Pengaruh Proses Penyusunan Anggaran Dan Partisipasi Anggaran Terhadap Kualitas Pelaksanaan Anggaran Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (Studi Kasus: Kabupaten Serdang Bedagai)

(1)

1 SKRIPSI

PENGARUH PROSES PENYUSUNAN ANGGARAN DAN PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP KUALITAS PELAKSANAAN ANGGARAN

PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (Studi Kasus: Kabupaten Serdang Bedagai)

OLEH : NOVIA LARASATI

110503057

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

i PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Proses Penyusunan Anggaran dan Partisipasi Anggaran Terhadap Kualitas Pelaksanaan Anggaran Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (Studi Kasus: Kabupaten Serdang Bedagai)” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/ atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/ atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Juni 2015 Yang Membuat Pernyataan

110503057 Novia Larasati


(3)

ii ABSTRAK

PENGARUH PROSES PENYUSUNAN ANGGARAN DAN PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP KUALITAS PELAKSANAAN ANGGARAN

PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (Studi Kasus: kabupaten Serdang Bedagai)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh signifikan proses penyusunan anggaran dan partisipasi anggaran terhadap kualitas pelaksanaan anggaran serta untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tersebut baik secara parsial maupun secara simultan. Penelitian ini dilaksanakan di Pemerintahan Kabupaten Serdang Bedagai.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan survey. Pengumpulan data dan informasi dilaksanakan dengan studi lapangan melalui kuesioner sebagai alat penelitian yang disebar kepada Staf PPK. Objek penelitian ini adalah proses penyusunan anggaran dan partisipasi anggaran. Data yang digunakan untuk penelitian ini adalah data kualitatif yang dikuantitatifkan dengan menggunakan skala Likert, yang dikonversi menjadi data interval dan dianalisis dengan menggunakan analisis regresi berganda.

Berdasarkan hasil analisis secara parsial dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan antara variabel proses penyusunan anggaran (X1) terhadap kualitas pelaksanaan anggaran (Y) ditujukan oleh nilai signifikansi t 0,063 > 0,05, dan terdapat pengaruh signifikan antara variabel partisipasi anggaran (X2) terhadap kualitas pelaksanaan anggaran (Y) ditujukan dengan nilai signifikan sebesar t 0,000< 0,05. Berdasarkan hasil analisis secara simultan dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel proses penyusunan anggaran (X1), dan variabel partisipasi anggaran (X2) terhadap kualitas pelaksanaan anggaran sebesar 60,8%. Sedangkan pengaruh dari variabel lain yang tidak diamati sebesar 39,2%.

Kata kunci: Proses Penyusunan Anggaran, Partisipasi Anggaran, dan Kualitas Pelaksanaan Anggaran


(4)

iii ABSTRACT

The Influence Of The Budgeting Process and Budgeting Participation On The Quality Of Budgeting Execution

(Local Government of Serdang Bedagai)

The purpose of this research is to find out if there is significant budgeting process and budgeting participation on the quality budgeting excecution and to find out how big the influence both partial and simultaneous. This research at Local Government of Serdang Bedagai.

The method used in this research is descriptive method with the survey approach. The collection of data and information held by field research through a questionnaire as a research tool to Staff PPK ( staff to implementing budget) at Local Government of Serdang Bedagai. The Data used for this research is budgeting process and, budgeting participation. The data used for this research is qualitative data which are quanitified by using ordinal scale and Likert scales, which are converted into interval data and analyzed by using multiple regression analysis.

Based on the results of analysis, in partial can be inferred that there was not a significant influence between budgeting process variables (X1) against quality of budgeting execution (Y) with the total significant of t 0,063 > 0,05, and there are significant influence between budgeting participation variables (X2) against quality of budgeting Execution (Y) with the total significant of t 0,000 < 0,05. Based on the results of the analysis are simultaneously can be inferred that there is significant influence between budgeting Process variables (X1), and the budgeting participation (X2) against quality of budgeting execution (Y) of 60,8%. While the influence of the other variables which are not observed is equal to 39,2%.

Key Words : Budgeting Process, Budgeting Participation, and Quality of Budgeting Execution


(5)

iv KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberi rahmat, berkat, kesehatan, dan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaian skripsi ini guna memperoleh Sarjana Ekonomi Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi, dan doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac., Ak., C.A., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, M.A.F.I.S., Ak., selaku KetuaDepartemen S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan Bapak Drs. Hotmal Jafar, M.M., Ak., selaku Sekretaris Departemen S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara

3. Ibu Prof Erlina, S.E, M.Si., Phd.D., Ak selaku dosen pembimbing saya , Bapak Firman Syarif, S.E., M.Si., selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara Ibu Mutia Ismail, S.E., M.M., Ak., selaku Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara


(6)

v 4. Bapak Iskandar Muda, S.E., MSi., Ak, selaku Dosen Pembanding penulis, dan Bapak Drs. Rustam, M.Si., Ak., selaku Dosen Penguji penulis. Terima kasih sedalam-dalamnya untuk kesediaan membimbing penulis dengan perhatian dan kasih sayang yang secara ikhlas diberikan selama proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini Bapak.

5. Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam pembuatan skripsi ini,khususnya Bapak/Ibu dan di kantor Pemerintahan Kabupaten Serdang Bedagai. Terima kasih atas bimbingan, arahan, dan bantuan dalam memberikan data penelitian untuk penulis sehingga skripsi ini bisa diselesaikan dengan baik dan terarah.

6. Kedua orangtua penulis, Sri Hernawati dan Hermanto dan kakak saya Arum Kusuma. Terima kasih atas segala curahan kasih sayang melalui perhatian, doa, dukungan, dan pengorbananyang selama ini telah diberikan, motivasi utama penulis untuk terusberprestasi dan berusaha menjadi yang terbaik. 7. Kepada teman-teman yang selalu memberikan semangat kepada penulis ade,

dian, ika, raya, sephine, zahra, ayu singg, septy dan teman-teman lainnya yang tidak dapat saya sebutkan namanya, terima kasih untuk doa dan dukungan kalian.

Segala bentuk usaha dan perjuangan telah semaksimal mungkin dilakukan oleh penulis. Meskipun demikian, skripsi ini masih jauh dari kata sempurna dan masih perlu banyak perbaikan atas segala kekurangannya yang semata-mata merupakan keterbatasan penulis sebagai manusia biasa. Akhir kata, semoga skrispi ini bermanfaat bagi pembacanya. Amin.


(7)

vi DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian Dan Manfaat Penelitan ... 7

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 7

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka dan Penelitian Terdahulu ... 10

2.1.1 Pengertian Kualitas Anggaran ... …. 10

2.1.2 Proses Penyusunan Anggaran …………..……… 11

2.1.3 Partisipasi Anggaran………..……… 27 2.1.4 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... .. 29 2.2 Kerangka Konseptual dan Hipotesis ... 31

2.1.1 Kerangka Konseptual ... 31

2.1.2 Hipotesis Penelitian ... 32

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 34

3.2 Definisi Operasional ... 34

3.2.1 Variabel Independen ………. 35 3.2.2 Variabel Dependen ………. 36


(8)

vii

3.4 Jenis dan Sumber Data ... 39

3.5 Tempat dan Waktu ………. 39 3.6 Metode Analisis data. ... 39

3.6.1 Analisis Deskriptif ………. 40 3.6.2 Uji Kualitas Data ……… 40 3.6.2.1 Uji Validitas ……… 40 3.6.2.2 Uji Reliabilitas ……… 41

3.6.3 Uji Asumsi Klasik ... 41

3.6.3.1 Uji Normalitas ... 42

3.6.3.2 Uji Multikolinearitas... 42

3.6.3.3 Uji Heterokedasititas ... 43

3.7 Pengujian Hipotesis ... 43

3.7.1 Uji Parsial (t-test) ... 44

3.7.2 Uji Simultan (f-test) ... 45

3.7.3 Adjusted R2 ... …. 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Serdang Bedagai ... 47

4.1.1 Sejarah Singkat Kabupaten Serdang Bedagai...………. 47 4.2 Gambaran Umum Responden ... 50

4.2.1 Karakteristik Responden………. 49 4.3 Statistik Deskriptif ……….. 52

4.4 Analisis Data………. 54 4.4.1 Uji Validitas Data ……… 54

4.4.2 Uji Reliabilitas ………. 56

4.5 Uji Asumsi Klasik ... 58

4.5.1 Uji Normalitas ... 58

4.5.2 Uji Multikolinearitas ... 60

4.5.3 Uji Heterokedasititas ... 62

4.6 Pengujian Hipotesis ... 63

4.6.1 Uji Parsial (t-test) ... 63


(9)

viii 4.6.3 Adjusted R2 ... … 66 4.7 Hasil Uji Regresi……… 66 4.8 Pembahasan Hasil Penelitian………. 68 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan……… 69 5.2 Saran………..………. 70 5.3 Keterbatasan Penelitian………. 70 DAFTAR PUSTAKA……….. LAMPIRAN……….


(10)

ix

No. Tabel Judul Hal

2.1 Kalender Penyusunan Anggaran Selama Satu Tahun ... 20

2.2 Ringkasan Penelitian Terdahulu ... 29

3.1 Defini Operasional Variabel ... 36

4.1 Batas Wilayah ... 49

4.2 Sampel Penelitian ... 50

4.3 Jenis Kelamin Responden……….51

4.4 Pendidikan Terakhir Responden ... 51

4.5 Masa Jabatan……….52

4.6 Descriptive Statistics ... 55

4.7 Uji Validitas Variabel X ... 56

4.8 Uji Validitas Variabel Y ... 55

4.9 Uji Reliabilitas Variabel X ... 57

4.10 Uji Reliabilitas Variabel Y ... 57

4.11 Uji Normalitas (3) Kolmogrov Smirnov ... 60

4.12 Hasil Uji Multikolonieritas ... 62

4.13 Hasil Uji t ... 64

4.14 Hasil Uji f ... 65

4.15 Hasil Koefisien Determinasi ... 66

4.16 Hasil Regresi Linear ... 67


(11)

x

No. Gambar Judul Hal

2.1 Proses Penyusunan Rancangan APBD ... 21

2.2 Kerangka Konseptual ... 32

4.1 Uji Normalitas (1) : Histogram ... 58

4.2 Uji Normalitas (2) : Grafik PPPlots ... 59

4.3 Grafik Scatterplot ... 62


(12)

xi

No. Lampiran Judul Hal

1 Kuesioner Penelitian ... 75

2 Surat Izin Riset ... 80

3 Data Variabel Penelitian ... 81

4 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel ... 84

5 Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 88

6 Hasil Uji Normalitas ... 89

7 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov ... 91

8 Hasil Uji Multikolonieritas ... 92

9 Hasil Uji Heterokedastisitas ... 93

10 Hasil Uji Hipotesis ... 94


(13)

ii ABSTRAK

PENGARUH PROSES PENYUSUNAN ANGGARAN DAN PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP KUALITAS PELAKSANAAN ANGGARAN

PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (Studi Kasus: kabupaten Serdang Bedagai)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh signifikan proses penyusunan anggaran dan partisipasi anggaran terhadap kualitas pelaksanaan anggaran serta untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tersebut baik secara parsial maupun secara simultan. Penelitian ini dilaksanakan di Pemerintahan Kabupaten Serdang Bedagai.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan survey. Pengumpulan data dan informasi dilaksanakan dengan studi lapangan melalui kuesioner sebagai alat penelitian yang disebar kepada Staf PPK. Objek penelitian ini adalah proses penyusunan anggaran dan partisipasi anggaran. Data yang digunakan untuk penelitian ini adalah data kualitatif yang dikuantitatifkan dengan menggunakan skala Likert, yang dikonversi menjadi data interval dan dianalisis dengan menggunakan analisis regresi berganda.

