melampaui batas yang diberikan oleh Perseroan Terbatas. Tindakan direksi yang melampauidiluar kapasitasnya tersebut disebut dengan ultra vires, 148 dan apabila atas tindakan direksi yang bersifat ultra vires tersebut mengakibatkan Perseroan Terbatas mengalami kerugian, maka direksi dapat diminta pertanggungjawabannya secara pribadi. B. Pertanggungjawaban Direksi Secara Perdata Atas Kesalahan dan Kelalaian Dalam Pengurusan Perusahaan Prinsip pertanggungjawaban terbatas yang dianut oleh Perseroan Terbatas sebagai badan hukum, merupakan prinsip yang tidak selamanya bersifat absolut. Terdapat faktor yang mwnjadikan organ-organ Perseroan Terbatas tersebut dapat dimintakan pertanggungjawabannya secara pribadi. 146 Pasal 98 ayat 3 Undang-Undang 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. 147 Ibid, hlm. 394. 148 M. Yahya Harahap, Op.Cit, hlm. 66. Universitas Sumatera Utara 77 Pertanggungjawaban secara pribadi, dapat dimintakan kepada setiap organ Perseroan Terbatas, apabila setiap organ tersebut melakukan tindakan yang bersifat ultra vires. Akibat dari tindakannya yang bersifat ultra vires tersebut, mengakibatkan organ tersebut dapat dimintakan pertanganggungjawabannya secara pribadi. Teori yang membenarkan organ-organ Perseroan Terbatas tersebut dapat dimintakan pertanggungjawabannya secara pribadi, disebut sebagai teori Piercing the Corporate Veil. Prinsipteori piercing the corporate veili ini diterapkan, merubakan akibat langsung dari tindakan ultra vires yang dilakukan oleh organ Perseroan Terbatas tersebut. Istilah piercing the corporate veil diartikan sebagai suatu proses untuk membebani tanggung jawab kepundak orang atau perusahaan lain, atas perbuatan hukum yang dilakukan oleh suatu perusahaan pelaku, tanpa melihat kepada fakta bahwa perbuatan hukum tersebut sebenarnya dilakukan oleh Perseroan Terbatas pelaku tersebut. 149 Direksi sebagai salah satu organ Perseroan Terbatas, merupakan organ yang dapat dimintakan pertanggungjawabannya secara pribadi, dalam hal direksi tersebut telah melakukan suatu tindakan yang bersifat ultra vires , sehingga mengakibatkan Perseroan Terbatas mengalami kerugian atas tindakan direksi tersebut. Pertanggungjawaban secara pribadi yang dikenakan kepada direksi, merupakan pertanggungjawaban secara perdata. Pertanggungjawaban secara pribadi yang dituntut kepada direksi yang telah bertindak diluar kewenangannya sehingga mengakibatkan perseroan 149 Munir Fuady, Doktrin-Doktrin Modern Dalam Corporate Law Bandung : Citra Aditya Bakti, 2002, hlm. 8. Universitas Sumatera Utara 78 mengalami kerugian, merupakan suatu bentuk pertanggungjawaban secara keperdataan yang dibebankan kepada direksi tersebut. Pada prinsipnya pertanggungjawaban perdata, dapat dimintakan kepada setiap orang badan hukummanusia apabila telah melakukan wanprestasi maupun tindakan melanggar hukum onrechmatigdaad , yang mana atas dasar tersebut telah mengakibatkan kerugian pada pihak lain. Khusus mengenai pertanggungjawaban keperdataan yang dimintakan kepada anggota direksi yang telah lalaisalah yang mengakibatkan Perseroan Terbatas mengalami kerugian didasarkan kepada pasal 97 ayat 3 UUPT yang dengan jelas menyebutkan bahwa setiap anggota Direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi atas kerugian Perseroan Terbatas apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 2. Dari ketentuan Pasal 97 ayat 3 UUPT tersebut maka diketahui bahwa hukum perseroan Indonesia, membenarkan