107
BAB V PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dibahas pada pembahasan-pembahasan sebelumnya, maka terdapat beberapa kesimpulan yang terdapat dalam penulisan
karya ilmiah ini, antara lain ; 1.
Perseroan Terbatas sebagai badan usaha yang berbentuk badan hukum, merupakan suatu badan usaha yang bersifat artifisial, selain bersifat artifisial,
wujud dari Perseroan Terbatas sebagai badan hukum,juga bersifat abstark. Oleh sebab itu dalam menjalankan kegiatan usaha Perseroan Terbatas,
dibutuhkan organ-organ Perseroan Terbatas yang melakukan pengurusan Perseroan Terbatas. Berdasarkan UUPT, maka terdapat tiga organ yang
terdapat didalam perseroan terbatas, yaitu RUPS, direksi, dan dewan komisaris. Dalam hal melakukan pengurusan terhadap jalannya kegiatan
perseroan sehari-hari, hal tersebut diberikan kepada direksi, sebagai organ yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap pengurusan Perseroan
Terbatas, serta memiliki kewajiban untuk mewakili Perseroan Terbatas, didalam maupun diluar pengadilan. Hal yang harus diperhatikan oleh direksi,
bahwa dalam mengurus Perseroan Terbatas harus didasarkan pada itikad baik dan penuh tanggung jawab, serta harus mengedepankan atau didasarkan
kepada kepentingan Perseroan Terbatas semata. 2.
Pada dasarnya bahwa antara pengurus Perseroan Terbatas dengan Perseroan Terbatas itu sendiri, merupakan dua subjek hukum yang terpisah.
Universitas Sumatera Utara
108
Pertanggungjawaban perseroan tidak dapat diberikan kepada pengurus Perseroan Terbatas, karena adanya suatu pemisahan pertanggungjawaban.
Namun dalam hal-hal tertentu, pemisahan pertanggungjawaban tersebut dapat hilang. Undang-Undang 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas,
mengakui bahwa tidak selamanya pemisahan pertanggungjawaban yang terdapat didalam perseroan bersifat absolut. Dalam hal pengurus Perseroan
Terbatas bersalah atau lalai sehingga mengakibatkan perseroan mengalami kerugian, maka pertanggungjawaban dari direksi selaku pengurus Perseroan
Terbatas dapat diterapkan. Ada syarat mutlak yang harus dicermati sebelum meminta pertanggungjawaban direksi, yaitu direksi tersebut bersalah atau
lalai karena tidak memiliki itikad baik dalam mengurus Perseroan Terbatas, sehingga mengakibatkan Perseroan Terbatas mengalami kerugian. Sepanjang
suatu keputusan dibuat oleh direksi dengan berdasarkan kepada itikad baik, meskipun atas keputusan tersebut, Perseroan Terbatas mengalami kerugian,
direksi tersebut tidak dapat diminta pertanggungjawabannya. 3.
Pasal 155 Undang-Undang 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, merupakan ketentuan yang membenarkan bahwa kesalahan dan kelalaian
direksi tidak hanya dapat dipertanggungjawabkan secara perdata, tetapi secara pidana juga. Namun dalam menerapkan ketentuan pidana, haruslah
didasarkan pada batasan-batasan yang diatur dalam undang-undang maupun didalam prinsip umum hukum pidana itu sendiri. Pada dasarnya seorang
dapat dipidana apabila terbukti melakukan tindak pidana, dan dapat cakap dalam mempertanggung jawabkan tindakannya tersebut, dan hal tersebut
Universitas Sumatera Utara
109
harus dibuktikan apabila menuntut pertanggungjawaban pidana pada direksi. Namun terlepas dari dapat atau tidaknya direksi dipidana, yang jelas bahwa
perluasan pertanggungjawaban, atau dengan dapat dipidanakanannya direksi, atas setiap keputusan bisnis yang diambilnya, membawa dampak yang
negatif. Akibat dari ketentuan tersebut adalah hilangnya rasa kepastian berusaha, serta hilangnya perlindungan hukum bagi managemen dan adanya
rasa kekhawatiran bagi direksi maupun investor, dan ini akan sangat membahayakan bagi perkembangan perekenomian nasional. Namun pada sisi
lain, terdapatnya Pasal 155 UUPT merupakan suatu ketentuan yang baik dalam penegakan hukum yang berkaitan dengan Perseroan Terbatas, hal
tersebut dikarenakan, apabila tidak terdapat ketentuan yang mengatur mengenai pertanggungjawaban pidana, maka setiap tindakan yang dilakukan
oleh direksi, yang melanggar ketentuan pidana, direksi tersebut tidak dapta diminta pertanggungjawabannya, karena pertanggungjawaban direksi,
indentik dengan pertanggungjawaban perdata.
2. Saran