Berdasarkan hasil analisis secara parsial dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan antara variabel proses penyusunan anggaran (X1) terhadap kualitas pelaksanaan anggaran (Y) ditujukan oleh nilai signifikansi t 0,063 > 0,05, dan terdapat pengaruh signifikan antara variabel partisipasi anggaran (X2) terhadap kualitas pelaksanaan anggaran (Y) ditujukan dengan nilai signifikan sebesar t 0,000< 0,05. Berdasarkan hasil analisis secara simultan dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel proses penyusunan anggaran (X1), dan variabel partisipasi anggaran (X2) terhadap kualitas pelaksanaan anggaran sebesar 60,8%. Sedangkan pengaruh dari variabel lain yang tidak diamati sebesar 39,2%.

Kata kunci: Proses Penyusunan Anggaran, Partisipasi Anggaran, dan Kualitas Pelaksanaan Anggaran


(14)

iii ABSTRACT

The Influence Of The Budgeting Process and Budgeting Participation On The Quality Of Budgeting Execution

(Local Government of Serdang Bedagai)

The purpose of this research is to find out if there is significant budgeting process and budgeting participation on the quality budgeting excecution and to find out how big the influence both partial and simultaneous. This research at Local Government of Serdang Bedagai.

The method used in this research is descriptive method with the survey approach. The collection of data and information held by field research through a questionnaire as a research tool to Staff PPK ( staff to implementing budget) at Local Government of Serdang Bedagai. The Data used for this research is budgeting process and, budgeting participation. The data used for this research is qualitative data which are quanitified by using ordinal scale and Likert scales, which are converted into interval data and analyzed by using multiple regression analysis.

Based on the results of analysis, in partial can be inferred that there was not a significant influence between budgeting process variables (X1) against quality of budgeting execution (Y) with the total significant of t 0,063 > 0,05, and there are significant influence between budgeting participation variables (X2) against quality of budgeting Execution (Y) with the total significant of t 0,000 < 0,05. Based on the results of the analysis are simultaneously can be inferred that there is significant influence between budgeting Process variables (X1), and the budgeting participation (X2) against quality of budgeting execution (Y) of 60,8%. While the influence of the other variables which are not observed is equal to 39,2%.

Key Words : Budgeting Process, Budgeting Participation, and Quality of Budgeting Execution


(15)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anggaran merupakan hal penting bagi suatu pemerintah untuk menjalankan roda pemerintahannya.Anggaranadalah dokumen yang berisi estimasi kinerja, baik berupa penerimaan dan pengeluaran, yang disajikan dalam ukuran moneter yang akan dicapai pada periode waktu tertentu dan menyertakan data masa lalu sebagai bentuk pengendalian dan penilaian kinerja (Halim & Kusufi 2012).Anggaran dapat diartikan sebagai perumusan dan pengelolaan rencana strategis untuk aktivitas yang akan dilakukan atau tujuan yang hendak dicapai, dalam hal sektor publik ini tujuan yang dimaksud yaitu penyediaan pelayanan publik yang baik dan bermanfaat bagi masyarakat.

Sebelum menetapkan sebuah anggaran, harus terlebih dahulu melalui proses penetapan anggaran yang disebut dengan penganggaran. Proses penganggaran pada sektor publik dimulai pada proses perumusan dan perencanaan strategis yang umumnya menggunakan pendekatan penganggaran berbasis kinerja. Perencanaan strategis ini akan menentukan kualitas anggaran dan tingkat ketercapaiannya serta dampak dari pelaksanaan anggaran terhadap kepuasan publik dan kesejahteraan masyarakat. Penganggaran sektor publik terkait dengan proses penentuan jumlah alokasi dana untuk masing-masing program kegiatan dalam satuan moneter. Tujuan organisasi dan anggarannya dapat menjadi panduan


(16)

2 bagi suatu instansi pemerintah dalam merumuskan kegiatanatau program yang akan dilakukan.

Tahap penganggaran ini merupakan tahap yang cukup rumit dan sering kali disertai dengan unsur-unsur politik, untuk itu perlu adanya pengawasan dan pengendalian dalam penyelenggaraannya.Agar anggaran tepat sasaran dan sesuai dengan tujuan, maka diperlukan kerjasama yang baik antara atasan dan bawahan, pegawai dan pimpinan dalam penyusunan anggaran, karena proses penyusunan anggaran merupakan kegiatan yang penting dan kompleks. Anggaran sektor publik ini dianggap sebagai alat akuntabilitas publik dalam mengelola dana masyarakat melalui program-program yang didanai dari dana publik tersebut, sehingga harus diinformasikan secara terbuka kepada masyarakat secara luas. Suatu instansi pemerintah dikatakan mempunyai kinerja yang baik jika segala kegiatannya berada dalam kerangka anggaran dan tujuan yang ditetapkan serta mampu mewujudkan strategi yang dimiliki.

Anggaran sektor publik lebih dominan merujuk pada anggaran pemerintah yang terwujud dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). APBN merupakan rencana pengeluaran/belanja dan penerimaan/pembiayaan suatu negara pada satu periode anggaran tertentu, dimana anggaran tersebut akan dialokasikan ke kementrian-kementrian atau instansi yang ada, sedangkan APBD merupakan rencana operasional keuangan pemerintah daerah yang dialokasikan ke Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Pada APBD, satu sisi akan menggambarkan perkiraan pengeluaran yang besar untuk membiayai kegiatan-kegiatan dan proyek-proyek


(17)

3 daerah selama satu tahun anggaran tertentu, dan di sisi lain menggambarkan perkiraan dan sumber-sumber penerimaan daerah guna menutupi pengeluaran-pengeluaran yang dimaksud. APBD ditetapkan melalui Peraturan Daerah, dan pelaksanaannya ditindaklanjuti dengan Keputusan Gubernur/Bupati/Walikota. Keppres/perda menjadi pedoman bagi kementrian negara/lembaga/SKPD dalam pelaksanaan anggaran.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, menetapkan kewenangan otonomi dalam wujud yang luas, dan nyata serta bertanggung jawab kepada daerah. Daerah di berikan kewenangan untuk mengurus keperluannya sendiri sebagai wujud dari otonomi daerah yang dimaksud.Pemerintah daerah memiliki kewajiban untuk meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat, agar tercipta pemerataan dalam rangka melayani kebutuhan masyarakat.

Anggaran daerah digunakan sebagai alat untuk menentukan besarnya pendapatan dan pengeluaran yang akan terjadi pada satu periode anggaran. Anggaran daerah yang tercermin dalam APBD merupakan instrumen kebijakan utama pemerintah, hal ini dikarenakan APBD adalah rangkuman dari apa yang harus dilakukan oleh pemerintah daerah pada satu periode anggaran. Perlu di ketahui bahwa kebijakan APBDyang akan disusun dan diterapkan pada periode berjalan tidak akan terpisahkan dari kebijakan masa lalu dan tujuan yang akan dicapai di masa mendatang.


(18)

4 Berdasarkan permendagri Nomor 59 tahun 2007 maka untuk menyusun anggaran pendapatan dan belanja daerah harus memenuhi asas tertib, transparansi, akuntabilitas, konsistensi, komparabilitas, akurat, dapat dipercaya dan mudah untuk dimengerti perlu disusun arah dan kebijakan umum APBD yang diawali dengan mendengarkan aspirasi atau masukan dari masyarakat untuk memperoleh informasi dan data yang nyata sebagai masukan dalam proses perencanaan APBD. Prioritas APBD selanjutnya akan menjadi dasar untuk penyusunan rencana kerja dan anggaran satuan kerja pemerintah daerah yang berisi usulan berbagai program atau kegiatan yang akan dilakukan yang disusun berdasarkan prinsip-prinsip anggaran kinerja dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi dan keuangan daerah. Kepmendagri menjelaskan bahwa semua pengeluaran daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi fiskal dilakukan sesuai dengan jumlah dan sasaran yang ditetapkan APBD, sehingga dapat dilakukan pengendalian, pemeriksaan, dan pengawasan keuangan daerah.Kemudian perlu ditekankan mengenai komitmen pemerintah daerah dalam mengimplementasikan APBD yang tercermin dari komposisi APBD tersebut dan dapat diketahui prioritas penyediaan pelayanan publik dan pembangunan daerah.

Dalam proses penyusunan rancangan APBD akan melibatkan berbagai pihak dalam hal ini adalah eksekutif dan legislatif. Anggaran dibuat oleh Eksekutif yang diwakilkan oleh Kepala Daerah melalui usulan dari unit-unit kerja pemerintah daerah dan bertugas untuk menyampaikan dana anggaran yang bertujuan untuk meminta otorisasi atau pengesahan dari legislatif yang dalam hal ini adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), sesuai dengan Peraturan


(19)

5 Daerah yang berlaku. Proses anggaran daerah disusun berdasarkan pendekatan kinerja dalam Permendagri yang memuat Pedoman Penyusunan Rancangan APBD yang dilaksanakan oleh tim anggaran eksekutif bersama-sama unit organisasi perangkat daerah (unit kerja). Sehingga, dapat dipastikan bahwa ada partisipasi dalam penyusunan anggaran dan menetapkan anggaran tersebut yang tujuan akhir adalah untuk penyediaan pelayanan dan pembangunan daerah untuk masyarakat. Inti dari proses dalam penyusunan anggaran adalah rencana kerja yang diwujudkan dalam bentuk penyelenggaraan program/kegiatan seperti apa yang akan dilakukan pemerintah daerah pada masa mendatang. Proses dalam penyusunan anggaran juga tidak dapat terlepas dari pihak-pihak terkait yang sangat penting partisipasi dan perannya dalam menetapkan Anggaran Pedapatan dan Belanja Daerah tersebut.

Partisipasi individual dari pihak yang terlibat dalam proses penyusunan anggaran akan meningkatkan kinerja dan kualitas anggaran dari setiap satuan kerja. Namun masih terjadi ketidaksesuaian dalam penyusunan anggaran yang mengakibatkan pengguna anggaran tidak tepat dengan sasaran dan tidak sesuai dengan rencana yang ditetapkan yang pada akhirnya akan berdampak pada kualitas suatu anggaran. Kemudian ada satu hal yang memiliki dampak pada kualitas anggaran yaitu tidak dapat disahkannya anggaran sesuai jadwal menurut kalender anggaran, menyebabkan Pemerintah Daerah tidak dapat secara langsung mendanai berbagai program/kegiatan, sehingga kualitas beberapa program/kegiatan tersebut menjadi rendah. Oleh karena itu, untuk mempercepat pengesahan anggaran, baik pihak legislatif maupun eksekutif harus melakukan


(20)

6 pendekatan dan menerapkan langkah-langkah yang diperlukan bagi penyelesaian proses APBD secara efisien dan tepat waktu.