bahwa setiap anggota direksi dapat diminta pertanggungjawabannya secara pribadi, apabila anggota direksi tersebut bersalah atau lalai dalam menjalankan tugasnya, sehingga mengakibatkan Perseroan Terbatas mengalami kerugian. Pertanggungjawaban yang dituntut kepada seorang direksi yang bersalahlalai sehingga mengakibatkan Perseroan Terbatas mengalami kerugian, merupakan bentuk pertanggungjawaban yang disebabkan tindakan melawan hukum yang telah dilakukan oleh direksi. Pengertian luas mengenai pengertian perbuatan melanggar hukum, dapat kita temukan dalam putusan Hoge Raad pada tahun 1919, yang mengatakan Universitas Sumatera Utara 79 bahwa perbuatan melanggar hukum adalah perbuatan yang melanggar hak subjektif orang lain, atau perbuatan yang bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku, atau perbuatan yang yang bertentangan dengan tata susila, atau perbuatan yang bertentangan dengan kepatutan,ketelitian dan sikap hati-hati yang seharusnya dimiliki oleh seseorang dalam pergaulan dengan sesama atau terhadap harta benda orang lain. 150 Berdasarkan kepada pengertian yang disampaikan dalam putusan Hoge dalama tersebut, diketahui ada empat unsur untuk menentukan suatu perbuatan dikatan sebagai perbuatan melanggar hukum, yang dapat dipertanggungjawabkan, keempat unsur tersebut adalah; 1. Bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku; 2. Melanggar hak subjektif orang lain; 3. Melanggar kaidah tata susila; 4. Bertenangan dengan asas kepatutan, ketelitian serta sikap kehati-hatian yang seharusnya dimiliki seseriang dalam pergaulan dengan sesama warga masyarakat atau terhadap harta benda. Hoge Raad dalam putusannya mempergunakan kata- kata “atau” maka dengan demikian untuk adanya suatu perbuatan melanggar hukum tidak diisyaratkan adanya keempat kriteria itu secara kumulatif. Dengan dipenuhinya salah satu kriteria itu, secara alternatif, telah terpenuhi pula syarat untuk suatu perbuatan melanggar hukum. 151 150 Setiawan, Aneka Masalah Hukum Dan Hukum Acara Perdata Jakarta: Alumni,1992, hlm. 247. 151 Ibid, hlm.251. Universitas Sumatera Utara 80 Perbuatan seorang direksi untuk dikatakan sebagai perbuatan melanggar hukum, sehingga dapat dituntut pertanggungjawabannya, harus didasarkan kepada salah satulebih, dari unsur diatas. Berkaitan dengan perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh direksi, sehingga berdasarkan Pasal 97 UUPT dapat diminta pertanggungjawabannya, terjadi pada saat direksi tersebut telah melakukan beberapa unsur dari, unsur-unsur perbuatan melanggar hukum. Unsur-unsur tersebut adalah direksi melakukan suatu tindakan yang bertentangan dengan kewajiban hukumnya dan direksi bertindak bertentangan dengan asas kepatutan ketelitian dan sikap hati-hati. Suatu perbuatan dikatakan melanggar hukum apabila perbuatan tersebut bertentangan dengan kewajiban menurut undang-undang. 152 Seorang direksi dalam menjalankan tugas-tugasnya,diberikan beberapa kewajiban-kewajiban yang harus ditaati oleh direksi. Kewajiban-kewajiban yang diberikan kepada direksi, telah dibahas pada pembahasan sebelumnya. Apabila direksi melalaikan kewajiban-kewajibannya tersebut, dan bertindak diluar kewajibannya yang diberikan undang-undang, maka tindakannya tersebut dikatergorikan sebagai perbuatan yang melanggar hukum. Salah satu kewajiban yang paling dasar yang harus ditaati oleh direksi, adalah kewajiban yang terdapat didalam pasal 92 UUPT, yang mengatakan bahwa direksi dalam melakukan