5. Kontraindikasi Tubektomi
a. Tidak ada ovulasi atau ada masalah dari faktor ovarium.
b. Baru 1-6 minggu pasca persalinan.
c. Kondisi kesehatan yang berat seperti stoke, darah tinggi atau
diabetes. d.
Keadaan kesehatan yang tidak baik, dimana kehamilan memperburuk kesehatannya.
e. Perdarahan pervaginam yang belum jelas.
f. Infeksi organ pelvik yang luas dan berat.
6. Manfaat Tubektomi
a. Sangat efektif 0,5 kehamilan per 100 wanita selama setahun
penggunaan awal. b.
Permanen. c.
Tidak mempengaruhi proses menyusui. d.
Tidak bergantung pada faktor senggama e.
Baik digunakan apabila kehamilan menjadi resiko kehamilan yang serius.
f. Pembedahan sederhana dapat dilakukan dengan anastesi lokal.
g. Tidak ada efek samping dalam jangka panjang.
B. Karakteristik Peserta Kontrasepsi Sterilisasi
1. Umur
Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan didalam penyelidikan- penyelidikan epidemiologi. Menurut tingkat kedewasaan umur dibagi atas bayi
dan anak-anak 0-14 tahun, orang muda dan dewasa 15-49 tahun dan orang tua 50 tahun. Notoatmodjo, 2007.
Menurut Hartanto 1996, dalam Fienalia, 2012 pola dasar penggunaan kontrasepsi yang rasional pada umur diantara 20-30 tahun adalah kontrasepsi yang
mempunyai reversibilititas yang tinggi karena pada umur tersebut PUS masih berkeinginan untuk mempunyai anak, sedangkan pada umur 30 tahun
kontrasepsi yang dianjurkan adalah yang mempunyai efektivitas tinggi dan dapat dipakai untuk jangka panjang.
Hasil penelitian Pranita 2002, dalam Fienalia, 2012 menyatakan terdapat hubungan bermakna antara umur responden dengan pemakaian kontrasepsi
mantap. Responden yang kurang dari 30 tahun mempunyai peluang lebih tinggi untuk memilih non kontrasepsi mantap dibandingkan dengan responden yang
berumur lebih dari 30 tahun. 2.
Pendidikan Menurut Manuaba 1998, dalam Fienalia, 2012 tingkat pendidikan sangat
mempengaruhi bagaimana seseorang untuk bertindak dan mencari penyebab serta solusi dalam hidupnya. Oleh karena itu orang yang berpendidikan akan lebih
mudah menerima gagasan baru. Demikian pula halnya dengan menentukan pola perencanaan keluarga dan pola dasar penggunaan kontrasepsi serta peningkatan
kesejahteraan keluarga. Menurut Rifai 2008, dalam Fienalia, 2012 pendidikan menunjukkan
hubungan yang positif dengan pemakain jenis kontrasepsi artinya semakin tinggi pendidikan cenderung memakai kontrasepsi efektif. Hal itu dikarenakan
pendidikan dapat memperluas pengetahuan mengenai alat kontrasepsi,
mengetahui keuntungan yang diperoleh dengan memakai kontrasepsi, meningkatkan kecermatan dalam memilih alat kontrasepsi yang dibutuhkan dan
juga kemampuan untuk mengetahui akibat efek samping dari masing-masing alat kontrasepsi.
Hasil penelitian Yusuf 2001, dalam Fienalia, 2012 menyatakan bahwa ada hubungan antara proporsi penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang oleh
responden yang berpendidikan rendah dan berpendidikan tinggi. Ibu yang berpendidikan tinggi mempunyai kemungkinan 3 kali lebih besar untuk
menggunakan kontrasepsi metode jangka panjang dibandingkan dengan ibu yang berpendidikan rendah.
3. Pekerjaan
Penelitian yang dilakukan oleh BKKBN dan LDFEUI 1998, dalam Feinalia, 2012 status pekerjaan mempunyai pengaruh yang yang signifikan
terhadap pemakaian kontap. Jadi besar kemungkinan wanita yang bekerja akan lebih menyadari kegunaan dan manfaat KB dan lebih mengetahui berbagai
metode kontrasepsi dari wanita yang tidak bekerja. Hasil penelitian Pranita 2002, dalam Feinalia, 2012 menyatakan terdapat
hubungan bermakna antara pekerjaan dengan pemakaian kontrasepsi mantap. Responden yang tidak bekerja mempunyai peluang 1,9 kali lebih tinggi untuk
memilih non kontrasepsi mantap dibandingkan dengan responden yang bekerja. 4.
Paritas Menurut wiknjosastro 1999, dalam Feinalia, 2012 jumlah anak yang
dimiliki, paritas 2-3 merupakan paritas yang paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan paritas lebih dari 3 mempunyai angka kematian