Fenomena yang terjadi di Kabupaten Serdang Bedagai adalahdalam hal pelaksanaannya yang belum maksimal seperti apa yang diharapkan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nababan (2011), menunjukkan bahwa Pemkab Serdang Bedagai belum sepenuhnya mampu secara tegas mendefinisikan indikator kinerja outcome untuk seluruh sasaran sesuai dengan kondisi yang diharapkan masyarakat, dikarenakan kinerja juga berkaitan dengan kualitas dari anggaran tersebut. Padahal sesungguhnya sejalan dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, proses penyusunan APBD di Kabupaten Serdang Bedagai telah dilakukan anggaran berbasis kinerja. Seharusnyaindikator kinerja harus ditetapkan, karena akan berguna untuk mengukur pencapaian target peyediaan layanan yang digunakan dalam perencanaan yang kemudian akan dikaitkan dengan indikator target dalam anggaran tahunan. Hasil penelitian tersebut juga mengungkapkan bahwa dalam proses penyusunan APBD belum dilakukan sesuai dengan prinsip penyusunan anggaran yaitu, sesuai dengan kebutuhan penyelenggara pemerintah daerah berdasarkan urusan dan kewenangannya, tepat waktu, transparan, partisipatif, memperhatikan keadilan, dan tidak bertentangan dengan kepentingan umum. Penetapan atau pengesahan APBD yang tertuda juga menjadi fenomena yang akan menghambat penggunaan dana anggaran.

Berdasarkan penjelasan dan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk membuat skripsi dengan judul “Pengaruh proses penyusunan anggaran dan


(21)

7 partisipasi anggaran terhadap kualitas pelaksanaan anggaran di Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Di Kabupaten Serdang Bedagai”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian, maka dapat dibuat perumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana proses dalam penyusunan APBD?

2. Apakah proses penyusunan anggaran berpengaruh terhadap kualitas pelaksanaan anggaran di Kabupaten Serdang Bedagai? 3. Apakah partisipasi anggaran berpengaruh terhadap kualitas

pelaksanaan anggaran di Kabupaten Serdang Bedagai?

4. Apakah proses penyusunan anggaran dan partisipasi anggaran berpengaruh terhadap kualitas pelaksanaan anggaran di Kabupaten Serdang Bedagai?

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitianini adalah :

1. untuk mengetahui bagaimana proses dalam penyusunan anggaran sebelum dikeluarkan penetapan anggarannya.

2. untuk mengetahui pengaruh proses penyusunan anggaran terhadap kualitaspelaksanaan dari sebuah anggaran di Kabupaten Serdang Bedagai.

3. untuk mengetahui pengaruhpartisipasi anggaran terhadap kualitas pelaksanaan anggaran di Kabupaten Serdang Bedagai.


(22)

8 4. untuk mengetahui apakah proses penyusunan anggaran dan partisipasi

anggaran berpengaruh terhadap kualitas pelaksanaan anggaran di Kabupaten Serdang Bedagai.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang di dapat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk penulis, menambah wawasan mengenai bagaimana prosedur atau tahapan yang dilakukan dalam penyusunan anggaran pemerintah dan seperti apa pengaruhnya terhadapkualitas pelaksanaananggaran pemerintah daerah di Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang dapat dilihat dari berbagai kegiatan/program yang dilakukan.

2. Untukpemerintah Kabupaten Serdang Bedagai, dapat menjadi referensi agar penetapan anggaran dapat dilakukan secara tepat waktu, dan lebih mempertimbangkan dengan baik segala kebijakan yang akan dilakukan termasuk partisipasi dalam bentuk pendapat/opini dari pihak yang terlibat agar kualitas dalampelaksanaan anggaran dapat tercapai.

3. Untuk masyarakat umum, agar lebih bijak dalam memahami setiap program Pemerintah Daerah dari masing-masing bidangnya dan dapat memberikan aspirasi yang baik sebagai evaluasi bagi pemda untuk kegiatan/program periode selanjutnya.

4. Untuk peneliti lain, dapat menambah atau memperluas pengetahuan umum mengenai bagaimana anggaran pemerintah itu terbentuk melalui prosedur penyusunannya, dan dapat memberikan informasi bagi peneliti lain


(23)

9 bagaimana pemerintah secara umum merencanakan anggaran melalui perumusan dan berbagai kebijakan yang strategis untuk mencapai tujuan yang akan dicapai dan bagaimana membuat suatu anggaran yang berkualitas.


(24)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu

2.1.1 KualitasAnggaran

Kualitas anggaran adalah penilaian atas keoptimalan dari semua input yangdikorbankan dan mendapatkan hasil serta dampak yang bermanfaat yang telah dicapai oleh suatu organisasi. Kualitas anggaran berkaitan dengan pemenuhan nilai-nilai ekonomi (selalu meningkat jumlahnya), efisiensi (alokasi anggaran sesuai dengan hasil yang didapatkan) ,efektivitas (alokasi anggaran sesuai dengan tujuan yang direncanakan), equity atau keadilan (alokasi dan hasilnya sesuai dengan nilai keadilan), akuntabilitas, dan responsivitas (sesuai dengan aspirasi masyarakat). Terlebih lagi kualitas suatu anggaran dapat tercermin dari manfaat yang dihasilkan dan diberikan dari suatu kegiatan/program kepada masyarakat luas sebagai layanan publik. Untuk membuat suatu anggaran memiliki kualiatas yang baik dibutuhkan proses penyusunan anggaran yang tepat dan sesuai serta diharapkan pihak-pihak yang terlibat dalam proses penyusunan anggarannya dapat secara bijak dalam merumuskan dan menetapkan suatu kegiatan/program yang tentunya berdasar pada aspirasi masyarakat.

Jika membahas mengenai kualitas anggaran maka tidak akan terlepas dari kinerja. Kinerja merupakan gambaran mengenai pencapaian pelaksanaan kegiatan, program kerja kebijaksanaan dan realisasi anggaran, apakah anggaran


(25)

11 tersebut perealisasinya telah sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya atau tidak, yang dalam hal ini dilaksanakan oleh unit satuan kerja perangkat daerah.Kualitas pelaksanaan anggaran mengacu pada manfaat yang dirasakan dari suatu kegiatan/program terhadap masyarakat secara luas.

2.1.2 Proses Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

Anggaran merupakan seperangkat pernyataan dalam bentuk kuantitatif yang dinyatakan dalam bentuk ukuran keuangan yang meliputi perkiraan penerimaan dan pengeluaran yang diharapkan akan terjadi dalam satu periode tertentu. Menurut Mardiasmo (2009) anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial.Anggaran pada sektor publik di tingkat daerah dinyatakan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan rencana operasional pemerintah daerah mengenai pengeluaran yang dinilai akan tinggi untuk membiayai kegiatan-kegiatan atau program pemerintah serta proyek-proyek daerah yang akan dilakukan pada satu tahun periode anggaran, namun perlu diperhatikan juga sember-sumber penerimaan daerah guna menutupi berbagai pengeluaran tersebut. Menurut pasal 1 UU Nomor 32 tahun 2004 APBD adalah rencana tahunan pemerintahan daerah yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah.Penyelenggaraan urusan pemerintahan menjadi kewenangan daerah, didanai dan atas beban anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD), sementara penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi


(26)

12 kewenangan pemerintah di daerah, didanai dari dan atas beban anggaran pendapatan dan belanja Negara (APBN).

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan instrumen kebijakan utama bagi pemerintah daerah, untuk itu APBD memiliki kedudukan yang penting bagi suatu pemerintah daerah dalam mencapai konsep

Value ForMoney (VFM) pemerintah daerah. Anggaran daerah dapat dijadikan alat untuk menentukan besar pendapatan dan pengeluaran, serta membantu perencanaan program/kegiatan serta pembangunan daerah, dapat pula dijadikan alat untuk memotivasi para pegawai dan alat koordinasi bagi semua aktivitas di setipa unti kerja. Berdasarkan pada hal tersebut proses penyusunan dan pelaksanaan anggaran harus difokuskan dalam upaya untuk lebih memperhatikan kualitas pelaksanaan anggaran yang tercermin dari aktivitas atau program.

Terdapat faktor-faktor dominan dalam proses penganggaran, yaitu: 1. Tujuan dan target yang ingin dicapai

2. Ketersediaan sumber daya (faktor-faktor produksi yang dimiliki pemerintah) yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan dan target tersebut. 3. Faktor lain yang dapat mempengaruhi anggaran, seperti munculnya

peraturan pemerintah yang baru, atau adanya perubahan sosial dan politik. Proses penyusunan anggaran merupakan langkah-langkah yang dilakukan untuk membuat dan menetapkan suatu anggaran yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang ada sebagai bagian dari perkiraan rencana


(27)

13 kerja.Menurut Ida Bagus Agung D. (2010:14) Ada dua jenis prosedur penyusunan anggaran yang biasanya digunakan suatu organisasi, yaitu:

1. Top Down Budgeting

Prosedur penyusunan anggaran dimana anggaran ditentukan oleh manajemen puncak dengan sedikit atau bahkan tidak ada konsultasi dengan manajemen.

2. BottomUp Budgeting

Prosedur penyusunan anggaran dimana anggaran akan disiapkan oleh pihak yang melaksanakan anggaran tersebut kemudian diberikan kepada pihak yang lebih tinggi untuk mendapatkan persetujuan.

3. Partisipative Budget (anggaran partisipasi)

Pendekatan penganggaran yang melibatkan manajer level menengah dalam pembuatan estimasi anggaran disebut Partisipatif Budget. Anggaran partisipasi adalah anggaran yang dibuat dengan kerjasama dan partisipasi penuh dari manajer pada semua tingkatan.

Sejumlah keunggulan yang biasanya dipaparkan pada anggaran partisipasi adalah :

a. Setiap orang pada semua tingkatan diakui sebagai anggota tim yang pandangan dan penilaiannya dihargai oleh manajemen puncak, yaitu kepala SKPD.

b. Orang yang berkaitan langsung dengan suatu aktivitas mempunyai kedudukan terpenting dalam pembuatan estimasi anggaran.


(28)

14 c. Orang lebih cenderung untuk mencapai anggaran yang penyusunnya

melibatkan orang tersebut.

d. Suatu anggaran partisipasi mempunya sistem kendali yang unik sihingga jika mereka tidak mencapai anggaran, maka yang harus mereka salahkan adalah anggaran partisipasi.