pengurusan Perseroan Terbatas harus melaksanakannya semata-mata hanya untuk kepentingan perseroan, dan harus sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan Terbatas. Ketentuan lain yang merupakan kewajiban direksi adalah ketentuan dalam Pasal 152 Ibid, hlm. 252. Universitas Sumatera Utara 81 97 ayat 2 UUPT, yang mengatakan bahwa direksi wajib mengurus Perseroan Terbatas dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab. Ketentuan-ketentuan yang bersifat mengikat dan merupakan suatu kewajiban, harus ditaati oleh direksi. Tindakan yang menyimpang dari ketentuan tersebut merupakan tindakan yang melanggar hukum. Apabila seseroang menimbulkan kerugian bagi orang lain dengan cara melanggar suatu ketentuan undang-undangan, maka ia melakukan suatu perbuatan melanggar hukum, yakini bertindak bertentang dengan kewajiban hukumnya. 153 Unsur selanjutnya yang juga dapat mengakibatikan direksi bertanggung jawab atas dasar tindakan yang melanggar hukum adalah direksi melalaikan kewajibanynya untuk mengurus Perseroan Terbatas secara hati-hati. Telah dibahas sebelumnya bahwa salah satu kewajiban direksi dalam mengurus Perseroan Terbatas, adalah kewajiban untuk bersikap hati-hati dalam mengurus Perseroan Terbatas. Apabila sikap kehati-hatian tersebut tidak dijalankan oleh direksi, dan atas kecerobohannya tersebut, Perseroan Terbatas mengalami kerugian, maka direksi dapat dipertanggungjawabkan atas dasar bahwa direksi telah melakukan perbuatan melanggar hukum, sehingga dapat dituntut pertanggungjawabannya. Ketika seorang direksi melakukan perbuatan yang merupakan perbuatan melanggar hukum, sehingga menimbulkan kerugian kepada Perseroan Terbatas, maka direksi tersebut harus dituntut pertanggungjawabannya secara pribadi. Hal tersebut sesuai dengan Pasal 97 ayat 3 UUPT yang mengatur perihal pertanggungjawaban pribadi direksi atas kerugian yang dialami Perseroan 153 Ibid, hlm. 253. Universitas Sumatera Utara 82 Terbatas, yang disebabkan karena kelalaian maupun kesalahan direksi, merupakan ketentuan yang mengedepankan prinsip siapa yang bersalah, dialah yang bertanggung jawab. 154 Namun dalam Pasal 97 ayat 4 UUPT tersebut juga disebutkan bahwa, pertanggungjawaban yang dipikul oleh setiap anggota direksi atas kerugian yang dialami oleh Perseroan Terbatas, merupakan tanggung jawab renteng. Artinya setiap anggota direksi wajib bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian yang dialami oleh Perseroan Terbatas tersebut. Pertanggungjawaban secara tanggung renteng ini dimungkinkan apabila dalam suatu Perseroan Terbatas, terdiri atas dua orang anggota direksi atau lebih. Dengan terdapatnya anggota direksi lebih dari satu orang, maka diantara mereka harus melakukan check and balance , agar kesalahan atau kelalaian diantara mereka yang bisa menimbulkan tanggung jawab pribadi, dapat di minimalisir. 155 Pasal 97 ayat 5 UUPT memberi kemungkinan bahwa seorang anggota direksi bisa terlepas dari tanggung jawab renteng, tetapi untuk bisa sampai pada titik itu terdapat 4 persyaratan dan salah satunya adalah bahwa anggota direksi yang bersangkutan telah melakukan pengurusan dengan itikad baik dan kehati- hatian untuk kepentingan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan Terbatas. Ketentuan ini pada dasarnya menutup kemungkinan bagi para anggota direksi untuk bisa bersikap tidak peduli satu sama lain jika ada pembagian tugas diantara mereka. Pembagian tugas tersebut tidak dapat dijadikan alat untuk membela diri dengan mengatakan bahwa karena bidang tertentu itu bukan 154 Munir Fuady, Op.Cit, hlm. 121. 