Proses penyusunan dan pelaksanaan anggaran menjadi hal yang sangat penting dan merupakan rangkaian proses anggaran. Proses penyusunan anggaran ini memilikin beberapa tujuan yaitu sebagai berikut:

1. Membantu pemerintah mencapai tujuan fiskal dan meningkatkan koordinasi antar bagian dalam lingkungan pemerintahan

2. Membantu menciptakan efisiensi dan keadilan dalam menyediakan barang dan jasa publik melalui proses pemrioritasan

3. Memungkinkan bagi pemerintah untuk memenuhi prioritas belanja

4. Meningkatkan transparansi dan pertanggungjawaban pemerintah kepada DPR/DPRD dan masyarakat luas.

Anggaran publik telah menjadi instrumen utama untuk menjalankan berbagai kebijakan untuk mencapai tujuan dan target.Hal tersebut dapat terlihat dalam komposisi dan besarnya anggaran yang secara langsung merefleksikan arah dan tujuan pelayanan publik yang diharapkan.Berkaitan dengan hal tersebut terdapat beberapa jenis pendekatan yang digunakan dalam perencanaan dan penyusunan anggaran yang berguna untuk menentukan kualitas sebuah anggaran.Pendekatan yang dibahas dan digunakan untuk


(29)

15 melihat kualitas dari sebuah pelaksanaan anggaran tersebut adalah sebagai berikut.

1. Pendekatan New Public Management

Pendekatan ini berfokus pada manajemen sektor publik yang berorientasi pada kinerja bukan pada kebijakan. Oleh sebab itu, bagian dari reformasi new public management adalah dengan kemunculannya Manajemen Berbasis Kinerja. Penggunaan paradigma new public management memberikan tuntutan kepada pemerintah untuk memberikan pelayanan yang efektif dan efisien kepada masyarakatPendekatan new public management dalam system anggaran sektor publik memiliki karakteristik umum sebagai berikut.

1. Komprehensif/komparatif

2. Terintegrasi dan lintas departemen

3. Proses pengambilan keputusan yang rasional 4. Bersifat jangka panjang

5. Spesifikasi tujuan dan pemeringkatan prioritas 6. Analisis total cost dan benfit

7. Berorientasi pada input, output, dan outcome, bukan sekedar input 8. Adanya pengawasan kinerja.

Pendekatan New Public Management ini meliputi tiga bagian, yaitu:

a.pendekatan kinerja Anggaran dengan pendekatan ini sangat menekankan pada konsep


(30)

16 pendekatan ini digunakan untuk mengukur kinerja dalam pencapaian tujuan dan sasaran pelayanan publik.Pendekatan ini juga mengutamakan mekanisme penentuan dan pembuatan prioritas tujuan serta pendekatan yang sistematis dan rasional dalam proses pengambilan keputusan. Nordiawan (2006) menyebutkan bahwa anggaran kinerja memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut.

- Mengklasifikasi akun-akun dalam anggaran berdasarkan fungsi dan aktivitas serta unti organisasi dan rincian belanja.

- Menyelidiki dan mengukur aktivitas guna mendapatkan efisiensi maksimum dan standar biaya.

- Mendasarkan anggaran untuk periode yang akan datang pada biaya per unit standar dikalikan dengan jumlah unit aktivitas yang diperkirakan harus dilakukan pada periode tersebut.

Penggunaan anggaran dengan pendekatan kinerja memiliki beberapa keunggulan, antara lain adanya pendelegasian wewenang dalam pengambilan keputusan, merangsang partisipasi dan memotivasi unit kerja, pengalokasian dana secara optimal dengan didasarkan efisiensi unit kerja, dan menghindari pemborosan.

b. pendekatan penganggaran program

Pendekatan ini menekankan pada efektivitas penyusunan anggaran.Anggaran disusun berdasarkan pekerjaan atau tugas yang dijalankan. Metode penganggaran ini menekankan bahwa keputusan


(31)

17 penganggaran harus didasarkan pada tujuan-tujuan atau outpu-output darin aktivitas pemerintahan daripada input untuk menghasilkan barang dan jasa pemerintah.

c. pendekatan sistem perencanaan dan penganggaran terpadu (planning, programming, and budgeting system-PPBS)

Konsep PPBS ini merupakan konsep yang memandang bahwa penyusunan anggaran merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari proses perencanaan dan perumusan program kegiatan suatu organisasi. Kelebihan dari konsep ini adalah memudahkan dalam pendelegasian tanggung jawab dari atasan kepada bawahan, dalam jangka panjang dapat mengurangi beban kerja, dapat memperbaiki kualitas pelayanan melalui pendekatan standar biaya dalam perencanaan program, dan menghilangkan program yang berlebihan.Sementara kelemahan dari konsep ini adalah dalam pengimplementasiannya membutuhkan biaya yang besar, kerena sistem anggaran ini membutuhkan sistem informasi yang canggih, ketersediaan data yang lengkap, adanya sistem pengukuran dan staf yang memiliki kapabilitas yang tinggi, sehingga ini mengakibatkan sulitnya untuk diimplementasikan.

d. pendekatan anggaran berbasis nol (zero based budgeting-ZBB).

Keunggulan penggunaan konsep ZBB ini adalah menghasilkan alokasi sumber daya secara efisien, fokus pada value for money, dan


(32)

18 memudahkan untuk mengidentifikasi terjadinya inefisiensi dan ketidakefektifan biaya. Namun pendekatan ini juga memiliki kelemahan, yaitu proses penyusunan anggaran memakan waktu yang lama, terlalu teoritis dan tidak praktis, membutuhkan biaya yang besar dan menekankan manfaat jangka pendek.

Proses penyusunan anggaran dilakukan seraca rutin dan berulang-ulang, untuk itu pertama kali yang perlu diketahuiadalah siklus yang terjadi dalam proses penyusunan anggaran. Siklus penyusunan anggaran daerah terdiri atas empat tahapan yaitu :

1. Tahap perencanan

Perencanaan disini maksudnya adalah merencanakan atau memperkirakan pengeluaran dan penerimaan yang akan terjadi pada satu periode tertentu. Di Indonesia, proses perencanaan APBD menekankan pada pendekatan bottom up planning dengan tetap mengacu pada arah kebijakan pembangunan pemerintah pusat. Arah kebijakan pembangunan pemerintah ditingkat daerah (Propinsi dan kabupaten/kota), pemerintah daerah disyaratkan untuk membuat dokumen perencanaan daerah yang terdiri atas RENSTRADA (Rencana Strategi Daerah), yang isinya diupayakan tidak menyimpang dari PROPENAS (Program Pembangunan Nasional) dan RENSTRA (Rencana Strategis) pemerintah pusat. Rincian RENSTRADA untuk setiap tahunnya akan digunakan sebagai masukan dalam penyusunan REPETADA dan APBD.


(33)

19 2. Tahap ratifikasi

Tahap ini merupakan tahap yang melibatkan proses politik yang cukup rumit dan berat. Pimpinan eksekutif dituntut tidak hanya memiliki managerial skill namun juga harus mempunyai politicalskill, salesmanship dan coalition building yang memadai.Hal tersebut penting karena dalam tahap ini pimpinan eksekutif harus mempunyai kemampuan untuk menjawab dan memberikan argumentasi yang rasional atas segala pertanyaan-pertanyaan dan bantahan-bantahan dari pihak legislatif.

3. Tahap implementasi/pelaksanaan anggaran (Budget Implementation)

Setelah anggaran disetujui oleh legislatif, tahap berikutnya adalah pelaksanaan anggaran.Dalam tahap pelaksanaan anggaran, hal terpenting yang harus diperhatikan oleh manajer keuangan publik adalah dimilikinya sistem (informasi) akuntansi dan sistem pengendalian manajemen.Manajer keuangan publik dalam hal ini bertanggung jawab untuk menciptakan sistem akuntansi yang memadai dan handal untuk perencanaan dan pengendalian anggaran yang telah disepakati dan bahkan dapat diandalkan untuk tahap penyusunan anggaran periode berikutnya.Sistem akuntansi yang baik meliputi pula dibuatnya sistem pengendalian intern yang memadai.

4. Tahap pelaporan dan evaluasi

Tahap persiapan, ratifikasi dan implementasi anggaran terkait dengan aspek operasional anggaran, sedangkan tahap pelaporan dan evaluasi terkait dengan aspek akuntabilitas. Jika tahap implementasi telah didukung dengan sistem akuntansi dan sistem pengendalian manajemen yang baik, maka


(34)

20 diharapkan tahap budget reporting and evaluation tidak akan menemui banyak masalah.

Secara ringkas, tahapan tersebut dapat ditujukkan pada oleh gambar berikut.

Tabel 2.1

Kalender Penyusunan Anggaran Selama Satu Tahun

Januari-April Mei-Agustus September-Desember Perencanaan Penganggaran Pengesahan Masing-masing SKPD

merancang Rencana Kerja Anggaran (RKA) dan dikonsultasikan

dengan Badan Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)

Tim Anggaran

Pemerintah Dserah (TAPD) menyusun PPA dan dikonsultasikan serta dibahas bersama DPRD

Bupati/Walikota (beserta jajaran) menyu sun Ranperda APBD, dan dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)

Mengacu pada PP Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, secara garis besar proses penyusunan rancangan APBDsebagai berikut: (1) penyusunan rencana kerja pemerintah daerah; (2) penyusunan rancangan kebijakan umum anggaran; (3) penetapan prioritas dan plafon anggaran sementara; (4) penyusunan rencana kerja dan anggaran SKPD; (5) penyusunan rancangan perda APBD; dan (6) penetapan APBD.


(35)

21 Secara ringkas dapat dilihat dari gambar berikut:

Gambar 2.1

Proses Penyusunan Rancangan APBD Rencana Kerja Pemerintah

Daerah (RKPD)

Kebijakan Umum Anggaran

Prioritas Plafon Anggaran Sementara (PPAS)

Rencana Kerja dan Anggaran SKPD

(RKA-Rancangan Perda APBD


(36)

22 1. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)

Rencana kerja pemerintah daerah harus benar-benar dapat disajikan dengan informasi yang jelas tentang tujuan, sasaran, serta disusun berdasarkan prestasi kerja.Jika dilihat berdasarkan waktunya, perencanaan di tingkat SKPD terdiri dari: Rencana Strategi (Renstra) SKPD merupakan rencana untuk periode 5 tahun; dan Rencana Kerja (Renja) SKPD merupakan rencana kerja tahunan SKPD.

Proses penyusunan perencanaan di tingkat satker dan pemda dapat diuraikan sebagai berikut:

a. SKPD menyusun rencana strategis (Renstra-SKPD) yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang bersifat indikatif sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing.

b. Penyusunan Renstra-SKPD dimaksud berpedoman pada rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD). RPJMD memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan umum, dan program SKPD, lintas SKPD, dan program kewilayahan. c. Pemda menyusun rencana kerja pemerintah daerah (RKPD) yang

merupakan penjabaran dari RPJMD dengan menggunakan bahan dari Renja SKPD untuk jangka waktu satu tahun yang mengacu kepada Renja Pemerintah.


(37)

23 d. Renja SKPD merupakan penjabaran dari Renstra SKPD yang disusun

berdasarkan evaluasi pencapaian pelaksanaan program dan kegiatan tahun-tahun sebelumnya.

e. RKPD memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas, pembangunan dan kewajiban daerah, rencana kerja yang terukur dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemda maupun ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.

f. Kewajiban daerah sebagaimana dimaksud diatas adalah mempertimbangkan prestasi capaian standar pelayanan minimal sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

g. RKPD disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan.

h. Penyusunan RKPD diselesaikan selambat-lambatnya akhir bulan Mei tahun anggaran sebelumnya.

i. RKPD ditetapkan dengan peraturan kepala daerah.

2. Kebijakan Umum APBD dan Prioritas & Plafon Sementara (PPAS) Suatu jembatan antara proses perumusan kebijakan dan penganggaran

merupakan hal penting dan mendasar agar kebijakan menjadi realitas dan

bukannya hanya sekedar harapan. Untuk tujuan ini harus ditetapkan setidaknya

dua aturan yang jelas:

a. Implikasi dari perubahan kebijakan (kebijakan yang diusulkan) terhadap sumber daya harus dapat diidentifikasi, meskipun dalam estimasi yang kasar, sebelum kebijakan ditetapkan. Suatu entitas yang mengajukan


(38)

24 kebijakan baru harus dapat menghitung pengaruhnya terhadap pengeluaran publik, baik pengaruhnya terhadap pengeluaran sendiri maupun terhadap departemen pemerintah yang lain.

b. Semua proposal harus dibicarakan/dikonsultasikan dan dikoordinasikan dengan para pihak terkait: Ketua TAPD, Kepala Bappeda dan Kepala SKPD.

Dalam proses penyusunan anggaran, tim anggaran pemerintah daerah

(TAPD) harus bekerjasama dengan baik dengan satuan kerja perangkat daerah

(SKPD) untuk menjamin bahwa anggaran disiapkan dalam koridor kebijakan yang

sudah ditetapkan (KUA dan PPAS); dan menjamin semua stakeholders terlibat

dalam proses penganggaran sesuai dengan peraturan yang berlaku.

A. Kebijakan Umum Anggaran

Rancangan kebijakan umum APBD tahun anggaran berikutnya sebagai landasan penyusunan RAPBD kepada DPRD selambat-lambatnya pertengahan bulan juni tahun anggaran berjalan.Rancangan kebijakan umum APBD yang telah dibahas kepala daerah bersama DPRD dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD dan disepakati bersama sebagaimana disebut sebagai Kebijakan umum APBD.

Pedoman Penyusunan Anggaran seperti tercantum dalam Permendagri Nomor 37 Tahun 2014tersebut di atas memuat antara lain:

a. Sinkronisasi kebijakan pemerintah daerah dengan kebijakan pemerintah b. prinsip penyusunan anggaran


(39)

25 d. Teknis penyusunan APBD

e. Hal-hal khusus lainnya.

B. Prioritas dan Platfon Anggaran Sementara (PPAS).

Penyusunan rancangan APBD diperlukan diperlukan adanya urutan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS).PPAS merupakan program prioritas dan patokan batas maksimal anggaran yang diberikan kepada SKPD untuk setiap program sebagai acuan dalam penyusunan RKA-SKPD. Proses penyusunan dan pembahasan PPAS menjadi PPA adalah sebagai berikut:

1. Berdasarkan KUA yang telah disepakati, pemda dan DPRD membahas rancangan prioritas dan plafon anggaran sementara (PPAS) yang disampaikan oleh kepala daerah.

2. Pembahasan PPAS.

3. Pembahasan PPAS dilaksanakan dengan langkah-langkah sbb :

a. Menentukan skala prioritas dalam urusan wajib dan urusan pilihan; b. Menentukan urutan program dalam masing-masing urusan;

c. Menyusun plafon anggaran sementara untuk masing-masing program.

4. KUA dan PPAS yang telah dibahas dan disepakati bersama kepala daerah dan DPRD dituangkan dalam nota kesepakatan yang ditandatangani bersama oleh kepala daerah dan pimpinan DPRD. Kepala daerah berdasarkan nota kesepakatan menerbitkan pedoman penyusunan rencana kerja dan anggaran SKPD (RKA-SKPD) sebagai pedoman kepala SKPD menyusun RKA-SKPD.


(40)

26 3. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) SKPD

RKA-SKPD merupakan dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi rencana pendapatan, rencana belanja program dan kegiatan SKPD serta rencana pembiayaan sebagai dasar dalam penyusunan APBD. Setelah ada Nota Kesepakatan tersebut di atas Tim Anggaran (TAPD) menyiapkan surat edaran kepala daerah tentang penyusunan RKA-SKPD. Dokumen penyusunan anggaran yang disampaikan oleh masing-masing SKPD yang disusun dalam format RKA-SKPD harus betul-betul menyajikan informasi yang jelas tentang tujuan, sasaran, serta korelasi antara besaran anggaran (beban kerja dan harga satuan) dengan manfaat dan hasil yang ingin dicapai atau diperoleh masyarakat dari suatu kegiatan yang dianggarkan.

4. Rancangan Perda APBD

RKA-SKPD yang telah disusun, dibahas, dan disepakati bersama antara Kepala SKPD dan Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) digunakan sebagai dasar untuk penyiapan Raperda APBD.Raperda ini disusun oleh pejabat pengelola keuangan daerah yang untuk selanjutnya disampaikan kepada kepala daerah.Kepala daerah menyampaikan peraturan daerah tentang APBD dan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD kepada Menteri Dalam Negeri bagi provinsi dan gubernur bagi kabupaten/kota selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja setelah ditetapkan.

Suatu hal penting yang harus diperhatikan adalah bahwa sebelum disampaikan dan dibahas dengan DPRD, Raperda tersebut harus disosialisasikan terlebih dahulu kepada masyarakat yang bersifat memberikan


(41)

27 informasi tentang hak dan kewajiban pemerintah daerah serta masyarakat dalam pelaksanaan APBD pada tahun anggaran yang direncanakan.Penyebarluasan dan/atau sosialisasi tentang Raperda APBD ini dilaksanakan oleh Sekretaris Daerah selaku koordinator pengelola keuangan daerah.

5. Penetapan APBD

Tahapan dalam penetapan anggaran adalah sebagai berikut. 1. Penyampaian dan Pembahasan Raperda tentang APBD

2. Evaluasi Raperda tentang APBD dan Rancangan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD

3. Penetapan Perda tentang APBD dan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD

2.1.3 Partisipasi Penyusunan Anggaran

Partisipasi adalah suatu perilaku, pekerjaan, dan aktifitas yang dilakukan oleh aparat pemerintah selama aktifitas penyusunan anggaran berlangsung (Brownel 1986 dalam Solikhun Arifin 2012).Partisipasi merupakan suatu proses pengambilan keputusan bersama oleh dua atau lebih dimana keputusan tersebut akan memiliki dampak di masa depan. Menurut Robbins (2008) “Partisipasi merupakan suatu konsep dimana bawahan ikut terlibat dalam pengambilan keputusan sampai tingkat tertentu bersama atasannya”. Partisipasi anggaran berarti adanya pengaruh manajer tingkat bawah dalam proses perencanaan dan pengambilan keputusan bersama dengan atasannya yang


(42)

28 berkaitan dengan area tanggung jawab atasannya (Milani, 1975) dalam Ramdeen, et.al (2006)

Partisipasi anggaran dilakukan antara pihak eksekutif, legislatif, dan pihak pengawasyang bekerja sama dalam pembentukan sebuah anggaran. Salah satu pihak yang terlibat dalam penyusunan anggaran adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).Masing-masing unit SKPD membuat usulan-usulan yang kemudian disampaikan kepada Bagian Kepala yang akan dilaporkan kepada Kepala Daerah dan kemudian bersama DPRD membahas anggaran tersebut. Dengan adanya partisipasi anggaran ini akan memberikan penilaian bahwa aparat pemerintah tersebut mampu untuk mengelola anggaran secara ekonomi, efektif, dan efisien sebagai bentuk dari upaya untuk meningkatkan kualitas anggaran yang dapat dilihat dari penggunaan dana anggaran tersebut ke program atau kegiatan yang telah di realisasikan kepada masyarakat. Perlu diketahui bahwa partisipasi agen dalam proses penganggaran kemungkinan memberikan akses lokal informasi dari agen kepada principal (eksekutif).Dalam hubungan keagenan di pemerintahan antara eksekutif dan legislatif, eksekutif adalah agen dan legislatif adalah principal, dimana diantara principal dan agen sering terjadi masalah untuk itu persoalan keduanya merupakan persoalan keagenan.Luppia & McCubbins (1995) menyatakan bahwa masalah yang dihadapi legislatur dapat diartikan sebagai fenomena yang disebut agency problems.

Masalah keagenan paling tidak melibatkan dua pihak, yaitu principal yang memiliki otoritas untuk melakukan berbagai tindakan, dan agen yang


(43)

29 menerima pendelegasian otorisasi dari principal.Dalam konteks pembuatan kebijakan oleh legislatif, legislatif adalah principal yang mendelegasikan kewenangan kepada agen seperti pemerintah atau panitia legislatif membuat kebijakan baru.Hubungan keagenan di sini terjadi setelah agen membuat usulan kebijakan dan berakhir setelah usulan tersebut diterima atau ditolak.

Partisipasi dalam proses penyusunan anggaran sangat berperan penting terhadap kualitas anggaran yang akan dihasilkan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), misalnya tertundanya pengesahan APBD. Partisipasi dalam proses penyusunan anggaran yang terkhusus kemampuan secara individual sangat diperlukan. Penentuan kinerja yang baik akan tercermin dari kebijakan yang strategis yang didasarkan pada pengetahuan dan kemampuan individual pihak terlibat yang akan menentukan berbagai kegiatan/program pemerintah daerah sebagai implementasi dari penetapan dan pengalokasian anggaran serta komunikasi yang rutin dan baik antar pihak terkait akan sangat penting dalam proses penyusunan anggaran.

2.1.4Penelitian Terdahulu

Tabel 2.2

Ringkasan Penelitian Terdahulu No Nama

Peneliti

Judul Penelitian Variabel Penelitian

Hasil Penelitian 1. Widi

Ukiyanti (2009) Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kualitas Anggaran (Studi Empiris Pada Perusahaan Daerah Air Minum di

Partisipasi penyusunan anggaran, Kualitas Anggaran Partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas anggaran


(44)

30 Kabupaten Jember)

2. Nuraeni Utari (2009) Studi Fenomenologis: Tentang Proses Penyusunan Anggaran Berbasis Kinerja Pada Pemerintah Kabupaten Temanggung Anggaran Berbasis Kinerja Praktek penyusunan anggaran masih banyak ditemukan gejala penggunaan pendekatan traditional budget

atau line item

3. Daniati Puttri

Pengaruh

Kompetensi dan Motivasi Terhadap Kualitas Anggaran dengan Regulasi sebagai Variabel Moderasi Kompetensi , Motivasi, Kualitas Anggaran Kompetensi dan motivasi berpengaruh signifikan terhadap kualitas anggaran SKPD namun moderasi antara kompetensi dengan regulasi tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas anggaran serta moderasi antara motivasi dengan regulasi berpengaruh signifikan terhadap kualitas anggaran 4. Oxthesa

Defri (2012) Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Dan pengawasan Intern Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah (Survey Pada Dinas

SKPD Kota Bandung) Partisipasi Penyusunan Anggaran, Pengawasan Intern, Kinerja Pemerintah Partisipasi penyusunan anggaran dan pengawasan intern berpengaruh signifikan terhadap kinerja pemerintah daerah

5. Revano Ramadanil (2013) Pengaruh partisipasi penyusunan anggaran dan motivasi kerja terhadap kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah Partisipasi penyusunan anggaran, motivasi kerja, kinerja satuan kerja Partisipasi penyusunan anggaran, dan motivasi kerja berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja satuan kerja


(45)

31 (Studi Empiris pada

SKPD Kab. Tanah Datar)

perangkat daerah

perangkat daerah

2.2 Kerangka Konseptual dan Hipotesis

2.2.1 Kerangka Konseptual

Menurut Erlina (2011) menyatakan bahwa kerangka teoritis adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Kerangka teoritis akan menghubungkan secara teoritis antara variable-variabel penelitian, yaitu variable bebas, dan variable terikat. Begitu juga jika ada variabel yang menyertainya, maka peran variable tersebut harus dijelaskan.Kerangka teoritis perlu dikemukakan apabila penelitian menghubungkan dua penelitian atau lebih.