155 Ibid, hlm. 155. Universitas Sumatera Utara 83 tugasnya, tidak ada kewajiban hukum pada dirinya untuk peduli pada bidang yang bukan tugasnya. 156 Pada saat terjadi kerugian yang disebabkan oleh kesalahan pihak direksi, maka direksi dapat diminta pertanggungjawabannya secara perdata. Gugatan untuk menuntut ganti rugi kepada direksi, dapat dilakukan oleh pihak pemegang saham dengan cara mengajukan gugatan,yang lazim disebut dengan Gugatan Derivatif. Gugatan derivatif atau derivative action dalam terminologi hukum berarti suatu gugatan berdasarkan atas hak utama dari Perseroan Terbatas, tetapi dilaksanakan oleh pemegang saham atas nama Perseroan Terbatas, gugatan mana dilakukan karena adanya suatu kegagalan dalam Perseroan Terbatas, atau dengan perkataan lain, gugatan derivatif merupakan suatu gugatan yang dilakukan oleh para pemegang saham utuk dan atas nama Perseroan Terbatas. 157 Ketentuan yang mengatur tentang gugatan derivatif, yang terdapat didalam UUPT yang juga menjadi dasar hukum dibenarkannya mengajukan gugatan derivatif oleh pihak pemegang saham, terdapat didalam Pasal 97 ayat 6 UUPT. Pasal 97 ayat 6 UUPT selain sebagai dasar hukum yang membenarkan dilakuannya gugatan derivatif, juga sebagai jalan keluar, untuk menuntut ganti rugi kepada direksi, atas kesalahan dan kelalaiannya, yang mengakibatkan Perseroan Terbatas mengalami kerugian. Pada Pasal 97 ayat 6 UUPT terdapat suatu syarat tertentu yang harus diperhatikan oleh pemegang saham, apabila ingin mengajukan gugatan derivatif 156 Ibid. 157 Munir Fuady,op.cDit, hlm. 74. Universitas Sumatera Utara 84 tersebut. Syarat yang harus diperhatikan oleh pemegang saham tersebut merupakan syarat kuantitas, dalam hal kepemilikan saham, oleh pemegang saham yang akan mengajukan gugatan tersebut. Syarat kuantitas yang harus dipenuhi oleh pemegang saham apabila ingin mengajukan gugatan tersebut, yaitu ; 1. Pemegang saham mewakili paling sedikit 110 satu persepuluh bagian dari jumlah seluruh saham dengann hak suara, 2. Kurang dari jumlah tersebut, belum sah memiliki legal standing untuk mengajukan gugatan dan tuntutan terhadap anggota direksi. 158 Berdasarkan syarat kuantitas yang digariskan dalam Pasal 97 ayat 6 UUPT, hak mengajukan gugatan ke pengadilan dalam kasus kesalahan atau kelalaian pengurusan Perseroan Terbatas yang dilakukan anggota direksi, tidak diberikan kepada setiap pemegang saham. Akan tetapi hanya diberikan kepada pemegang saham yang mewakili paling sedikit 110 bagian dari seluruh saham dengan hak suara. Boleh terdiri dari satu orang, jika saham yang dimilikinya mencapai 110 bagian atau bisa juga terdiri dari beberapa orang pemegang saham, asal jumlah saham yang mereka miliki mewakili paling sedikit 110 bagian dari jumlah seluruh saham yang mempunyai hak suara. 159 Syarat kuantitas bagi pemegang saham yang memiliki legal standing untuk mengajukan gugatan derivatif tersebut adalah pemegang saham yang memiliki 110 bagian dari jumlah saham dengan hak suara. Selain syarat kuantitas tersebut, hal yang perlu diperhatian selanjutnya adalah pemegang saham yang bagaimana yang dapat mengajukan gugatan tersebut. Dalam doktrin kepemilikan 158 M. Yahya Harahar, Op.Cit, hlm. 387. 