Proses penyusunan APBD merupakan serangkaian tahapan yang harus dilakukan untuk dapat menjalankan berbagai program/kegiatan suatu pemerintah daerah pada satu periode. Pada proses penyusunannya, akanmembutuhkan partisipasi dari pihak-pihak yang terlibat. Proses penyusunan yang tepat waktu sesuai dengan kalender anggaran dan pemahaman dari masing-masing pihak yang terlibat dalam proses penyusunan anggaran akan sangat penting bagi kualitas pelaksanaan anggaran yang akan dilakukan.


(46)

32 Hubungan antar variabel dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual 2.2.2 Hipotesis Penelitian

Menurut Erlina (2011) Hipotesis merupakanproporsi yang dirumuskan dengan maksud untuk di uji secara empiris”. Proporsi merupakan ungkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya, dapat disangkal, atau diuji kebenarannya mengenai konsep atau konstruk yang menjelaskan atau memprediksi fenomena-fenomena. Hipotesis merupakan penjelasan sementara mengenai

Proses Penyusunan Anggaran (X1)

- RKPD - KUA - PPAS - RKA SKPD - Rancangan

perda APBD - Penetapan

APBD Kualitas Anggaran

Pelaksanaan (Y)

Partisipasi Anggaran (X2)


(47)

33 perilaku, fenomena atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau yang akan terjadi.

Berdasarkan kerangka konseptual diatas, maka penulis mengemukakan hipotesis sebagai berikut:

H1: Proses penyusunan anggaran berpengaruh secara parsial

terhadapkualitaspelaksanaan anggaran Satuan Kerja Pemerintah Daerah di Kabupaten Serdang Bedagai.

H2: Partisipasi anggaran berpengaruh secara parsialterhadapkualitas

pelaksanaananggaran Satuan Kerja Pemerintah Daerah di Kabupaten Serdang Bedagai.

H3: Proses penyusunan anggaran dan partisipasi anggaran berpengaruh

secara simultan terhadap kualitas pelaksanaan anggaran Satuan Kerja Pemerintah Daerah di Kabupaten Serdang Bedagai .


(48)

34 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain asosiatif kausal.Desain Kausal berguna untuk mengukur hubungan-hubungan antar varibel riset atau berguna untuk menganalisis bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya yaitu hubungan sebab akibat.Dalam Penelitian ini terdapat variabel independen dan variabel dependen. Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan pengaruh proses penyusunan anggaran dan partisipasi dalam penyusunan anggaranterhadap kualitaspelaksanaan anggaran pada satuan kerja perangkat daerah.

3.2 Definisi Operasional

Menurut Jogiyanto (2010) “defenisi operasional menjelaskan karakteristik dari objek (perusahaan) kedalam elemen-elemen yang dapat diobservasi yang menyebabkan konsep dapat diukur dan dioperasionalkan di dalam riset.Variabel independen atau variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi terikat, karena adanya variabel bebas”.Berdasarkan desain penelitian asosiatif kausal yang merupakan desain penelitian yang menunjukkan hubungan antara variabel independen terhadap variable dependen, maka variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:


(49)

35 3.2.1 Variabel Independen

Variabel independen dalam penelitian ini adalah proses penyusunan anggaran dan partisipasi anggaran.

A. Proses Penyusunan Anggaran

Proses penyusunan anggaran merupakan langkah-langkah yang dilakukanuntuk membuat dan menetapkan suatu anggaran yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang ada sebagai bagian dari perkiraan rencana kerja. Proses penyusunan anggaran pada tingkat daerah terdiri dari: (1) penyusunan rencana kerja pemerintah daerah; (2) penyusunan rancangan kebijakan umum anggaran; (3) penetapan prioritas dan plafon anggaran sementara; (4) penyusunan rencana kerja dan anggaran SKPD; (5) penyusunan rancangan perda APBD; dan (6) penetapan APBD.

B. Partisipasi anggaran

Partisipasi anggaran adalah keterlibatan manajer dalam penyusunan anggaran. Partisipasi penyusunan anggaran dapat disimpulkan suatu proses di dalam organisasi yang melibatkan berbagai pihak yang berkaitan mencapai tujuan dari dan saling bekerja sama untuk menentukan suatu rencana. Dalam hal ini rancangan APBD dibuat oleh eksekutif dalam hal ini Kepala Daerah melalui usulan dari unit kerja yang disampaikan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), dan setelah itu Kepala Daerah bersama-sama DPRD menetapkan anggaran.


(50)

36 3.2.2 Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kualitaspelaksanaan anggaran. Kualitas anggaran mencerminkan kinerja pemerintah daerah dalam melaksanakan anggaran yang telah ditetapkan dan dialokasikan ke masing-masing urusan.Kualitas anggaran merupakan hasil dari pengimplementasian anggaran yang telah disusun sesuai dengan prosedur yang berlaku.

Tabel 3.1 Defenisi Operasional Jenis Variabel Nama Variabel

Definisi Operasional Pengukuran Variabel

Skala Independen Proses

Penyusunan Anggaran

Merupakan tata cara atau tahapan yang dilakukan untuk membentuk sebuah anggaran Variabel ini diukur dengan melihat (1) penyusunan rencana kerja pemerintah daerah; (2) penyusunan rancangan kebijakan umum anggaran; (3) penetapan prioritas dan plafon anggaran sementara; (4) penyusunan rencana kerja dan anggaran SKPD; (5) penyusunan rancangan perda APBD; dan (6) penetapan Likert


(51)

37 APBD.

Independen Partisipasi Anggaran Tingkat keterlibatan seseorang dalam penyusunan anggaran, menetapkan, dan melaksanakan anggaran untuk mencapai tujuan. (1)Keterlibat an responden (2) Kepuasan dalam penyusunan anggaran (3)Kebutuhan memberikan pendapat (4)Kerelaan dalam memberikan pendapat (5)Besarnya pengaruh terhadap penentapan akhir anggaran (6)Seringnya atasan meminta pendapat. Likert

Dependen Kualitas Pelaksanaan Anggaran

Penilaian atas keoptimalan dari semua input yang dikorbankan untuk mendapatkan hasil dan dampak terbaik yang ingin dicapai oleh suatu organisasi

Variabel ini diukur dengan melihat aspek ekonomi, efisiensi, efektivitas, equity, akuntabilitas, dan responsivitas. Likert

3.3Populasi dan Sampel

Menurut Erlina (2011:81) populasi adalah sekelompok entitas yang lengkap yang dapat berupa orang, kejadian, atau benda yang mempunyai


(52)

38 karakteristik tertentu, yang berada dalam suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian.Populasi yang akan digunakan pada penelitian ini adalah pihak-pihak yang terlibat dalam proses penyusunan anggaran salah satunya adalah Pihak Eksekutif, seperti Bupati, Sekretaris Daerah, Tim Anggaran, SKPD, Bappeda, dan BPKD di Kabupaten Serdang Bedagai sebagai unit analisis, sehingga dapat dijadikan sebagai responden untuk melakukan pencarian data secara primer.

Menurut Erlina (2011:82) sampel adalah bagian populasi yang digunakan untuk memperkirakan karakteristik populasi.Sampel dalam penelitian ini diambil secara random.Oleh karena populasi memiliki karakteristik tugas pokok dan fungsi maka penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik Purposive Sampling.Dalam metode ini pengambilan sampel berdasarkan suatu kriteria tertentu, kriteria yang digunakan dapat berdasarkan pertimbangan (judgment) atas berdasarkan kuota tertentu.Responden dalam penelitian ini adalah staf PPK, dan Bappeda yaitu sebanyak 30 Responden di Pemerintahan Kabupaten Serdang Bedagai.

Kuesioner Adapun langkah-langkah pengambilan sampel dan penyebaran kuesioner adalah sebagai berikut :

1. Kuesioner dikirim ke seluruh anggota populasi yang menjadi responden

2. Setelah satu minggu, peneliti mengumpulkan kuesioner yang telah diisi oleh responden.


(53)

39 Setelah batas waktu yang ditentukan dan kuesioner telah dikembalikan oleh responden, maka peneliti akan melakukan pengolahan data jika jumlah kuesioner yang terkumpul sudah lebih dari 30, tetapi jika data belum mencukupi maka akan dicoba lagi untuk mengirimkan kuesioner kepada responden yang belum mengembalikan kuesioner.

3.4 Jenis dan Sumber Data

Jenis data pada penelitian ini adalah:

1. Data primer merupakan sumber data primer yang dibutuhkan dapat dari sumber asli atau tanpa perantara. Dalam penelitian ini data primer berupa hasil kuesioner yang telah diisi oleh responden, yaitu staf PPK dan Bappeda. Instrumen dalam kuesioner merupakan replikasi dari penelitian terdahulu.

3.5Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai dengan memberikan kuesioner kepada responden yang menjadi sampel pada wilayah tersebut.

3.6 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik kuesioner yaitu memberi seperangkat pernyataan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab yang kemudian dikumpulkan. Kuesioner dalam penelitian ini bersifat kuantitatif, oleh karena itu bentuk


(54)

40 pertanyaan tertutup untuk pengukuran responden. Skala pengukuran adalah 5 (lima) poin skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tertentu tentang fenomena sosial.

3.6.1 Analisis Deskriptif

Statistik ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai responden yang menunjukkan tingkat pendidikan, dan lamanya bekerja.Sedangkan analisis ini berguna untuk memberikan deskriptif tentang variabel-variabel penelitian yang digunakan.

3.6.2 Uji Kualitas Data 3.6.2.1 Uji Validitas

Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat validitas atau kesahihan suatu instrumen, sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang ingin diukurnya(Ancok, 1998 : 120). Faktor-faktor yang mengurangi validitas data antara lain kepatuhan responden mengikuti petunjuk pengisian kuosioner dan tidak tepatnya formulasi alat pengukur yaitu bentuk dan isi kuesioner (Hakim : 1999 dalam widyastuti : 2000). Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan alat bantu program statistik, dengan kriteria sebagai berikut :

1) Jika r hitung positif dan r hitung> r tabel, maka butir pertanyaan tersebut valid


(55)

41 2) Jika r hitung negatif atau r hitung< r tabel, maka butir pertanyaan

tersebut tidak valid

3) r hitung dapat dilihat pada kolom Corrected Item Total Corelation

Nilai r tabel dapat diperoleh melalui df (degree of freedom) = n-k, dimana : n = Jumlah responden

k = merupakan jumlah butir pertanyaan dalam suatu variabel 3.6.2.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas menurut Riyadi (2000) dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh hasil pengukuran tetap konsisten apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat pengukur yang sama. Untuk melihat reliabilitas masing-masing instrumen yang digunakan, peneliti menggunakan koefisien

cronbach alpha.Suatu instrumen dikatakan reliabel jika nilai cronbach alpha lebih besar dari 0,5 (Nunnally, 1967 : 120). Langkah-langkah melakukan uji reliabilitas terhadap suatu konstruk variabel sama dengan melakukan uji validitas. Output SPSS untuk uji reliabilitas akan dihasilkan secara bersama-sama dengan hasil uji validitas.

3.6.3Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang dilakukan untuk analisis linear regresi yang bertujuan untuk menghitung nilai pada variabel tertentu. Sebelum melakukan pengujian hipotesis, diperlukan pengujian asumsi


(56)

42 klasik yang terdiri dari : uji normalitas, multikolinieritas, dan heteroskedastisitas.

3.6.3.1 Uji Normalitas

Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam variabel dependen dengan variabel independen mempunyai distribusi normal atau tidak.Proses uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan uji

Kolmogorov Smirnov. Distribusi data dapat dilihat dengan dengan kriteria sebagai berikut :

1) Nilai sig atau signifikan atau profitabilitas > 0,05 maka distribusi data dikatakan normal.

2) Nilai sig atau signifikan atau profitabilitas < 0,05 maka distribusi data dikatakan tidak normal.

3.6.3.2Uji Multikolinieritas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk mengidentifikasi ada tidaknya hubungan antar independen dalam model regresi. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara independen. Pengujian multikolonieritas dapat dilakukan dengan cara :

1) Nilai R2 pada estimasi model regresi.

2) Menganalisis matrik korelasi variabel – variabel independen. 3) Menggunakan variance inflation factor (VIF) dan nilai tolerance. 4) Multikolinieritas terjika VIF > 10 dan nilai tolerance< 0,10.


(57)

43 3.6.3.3 Uji Heterokedasititas

Uji heterokedasititas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi telah terjadi ketidaksamaan varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lainnya.Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki persamaan variance residual atau homokedastisitas.Untuk melihat ada tidaknya heterokedasititas dapat dilakukan dengan melihat grafik Scatterplot. Cara memprediksi pola gambar

Scatterplot adalah dengan :

1) Titik data menyebar diatas dan dibawah atau disekitar angka 0. 2) Titik data tidak mengumpul hanya diatas atau dibawah saja.

3) Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang melebar.

4) Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola. 3.7 Pengujian Hipotesis

Model penelitian ini menggunakan model regresi linear berganda. Model regresi linear berganda adalah model regresi yang memiliki lebih dari satu variabel independen. Model regresi linear berganda dikatakan model yang baik jika model tersebut memiliki asumsi normalitas data dan terbebas dari asumsi-asumsi klasik statistik baik multikolinieritas,autokorelasi dan heterokedasititas. Persamaan regresi linier berganda yaitu :


(58)

44

Keterangan :

Y = KualitasPelaksanaan Anggaran X1 = Proses penyusunan anggaran

X2 = Partisipasi anggaran

α = Konstanta

ε = error

β1, β2, = Koefisien regresi yang menunjukkan perubahan variabel dependen

berdasarkan pada variabel independen. 3.7.1 Uji Parsial (t-test)

Uji parsial t disebut juga sebagai uji signifikansi individual. Uji ini digunakan untuk menguji seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Hipotesis statistik yang diajukan adalah :

H0: b1, b2, b3,= 0, artinya suatu variabel independen secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

H1:b1, b2, b3,≠ 0, artinya suatu variabel independen secara parsial berpegaruh terhadap variabel dependen.


(59)

45 1) H1 diterima atau H0 ditolak apabila thitung > ttabel, pada α = 5% dan

nilai probabilitas < sebesar 0,05.

2) H1 ditolak atau H0 diterima apabila thitung< ttabel, pada α = 5% dan nilai probabilitas > sebesar 0,05.

3.7.2 Uji Simultan (F-test)

Uji f dilakukan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model regresi berganda mempunyai pengaruh secara bersama–sama terhadap variabel dependen. Hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut :

H0 : b1, b2, b3, = 0,artinyavariabel independen secara simultantidakberpengaruh terhadap variabel dependen.

H1: b1, b2, b3, ≠ 0, artinya suatu variabel independen secara simultan berpengaruhterhadap variabel dependen.

Kriteria yang digunakan dalam menerima atau menolak hipotesis adalah

1) H1 diterima atau H0 apabila Fhitung > Ftabel, pada α = 5% dan nilai probabilitas < 0,05.

2) H1 ditolak atau H0 apabila Fhitung < Ftabel, pada α = 5% dan nilai probabilitas > 0,05.

3.7.3Adjusted R2

Pengujian adjusted R2 digunakan untuk mengukur proporsi atau presentase sumbangan variabel independen yang diteliti terhadap variasi naik turunnya variabel dependen. adjusted R2 berkisar antara nol sampai dengan 1 (0 ≤ adjustedR2 ≤ 1). Hal ini berarti apabila adjusted R2 = 0 menunjukkan tidak


(60)

46 adanya pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen, bila

adjusted R2 semakin besar mendekati 1, menunjukkan semakin kuatnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dan bila adjusted R2 semakin kecil mendekati 0, maka dapat dikatakan semakin kecilnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.


(61)

47 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Kabupaten Serdang Bedagai

4.1.1 Sejarah Singkat Kabupaten Serdang Bedagai

Kabupaten Serdang Bedagai yang beribukotakan Sei Rampah merupakan kabupaten yang dimekarkan dari Kabupaten Deli Serdang sesuai dengan UU RI Nomor 36 Tahun 2003 pada tanggal 18 Desember 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Samosir dan Kabupaten Serdang Bedagai.

Bupati pertamanya adalah Ir HT Erry Nuradi MBA, Wakil Bupati pertama adalah Ir H soekirman, serta Sekretaris Kepala Daerah pertama adalah Ir H. Djalil Azwar, M.Si. Ketiga pemimpin ini dikenal sebagai pemimpin yang sangat kompak, sehingga menjadikan Serdang Bedagai menjadi Kabupaten Pemekarean Terbaik di Indonesia, dan Kabupaten Terbaik di Sumatera Utara. Proses lahirnya undang-undang tentang pemekaran merujuk pada usulan yang disampaikan melalui Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 18/K/2002 tanggal 21 Agustus 2002 tentang Persetujuan Pemekaran Kabupaten Deli Serdang.

Kemudian Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Deli Serdang Nomor 26/K/DPRD/2003 tanggal 10 Maret 2003 tentang Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Deli Serdang Atas Usul Rencana Pemekaran Kabupaten Deli Serdang menjadi 2 (dua) Kabupaten (Kabupaten Deli Serdang (Induk), dan Kabupaten Serdang Bedagai.


(62)

48 Komoditi unggulan atau potensi yang terdapat di Kabupaten Serdang Bedagaiterdiri dari Pertanian ( jagung, kedelai, ubi jalar, ubi kayu), Perkebunan ( kelapa sawit, kakao, karet, kelapa, aren, kemiri, pala, pinang), Perikanan (perikanan tangkap, budidaya keramba, budidaya kolam, budidaya laut, budidaya sawah, budidaya tambak), dan Jasa ( wisata alam, wisata budaya).

Kabupaten Serdang Bedagai secara Geografis berada pada posisi 20 57’- 30 16’ Lintang Selatan, 980 33’ – 990 27’ Bujur Timur dengan luasnya mencapai 1.900,22 km2. Jumlah penduduk Kabupaten Serdang Bedagai pada tahun 2012 mencapai 604.026 jiwa , dengan pertumbuhan penduduk mencapai 35% dan kepadatan penduduk sebanyak 316 jiwa/km2.

Kondisi seperti itu membuat Kabupaten SerdangBedagai beriklim tropis dengan kelembapan udara rata-rata 80,75%. Curah hujan per bulan antara 30-343 mm dan periode hujan tertinggi terjadi pada bulan November - Desember.Sementara hari hujan terbesar terjadi pada bulan September – Oktober yang mencapai 28 hari hujan dalam satu bulan.Temperatur udara minimum 24,0C dan maksimum mencapai 32,0C.Secara Administrasi Kabupaten Serdang Bedagai memiliki batas wilayah:


(63)

49 Tabel 4.1

Batas Wilayah Utara Selat Malaka.

Selatan Kecamatan Dolok Batunanggar, Raya Kahean, dan Silau Kahean di Kabupaten Simalungun.

Barat Sungai Ular dan Sungai Buaya.

Timur Kecamatan Dolok Batunanggar, Raya Kahean, dan Silau Kahean di Kabupaten Simalungun.

Kabupaten Serdang Bedagai terdiri atas 243 desa/kelurahan yang berada dalam 17 kecamatan. Kabupaten Serdang Bedagai terdiri dari 17 kecamatan yaitu:

1. Kotarih

2. Dolok Masihul 3. Sipispis

4. Dolok Merawan 5. Tebing Tinggi 6. Bandar Khalipah 7. Tanjung Beringin 8. Teluk Mengkudu 9. Sei Rampah 10.Perbaungan 11.Pantai Cermin

12.Pegajahan (Hasil Pemekaran) 13.Silinda (Hasil Pemekaran)


(64)

50 14.Tebing Syahbandar (Hasil Pemekaran)

15.Sei Bamban (Hasil Pemekaran) 16.Bintang Bayu (Hasil Pemekaran) 17.Serba Jadi (Hasil Pemekaran)

Data penelitian ini diperoleh melalui penyebaran kuesioner kepada responden.Dari 35 kuesioner yang di bagikan kepada responden hanya 30 kuesioner yang dikembalikan.Hal ini berarti Respon Rate 85,7 % dan observasi penelitian berjumlah 30 sampel.Gambaran mengenai data sampel yang disebar adalah sebagai berikut.

Tabel 4.2 Sampel Penelitian

No. Keterangan Kuesioner Jumlah Persentase

1. Kuesioner yang disebar 35 100%

2. Kuesioner yang kembali 30 85,7%

3. Kuesioner yang tidak kembali 5 14,3% 4. Kuesioner yang dapat diolah 35 100% Sumber : Data primer yang diolah, 2015

Pengukuran statistik deskriptif variabel dilakukan untuk memberikangambaran umum mengenai kisaran teoritis, kisaran aktual, rata-rata(mean)dan standar deviasi dari masing-masing variabel yaitu proses penyusunan anggara, partisipasi anggaran, dan kualitas pelaksanaan anggaran. 4.2 Gambaran Umum Responden

Responden dalam penelitian ini adalahstaff PPK dan Bappeda. Berikut ini deskripsi mengenai identitas resonden penelitian yang terdiri dari pendidikan terakhir dan lamanya menduduki jabatan.