159 Ibid, hlm. 388. Universitas Sumatera Utara 85 kontemporer dijelaskan bahwa pemegang saham dari suatu Perseroan Terbatas tidak dapat mengajukan gugatan derivatif, kecuali : a. Jika pemegang saham dari perusahaan tersebut pada saat terjadinya transaksi yang menimbulkan gugatan tersebut. b. Jika pemegang saham melalui peralihan saham demi hukum, misalnya karena warisan dri pemegang saham pada saat terjadinya transaksi yang menimbulkan gugatan tersebut. c. Jika pemegang saham melepaskan sahamnya pada saat gugatan dilakukan. 160 Tujuan dari berlakukannya doktrin kepemilikian kontemporer ini adalah untuk menghindari terjadinya pembelian gugatan. Gugatan derivatif merupakan suatu bentuk penyimpangan dari prinsip representatif yang terdapat didalam Perseroan Terbatas. Lalu mengapa hukum membenarkan adanya gugatan atas nama Perseroan Terbatas yang dilakukan oleh pemegang saham, padahal yang berhak mewakili Perseroan Terbatas adalah direksi. Untuk hal tersebut, dalam ilmu hukum perusahaan dikenal dua teori, yaitu 161 : a. Teori prosedur kekecualian Teori ini mengajarkan bahwa memberikan hak kepada pemegang saham untuk membawa perkara ke pengadilan hanya merupakan kekecualian dari prinsip hukum yang berlaku umum. Diberikan hak untuk mengajukan gugatan kepada pemegang saham atas nama Perseroan Terbatas tersebut karena kerugian pada Perseroan Terbatas secara tidak langsung juga merupakan kerugian pada pemegang saham. 160 Munir Fuady,Op.Cit, hlm. 89. 161 Ibid, hlm. 79. Universitas Sumatera Utara 86 b. Teori prosedur berwatak ganda Teori prosedur berwatak ganda sebenarnya merupakan teori asal atau bentuk prototipe dari gugatan derivatif ini. Teori prosedur berwatak ganda tersebut, yang juga sudah diterima secara meluas dalam praktek mengajarkan bahwa gugatan derivativ merupakan suatu kombinasi dari dua cause of action , yaitu; 1. Gugatan pemegang saham individu kepada Perseroan Terbatas agar perseroan memperbaiki kerugian atau mengajukan gugatan terhadap pihak yang telah melakukan kerugian terhadap Perseroan; dan 2. Gugatan oleh Perseroan Terbatas kepada pihak yang telah melakukan kerugian terhadap Perseroan Terbatas. Diakuinya pemakaian gugatan derivatif didalam UUPT memberikan beberapa keuntungan, salah satu keuntungannya adalah menghindari terjadinya gugatan berkali-kali oleh pemegang saham secara individu, dan gugatan derivatif diterapkan karena jika dengan gugatan langsung aka merugikan kepentingan kreditur. 162 Pemegang saham dalam mengajukan gugatan derivatif merupakan pihak yang mewakili kepentingan Perseroan Terbatas, dan bukan untuk mengedepankan kepentingan Perseroan Terbatas. Dalam gugatan tersebut, yang menjadi pihak tergugatnya dapat terdiri dari salah satu pihak antara pihak ketiga diluar perusahaan, pihak direksi Perseroan Terbatas, pegawai Perseroan Terbatas selain 162 Ibid, hlm. 87. Universitas Sumatera Utara 87 direksi dan pihak pemegang saham, 163 namun khusus berdasarkan Pasal 97 ayat 6 UUPT yang menjadi pihak tergugatnya adalah pihak direksi. Pada saat pemegang saham, menggunakan haknya untuk melakukanmengajukan gugatan derivatif, maka secara hukum pihak direksi sebagai tergugat, memiliki hak untuk membela diri, dan bahkan menyangkal dalil- dalil yang diajukan dalam gugatan tersebut. Pada hukum Perseroan Terbatas, dikenal salah satu doktrin, yang membenarkan seorang direksi dapat lepas dari pertanggungjawaban pribadinya, terhadap kerugian yang dialami oleh Perseroan Terbatas, doktrin tersebut dikenal dengan doktrin bussines judgment rule .

C. Bussines Judment Rule Sebagai Pembebasan Pertanggungjawaban oleh Direksi