(65)

51 Tabel 4.3

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Pria 18 60.0 60.0 60.0

Wanita 12 40.0 40.0 100.0

Total 30 100.0 100.0

Sumber : Data primer yang diolah, 2015

Tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa sekitar 18 orang atau 60% responden didominasi oleh jenis kelamin laki-laki, dan sisanya sebesar 12 orang atau 40% berjenis kelamin perempuan.

b) Deskripsi berdasarkan pendidikan terakhir Tabel 4.4 Pendidikan Terakhir

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid DIII 1 3.3 3.3 3.3

S1 21 70.0 70.0 73.3

S2 4 13.3 13.3 86.7

SMA/SEDER AJA

4 13.3 13.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

Sumber : Data primer yang diolah, 2015

Tabel 4.4 diatas menunjukkanbahwa sekitar 21 orang atau 70% responden didominasi oleh lulusan Strata 1 (S1), lulusan Strata 2 sebanyak 13,33% begitu pula dengan lulusan SMA/Sederajat dengan presentase 13,33%, dan sisanya hanya 1 orang atau 3,% yang merupakan lulusan Diploma III (DIII).


(66)

52 c) Deskripsi berdasarkan lamanya menduduki jabatan

Tabel 4.5

Lamanya Menduduki Jabatan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid <5 Tahun 13 43.3 43.3 43.3

>10 Tahun 1 3.3 3.3 46.7

5-10 Tahun 16 53.3 53.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

Sumber : Data primer yang diolah, 2015

Tabel 4.5 diatas menunjukkan bahwa sekitar 13 orang atau 43,33% responden bekerja pada masa jabatan kurang dari 5 tahun, sebanyak 16 orang atau sekitar 53,33% di dominasi dengan masa jabatan 5-10 tahun , sementara hanya 1 orang atau 3,33% yang bekerja dengan masa jabatan lebih dari 10 tahun.

4.3 Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif adalah bagian dari statistik yang digunakan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan mengenai nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean), median, variance, serta standar deviasi data yang digunakan dalam penelitian. Dimana komponen-komponen statistik deskriptif dapat dijabarkan sebagai berikut.

1. Nilai rata-rata (mean) adalah jumlah seluruh angka pada data yang dibagi dengan jumlah data yang ada,

2. Median adalah nilai tengah data setelah data tersebut diurutkan dari angka terkecil ke angka tertinggi,


(67)

53 3. Range adalah selisih dari nilai maksimum dengan nilai minimum dalam

suatu kumpulan data,

4. Standard deviation adalah nilai simpangan baku. Semakin kecil nilainya, maka data yang digunakan mengelompok di sekitar nilai rata-rata,

5. Variance adalah jumlah selisih antara data dengan rata-rata data dan kemudian dibagi dengan jumlah data dikurangi 1(n-1) atau nilai kuadrat dari

std.deviation.

Tabel 4.6 Descriptive Statistics

N Range Minimum Maximum Mean

Std. Deviati

on

Varianc e Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic Statistic Proses Penyusunan

Anggaran

30 2.00 3.00 5.00 4.5333 .10431 .57135 .326

Partisipasi Anggaran 30 3.00 2.00 5.00 3.6000 .17682 .96847 .938

Kualitas Pelaksanaan Anggaran

30 2.00 3.00 5.00 4.5333 .11480 .62881 .395

Valid N (listwise) 30

Berdasarkan data yang disajikan oleh tabel 4.6 dapat dijelaskan penggambaran mengenai pendeskripsian data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Variabel Proses Penyusunan Anggaran memiliki jumlah sampel sebanyak 30, dengan nilai minimum 3,00 nilai maksimum 5,00 dan mean (nilai rata-rata) sebesar 4,5333. Standart Deviation atau simpangan baku sebesar 0,57135 dan


(68)

54 bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat heterogen karena adanya perbedaan nilai antara nilai maksimum dan nilai minimum dengan jumlah responden 30 orang.

2. Variabel Partisipasi Anggaran memiliki jumlah sampel 30 orang, nilai minimum 2,00 nilai maksimum 5,00 dan mean (nilai rata-rata) sebesar 3,6000. Nilai Standart Deviation atau simpangan baku sebesar 0,96847 dan

variance0,938, sedangkan rentang nilai (range) senilai 3,00 menunjukkan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat heterogen karena adanya perbedaan nilai antara nilai maksimum dan nilai minimum dengan jumlah responden 30 orang.

3. Variabel Kualitas Pelaksanaan Anggaran memiliki jumlah sampel sebanyak 30, nilai minimum 3,00 nilai maksimum 5,00 danmean (nilai rata-rata) sebesar 4,5333.Standart Deviation atau simpangan baku sebesar 0,62881 dan

variance0,395, sedangkan rentang nilai (range) senilai 2,00menunjukkan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat heterogen karena adanya perbedaan nilai antara nilai maksimum dan nilai minimum dengan jumlah sampel 30 orang.

4. Jumlah sampel yang digunakan adalah sebanyak 30 responden. 4.4 Analisis Data

4.4.1 Uji Validitas

Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat validitas atau kesahihan suatu instrumen, sebuah instrumen dikatakan valid apabila


(69)

55 mampu mengukur apa yang ingin diukurnya (Ancok, 1998 : 120). Jika korelasi antara skor masing-masing butir pertanyaan dengan total skor mempunyai tingkat signifikansi di bawah 0.03 maka butir pertanyaan tersebut dikatakan validdansebaliknya.Tabel di bawah ini menunjukkan hasil uji validitas dari variabel kualitas pelaksanaan anggaran dengan 30 sampel responden.

Tabel 4.7

Uji Validitas Variabel X No. Butir

Instrumen

Koefisien

Korelasi r kritis Keterangan 1 0,51 0,30 Valid 2 0,76 0,30 Valid 3 0,79 0,30 Valid 4 0,70 0,30 Valid 5 0,71 0,30 Valid 6 0,52 0,30 Valid 7 0,72 0,30 Valid 8 0,72 0,30 Valid 9 0,57 0,30 Valid 10 0,62 0,30 Valid 11 0,67 0,30 Valid 12 0,73 0,30 Valid 13 0,53 0,30 Valid 14 0,67 0,30 Valid 15 0,59 0,30 Valid 16 0,69 0,30 Valid 17 0,69 0,30 Valid Sumber: Data primer yang diolah SPSS, 2015

Berdasarkan hasil perhitungan korelasi item total untuk variabel X, diketahui bahwa suatu item pertanyaan nilai koefisien validitasnya lebih besar dari titik kritis 0,3 sehingga semua item pertanyaan untuk variabel X dapat dikatakan valid dan dapat digunakan untuk penelitian.


(70)

56 Tabel 4.8

Uji Validitas Variabel Y

Sumber: Data primer yang diolah SPSS, 2015

Berdasarkan hasil perhitungan korelasi item total untuk variabel Y, diketahui bahwa setiap item pernyataan memiliki nilai koefisien korelasi lebih besar dari titik kritis 0,3 sehingga dapat disimpulkan bahwa semua item pernyataan untuk variabel Y dapat dikatakan valid sehingga dapat digunakan untuk penelitian.

4.4.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas menurut Riyadi (2000) dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh hasil pengukuran tetap konsisten apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat pengukur yang sama. Untuk melihat reliabilitas masing-masing instrumen yang digunakan, peneliti menggunakan koefisien cronbach alpha.Suatu pertanyaan dapat dikategorikan reliabel jika nilai alpha lebih besar dari 0,60.

No. Butir Instrumen

Koefisien

Korelasi r kritis Keterangan 18 0,68 0,30 Valid 19 0,56 0,30 Valid 20 0,83 0,30 Valid 21 0,64 0,30 Valid


(1)

(2)

91

Lampiran 7

Hasil Uji Kolmogrov Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 30

Normal Parametersa,,b

Mean .0000000

Std. Deviation .25246260

Most Extreme Differences

Absolute .137

Positive .103

Negative -.137

Kolmogorov-Smirnov Z .751

Asymp. Sig. (2-tailed) .626


(3)

92

Lampiran 8

Hasil Uji Multikolinieritas

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 1.125 .542 2.077 .047

Proses Penyusunan Anggaran

.022 .011 .257 1.941 .063 .830 1.205

Partisipasi Anggaran

.588 .122 .638 4.828 .000 .830 1.205


(4)

93

Lampiran 9


(5)

94

Lampiran 10

Hasil Uji Hipotesis

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 1.125 .542 2.077 .047

Proses Penyusunan Anggaran

.022 .011 .257 1.941 .063 .830 1.205

Partisipasi Anggaran

.588 .122 .638 4.828 .000 .830 1.205

a. Dependent Variable: Kualitas Pelaksanaan Anggaran

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 2.870 2 1.435 20.964 .000a

Residual 1.848 27 .068

Total 4.719 29

a. Predictors: (Constant), Partisipasi Anggaran, Proses Penyusunan Anggaran b. Dependent Variable: Kualitas Pelaksanaan Anggaran


(6)

95

Lampiran 11

Hasil Uji Koefisien Determinasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .780a .608 .579 .26165

a. Predictors: (Constant), Partisipasi Anggaran, Proses Penyusunan Anggaran


Dokumen yang terkait

Analisis Proses Penyusunan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD) Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Deli Serdang

34 161 83

Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran dan Kejelasan Sasaran Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial (Survei pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota Cimahi)

7 39 32

PENGARUH PEMAHAMAN SISTEM AKUNTANSI, PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

0 6 79

Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran, Kejelasan Sasaran Anggaran, dan Akuntabilitas Publik Terhadap Kinerja Manajerial Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Kota Medan

1 6 99

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN, BUDGET EMPHASIS Pengaruh Partisipasi Anggaran, Budget Emphasis, Kompleksitas Tugas, Dan Komitmen Organisasi Terhadap Slack Anggaran (Studi Kasus Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta).

0 1 17

DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

0 0 40

Pengaruh Proses Penyusunan Anggaran Dan Partisipasi Anggaran Terhadap Kualitas Pelaksanaan Anggaran Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (Studi Kasus: Kabupaten Serdang Bedagai)

0 9 22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu 2.1.1 KualitasAnggaran - Pengaruh Proses Penyusunan Anggaran Dan Partisipasi Anggaran Terhadap Kualitas Pelaksanaan Anggaran Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (Studi Kasus: Kabupaten Ser

0 10 24

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Proses Penyusunan Anggaran Dan Partisipasi Anggaran Terhadap Kualitas Pelaksanaan Anggaran Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (Studi Kasus: Kabupaten Serdang Bedagai)

0 10 9

Pengaruh Proses Penyusunan Anggaran Dan Partisipasi Anggaran Terhadap Kualitas Pelaksanaan Anggaran Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (Studi Kasus: Kabupaten Serdang Bedagai)

1 23 12